SlideShare a Scribd company logo
DESAKRALISASI UJIAN NASIONAL
Oleh Denny Kodrat
(Dosen STBA Sebelas April Sumedang, Mahasiswa S-3 Ilmu Pendidikan, Uninus Bandung)
Ujian Nasional (UN) 2014 kali ini nampak sepi dari hiruk pikuk pemberitaan, terkecuali masalah
soal yang memuat Jokowi, yang memberbeda dengan tahun lalu yang terjadi kekisruhan dalam
pendistribusian naskah soal, barcode, hingga permintaan maaf, Prof. Dr. M. Nuh, sang menteri
pendidikan, atas kejadian tersebut padahal anggaran yang dikeluarkan sudah sangat besar hingga
menyentuh 644 milyar rupiah.
Entah karena seluruh berita dimonopoli oleh pemilu legislatif dan analisis mengenai capres dan
wakilnya, atau bisa jadi, publik lelah mempersoalkan UN, menyusul tidak diturutinya keputusan
Mahkamah Konstitusi terkait moratorium UN bila pemerintah belum dapat menyamakan kualitas
pendidikan dari Sabang hingga Merauke. Jika minimnya pemberitaan disebabkan persiapan pemerintah
yang lebih matang dibandingkan tahun lalu dan juga publik memafhumi UN sebagai sebuah proses
evaluasi yang niscaya dan biasa, maka ini kabar baik bagi dunia pendidikan kita. Namun, kabar buruknya
adalah jika publik sudah apatis dengan kebijakan ini, yakin siswa lulus seratus persen dengan
mengabaikan substansi pendidikan: kompetensi siswa dan kualitas pendidikan. Bila yang terakhir ini
terjadi, pendidikan kita tengah mengalami kebangkrutan.
UN Di Tengah Pusaran Kepentingan
Perlu disepakati terlebih dahulu bahwa UN seharusnya bukanlah cerminan kualitas pendidikan
di daerah sehingga menjadi jualan politik para kepala daerah. Melainkan suatu proses evaluasi yang
niscaya dan melekat dalam kebijakan pendidikan. Sehingga hasil berikutnya, apapun itu, menjadi pijakan
program pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam bahasa manajemen mutu terpadu
(TQM), Salis (2002) menyebutnya sebagai external examination, yang dilakukan oleh konsumen
eksternal pendidikan, dalam hal ini pemerintah, terhadap satuan pendidikan. Walhasil ia selazimnya
steril dari kepentingan politik.
Bahkan dalam konteks mikro pendidikan, secara konseptual sebuah evaluasi yang baik adalah
saat ia mampu mengukur kompetensi-kompetensi yang sudah diajarkan sebelumnya (Brown, 2004:23).
Dari sinilah Brown (2004:98) menyatakan bahwa evaluasi yang memadai adalah evaluasi yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas, bukan oleh pihak lain. Ini dikarenakan evaluasi menunjukkan siswa mana yang
sudah dianggap mampu memahami materi yang diajarkan dan siswa mana yang perlu dilakukan terapi
(remedial). Tujuannya adalah sebagai upaya untuk membantu siswa memahami materi yang diajarkan.
Berdasarkan evaluasi ini pulalah guru secara kreatif melakukan berbagai teknik-teknik pengajaran yang
tujuannya untuk memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan.
Perdebatan yang selalu muncul selama ini terkait dengan dijadikannya UN sebagai syarat
kelulusan, yang seharusnya menjadi kewenangan pendidik. Tidak hanya itu, jumlah siswa yang lulus pun
menjadi diklaim sebagai mutu pendidikan. Bila siswa seratus persen lulus, sekolah seakan mendukung
citra politik kepala daerah, dan sebaliknya, bila tidak seratus persen, maka sekolah dianggap
“menghambat” kepemimpinan sang kepala daerah. Cerita selanjutnya dapat ditebak, hukum stick and
carrot terjadi. Ada yang siap-siap promosi, dan ada yang akan dimutasi baik di SKPD hingga ke sekolah.
Karena sudah jauh bergeser dari yang semestinya, terjadilah pensakralan UN. Ia dianggap hakim
yang siap memvonis bersalah atau bebas, lulus atau tidak. Pendidikan pun kehilangan ruhnya sebagai
pembentuk peradaban dan mengajari berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) (Sanusi, 2013).
Softskills kejujuran yang biasanya menjadi nafas dan nadi pendidikan, nampak di pause sesaat,
digantikan ketidakjujuran dan manipulasi. Tentulah yang menjadi korban adalah siswa. Korban secara
psikologis, tertekan oleh sebuah ujian yang seharusnya menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
Korban secara intelektual, diajarkan hal-hal instan dalam menjawab pertanyaan, bukan melalui proses
inkuiri atau bahkan discovery.
Di lihat dari situasi ini saja, jelas UN telah kehilangan legitimasi kevalidannya. Apa yang dapat
kita baca saat satu daerah lulus 100 (seratus) persen UN? Apakah dengan 100 persen ini kita meyakini
pendidikan di daerah tersebut telah berkualitas (baca: memuaskan kebutuhan masyarakat dan
penggunanya)? Ataukah kita hanya tersipu-sipu malu bahwa 100 persen ini jauh panggang dari api? Bila
benar, maka kritikan Ivan Illich dalam bukunya yang provokatif, Deschooling (1970:23), perlu
direnungkan bahwa institusi sekolah hanyalah menjadi perpanjangan tangan penguasa, sekolah hanya
menguntungkan profesi guru karena membuka lapangan pekerjaan baginya, tapi tidak bagi masyarakat.
Sehelai Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) tidak memiliki nilai substansi bagi siswa, karena
ia hanya artifisial, bukan gambaran hakiki kompetensinya.
Dalam konteks ini, mengikuti UN secara serius adalah wajib, namun lulusnya UN bukan menjadi
tujuan tunggal. Ia justru gerbang awal dari sebuah tantangan berikutnya. Mampukah kompetensi yang
dimiliki menjawab segala macam kebutuhan dalam ujian kehidupan? Seorang siswa yang lulus SMA dan
akan melanjutkan ke perguruan tinggi, kompetensi, baik softskill maupun hardskill, yang diajarkan sejak
SD hingga SMA seharusnya mendukung minat dan perkembangan belajarnya di sekolah tinggi. Ia
mampu bersaing dengan jujur dan tentunya, ia akan menjadi manusia yang tercerahkan, tidak menjadi
beban masyarakat. Begitu pula, siswa SMK yang memilih kerja seharusnya meyakini bahwa kompetensi
yang ia latih selama di sekolah menjadi bekal untuk mencari penghidupan. Ia mampu berkompetisi di
dunia kerja.
Kekhawatiran terbesar yang seharusnya muncul di kalangan pendidik adalah bila mereka gagal
mewariskan ilmu, nilai (values) dan cara pandang yang bermanfaat dunia dan akhirat kepada para
siswanya. Pewarisan ilmu ini seharusnya terjadi dalam proses pendidikan di sekolah secara efektif.
Interaksi pendidik dan siswa seharusnya berwujud silaturahmi akademik dan kepribadian. Dengan fitrah
mulia yang dimiliki sebagai manusia, potensi siswa dapat dikembangkan. Jika siswa dari kota-kota besar
mampu melewati UN dengan sukses, tanpa keberadaan tim sukses, maka itu seharusnya terjadi
pulapada siswa di kota-kota kecil, mengingat standar proses, kurikulum dan pendidiknya sama. Jangan
sampai, kritikan dan gugatan terhadap UN yang didengungkan oleh pendidik hanya sebagai pengalihan
dari tidak berkualitasnya pelayanan pembelajaran di dalam kelas. Apalagi, secara realitas UN tetap
bergulir, sehingga tidak ada pilihan lain bagi pendidik mengkualitaskan pelayanan pembelajaran di
sekolah.
Terobosan
Tentunya siapapun pasti berbangga, apalagi pendidik, bila seluruh siswanya mampu melewati
UN dengan sukses. Pemerintah daerah dan pusat pun akan puas saat program-programnya tepat
sasaran. Artinya, UN sewajibnya diperlakukan sama oleh pemerintah pusat dan daerah, sebagaimana
lazimnya evaluasi dalam pendidikan, semisal ulangan harian, ulangan umum, akreditasi sekolah, Ujian
Kompetensi Guru, Penilaian Kinerja Guru atau benchmarking yang mampu mengevaluasi sekolah atau
pendidik secara apa adanya. Hasil evaluasi tersebut tentunya tidak selalu berakhir dalam pendekatan
rewards and punishment, melainkan lebih ke upaya perbaikan yang terus menerus (a continuous quality
improvement).
Perlu terobosan, khususnya bagi pemerintahan baru ke depan, bila UN tetap ingin
dipertahankan sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan, diantaranya, pertama, UN dapat
dilakukan seperti evaluasi dalam sistem Cambridge, dimana siswa diperbolehkan mengikuti UN sejak di
bangku kelas VIII untuk SMP dan XI untuk SMA. Bila ia lolos, maka ia tinggal menyelesaikan ujian sekolah
di bangku tingkat akhir. Bila ia gagal, ia bisa mencoba lagi hingga kelas IX SMP atau XII SMA. Namun
perlu diperhitungkan persentase muatan soal yang akan di uji, sehingga siswa kelas VII atau XI dapat
menjawab soal-soal yang nanti akan diperdalam di kelas IX atau XII.
Kedua, kemendikbud secara ikhlas menyerahkan seluruh penyelenggaraan UN dari mulai
pembuatan soal hingga hasilnya ke tingkat daerah dan secara supportive menerima hasil UN dari
daerah, sebagai bagian dari semangat otonomi daerah dan penerapan manajemen berbasis sekolah
(MBS). Penetapan kelulusan siswa berada di tingkat pemerintah daerah. Meski demikian, kemendikbud
tetap memegang kewenangan dalam penyusunan standar evaluasi dan keputusan, yang pada tahap
selanjutnya hasil ini akan ditindaklanjuti oleh program-program kemendikbud yang sesuai dengan
kebutuhan di setiap daerah.
Ketiga, pelaksanaan UN tetap seperti saat ini, namun dengan jenis soal berbasis masalah
sebagaimana yang disarankan oleh Prof. B.J. Habiebie, bukan jenis soal berganda dengan jawaban
tunggal. Jenis soal berbasis masalah akan mengukur aspek-aspek seperti rhetoric dan logic, selain sisi
kreatif, yang selama ini hanya mengukur kepada ranah kognitif.
Namun demikian, pra-syarat utama dari terobosan ini adalah lagi-lagi berujung pada kerelaan
menteri hingga kepala daerah untuk tidak menginfiltrasi persoalan dan kepentingan politik dalam
evaluasi ini. Hitam atau merah rapot pendidikan di suatu daerah, tidak dibawa ke ranah elektabilitas
politik. Melainkan ditujukan untuk perbaikan, sehingga seluruh siswa yang lulus sekolah dapat
dipastikan berkualitas dan memiliki dampak yang baik bagi masyarakat. Wallahu’alam bishawwab
IDENTITAS PENULIS:
NAMA : Denny Kodrat
Alamat : Griya Palem Semi no. 3 Bojong Inong, Desa Jatimulya, Kec. Sumedang Utara, Sumedang
HP : 08112203367
Email : denny_kodrat2001@yahoo.com

More Related Content

Viewers also liked

Pengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppPengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppDenny Kodrat
 
Makalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusanMakalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusanDenny Kodrat
 
Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlinePembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlineDenny Kodrat
 
Cuencas hidrográficas de la provincia de el oro
Cuencas hidrográficas de la provincia de el oroCuencas hidrográficas de la provincia de el oro
Cuencas hidrográficas de la provincia de el oroLuis Miguel Reyes
 
Philippine Literature 'spanish period'
Philippine Literature 'spanish period'Philippine Literature 'spanish period'
Philippine Literature 'spanish period'wAsmile17
 

Viewers also liked (7)

CDA on Mesuji
CDA on MesujiCDA on Mesuji
CDA on Mesuji
 
Pengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppPengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan pp
 
Makalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusanMakalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusan
 
Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlinePembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
 
Cuencas hidrográficas de la provincia de el oro
Cuencas hidrográficas de la provincia de el oroCuencas hidrográficas de la provincia de el oro
Cuencas hidrográficas de la provincia de el oro
 
Moro moro
Moro moroMoro moro
Moro moro
 
Philippine Literature 'spanish period'
Philippine Literature 'spanish period'Philippine Literature 'spanish period'
Philippine Literature 'spanish period'
 

Similar to Sekali Lagi Tentang Ujian Nasional

Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaDenny Kodrat
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaDenny Kodrat
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanHariyatunnisa Ahmad
 
Kapita selekta pendidikan islam
Kapita selekta pendidikan islamKapita selekta pendidikan islam
Kapita selekta pendidikan islamPhujie FaHrani
 
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)Sofyan Verink
 
Diskusi 7 mei 2013 tapalbatas tentang un
Diskusi 7 mei 2013 tapalbatas tentang unDiskusi 7 mei 2013 tapalbatas tentang un
Diskusi 7 mei 2013 tapalbatas tentang unEdi Subkhan
 
Makalah tawuran pelajar
Makalah   tawuran pelajarMakalah   tawuran pelajar
Makalah tawuran pelajarzulvamunayati
 
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa SMPN 1 Cikidang
 
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanDampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanMastudiar Daryus
 
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanDampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanMastudiar Daryus
 
Managemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanManagemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanIlan Surf ﺕ
 
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docxsoparidah
 
Powerpoint tugas filsafat UNNES
Powerpoint tugas filsafat UNNESPowerpoint tugas filsafat UNNES
Powerpoint tugas filsafat UNNES200409190711
 
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfMyData19
 
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...Yekti Hanani
 
KONSEP-KONSEP PENTING PADA TERMODINAMIKA.pptx
KONSEP-KONSEP PENTING PADA TERMODINAMIKA.pptxKONSEP-KONSEP PENTING PADA TERMODINAMIKA.pptx
KONSEP-KONSEP PENTING PADA TERMODINAMIKA.pptxEVATHERESIAPMARBUN
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptJunaediJunaedi31
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptssuserbf6c77
 

Similar to Sekali Lagi Tentang Ujian Nasional (20)

Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
 
Kejujuran sekolah kr
Kejujuran sekolah krKejujuran sekolah kr
Kejujuran sekolah kr
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
 
Kapita selekta pendidikan islam
Kapita selekta pendidikan islamKapita selekta pendidikan islam
Kapita selekta pendidikan islam
 
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
 
Diskusi 7 mei 2013 tapalbatas tentang un
Diskusi 7 mei 2013 tapalbatas tentang unDiskusi 7 mei 2013 tapalbatas tentang un
Diskusi 7 mei 2013 tapalbatas tentang un
 
Makalah tawuran pelajar
Makalah   tawuran pelajarMakalah   tawuran pelajar
Makalah tawuran pelajar
 
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
 
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanDampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
 
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanDampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
 
Reformasi pendidikan dan greening kurikulum
Reformasi pendidikan dan greening kurikulumReformasi pendidikan dan greening kurikulum
Reformasi pendidikan dan greening kurikulum
 
Managemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanManagemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas Pendidikan
 
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
 
Powerpoint tugas filsafat UNNES
Powerpoint tugas filsafat UNNESPowerpoint tugas filsafat UNNES
Powerpoint tugas filsafat UNNES
 
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
 
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
 
KONSEP-KONSEP PENTING PADA TERMODINAMIKA.pptx
KONSEP-KONSEP PENTING PADA TERMODINAMIKA.pptxKONSEP-KONSEP PENTING PADA TERMODINAMIKA.pptx
KONSEP-KONSEP PENTING PADA TERMODINAMIKA.pptx
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
 

More from Denny Kodrat

SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuDenny Kodrat
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Denny Kodrat
 
SIM dan pengelolaan fasilitas
SIM dan pengelolaan fasilitasSIM dan pengelolaan fasilitas
SIM dan pengelolaan fasilitasDenny Kodrat
 
Quo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperQuo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperDenny Kodrat
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuDenny Kodrat
 
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor PendukungPerspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor PendukungDenny Kodrat
 
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistemMbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistemDenny Kodrat
 
Pendidikan Naturalisme
Pendidikan NaturalismePendidikan Naturalisme
Pendidikan NaturalismeDenny Kodrat
 
What is language_linguisticspresentation
What is language_linguisticspresentationWhat is language_linguisticspresentation
What is language_linguisticspresentationDenny Kodrat
 
Presentasi metodologi penelitian new dennykodrat
Presentasi metodologi penelitian new dennykodratPresentasi metodologi penelitian new dennykodrat
Presentasi metodologi penelitian new dennykodratDenny Kodrat
 

More from Denny Kodrat (10)

SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
 
SIM dan pengelolaan fasilitas
SIM dan pengelolaan fasilitasSIM dan pengelolaan fasilitas
SIM dan pengelolaan fasilitas
 
Quo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperQuo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paper
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
 
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor PendukungPerspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
 
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistemMbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
 
Pendidikan Naturalisme
Pendidikan NaturalismePendidikan Naturalisme
Pendidikan Naturalisme
 
What is language_linguisticspresentation
What is language_linguisticspresentationWhat is language_linguisticspresentation
What is language_linguisticspresentation
 
Presentasi metodologi penelitian new dennykodrat
Presentasi metodologi penelitian new dennykodratPresentasi metodologi penelitian new dennykodrat
Presentasi metodologi penelitian new dennykodrat
 

Recently uploaded

perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptAryLisawaty
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfSEMUELSAMBOKARAENG
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxEkoPutuKromo
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusiSusanti94678
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfNurSriWidyastuti1
 
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfMIN1Sumedang
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxEkoPutuKromo
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docxRinawatiRinawati10
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxSriayuAnisaToip
 
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdfCONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdfPangarso Yuliatmoko
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comFathan Emran
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGEviRohimah3
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...haryonospdsd011
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfHernowo Subiantoro
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxGallantryW
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnalrepyjayanti
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIgloriosaesy
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfyuniarmadyawati361
 

Recently uploaded (20)

perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdfCONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 

Sekali Lagi Tentang Ujian Nasional

  • 1. DESAKRALISASI UJIAN NASIONAL Oleh Denny Kodrat (Dosen STBA Sebelas April Sumedang, Mahasiswa S-3 Ilmu Pendidikan, Uninus Bandung) Ujian Nasional (UN) 2014 kali ini nampak sepi dari hiruk pikuk pemberitaan, terkecuali masalah soal yang memuat Jokowi, yang memberbeda dengan tahun lalu yang terjadi kekisruhan dalam pendistribusian naskah soal, barcode, hingga permintaan maaf, Prof. Dr. M. Nuh, sang menteri pendidikan, atas kejadian tersebut padahal anggaran yang dikeluarkan sudah sangat besar hingga menyentuh 644 milyar rupiah. Entah karena seluruh berita dimonopoli oleh pemilu legislatif dan analisis mengenai capres dan wakilnya, atau bisa jadi, publik lelah mempersoalkan UN, menyusul tidak diturutinya keputusan Mahkamah Konstitusi terkait moratorium UN bila pemerintah belum dapat menyamakan kualitas pendidikan dari Sabang hingga Merauke. Jika minimnya pemberitaan disebabkan persiapan pemerintah yang lebih matang dibandingkan tahun lalu dan juga publik memafhumi UN sebagai sebuah proses evaluasi yang niscaya dan biasa, maka ini kabar baik bagi dunia pendidikan kita. Namun, kabar buruknya adalah jika publik sudah apatis dengan kebijakan ini, yakin siswa lulus seratus persen dengan mengabaikan substansi pendidikan: kompetensi siswa dan kualitas pendidikan. Bila yang terakhir ini terjadi, pendidikan kita tengah mengalami kebangkrutan. UN Di Tengah Pusaran Kepentingan Perlu disepakati terlebih dahulu bahwa UN seharusnya bukanlah cerminan kualitas pendidikan di daerah sehingga menjadi jualan politik para kepala daerah. Melainkan suatu proses evaluasi yang niscaya dan melekat dalam kebijakan pendidikan. Sehingga hasil berikutnya, apapun itu, menjadi pijakan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam bahasa manajemen mutu terpadu (TQM), Salis (2002) menyebutnya sebagai external examination, yang dilakukan oleh konsumen eksternal pendidikan, dalam hal ini pemerintah, terhadap satuan pendidikan. Walhasil ia selazimnya steril dari kepentingan politik. Bahkan dalam konteks mikro pendidikan, secara konseptual sebuah evaluasi yang baik adalah saat ia mampu mengukur kompetensi-kompetensi yang sudah diajarkan sebelumnya (Brown, 2004:23). Dari sinilah Brown (2004:98) menyatakan bahwa evaluasi yang memadai adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru di dalam kelas, bukan oleh pihak lain. Ini dikarenakan evaluasi menunjukkan siswa mana yang sudah dianggap mampu memahami materi yang diajarkan dan siswa mana yang perlu dilakukan terapi (remedial). Tujuannya adalah sebagai upaya untuk membantu siswa memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan evaluasi ini pulalah guru secara kreatif melakukan berbagai teknik-teknik pengajaran yang tujuannya untuk memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan. Perdebatan yang selalu muncul selama ini terkait dengan dijadikannya UN sebagai syarat kelulusan, yang seharusnya menjadi kewenangan pendidik. Tidak hanya itu, jumlah siswa yang lulus pun menjadi diklaim sebagai mutu pendidikan. Bila siswa seratus persen lulus, sekolah seakan mendukung citra politik kepala daerah, dan sebaliknya, bila tidak seratus persen, maka sekolah dianggap “menghambat” kepemimpinan sang kepala daerah. Cerita selanjutnya dapat ditebak, hukum stick and carrot terjadi. Ada yang siap-siap promosi, dan ada yang akan dimutasi baik di SKPD hingga ke sekolah. Karena sudah jauh bergeser dari yang semestinya, terjadilah pensakralan UN. Ia dianggap hakim yang siap memvonis bersalah atau bebas, lulus atau tidak. Pendidikan pun kehilangan ruhnya sebagai pembentuk peradaban dan mengajari berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) (Sanusi, 2013). Softskills kejujuran yang biasanya menjadi nafas dan nadi pendidikan, nampak di pause sesaat, digantikan ketidakjujuran dan manipulasi. Tentulah yang menjadi korban adalah siswa. Korban secara psikologis, tertekan oleh sebuah ujian yang seharusnya menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
  • 2. Korban secara intelektual, diajarkan hal-hal instan dalam menjawab pertanyaan, bukan melalui proses inkuiri atau bahkan discovery. Di lihat dari situasi ini saja, jelas UN telah kehilangan legitimasi kevalidannya. Apa yang dapat kita baca saat satu daerah lulus 100 (seratus) persen UN? Apakah dengan 100 persen ini kita meyakini pendidikan di daerah tersebut telah berkualitas (baca: memuaskan kebutuhan masyarakat dan penggunanya)? Ataukah kita hanya tersipu-sipu malu bahwa 100 persen ini jauh panggang dari api? Bila benar, maka kritikan Ivan Illich dalam bukunya yang provokatif, Deschooling (1970:23), perlu direnungkan bahwa institusi sekolah hanyalah menjadi perpanjangan tangan penguasa, sekolah hanya menguntungkan profesi guru karena membuka lapangan pekerjaan baginya, tapi tidak bagi masyarakat. Sehelai Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) tidak memiliki nilai substansi bagi siswa, karena ia hanya artifisial, bukan gambaran hakiki kompetensinya. Dalam konteks ini, mengikuti UN secara serius adalah wajib, namun lulusnya UN bukan menjadi tujuan tunggal. Ia justru gerbang awal dari sebuah tantangan berikutnya. Mampukah kompetensi yang dimiliki menjawab segala macam kebutuhan dalam ujian kehidupan? Seorang siswa yang lulus SMA dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi, kompetensi, baik softskill maupun hardskill, yang diajarkan sejak SD hingga SMA seharusnya mendukung minat dan perkembangan belajarnya di sekolah tinggi. Ia mampu bersaing dengan jujur dan tentunya, ia akan menjadi manusia yang tercerahkan, tidak menjadi beban masyarakat. Begitu pula, siswa SMK yang memilih kerja seharusnya meyakini bahwa kompetensi yang ia latih selama di sekolah menjadi bekal untuk mencari penghidupan. Ia mampu berkompetisi di dunia kerja. Kekhawatiran terbesar yang seharusnya muncul di kalangan pendidik adalah bila mereka gagal mewariskan ilmu, nilai (values) dan cara pandang yang bermanfaat dunia dan akhirat kepada para siswanya. Pewarisan ilmu ini seharusnya terjadi dalam proses pendidikan di sekolah secara efektif. Interaksi pendidik dan siswa seharusnya berwujud silaturahmi akademik dan kepribadian. Dengan fitrah mulia yang dimiliki sebagai manusia, potensi siswa dapat dikembangkan. Jika siswa dari kota-kota besar mampu melewati UN dengan sukses, tanpa keberadaan tim sukses, maka itu seharusnya terjadi pulapada siswa di kota-kota kecil, mengingat standar proses, kurikulum dan pendidiknya sama. Jangan sampai, kritikan dan gugatan terhadap UN yang didengungkan oleh pendidik hanya sebagai pengalihan dari tidak berkualitasnya pelayanan pembelajaran di dalam kelas. Apalagi, secara realitas UN tetap bergulir, sehingga tidak ada pilihan lain bagi pendidik mengkualitaskan pelayanan pembelajaran di sekolah. Terobosan Tentunya siapapun pasti berbangga, apalagi pendidik, bila seluruh siswanya mampu melewati UN dengan sukses. Pemerintah daerah dan pusat pun akan puas saat program-programnya tepat sasaran. Artinya, UN sewajibnya diperlakukan sama oleh pemerintah pusat dan daerah, sebagaimana lazimnya evaluasi dalam pendidikan, semisal ulangan harian, ulangan umum, akreditasi sekolah, Ujian Kompetensi Guru, Penilaian Kinerja Guru atau benchmarking yang mampu mengevaluasi sekolah atau pendidik secara apa adanya. Hasil evaluasi tersebut tentunya tidak selalu berakhir dalam pendekatan rewards and punishment, melainkan lebih ke upaya perbaikan yang terus menerus (a continuous quality improvement). Perlu terobosan, khususnya bagi pemerintahan baru ke depan, bila UN tetap ingin dipertahankan sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan, diantaranya, pertama, UN dapat dilakukan seperti evaluasi dalam sistem Cambridge, dimana siswa diperbolehkan mengikuti UN sejak di bangku kelas VIII untuk SMP dan XI untuk SMA. Bila ia lolos, maka ia tinggal menyelesaikan ujian sekolah di bangku tingkat akhir. Bila ia gagal, ia bisa mencoba lagi hingga kelas IX SMP atau XII SMA. Namun perlu diperhitungkan persentase muatan soal yang akan di uji, sehingga siswa kelas VII atau XI dapat menjawab soal-soal yang nanti akan diperdalam di kelas IX atau XII.
  • 3. Kedua, kemendikbud secara ikhlas menyerahkan seluruh penyelenggaraan UN dari mulai pembuatan soal hingga hasilnya ke tingkat daerah dan secara supportive menerima hasil UN dari daerah, sebagai bagian dari semangat otonomi daerah dan penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS). Penetapan kelulusan siswa berada di tingkat pemerintah daerah. Meski demikian, kemendikbud tetap memegang kewenangan dalam penyusunan standar evaluasi dan keputusan, yang pada tahap selanjutnya hasil ini akan ditindaklanjuti oleh program-program kemendikbud yang sesuai dengan kebutuhan di setiap daerah. Ketiga, pelaksanaan UN tetap seperti saat ini, namun dengan jenis soal berbasis masalah sebagaimana yang disarankan oleh Prof. B.J. Habiebie, bukan jenis soal berganda dengan jawaban tunggal. Jenis soal berbasis masalah akan mengukur aspek-aspek seperti rhetoric dan logic, selain sisi kreatif, yang selama ini hanya mengukur kepada ranah kognitif. Namun demikian, pra-syarat utama dari terobosan ini adalah lagi-lagi berujung pada kerelaan menteri hingga kepala daerah untuk tidak menginfiltrasi persoalan dan kepentingan politik dalam evaluasi ini. Hitam atau merah rapot pendidikan di suatu daerah, tidak dibawa ke ranah elektabilitas politik. Melainkan ditujukan untuk perbaikan, sehingga seluruh siswa yang lulus sekolah dapat dipastikan berkualitas dan memiliki dampak yang baik bagi masyarakat. Wallahu’alam bishawwab IDENTITAS PENULIS: NAMA : Denny Kodrat Alamat : Griya Palem Semi no. 3 Bojong Inong, Desa Jatimulya, Kec. Sumedang Utara, Sumedang HP : 08112203367 Email : denny_kodrat2001@yahoo.com