AN INTRODUC TION TO THE HIDDEN TREASURES OF ISLAM BEQUEATHED TO THE WORLD BY ...muzaffertahir9
AN INTRODUC TION TO THE
HIDDEN TREASURES
OF ISLAM
BEQUEATHED TO THE WORLD
BY
HADRAT MIRZA GHULAM AHMAD OF QADIAN
Comprising introductions and brief summaries of each of the 91
books written by the Founder of the Ahmadiyyah Muslim Jama‘at,
Hadrat Mirza Ghulam Ahmad,
the Promised Messiah and Imam Mahdi
[May peace be upon him]
Hadrat Mirza Ghulam Ahmad, the Promised Messiahas, hailed from
Qadian. He was born on Friday, February 13, 1835 (corresponding to
14 Shawwal, 1250 A.H.). Qadian, at that time, was a small village, 11
miles to the east of Batala, a township 18 miles from Amritsar and
about 70 miles from Lahore. His father, Mirza Ghulam Murtada, was
a well-to-do landlord of Qadian and was generally known as Ra’is of
Qadian (the chief of Qadian). Hadrat Ahmad’s birth was a twin birth,
his twin sister died shortly afterwards.
The family was one of the most respectable Persian families settled
in the land, and his ancestor, Mirza Hadi Beg, traced his ancestry to
Barlas, an uncle of Emperor Taimur.
Hadrat Ahmadas was born in an age of darkness when generally
little thought was given to learning, so much so that if a person
received a letter, it remained unread for weeks and months together. It
was no wonder that many aristocratic families remained illiterate.
But with Hadrat Ahmadas, it was a different story. He was under
the Divine protection since his birth. His father developed a strong
desire that his son should be properly educated and, therefore, when
he was of a tender age, a teacher, Fadl Ilahi, was appointed to teach
him the Holy Quran. Thus began his life-long association with the
Holy Quran. Fadl Ahmad was the second teacher that Hadrat
Ahmadas got at the age of 10. He taught him Persian and other
subjects. When Hadrat Ahmadas was 17 or 18, Gul ‘Ali Shah was
appointed to teach him grammar and Mantiq (logic). Hadrat
Ahmadas’s father, himself an experienced physician, instructed him in
the rudiments of medicine.
When Hadrat Ahmadas was about 29, he, in deference to the
wishes of his father, proceeded to Sialkot in 1864 to take up an appointment in the court of the Deputy Commissioner. There, his
piety came to be universally recognized and although he was still a
young man, he was held in high esteem by Muslims and Hindus alike.
He was of a retiring nature and spent most of his time in study.
Rev. Butler was a Christian missionary stationed at Sialkot and had
frequent religious discussions with him. When leaving Sialkot, Rev.
Butler paid a farewell visit to Hadrat Ahmadas. On enquiry, the
missionary told the Deputy Commissioner that he had come to the
court only to see Hadrat Ahmadas. This was the regard that was
entertained for him at an early age by the people of other faiths....................
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
3. Pengembangan pembelajaran
Adalah suatu proses mendesain
pembelajaran secara logis dan
sistematis dalam rangka untuk
menetapkan segala sesuatu
yang akan dilaksanakan dalam
proses kegiatan belajar dengan
memperhatikan potensi dan
kompetensi siswa
4. kebijakan
Adalah aturan tertulis yang merupakan
keputusan formal organisasi yang bersifat
mengikat, yang mengatur perilaku dengan
tuuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam
masyarakat.
Contoh kebijakan : undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Kepres, Kepmen, Perda,
Keputusan Bupati, Keputusan Direktur.
5. Pendidikan
Adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akkhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
6. Pengembangan kebijakan
pendidikan merupakan proses
mendesain pembelajaran dalam
aturan tertulis oleh lembaga formal
yang berkaitan dengan usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses
pembelajaran sesuai yang
diharapkan
7.
8. Sistem
pendidikan
merupakan
suatu strategi
atau cara yang
akan dipakai
untuk
melakukan
proses belajar
mengajar
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan
9.
10. UUD 1945 (AMANDEMEN)
• Pasal 31 ayat 3 : “Pemerintah
menyelenggarakan dan mengusahakan satu
sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang”
11. UU no 20 tahun 2003
• Pasal 3 : “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dlam dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa ,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”