SlideShare a Scribd company logo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Asfiksia Neonatorum
2.2. Penyebab Asfiksia Neonatorum
2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia dan
Malaria
2.4. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
2.5. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
BAB III PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
3.1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karuniaNyalah,
makalah yang berjudul “Hubungan Asfiksia dengan Malaria” ini bisa diselesaikan.
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang
hubungan asfiksia dan malaria agar dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas pada neonatus,. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar,
seorang tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan neonatus yang optimal.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam
proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis
menyadari makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapakan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Raha,16 Mei 2014
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal.
Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia
27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional.
Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus
digunakan setiap kali menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal
sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam
penanganan bayi baru lahir.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi asfiksia neonatorum?
2. Apakah penyebab asfiksia?
3. Bagaimana tanda gejala serta diagnose pada bayi asfiksia?
4. Bagaimanakah cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir?
5. Bagaimanakah penanganan asfiksia neonatorum?
6. hubungan asfiksia dengan malaria?
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum.
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari asfiksia neonatorum.
3. Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala serta diagosa pada asfiksia pada
bayi baru lahir.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir.
5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Asfiksia Neonatorum
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah
buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler
dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan P. malariae, P.
vivax, P. falciparum dan P. ovale. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina
dari tribus Anopheles. Dari sekitar 400 spesies nyamuk anopheles telah ditemukan 67
spesies yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia.
Selain itu gigitan nyamuk malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfuse
darah atau jarum suntik yang tercemar dari ibu hamil kepada bayinya.1
Epidemiologi malaria ialah ilmu yang mempelajari factor-faktor yang menentukan
distribusi malaria pada masyarakat dan memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk
menanggulangi penyakit tersebut.
2.2. Penyebab Asfiksia Neonatorum
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia
bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi
asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
1. Preeklampsia dan eklampsia
2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3. Partus lama atau partus macet
4. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
3. Kelainan bawaan (kongenital)
4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu
harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.
2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia dan
Malaria
1. 1. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
2. Warna kulit kebiruan
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
2. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa
dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin
menggigil) serta demam berkepanjangan.
Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan
di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih
menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar
100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen
diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan
penyebab utama kematian di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang
terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan
lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah
memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah
tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit
yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil
dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-
gejala ini muncul kembali secara periodik.
Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium
vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama
terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Demam rimba (jungle fever ),
malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh
Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria.
Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma,
mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium
malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau
tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi
terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari.
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan,
disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana. Pada masa
inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala
pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah
sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
Penanganan
1. Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon
cinchona, yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan
menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli
obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride )
yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih
rendah.
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
1. a. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-
lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
1. b. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
1. c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah
7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
2.4. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi.
Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan
yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,
yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan
bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar
pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
2.5. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
1. A. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi
dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1. 2 helai kain / handuk.
1. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
2. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
3. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
4. Kotak alat resusitasi.
5. Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).
1. B. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai
ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
2. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
3. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
1. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
2. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
1. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
2. Kompresi dada.
3. Pengobatan
1. C. Langkah-Langkah Resusitasi
Setiap melakukan tindakan atau langkah harus didahului dengan persetujuan tindakan
medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi :
1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi
wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatal.
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.
4. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.
5. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.
(Sarwono prawirohardjo,2002)
I.TAHAP I LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur.
Langkah tersebut meliputi :
1. 2. Jaga bayi tetap hangat
1. Letakkan bayi diatas kain diatas perut ibu
2. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong tali
pusat.
3. Pindahkan bayi diatas kain tempat resusitasi.
2. 3. Atur posisi bayi
1. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
2. Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.
3. 4. Isap lendir
Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara :
1. Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
2. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu
memasukkan.
3. Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm kedalam
mulut, dan jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung). Hal itu dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat dan bayi tiba-tiba barhenti
bernafas.
4. 5. Keringkan dan rangsang bayi.
1. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya.dengan sedikit tekanan. Rangsang ini dapat membantu bayi
mulai bernafas.
2. Lakukan rangsang taktil dengan cara menepuk atau menyentil telapak
kaki atau menggosok punggung, perut,dada,tungkaibayi dan telapak
tangan.
5. 6. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi.
1. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.
2. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka,dan
dada agar bisa memantau pernafasan bayi.
3. Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
6. 7. Lakukan penilaian bayi
1. Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau
megap-megap.
Bila bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi.
Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi bayi.
II. TAHAP II VENTILASI
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume
udara kedalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar
bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkahnya :
1. Pasang sunkup
Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan
nafas bayi terbuka.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan pemompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak
mengembang, periksa posisi sunkup pastikan tidak ada udara yang bocor, periksa
posisi kepala pastikan posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender dimulut
bila masih terdapat lender lakukan penghisapan. Lakukan pemompaan 2 kali, jika
dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan
tekanan 20cm air
Pastikan dada mengembang saat dilakukan pemompaan, setelah 30 detik lakukan
penilaian ulang nafas.
Jaka bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan
pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megao atau tidak bernafas lakukan ventilasi.
1. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.
1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
2. Hentikan ventilasi setiap 30 detik.
3. Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap.
1. Jaka bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi.
2. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30
detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas setiap 30 detik.
2. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas selama 2 menit resusitasi.
1. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
2. Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan.
3. Lakukan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.
1. Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjitkan ventilasi selama 10
menit.
2. Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu
dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
3. Bayi yang mengalami asitol 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan
otak yang permanen.
1. Prinsip-Prinsip Resusitasi Yang Efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi
neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif
dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus
bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari
pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia
clan siap pakai.
1.2.6.Hubungan Asfiksia dengan Malaria.
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya,
hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta
demam berkepanjangan.
Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan
di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih
menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar
100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen
diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan
penyebab utama kematian di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang
terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan
lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah
memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah
tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit
yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil
dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-
gejala ini muncul kembali secara periodik.
Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium
vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama
terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Demam rimba (jungle fever ),
malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh
Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria.
Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma,
mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium
malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau
tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi
terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari.
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan,
disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana. Pada masa
inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala
pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah
sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
Penanganan
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang
lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan
protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil
menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif
daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Dan Saran
3.1.1 Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.Penanganannya adalah dengan
tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka.
2. Memulai pernafasan
3. Mempertahankan sirkulasi
Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah langkah awal,
dan tahap kedua adalah ventilasi.
1. Penanganan malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan dalam melakukan
diagnosa seawal mungkin. Sebaiknya penderita yang diduga menderita malaria berat
dirawat pada bilik intensif untuk dapat dilakukan pengawasan serta tindakan-tindakan
yang tepat. Prinsip penanganan malaria berat ialah : 2,7
A. Terhadap parasitemianya yaitu dengan:
1. Pemberian Obat Anti Malaria
2. Exchange transfussion (transfusi ganti)
B. Pemberian Cairan / Nutrisi
C. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ yang mengalami komplikasi.
ad.1. Pemberian Obat Anti Malaria (OAM).
Pemberian obat anti malaria(OAM) pada malaria berat berbeda dengan malaria biasa
karena pada malaria berat diperlukan daya membunuh parasit secara cepat dan
bertahan cukup lama didarah untuk segera menurunkan derajat parasitemi. Oleh
karenanya dipilih pemakaian obat per parenteral ( intravena per infus/ intra musuler)
yang berefek cepat dan kurang terjadinya resistensi
3.1.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca
semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk
Bidan.(2007). Jakarta
Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

More Related Content

Similar to Daftar is2

slide cacar monyet kelompok 2.pptx
slide cacar monyet kelompok 2.pptxslide cacar monyet kelompok 2.pptx
slide cacar monyet kelompok 2.pptx
DimasMaulana84
 
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutPenyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutOperator Warnet Vast Raha
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
SittiNurIndah
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
RandomChanel
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi KesehatanPenyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi Kesehatan
sindhysoara
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
PahmiRamdan
 
Malaria
MalariaMalaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Rini Wahyuni
 
penyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariapenyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malaria
Rahayusri771
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
SittiNurIndah
 
Epm ni luh budi febriani 1506801795
Epm ni luh budi febriani 1506801795Epm ni luh budi febriani 1506801795
Epm ni luh budi febriani 1506801795
Ni Luh Budi Febriani
 
Malaria
MalariaMalaria
Asfiksia pada bayi bari lahir dan hubungannya dengan malaria
Asfiksia pada bayi bari lahir dan hubungannya dengan malariaAsfiksia pada bayi bari lahir dan hubungannya dengan malaria
Asfiksia pada bayi bari lahir dan hubungannya dengan malariaOperator Warnet Vast Raha
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Rini Wulandari
 
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 BanjarmasinFaktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Erdina Lulu
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
gusti dani
 
asuhan kebidanan patologi dengan malaria
asuhan kebidanan patologi dengan malariaasuhan kebidanan patologi dengan malaria
asuhan kebidanan patologi dengan malariaPophy D'PRinces
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
hersu12345
 
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawatiPenyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Noveldy Pitna
 
Malaria Vivax.pptx
Malaria Vivax.pptxMalaria Vivax.pptx
Malaria Vivax.pptx
ChoiHyunsuk17
 

Similar to Daftar is2 (20)

slide cacar monyet kelompok 2.pptx
slide cacar monyet kelompok 2.pptxslide cacar monyet kelompok 2.pptx
slide cacar monyet kelompok 2.pptx
 
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutPenyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi KesehatanPenyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi Kesehatan
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
 
penyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariapenyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malaria
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
 
Epm ni luh budi febriani 1506801795
Epm ni luh budi febriani 1506801795Epm ni luh budi febriani 1506801795
Epm ni luh budi febriani 1506801795
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Asfiksia pada bayi bari lahir dan hubungannya dengan malaria
Asfiksia pada bayi bari lahir dan hubungannya dengan malariaAsfiksia pada bayi bari lahir dan hubungannya dengan malaria
Asfiksia pada bayi bari lahir dan hubungannya dengan malaria
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
 
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 BanjarmasinFaktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
asuhan kebidanan patologi dengan malaria
asuhan kebidanan patologi dengan malariaasuhan kebidanan patologi dengan malaria
asuhan kebidanan patologi dengan malaria
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawatiPenyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
 
Malaria Vivax.pptx
Malaria Vivax.pptxMalaria Vivax.pptx
Malaria Vivax.pptx
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 

Recently uploaded (20)

Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 

Daftar is2

  • 1. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1.3. TUJUAN DAN MANFAAT BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asfiksia Neonatorum 2.2. Penyebab Asfiksia Neonatorum 2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia dan Malaria 2.4. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir 2.5. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir BAB III PENUTUP 3.1.1 Kesimpulan 3.1.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karuniaNyalah, makalah yang berjudul “Hubungan Asfiksia dengan Malaria” ini bisa diselesaikan. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang hubungan asfiksia dan malaria agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada neonatus,. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar, seorang tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan neonatus yang optimal. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi. Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini. Raha,16 Mei 2014 Penulis
  • 3. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital. Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah definisi asfiksia neonatorum? 2. Apakah penyebab asfiksia? 3. Bagaimana tanda gejala serta diagnose pada bayi asfiksia? 4. Bagaimanakah cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir? 5. Bagaimanakah penanganan asfiksia neonatorum? 6. hubungan asfiksia dengan malaria? 1.3. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum. 2. Untuk mengetahui apa penyebab dari asfiksia neonatorum. 3. Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala serta diagosa pada asfiksia pada bayi baru lahir. 4. Untuk mengetahui bagaimana cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir. 5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asfiksia Neonatorum Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007). Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999). Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan P. malariae, P. vivax, P. falciparum dan P. ovale. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus Anopheles. Dari sekitar 400 spesies nyamuk anopheles telah ditemukan 67 spesies yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia. Selain itu gigitan nyamuk malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfuse darah atau jarum suntik yang tercemar dari ibu hamil kepada bayinya.1 Epidemiologi malaria ialah ilmu yang mempelajari factor-faktor yang menentukan distribusi malaria pada masyarakat dan memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk menanggulangi penyakit tersebut. 2.2. Penyebab Asfiksia Neonatorum Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
  • 5. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini: 1. Faktor ibu 1. Preeklampsia dan eklampsia 2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) 3. Partus lama atau partus macet 4. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) 5. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) 2. Faktor Tali Pusat 1. Lilitan tali pusat 2. Tali pusat pendek 3. Simpul tali pusat 4. Prolapsus tali pusat 3. Faktor Bayi 1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) 2. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) 3. Kelainan bawaan (kongenital) 4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan. 2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia dan Malaria 1. 1. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia 1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap 2. Warna kulit kebiruan 3. Kejang 4. Penurunan kesadaran
  • 6. 2. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut. Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala- gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala
  • 7. pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam. Penanganan 1. Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah. Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1. a. Denyut jantung janin Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih- lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya 1. b. Mekonium dalam air ketuban Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah. 1. c. Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999) 2.4. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
  • 8. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu : 1. Penafasan 2. Denyut jantung 3. Warna kulit Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP). 2.5. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir 1. A. Persiapan Alat Resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu : 1. 2 helai kain / handuk. 1. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi. 2. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet. 3. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal. 4. Kotak alat resusitasi. 5. Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007). 1. B. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu : 1. Memastikan saluran terbuka 1. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
  • 9. 2. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. 3. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka. 2. Memulai pernafasan 1. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan 2. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi). 3. Mempertahankan sirkulasi 1. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara 2. Kompresi dada. 3. Pengobatan 1. C. Langkah-Langkah Resusitasi Setiap melakukan tindakan atau langkah harus didahului dengan persetujuan tindakan medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi : 1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi. 2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatal. 3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko. 4. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas. 5. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic. (Sarwono prawirohardjo,2002) I.TAHAP I LANGKAH AWAL Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi : 1. 2. Jaga bayi tetap hangat 1. Letakkan bayi diatas kain diatas perut ibu 2. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong tali pusat. 3. Pindahkan bayi diatas kain tempat resusitasi. 2. 3. Atur posisi bayi 1. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong. 2. Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi. 3. 4. Isap lendir
  • 10. Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara : 1. Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung. 2. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu memasukkan. 3. Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut, dan jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung). Hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat dan bayi tiba-tiba barhenti bernafas. 4. 5. Keringkan dan rangsang bayi. 1. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya.dengan sedikit tekanan. Rangsang ini dapat membantu bayi mulai bernafas. 2. Lakukan rangsang taktil dengan cara menepuk atau menyentil telapak kaki atau menggosok punggung, perut,dada,tungkaibayi dan telapak tangan. 5. 6. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi. 1. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya. 2. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka,dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi. 3. Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi. 6. 7. Lakukan penilaian bayi 1. Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap. Bila bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi. Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi bayi. II. TAHAP II VENTILASI Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkahnya : 1. Pasang sunkup Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi. 2. Ventilasi 2 kali Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
  • 11. Tiupan awal tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka. Lihat apakah dada bayi mengembang. Saat melakukan pemompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak mengembang, periksa posisi sunkup pastikan tidak ada udara yang bocor, periksa posisi kepala pastikan posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender dimulut bila masih terdapat lender lakukan penghisapan. Lakukan pemompaan 2 kali, jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik. Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20cm air Pastikan dada mengembang saat dilakukan pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas. Jaka bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megao atau tidak bernafas lakukan ventilasi. 1. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas. 1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik. 2. Hentikan ventilasi setiap 30 detik. 3. Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap. 1. Jaka bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi. 2. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas setiap 30 detik. 2. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas selama 2 menit resusitasi. 1. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan. 2. Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan. 3. Lakukan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi. 1. Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjitkan ventilasi selama 10 menit. 2. Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
  • 12. 3. Bayi yang mengalami asitol 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang permanen. 1. Prinsip-Prinsip Resusitasi Yang Efektif : 1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan. 2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien 3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi. 4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien. 5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai. 1.2.6.Hubungan Asfiksia dengan Malaria. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut. Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil
  • 13. dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala- gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam. Penanganan Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah.
  • 14. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dan Saran 3.1.1 Kesimpulan Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu : 1. Memastikan saluran terbuka. 2. Memulai pernafasan 3. Mempertahankan sirkulasi Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah langkah awal, dan tahap kedua adalah ventilasi. 1. Penanganan malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan dalam melakukan diagnosa seawal mungkin. Sebaiknya penderita yang diduga menderita malaria berat dirawat pada bilik intensif untuk dapat dilakukan pengawasan serta tindakan-tindakan yang tepat. Prinsip penanganan malaria berat ialah : 2,7 A. Terhadap parasitemianya yaitu dengan: 1. Pemberian Obat Anti Malaria 2. Exchange transfussion (transfusi ganti) B. Pemberian Cairan / Nutrisi C. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ yang mengalami komplikasi. ad.1. Pemberian Obat Anti Malaria (OAM). Pemberian obat anti malaria(OAM) pada malaria berat berbeda dengan malaria biasa karena pada malaria berat diperlukan daya membunuh parasit secara cepat dan bertahan cukup lama didarah untuk segera menurunkan derajat parasitemi. Oleh karenanya dipilih pemakaian obat per parenteral ( intravena per infus/ intra musuler) yang berefek cepat dan kurang terjadinya resistensi
  • 15. 3.1.2 Saran Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan.(2007). Jakarta Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.