Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. Masalah yang telah diidentifikasi
• Students’ lack of motivation in learning
• Students’ have less interest in reading
• The use of media and innovative learning
model is not optimal yet
• The students are still in LOTS level
4. Literature Review
According to Monika & Adnan (2017) as
cited from Rike Andriani (2019) learning
motivation can be defined as a force to do
learning activity which comes from inside
and outside of the individual in order to
emerge the passion for learning.
5. Ridha, Fauzi, and M. Yamin (2017) mention
factors that cause low motivation are:
1. Students’ ability
2. Students’ environment
3. Teachers guiding in the learning process
6. Terdapat 2 peran motivasi:
• Pertama, motivasi sebagai penggerak
psikis dalam diri seseorang yang akan
menimbulkan keinginan untuk belajar dan
juga menjamin tetap berlangsungnya
proses pembelajaran demi tujuan tertentu.
• Kedua, motivasi memberikan semangat
dan juga rasa senang dalam proses
pembelajaran yang dapat menimbulkan
energi untuk belajar.
(Ivylentine Datu Palittin, 2019)
7. According to Slameto (2010) there are two
factors that influence students’ learning,
namely internal and external factors.
• Internal factors includes the students’
physical condition, skill, interest, intelligent
and learning style.
• External factors includes the students’
family, friends, school, environment and
learning strategy
8. Interview
Responden 1 (Wakasek)
• Tidak suka dengan mata
pelajarannya
• Siswa sedang kurang sehat
• Kurang perhatian dan
dukungan untuk belajar dari
orang tua di rumah
• Lebih suka bermedia social
daripada belajar karena lebih
menarik dan menyenangkan
• Kondisi kelas kurang
mendukung
• Gurunya kurang disukai
• Gurunya kurang menarik
• Pengaruh pergaulan
Responden 2 (PKS
Kurikulum)
• Kurangnya dukungan
orang tua, mungkin
karena orang tuanya
sibuk bekerja. Karena
motivasi utama itu
muncul pertama kali dari
orang tua.
• Merasa malu (jika harus
presentasi atau maju ke
depan kelas sendirian)
• Takut melakukan
kesalahan
9. Conclusion
From the literature review and
interview, it can be concluded
some factors which influence
students’ motivation are:
• The students do not get
motivation from their parents.
Because the biggest
motivation will emerge when
the students get support and
care from their parents.
• The students feel shy and less
confidence to participate in the
lesson, especially when they
have to come forward alone.
This might be caused by:
– The students are afraid to
make mistakes
– The students do not
• The students do not like the
lesson and the teacher. Maybe
it can be caused by:
– The students think that
learning is not interesting
– The students think that
learning is hard
– They prefer to play games
or doing social media
– The teachers use less of
innovative learning
– The teachers do not use
any interesting media, only
textbook
• The students do not have
partner to discuss and
11. Literature Review
• Different factors like poor command of
vocabulary, habit of cramming, no interest
to learn creativity in reading but the sole
goal is just to pass the examination which
are found responsible for poor English
reading comprehension (Mubashir Iqbal,
2015)
• Students who have problems in reading
comprehension have poor or limited
vocabulary. (Biemiller & Boote, 2006;
Rupley & Nichols, 2005 as cited from
Mubashir Iqbal, 2015)
• Reading is a process shaped partly by the
text, partly by the reader's background, and
12. Interview
Responden 1 (Wakasek)
• Karena pesatnya
perkembangan teknologi
sehingga daripada
membaca buku, siswa
lebih suka mencari
informasi atau jawaban
dari internet dan
langsung menyalin
informasi tersebut tanpa
membacanya kembali.
• Kurangnya pembiasaan
membaca di rumah
Responden 2 (PKS
Kurikulum)
• Mudahnya untuk
mengakses internet
sehingga tanpa membaca
pun bisa dengan mudah
mendapatkan jawaban.
• Siswa lebih suka
menonton daripada
membaca.
• Program literasi yang
tidak konsisten.
13. Conclusion
From the literature review and interview, it can
be concluded some factors which influence
students’ have less interest in reading are:
• The students are lack of vocabulary
• The students are lazy to read a text because
they need more time to understand the text.
They want something instant.
• The ease of finding information on the
internet without reading.
• The students are lack of reading habit, either
at home or at school.
14. The use of media and innovative
learning model is not optimal yet
15. Literature Review
• Innovative learning is the process and
result of learning and educational
activities, which forces innovative changes
in the existence of environment and
stimulates a response to problem
situations.
• Thus, innovative learning is connected
with a creative search on the basis of
existing experience, and its enrichment
and creation of new educational product, it
is ready to prepare not only “knowing
16. Interview
Responden 1 (Wakasek)
• Fasilitas dan sarana di
sekolah yang kurang
mendukung
• Berbentrokan dengan
aturan sekolah dimana
siswa tidak diizinkan untuk
membawa telepon seluler
ke sekolah
• Guru yang kurang
mengikuti perkembangan
teknologi
• Guru tidak mau
mengembangkan
kompetensi diri
Responden 2 (PKS
Kurikulum)
• Fasilitas dan sarana di
sekolah kurang memadai
• Tidak adanya ruangan
khusus, sehingga sangat
menyita waktu dan
tenaga
• Terkadang siswa masih
bingung dengan
pembelajaran inovatif
• Masih ada guru yang
belum menggunakan
media atau pembelajaran
inovatif
17. Conclusion
From the literature review and interview, it can
be concluded the causes of the problem related
to the use of media and innovative learning
model are:
• The limited facility at school
• The students confuse with the
implementation of innovative learning model
• The teachers do not keep up with
technological development
• The teachers do not develop their
competencies
19. Literature Review
Brookhart (dalam Susanto, 2018)
menjelaskan bahwa suatu keterampilan
dapat dikategorikan sebagai HOTS apabila
terdapat proses dan keterampilan yang
berupa transfer dimana dalam proses
transfer tersebut siswa tidak hanya
mengingat dan memahami pengetahuan
dan keterampilan yang dipelajarinya, tetapi
mampu memaknai pengetahuan dan
keterampilan tersebut serta dapat
20. Ada tiga karakteristik HOTS yang dijelaskan
oleh Brookhart (dalam Susanto, 2018) yaitu:
• Pertama, terdapat proses dan
keterampilan berupa transfer (transfer),
• Kedua terdapat keterampilan berpikir kritis
(critical thinking)
• Ketiga terdapat keterampilan pemecahan
masalah (problem solving). (Muawwinatul
Laili, 2020)
21. Students' critical thinking and creativity in
problem solving in learning also need to be
supported by several factors. The ability to
collaborate, communicate and digital literacy
are crucial factors that need attention. (Farid
Mutohhari, 2021)
22. Interview
Responden 1 (Wakasek)
• Siswa malas untuk
berpikir
• Siswa malas untuk
membaca
• Siswa malas untuk
berdiskusi dengan teman
• Siswa malas untuk
mencari informasi
tambahan, berhubungan
dengan pengetahuan
umum
Responden 2 (PKS
Kurikulum)
• Siswa kurang membaca
sehingga tidak mampu
menganalisis soal-soal
HOTS
• Literasi dan wawasan
siswanya kurang
• Siswa kurang latihan
• Masih ada beberapa guru
yang belum menerapkan
HOTS
23. Conclusion
From the literature review and interview, it
can be concluded the cause of the problem
related to the implementation of HOTS are:
• The students do not want to think and
discuss
• The students are lack of reading habit so
they cannot analyze HOTS questions
• The students are lack of practice in
answering HOTS questions. Because
there are some teachers who do not
implement HOTS yet.
24. Bagaimana Anda melakukan kajian
literatur?
Hal yang mendukung
• Internet yang bisa
diakses di mana saja
sehingga memudahkan
untuk mencari sumber,
karena tidak harus pergi
ke perpustakaan secara
langsung.
• Teman-teman yang bisa
untuk diajak diskusi dan
berbagi
Hal yang menghambat
• Kemampuan untuk
mencari sumber yang
sesuai untuk masalah
yang sudah diidentifikasi
25. Bagaimana Anda melakukan
eksplorasi melalui wawancara?
Hal yang mendukung
• Narasumber yang
bersedia untuk
diwawancarai secara
mendadak
• Teman-teman yang bisa
diajak berdiskusi
mengenai instrumen
wawancara
Hal yang menghambat?
• Waktu yang terbatas
• Jadwal yang tidak sesuai
dengan jadwal
narasumber
26. Refleksi
Ternyata untuk mencari penyebab masalah
itu tidak mudah. Perlu adanya kajian literatur
dan wawancara. Dari dosen, guru pamong,
teman-teman guru, dan narasumber saya
jadi banyak belajar mengenai penyebab
masalah dan solusi untuk menyelesaikan itu
yang sebelumnya belum pernah saya
pikirkan.