Selama beberapa minggu terakhir ini, kita dibombardir berita mengenai virus zika yang katanya menyebabkan lahirnya bayi-bayi dengan mikrosefali atau jaringan otak yang tidak tumbuh. Untuk anda, saya sudah merangkum berbagai informasi mengenai zika mulai dari publikasi tahun lima puluhan sampai publikasi Februari 2016. Semoga bermanfaat!
Cacar monyet (monkeypox) merupakan salah satu penyakit endemis Afrika bagian Barat dan Tengah, namun beberapa waktu yang lalu hadir di negara Singapura yang berbatasan dengan Indonesia. Kurangnya informasi mengenai infeksi virus monkeypox atau cacar monyet dalam bahasa Indonesia membuat penyuluhan bagi tenaga kesehatan juga kurang. Presentasi ini berharap memberi kemudahan untuk mengenal monkeypox sebagai pengantar.
2.1 Definisi
Infeksi dalam kamus kedokteran merupakan penembusan dan penggandaan dalam tubuh dari organisme yang hidup ganas seperti bakteri, virus, dan jamur. Sedangkan infeksi perinatologi yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus terjadi pada masa prenatal, intra natal, postnatal. Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan dalam BBLR dan bayi yang lahir dirumah sakit.
Sepsis adalah istilah bagi infeksi berat. Anak-anak tertentu beresiko besar mengalaminya. Sepsis disebabkan oleh migroorganisme yang masuk kedalam tubuh. Namun, sepsis berbeda dengan penyakit infeksi biasa infeksi biasa hanya menyerang daerah yang terkena infeksi sepsis berarti daerah yang terkena infeksi sepsis berarti bakteri penyebab infeksi ditemukan dalam peredaran darah. Ini mengakibatkan infeksi bisa terjadi diseluruh organ tubuh.
2.2 Etiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara BLANC membanginya dalam 3 golongan yaitu :
1) Infeksi Antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan. Kuman sampai ke janin melalui sirkulasi ibu keplasenta. Disini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk kejanin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
a. Virus, yaitu Rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion.
b. Spirokaeta, yaitu triponema palidum (lues)
c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E Coli dan listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta fokus pada plasenta pecah kecairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2) Infeksi Intranatal
Infeksi yang terjadi pada saat persalinan. Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ) mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan sering kali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital. Selain itu, infeksi dapat menyebabkan septisemia infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ‘’oral trush’’.
3) Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat terkontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang . Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.
Membahas mengenai pentingnya imunisasi, sejarah, serta isu tentang imunisasi.
Disusun oleh dr. Lina Nur Islamiyyah Yunus
di Ma'had al-Anshar Sleman
Sumber: Channel Telegram Qonitah Menyapa (https://telegram.me/majalahqonitah)
Converted by @happyislamcom
Selama beberapa minggu terakhir ini, kita dibombardir berita mengenai virus zika yang katanya menyebabkan lahirnya bayi-bayi dengan mikrosefali atau jaringan otak yang tidak tumbuh. Untuk anda, saya sudah merangkum berbagai informasi mengenai zika mulai dari publikasi tahun lima puluhan sampai publikasi Februari 2016. Semoga bermanfaat!
Cacar monyet (monkeypox) merupakan salah satu penyakit endemis Afrika bagian Barat dan Tengah, namun beberapa waktu yang lalu hadir di negara Singapura yang berbatasan dengan Indonesia. Kurangnya informasi mengenai infeksi virus monkeypox atau cacar monyet dalam bahasa Indonesia membuat penyuluhan bagi tenaga kesehatan juga kurang. Presentasi ini berharap memberi kemudahan untuk mengenal monkeypox sebagai pengantar.
2.1 Definisi
Infeksi dalam kamus kedokteran merupakan penembusan dan penggandaan dalam tubuh dari organisme yang hidup ganas seperti bakteri, virus, dan jamur. Sedangkan infeksi perinatologi yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus terjadi pada masa prenatal, intra natal, postnatal. Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan dalam BBLR dan bayi yang lahir dirumah sakit.
Sepsis adalah istilah bagi infeksi berat. Anak-anak tertentu beresiko besar mengalaminya. Sepsis disebabkan oleh migroorganisme yang masuk kedalam tubuh. Namun, sepsis berbeda dengan penyakit infeksi biasa infeksi biasa hanya menyerang daerah yang terkena infeksi sepsis berarti daerah yang terkena infeksi sepsis berarti bakteri penyebab infeksi ditemukan dalam peredaran darah. Ini mengakibatkan infeksi bisa terjadi diseluruh organ tubuh.
2.2 Etiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara BLANC membanginya dalam 3 golongan yaitu :
1) Infeksi Antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan. Kuman sampai ke janin melalui sirkulasi ibu keplasenta. Disini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk kejanin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
a. Virus, yaitu Rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion.
b. Spirokaeta, yaitu triponema palidum (lues)
c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E Coli dan listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta fokus pada plasenta pecah kecairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2) Infeksi Intranatal
Infeksi yang terjadi pada saat persalinan. Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ) mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan sering kali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital. Selain itu, infeksi dapat menyebabkan septisemia infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ‘’oral trush’’.
3) Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat terkontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang . Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.
Membahas mengenai pentingnya imunisasi, sejarah, serta isu tentang imunisasi.
Disusun oleh dr. Lina Nur Islamiyyah Yunus
di Ma'had al-Anshar Sleman
Sumber: Channel Telegram Qonitah Menyapa (https://telegram.me/majalahqonitah)
Converted by @happyislamcom
Malaria merupakan salah satu penyakit tropikal yang tidak boleh dianggap enteng. Biasanya kondisi orang yang terkena malaria adalah badan demam, menggigil dan cenderung mengeluarkan keringat banyak. Juga disertai dengan gejala-gejala lainnya.
Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani secara tepat.
Malaria merupakan salah satu penyakit tropikal yang tidak boleh dianggap enteng. Biasanya kondisi orang yang terkena malaria adalah badan demam, menggigil dan cenderung mengeluarkan keringat banyak. Juga disertai dengan gejala-gejala lainnya.
Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani secara tepat.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Daftar is2
1. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Asfiksia Neonatorum
2.2. Penyebab Asfiksia Neonatorum
2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia dan
Malaria
2.4. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
2.5. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
BAB III PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
3.1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karuniaNyalah,
makalah yang berjudul “Hubungan Asfiksia dengan Malaria” ini bisa diselesaikan.
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang
hubungan asfiksia dan malaria agar dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas pada neonatus,. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar,
seorang tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan neonatus yang optimal.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam
proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis
menyadari makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapakan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Raha,16 Mei 2014
Penulis
3. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal.
Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia
27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional.
Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus
digunakan setiap kali menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal
sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam
penanganan bayi baru lahir.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi asfiksia neonatorum?
2. Apakah penyebab asfiksia?
3. Bagaimana tanda gejala serta diagnose pada bayi asfiksia?
4. Bagaimanakah cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir?
5. Bagaimanakah penanganan asfiksia neonatorum?
6. hubungan asfiksia dengan malaria?
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum.
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari asfiksia neonatorum.
3. Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala serta diagosa pada asfiksia pada
bayi baru lahir.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir.
5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Asfiksia Neonatorum
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah
buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler
dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan P. malariae, P.
vivax, P. falciparum dan P. ovale. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina
dari tribus Anopheles. Dari sekitar 400 spesies nyamuk anopheles telah ditemukan 67
spesies yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia.
Selain itu gigitan nyamuk malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfuse
darah atau jarum suntik yang tercemar dari ibu hamil kepada bayinya.1
Epidemiologi malaria ialah ilmu yang mempelajari factor-faktor yang menentukan
distribusi malaria pada masyarakat dan memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk
menanggulangi penyakit tersebut.
2.2. Penyebab Asfiksia Neonatorum
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia
bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi
asfiksia bayi baru lahir.
5. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
1. Preeklampsia dan eklampsia
2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3. Partus lama atau partus macet
4. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
3. Kelainan bawaan (kongenital)
4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu
harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.
2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia dan
Malaria
1. 1. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
2. Warna kulit kebiruan
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
6. 2. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa
dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin
menggigil) serta demam berkepanjangan.
Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan
di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih
menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar
100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen
diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan
penyebab utama kematian di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang
terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan
lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah
memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah
tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit
yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil
dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-
gejala ini muncul kembali secara periodik.
Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium
vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama
terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Demam rimba (jungle fever ),
malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh
Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria.
Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma,
mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium
malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau
tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi
terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari.
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan,
disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana. Pada masa
inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala
7. pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah
sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
Penanganan
1. Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon
cinchona, yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan
menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli
obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride )
yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih
rendah.
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
1. a. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-
lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
1. b. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
1. c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah
7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
2.4. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi.
Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan
yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
8. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,
yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan
bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar
pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
2.5. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
1. A. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi
dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1. 2 helai kain / handuk.
1. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
2. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
3. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
4. Kotak alat resusitasi.
5. Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).
1. B. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai
ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
9. 2. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
3. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
1. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
2. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
1. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
2. Kompresi dada.
3. Pengobatan
1. C. Langkah-Langkah Resusitasi
Setiap melakukan tindakan atau langkah harus didahului dengan persetujuan tindakan
medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi :
1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi
wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatal.
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.
4. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.
5. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.
(Sarwono prawirohardjo,2002)
I.TAHAP I LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur.
Langkah tersebut meliputi :
1. 2. Jaga bayi tetap hangat
1. Letakkan bayi diatas kain diatas perut ibu
2. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong tali
pusat.
3. Pindahkan bayi diatas kain tempat resusitasi.
2. 3. Atur posisi bayi
1. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
2. Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.
3. 4. Isap lendir
10. Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara :
1. Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
2. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu
memasukkan.
3. Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm kedalam
mulut, dan jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung). Hal itu dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat dan bayi tiba-tiba barhenti
bernafas.
4. 5. Keringkan dan rangsang bayi.
1. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya.dengan sedikit tekanan. Rangsang ini dapat membantu bayi
mulai bernafas.
2. Lakukan rangsang taktil dengan cara menepuk atau menyentil telapak
kaki atau menggosok punggung, perut,dada,tungkaibayi dan telapak
tangan.
5. 6. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi.
1. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.
2. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka,dan
dada agar bisa memantau pernafasan bayi.
3. Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
6. 7. Lakukan penilaian bayi
1. Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau
megap-megap.
Bila bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi.
Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi bayi.
II. TAHAP II VENTILASI
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume
udara kedalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar
bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkahnya :
1. Pasang sunkup
Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
11. Tiupan awal tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan
nafas bayi terbuka.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan pemompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak
mengembang, periksa posisi sunkup pastikan tidak ada udara yang bocor, periksa
posisi kepala pastikan posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender dimulut
bila masih terdapat lender lakukan penghisapan. Lakukan pemompaan 2 kali, jika
dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan
tekanan 20cm air
Pastikan dada mengembang saat dilakukan pemompaan, setelah 30 detik lakukan
penilaian ulang nafas.
Jaka bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan
pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megao atau tidak bernafas lakukan ventilasi.
1. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.
1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
2. Hentikan ventilasi setiap 30 detik.
3. Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap.
1. Jaka bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi.
2. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30
detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas setiap 30 detik.
2. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas selama 2 menit resusitasi.
1. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
2. Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan.
3. Lakukan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.
1. Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjitkan ventilasi selama 10
menit.
2. Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu
dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
12. 3. Bayi yang mengalami asitol 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan
otak yang permanen.
1. Prinsip-Prinsip Resusitasi Yang Efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi
neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif
dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus
bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari
pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia
clan siap pakai.
1.2.6.Hubungan Asfiksia dengan Malaria.
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya,
hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta
demam berkepanjangan.
Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan
di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih
menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar
100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen
diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan
penyebab utama kematian di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang
terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan
lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah
memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah
tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit
yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil
13. dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-
gejala ini muncul kembali secara periodik.
Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium
vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama
terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Demam rimba (jungle fever ),
malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh
Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria.
Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma,
mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium
malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau
tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi
terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari.
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan,
disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana. Pada masa
inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala
pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah
sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
Penanganan
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang
lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan
protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil
menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif
daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah.
14. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Dan Saran
3.1.1 Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.Penanganannya adalah dengan
tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka.
2. Memulai pernafasan
3. Mempertahankan sirkulasi
Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah langkah awal,
dan tahap kedua adalah ventilasi.
1. Penanganan malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan dalam melakukan
diagnosa seawal mungkin. Sebaiknya penderita yang diduga menderita malaria berat
dirawat pada bilik intensif untuk dapat dilakukan pengawasan serta tindakan-tindakan
yang tepat. Prinsip penanganan malaria berat ialah : 2,7
A. Terhadap parasitemianya yaitu dengan:
1. Pemberian Obat Anti Malaria
2. Exchange transfussion (transfusi ganti)
B. Pemberian Cairan / Nutrisi
C. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ yang mengalami komplikasi.
ad.1. Pemberian Obat Anti Malaria (OAM).
Pemberian obat anti malaria(OAM) pada malaria berat berbeda dengan malaria biasa
karena pada malaria berat diperlukan daya membunuh parasit secara cepat dan
bertahan cukup lama didarah untuk segera menurunkan derajat parasitemi. Oleh
karenanya dipilih pemakaian obat per parenteral ( intravena per infus/ intra musuler)
yang berefek cepat dan kurang terjadinya resistensi
15. 3.1.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca
semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
16. DAFTAR PUSTAKA
Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk
Bidan.(2007). Jakarta
Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.