H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Ibu sedang sakit parah di rumah sakit. Anaknya menemani ibu sepanjang malam sambil mengenang masa lalu ketika ibu bekerja keras untuk membesarkan anak-anaknya. Anak-anak lain tidak ada yang menjenguk ibu kecuali menanyakan kabar jika ibu semakin parah. Anak yang menemani ibu merasa kesal dengan sikap saudara-saudaranya yang tidak peduli pada ibu yang sedang sekarat.
Cerpen ini ditulis khas buat adik-adik peserta SKSPM 2006/2007 dan 2007/2008 serta adik-adikku dan sahabat sekalian. Semoga kita cekal menghadapi hidup. Semoga kita meniti kehidupan ini sambil memandang ke kiri dan kanan kita. Sesungguhnya masih banyak bangsa kita yang berada dalam seribu satu kesusahan. Perjuangan kita bukan lagi perjuangan untuk memenuhkan oerut kita sebaliknya ia adalah perjuangan untuk memajukan bangsa. Inilah masa untuk Revolusi kita bagi mengembalikan kegemilangan ketamadunan kita.
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Cerita ini menceritakan tentang masalah timbunan sampah di depan rumah sang narator yang membuat istri narator sering jengkel dan khawatir terhadap kesehatan bayi yang dikandungnya. Istri narator meminta narator untuk memecahkan masalah ini bersama tetangga. Narator kemudian berencana mengumpulkan warga untuk membersihkan dan mengatur timbunan sampah tersebut.
Lakon Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer menceritakan tentang sepasang suami istri tua yang saling mengingat masa lalu bersama sambil menunggu kedatangan tamu. Kakek dan Nenek terlihat masih saling menggoda walaupun sudah tua. Kemudian tamu yang datang adalah seorang janda bernama Nyonya Wenas yang dulu dekat dengan Kakek. Interaksi antara ketiganya menimbulkan berbagai kesalahpah
Cerpen ini menceritakan tentang seorang pria bernama Yunus yang mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya. Ia terbangun di sebuah kamar mewah dan diberitahu bahwa ia adalah pemilik perusahaan besar yang menikah dengan wanita bernama Dian dan memiliki tiga orang anak. Yunus mencoba menyesuaikan diri dengan identitas barunya meskipun masih bingung karena kehilangan ingatannya.
Ibu sedang sakit parah di rumah sakit. Anaknya menemani ibu sepanjang malam sambil mengenang masa lalu ketika ibu bekerja keras untuk membesarkan anak-anaknya. Anak-anak lain tidak ada yang menjenguk ibu kecuali menanyakan kabar jika ibu semakin parah. Anak yang menemani ibu merasa kesal dengan sikap saudara-saudaranya yang tidak peduli pada ibu yang sedang sekarat.
Cerpen ini ditulis khas buat adik-adik peserta SKSPM 2006/2007 dan 2007/2008 serta adik-adikku dan sahabat sekalian. Semoga kita cekal menghadapi hidup. Semoga kita meniti kehidupan ini sambil memandang ke kiri dan kanan kita. Sesungguhnya masih banyak bangsa kita yang berada dalam seribu satu kesusahan. Perjuangan kita bukan lagi perjuangan untuk memenuhkan oerut kita sebaliknya ia adalah perjuangan untuk memajukan bangsa. Inilah masa untuk Revolusi kita bagi mengembalikan kegemilangan ketamadunan kita.
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Cerita ini menceritakan tentang masalah timbunan sampah di depan rumah sang narator yang membuat istri narator sering jengkel dan khawatir terhadap kesehatan bayi yang dikandungnya. Istri narator meminta narator untuk memecahkan masalah ini bersama tetangga. Narator kemudian berencana mengumpulkan warga untuk membersihkan dan mengatur timbunan sampah tersebut.
Lakon Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer menceritakan tentang sepasang suami istri tua yang saling mengingat masa lalu bersama sambil menunggu kedatangan tamu. Kakek dan Nenek terlihat masih saling menggoda walaupun sudah tua. Kemudian tamu yang datang adalah seorang janda bernama Nyonya Wenas yang dulu dekat dengan Kakek. Interaksi antara ketiganya menimbulkan berbagai kesalahpah
Cerpen ini menceritakan tentang seorang pria bernama Yunus yang mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya. Ia terbangun di sebuah kamar mewah dan diberitahu bahwa ia adalah pemilik perusahaan besar yang menikah dengan wanita bernama Dian dan memiliki tiga orang anak. Yunus mencoba menyesuaikan diri dengan identitas barunya meskipun masih bingung karena kehilangan ingatannya.
Tiga kalimat:
Hyza mengalami gangguan psikologis akibat keinginannya untuk memakan durian emas yang muncul dalam mimpinya, meskipun sepanjang hidupnya ia menolak memakan buah itu karena trauma masa lalu. Ia melakukan berbagai upaya untuk menyingkirkan durian itu dari hidupnya namun gagal.
Teks ini menceritakan perjalanan cinta seorang istri terhadap suaminya. Awalnya istri tidak mencintai suaminya karena menikah terpaksa, tetapi setelah suaminya meninggal dunia akibat kecelakaan, istri menyadari pengorbanan dan kasih sayang suaminya selama ini. Istri merasakan penyesalan mendalam atas sikap dan perlakuannya selama ini kepada suami tercinta.
Cerita ini menceritakan tentang Juan, seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang membantu ibunya menjual kue serabi untuk mendapatkan penghasilan. Suatu hari, hujan deras membuat kue serabinya basah. Seorang pemuda membeli semua kue itu. Di rumah, Juan menemukan ibunya bersama laki-laki lain. Malam itu, Juan diperkosa teman ibunya. Ibunya menampar dan memukuli Juan setelah menget
Cerita horror tentang misteri kematian seorang gadis bernama Alyssa. Karakter utama bermimpi aneh tentang Alyssa dan berusaha mengungkap misteri kematiannya. Ia menemukan petunjuk lewat sebuah diary dan bertemu dengan kembaran Alyssa bernama Alyssia. Namun mimpi aneh kembali menghampirinya.
Cerita ini menceritakan pertemuan seorang mahasiswa dengan Nancy, sekretaris dosennya. Mereka makan siang bersama dan berteman baik. Nancy menceritakan mantan pacarnya yang meninggal saat menjalankan tugas sebagai pemadam kebakaran. Mereka makan malam bersama teman-teman mantan pacar Nancy. Malam itu, mahasiswa dan Nancy mengungkit kenangan lalu, dan berakhir dengan berhubungan intim di apartemen mahasiswa.
Cerita pendek ini menceritakan tentang Desak, mahasiswi yang jatuh cinta dengan dosennya setelah istrinya meninggal. Desak merasa dosennya adalah satu-satunya pria yang tepat untuk menjadi suaminya meskipun hal itu tidak mungkin secara hukum karena perbedaan status dan masalah sosial. Cerita ini menggambarkan perasaan rumit Desak antara cinta dan kewajaran.
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Cerita ini menceritakan tentang seorang lelaki asing yang terdampar di sebuah pulau. Ia mengajarkan penduduk pulau tentang agama dan larangan menjala ikan pada hari Sabtu. Namun penduduk pulau tidak memperdulikannya dan tetap menjala ikan pada hari Sabtu. Akibatnya, semua ikan mati dan penduduk pulau dihukum menjadi monyet. Kini pulau itu dikenal sebagai Pulau Monyet. Cerita
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Cerita pendek ini menceritakan seorang wanita janda bernama Nurul yang merawat seorang anak laki-laki bernama Izan setelah ibunya meninggal. Izan sering bercerita tentang melihat malaikat di rumah sebelah. Suatu hari hujan deras, Izan menghilang dan ditemukan tewas di rumah kosong sebelah sambil memegang kertas gambarannya.
Cerita ini menceritakan tentang seorang paman yang sangat menyukai berburu burung. Paman sering mengajak keponakannya untuk berburu di berbagai tempat. Setelah meninggal misterius, burung-burung peninggalan paman dilepaskan di atas makamnya sesuai permintaan nenek. Suatu hari, seekor elang terluka ditembak oleh keponakan menggunakan senapan milik paman yang dikubur di samping makamnya.
Cerpen ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang menemani ibunya di rumah sakit. Ibunya terbaring lemah setelah hidup menderita. Anak itu mengingat masa lalu ibunya yang bekerja keras untuk anak-anaknya, sementara saudara-saudaranya tidak peduli dengan keadaan ibunya yang sekarat. Anak itu hanya bisa menemani ibunya sambil berdoa semoga ibunya sembuh.
eweH. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Tiga kalimat:
Hyza mengalami gangguan psikologis akibat keinginannya untuk memakan durian emas yang muncul dalam mimpinya, meskipun sepanjang hidupnya ia menolak memakan buah itu karena trauma masa lalu. Ia melakukan berbagai upaya untuk menyingkirkan durian itu dari hidupnya namun gagal.
Teks ini menceritakan perjalanan cinta seorang istri terhadap suaminya. Awalnya istri tidak mencintai suaminya karena menikah terpaksa, tetapi setelah suaminya meninggal dunia akibat kecelakaan, istri menyadari pengorbanan dan kasih sayang suaminya selama ini. Istri merasakan penyesalan mendalam atas sikap dan perlakuannya selama ini kepada suami tercinta.
Cerita ini menceritakan tentang Juan, seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang membantu ibunya menjual kue serabi untuk mendapatkan penghasilan. Suatu hari, hujan deras membuat kue serabinya basah. Seorang pemuda membeli semua kue itu. Di rumah, Juan menemukan ibunya bersama laki-laki lain. Malam itu, Juan diperkosa teman ibunya. Ibunya menampar dan memukuli Juan setelah menget
Cerita horror tentang misteri kematian seorang gadis bernama Alyssa. Karakter utama bermimpi aneh tentang Alyssa dan berusaha mengungkap misteri kematiannya. Ia menemukan petunjuk lewat sebuah diary dan bertemu dengan kembaran Alyssa bernama Alyssia. Namun mimpi aneh kembali menghampirinya.
Cerita ini menceritakan pertemuan seorang mahasiswa dengan Nancy, sekretaris dosennya. Mereka makan siang bersama dan berteman baik. Nancy menceritakan mantan pacarnya yang meninggal saat menjalankan tugas sebagai pemadam kebakaran. Mereka makan malam bersama teman-teman mantan pacar Nancy. Malam itu, mahasiswa dan Nancy mengungkit kenangan lalu, dan berakhir dengan berhubungan intim di apartemen mahasiswa.
Cerita pendek ini menceritakan tentang Desak, mahasiswi yang jatuh cinta dengan dosennya setelah istrinya meninggal. Desak merasa dosennya adalah satu-satunya pria yang tepat untuk menjadi suaminya meskipun hal itu tidak mungkin secara hukum karena perbedaan status dan masalah sosial. Cerita ini menggambarkan perasaan rumit Desak antara cinta dan kewajaran.
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Cerita ini menceritakan tentang seorang lelaki asing yang terdampar di sebuah pulau. Ia mengajarkan penduduk pulau tentang agama dan larangan menjala ikan pada hari Sabtu. Namun penduduk pulau tidak memperdulikannya dan tetap menjala ikan pada hari Sabtu. Akibatnya, semua ikan mati dan penduduk pulau dihukum menjadi monyet. Kini pulau itu dikenal sebagai Pulau Monyet. Cerita
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Cerita pendek ini menceritakan seorang wanita janda bernama Nurul yang merawat seorang anak laki-laki bernama Izan setelah ibunya meninggal. Izan sering bercerita tentang melihat malaikat di rumah sebelah. Suatu hari hujan deras, Izan menghilang dan ditemukan tewas di rumah kosong sebelah sambil memegang kertas gambarannya.
Cerita ini menceritakan tentang seorang paman yang sangat menyukai berburu burung. Paman sering mengajak keponakannya untuk berburu di berbagai tempat. Setelah meninggal misterius, burung-burung peninggalan paman dilepaskan di atas makamnya sesuai permintaan nenek. Suatu hari, seekor elang terluka ditembak oleh keponakan menggunakan senapan milik paman yang dikubur di samping makamnya.
Cerpen ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang menemani ibunya di rumah sakit. Ibunya terbaring lemah setelah hidup menderita. Anak itu mengingat masa lalu ibunya yang bekerja keras untuk anak-anaknya, sementara saudara-saudaranya tidak peduli dengan keadaan ibunya yang sekarat. Anak itu hanya bisa menemani ibunya sambil berdoa semoga ibunya sembuh.
eweH. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Cerpen ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis bernama Tiara yang di besarkan oleh orang tua angkat setelah dibuang oleh orang tua kandungnya. Tiara memutuskan untuk membantu nafkah keluarga angkatnya yang sedang mengalami kesulitan ekonomi akibat sakitnya ibu dan usia tua ayahnya.
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasuarvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mh kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mh
Manda mengidap pneumonia parah dan dirawat di rumah sakit. Dokter memperkirakan kondisinya semakin memburuk. Dia meminta kekasihnya untuk membawanya ke Gunung Menumbing sebelum waktunya tiba. Mereka menikmati pemandangan kabut jingga di puncak gunung sebelum Manda menghembuskan nafas terakhir.
DOA EMAK UNTUK ASA.
Sesungguhnya hidup itu memang indah... setidaknya itulah yang aku rasakan dalam dekapan Emak yang selalu hangat.
Asa kecil tak pernah jauh dari Emak yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang dan cinta seorang diri. Namun, saat beranjak dewasa, karena tuntutan keadaan yang mengharuskan Asa untuk berjuang pergi meninggalkan Emak dan hidup berdikari di negeri orang.
“Ketika doa Emak, perjuangan yang meneteskan air mata demi Asa,
Ketika cinta Emak, menguatkan alang rintang pada Asa”.
Tiga bersaudara Faizal, Fairus dan Faizul pulang sekolah dalam keadaan letih dan haus. Adik bongsu Faizul merengek kerana haus tetapi tiada wang untuk membeli minuman. Di rumah, Faizul merajuk kerana hanya makan nasi dan telur setiap hari. Ibu menerangkan kesusahan ayah mencari rezeki untuk menyara keluarga. Faizal teringat nasihat ibu dan ayah untuk tidak mencuri apabila kawan menga
Cerpen ini menceritakan kisah seorang perempuan desa yang terjebak dalam rumah bordil setelah ditipu kekasihnya. Ia berusaha mengumpulkan uang untuk membebaskan diri dan membantu keluarganya. Suatu hari ia bertemu dengan seorang lelaki yang memperlakukannya dengan baik dan memberinya harapan untuk memulai hidup baru. Namun, harapan itu pupus setelah ia membaca berita kematian lelaki terse
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Teks menceritakan perjalanan seorang mahasiswa di kereta malam menuju Solo. Ia bertemu seorang ibu paruh baya yang mengira dia adalah anaknya yang meninggal. Ketika tiba di tujuan, ibu itu mengikutinya ke rumah dan mengklaim dia sebagai anaknya. Kemudian datang seorang dokter yang menjelaskan bahwa ibu itu adalah pasiennya yang menderita gangguan jiwa setelah kehilangan anak sat
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan cerpen, mulai dari teknik penulisan judul, kutipan, bahasa, pembukaan, sudut pandang, latar/setting, dan ide cerita. Beberapa poin penting yang dijelaskan antara lain cara membuat judul yang menarik perhatian pembaca, contoh penggunaan kata-kata yang tidak biasa untuk memperkaya bahasa, teknik pembukaan yang menggunakan unsur mister
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
1. Suara Pembaruan
Minggu, 24 Juni 2007
Dalam Rindu
Cerpen: Hembang Tambun
Aku benci rumah sakit. Tempat itu begitu dekat dengan kematian. Aku benci bau obat.
Aromanya sangat tidak nyaman di hidungku. Aku benci dokter dan perawat. Mereka
bisanya hanya menakut-nakutiku dengan jarum suntik yang membuatku bermimpi buruk
sewaktu kecil. Tetapi sejak beberapa tahun terakhir ini, aku harus belajar mengakrab-akrabkan
diri dengan mereka semua. Belajar membetah-betahkan diri, bahkan menginap di
ruang putihnya saat harus berjaga sepanjang malam. Belajar menahan muntah, meski bau
obat itu masih terasa menusuk-nusuk. Belajar tersenyum pada dokter dan perawat, karena
sekalipun mereka identik dengan jarum suntik, aku tahu itu bukan untukku.
Dan sekarang, lagi-lagi rumah sakit ini berhasil memenjarakanku. Duduk di salah satu
ruang sempitnya, menatap dalam-dalam pada wajah letih seorang perempuan tua yang
sedang terbaring di salah satu bangsalnya. Wajah itu berkerut-kerut, seolah hendak
mengukir jalan-jalan yang sudah ditapakinya sepanjang hayatnya yang melelahkan. Rongga
matanya cekung, menciptakan dua lobang hitam di wajah tirusnya. Irama nafasnya mulai
teratur. Dadanya bergerak naik turun dengan nada yang sama. Aku mengawasinya dengan
hati penuh haru.
Malam ini barulah ia bisa sedikit tenang setelah minum obat yang diberi dokter. Sepanjang
dua malam, sejak ia diopname di sini, ia tak pernah setenang ini. Selalu mengerang dan
mengaduh kesakitan. Ia tak selera menyantap apapun. Pun sekadar mencicipinya. Kalaupun
dengan setengah terpaksa ia mau karena bujukanku yang mengiba, maka dalam sekejap ia
langsung memuntahkan makanan itu. Lalu hanya wajah pucatnya yang tersisa. Aku pun
hanya bisa menangis tertahan sambil menenangkannya. Akhirnya ia hanya bisa bergantung
pada obat-obatan dari selang infus di pergelangan tangannya sebagai sumber penguat
tubuhnya, serta dari beberapa suntikan yang sangat menyiksanya.
"Tii...goor...!!!" suara paraunya terdengar seperti igauan. Lalu menceracau tidak jelas.
Kemudian ia memiringkan kepalanya seolah hendak mencari posisi tidur yang pas.
"Aku di sini, Inong! Aku ada di sini!" kataku berbisik di telinganya, sambil menggenggam
erat tangannya. Telapak tangannya yang kasar begitu kaku. Dingin. Kubetulkan selimut
yang menutupi badannya. Kuelus keningnya perlahan sambil merapikan beberapa helai
anak rambutnya yang menjuntai. Kukatupkan bibir dan kupejamkan mata menahan butir air
yang sudah menggenang di pelupuk. Kalau tidak, butiran itu akan jatuh tepat di wajah ibu
dan malah akan membangunkannya.
Kembali kuterdiam. Hening. Aku hanya bisa terduduk di samping bangsal ibu di kamar
putih ini, memandangi wajahnya sepuasnya tanpa henti, sambil mengucap doa-doa untuk
kesembuhannya. Ia benar-benar tak berdaya. Seperti seorang pecundang yang dikalahkan
oleh kerasnya hidup, seletih wajah pasukan yang terpukul mundur dari medan perang yang
tak terhindarkan.
"Inong...!" aku bergumam perlahan sembari membayangkan betapa ia juga dulu sering
menatapku seperti ini, saat aku juga sama sekali tak berdaya di tahun-tahun pertamaku
menyapa kehidupan. Ia sering memandangiku sampai terlelap, mengucap doa-doa,
menguntai satu harap akan masa depan yang lebih baik untukku.
Dulu, ibuku seorang yang kuat. Perkasa. Ia pekerja keras yang tak kenal letih, seperti
2. kebanyakan petani di kampung kami. Dunianya pun tak lebih dari sawah dan ladang
belaka. Kerja dan kerja, hanya itu yang ada dalam kamusnya. Ia sudah berada di sawah
mendahului matahari di waktu pagi, seolah ia hendak membangunkan fajar, dan ia baru tiba
di rumah, setelah matahari jatuh di peraduannya. Yang dipikirkannya hanyalah bagaimana
memperoleh hasil panen yang lebih banyak, karena setiap bulan, anaknya yang kuliah di
kota provinsi akan menagih jatah bulanannya. Belum lagi anak-anaknya yang masih ada di
sekolah lanjutan, yang sebentar lagi juga akan membutuhkan biaya yang semakin besar.
Makanya jangan heran bila sepulang dari sawah, pertanyaan pertama yang akan terdengar
adalah, "Kau sudah kasih makan pinahan kita?" Bukan pertanyaan, "Kau sudah mandi,
Nak?" Atau, "Bagaimana pelajaran sekolahmu?"
Namun, sekalipun semua perhatian sentimentil seperti itu tidak akan pernah terdengar dari
bibirnya, aku tahu hatinya penuh dengan semangat memperjuangkan anak-anaknya. Entah
siapa yang berhasil menanamkan prinsip anakhonhi do hamoraon di ahu ke dalam
pikirannya, juga bagi mayoritas suku kami. Sepertinya prinsip itu sudah menjadi bagian
yang melekat dengan detak jantungnya, bagian dari nafasnya. Hingga dengan seluruh daya
ia berjuang tanpa henti. Dan, mungkin baginya, waktu dua puluh empat jam sehari itu
seolah tidak pernah cukup untuk membaktikan dirinya bagi anak-anaknya.
Dan beban itu semakin berat saja dipikulnya ketika di suatu malam yang naas, sepulang
menghadiri upacara adat, mobil yang membawa ayah mengalami kecelakaan yang
memaksanya untuk beristirahat total di rumah untuk selamanya. Tak ada lagi yang
membantunya sejak saat itu. Ia harus benar-benar bisa mengandalkan dirinya sendiri.
Apalagi ayah cuma sanggup bertahan hidup hampir setahun, setelah dua petak sawah
tergadai untuk menutupi biaya pengobatannya.
Maka semakin rentalah ia. Semakin keraslah ia membanting tulang dengan harapan anak-anaknya
tidak akan semenderita dirinya kelak. Sungguh suatu harapan mulia yang
diidamkan semua orang tua.
"Tiii...goor...!!!" igauan ibu terdengar lagi.
"Inong, aku di sini!" bisikku lagi sambil mengelap sebutir keringat yang mengalir di
keningnya. Kubelai pipinya dengan punggung tanganku.
"Tiii...goor...!!!"
"Inong, anakmu ada di sini!" desisku lagi dengan perlahan. Hatiku terenyuh melihat
bibirnya yang komat kamit menyebut nama anak terkasihnya, seperti melafazkan tabas dari
alam bawah sadarnya.
*
Dulu, ibuku telah berjuang antara hidup dan mati sebanyak sebelas kali untuk melahirkan
kami ke dunia ini. Ya, sebelas kali! Kami sebelas bersaudara, hanya saja tiga orang
meninggal sewaktu masih bayi, karena tidak tersedianya sarana pertolongan kesehatan yang
memadai di desa kami yang terpencil. Belasan orang bersaudara adalah jumlah yang
sangat-sangat biasa bagi generasi saat itu. Sampai-sampai pemerintah menggalakkan
Program KB (Keluarga Berencana) hingga ke pelosok-pelosok dengan motto: dua anak
cukup, laki-laki perempuan sama saja! untuk meredam melonjaknya angka kelahiran.
Sungguh suatu slogan yang membuat ibu-ibu yang sudah terlanjur beranak banyak menjadi
minder.
Namun sejujurnya bukan program itu yang menghambat angka kelahiran di desaku.
3. Umumnya ibu-ibu memutuskan untuk tidak mempunyai anak lagi saat anak siakkangan-nya
sudah menikah. Karena bila cucunya berusia lebih tua dari anaknya sendiri, akan menjadi
prestasi yang agak memalukan, dan sering menjadi bahan olokan di masyarakat. Persis
dengan yang terjadi denganku. Ibuku mengandungku saat kakakku yang paling tua sedang
mengandung anak sulungnya.
"Tii...goor...!!!"
Sekali lagi, dengan perlahan aku mengusap kening ibu sambil membisikkan jawaban
lembut di telinganya. Keningnya masih terasa dingin. Betapa ibanya aku menatapnya dalam
kondisi seperti ini. Sedalam apakah kerinduanmu terhadap anak-anakmu, Ibu?
Semenjak aku membawa ibu ke rumah sakit ini, aku sudah segera menghubungi kakak
yang tinggal di Jakarta maupun Surabaya untuk mengabari kondisi ibu. Tetapi mereka
cuma bilang, "Segera kabari kami kalau kondisinya semakin kritis!" Itupun hanya melalui
pesan singkat SMS. Mereka semua sama saja!
Aku mendongkol dengan ketakperdulian mereka. Mentang-mentang mereka sudah pada
sibuk dengan urusan keluarga mereka masing-masing, mereka mengacuhkan ibu yang
sepertinya cuma menjadi pelengkap penderita, bahkan kadang-kadang jadi beban yang
memberati mereka. Ataukah mereka telah memposisikan ibu - yang tak bisa lagi berbuat
apa-apa itu - sebagai benalu? Parasit? Ah...! Andai mereka tahu tak henti-hentinya ibu
memikirkan mereka....
"Mii...numm...! Ha...uss...!" desis ibu lemah.
Kusodorkan sesendok air putih ke bibir keringnya. Tapi membuka mulutnya saja pun sudah
membutuhkan satu usaha cukup keras darinya. Kucelupkan dua jariku ke segelas air putih
dan membasahi bibirnya.
Sekarang semuanya serba terbalik. Di tengah segala kesibukannya, dulu, ialah yang dengan
penuh sabar memberiku minum tanpa mengeluh. Ialah yang mamemei aku. Ialah yang
menunggui aku sampai terlelap. Ia pulalah yang mengajari aku dengan kata pertamaku,
mengenalkanku pada segala sesuatu serta menjelaskan kegunaan segala benda yang masih
asing bagiku, walaupun terkadang aku dengan teganya malah membalas dengan bentakan
kasar saat ia berulangkali bertanya bagaimana memakai sebuah benda produksi abad ke-21.
"Tii...goor...!!!"
Suara ibu terdengar tertahan bersamaan dengan sebuah getar hand-phone di saku celanaku.
Aku menenangkan ibu dengan sebuah usapan di keningnya sambil tangan kiriku berusaha
merogoh HP (hand phone). Ternyata sebuah SMS dari kakak nomor lima yang tinggal di
Makassar bersama suaminya. Lagi-lagi cuma bilang agar aku segera mengabari mereka bila
kondisi ibu makin memburuk. Ah, ibu. Apakah hanya kabar kematianmu saja yang ingin
mereka dengarkan saat ini? Terlalu merepotkankah seorang ibu yang tergolek tak berdaya
di masa tuanya bagi mereka yang pernah bergelung nyaman di dalam rahimnya?
Dasar anak-anak durhaka, geramku. Hatiku bergolak dengan sikap mereka yang tak
memikirkan ibu yang sedang sekarat di depanku saat ini. Layakkah perlakuan sedemikian
dituainya setelah sepanjang usia ia menabur berjuta asa? Belum cukupkah kisah Si Mardan
atau Malin Kundang menjadi pelajaran berharga bagi anak-anak yang melupakan budi baik
orang tua? Perlukah ditulis cerita baru tentang kedurhakaan para durjana yang berlaku
bagai kacang lupa kulitnya?
4. "Tiii...goor...!!!"
Kutatap lagi wajah letih ibu. Kuelus dahi keriputnya. Ada sejumput bahagia yang tersamar
bertunas di hatiku karena bisa menemaninya melewati malam-malam sunyi yang gulita dan
menenangkan gundahnya. Andai ada hal besar yang bisa kulakukan untuk
kesembuhannya....
Kugenggam tangan kanan ibu dengan kedua tanganku dan kutundukkan kepalaku.
Kupejamkan mataku, memanjatkan doa untuk kepulihannya. Sukmaku melayang
menembus langit-langit, mengadu pada satu kekuatan mahadahsyat yang menurutku
mampu mengatasi semua masalahku, juga ibuku. Lalu semuanya senyap. Hanya hening
meraja. Dan rasa kantuk tiba-tiba menyergapku dari segala arah, mengatupkan kedua
mataku seolah ditindih pemberat yang tak mampu kusingkirkan.
*
Aku terjaga saat tangan ibu ditarik dengan sedikit menyentak, mengejutkanku. Entah sudah
berapa lama aku tertidur sambil menggenggam tangannya. Lalu kulihat wajahnya yang
berbinar menatapku dengan kerinduan yang seolah terpuaskan. Tangannya gementar
memegangi rambut pendekku. Berusaha ditegakkannya kepalaku agar ia bisa melihat
wajahku lebih jelas. Sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu. Kudekatkan wajahku ke
arahnya. Kubimbing tangannya membelai wajahku, dan kudekap dia dengan penuh kasih
sayang.
"Oh... Tii...goor! Ooh...! Akhirnya kau pulang juga...!" katanya terbata-bata sambil
mengencangkan pelukannya dan menciumi wajahku. Suaranya terdengar serak, seolah
hanya desis yang dipaksakan bergema di telingaku.
Dan aku balas memeluknya. Air mataku meruah dalam dekapannya.
Padahal aku bukan Tigor, satu-satunya anak lelaki di keluarga kami yang sudah puluhan
tahun tak pernah pulang tanpa kabar, sejak meninggalkan kuliahnya begitu saja. Kabar
angin yang bergaung mengatakan ia kawin dengan seorang gadis Banjar dan tinggal di
Kalimantan sana. Anak yang tak punya rasa rindu itu seperti menguap begitu saja, hilang
tanpa bekas, menghadiahkan nestapa bagi ibu sebagai balas jasanya.
Aku adalah Tiur, boru siampudan yang namanya tak pernah ibu sebut dalam
rindunya....***
Tanah Deli, 02 Februari 2007, 23:09:47/ 02 Juni 2007
Catatan:
Inong : ibu
Pinahan : hewan ternak (khususnya babi)
Anakhonhi do hamoraon di ahu:
anakku itulah harta/kekayaan bagiku
Tabas : mantra
Siakkangan : anak sulung
Mamemei : memberi makanan yang telah terlebih dahulu dihaluskan di dalam mulut
Boru siampudan : putri bungsu