PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA PRAKTIK DI SMK T...SMK Negeri 6 Malang
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan (X1), diklat (X2) dan kelengkapan sarana praktik (X3) terhadap kinerja guru (Y), baik pengaruh secara simultan maupun parsial dan mengetahui variabel berpengaruh terhadap kinerja guru. Penelitian ini termasuk explanatory research dengan populasi seluruh guru di SMK Negeri 6 Kota Malang, sejumlah 162 orang dengan jumlah sampel sebanyak 78 responden. Adapun teknik analisa data adalah dengan regresi linier berganda untuk mengetahui korelasi antara kepemimpinan, diklat dan kelengkapan sarana praktik terhadap kinerja guru. Hasil penelitian menunjukkan : 1). Terdapat pengaruh secara parsial antara kepemimpinan, diklat dan kelengkapan sarana praktik terhadap kinerja guru. 2). Variabel yang berpengaruh secara dominan terhadap kinerja guru adalah kepemimpinan, meliputi kemampuan mencipta, kemampuan membuat perencanaan, kemampuan mengorganisasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan memberi motivasi dan kemampuan melakukan evaluasi.
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruAnwar Sari
Perencanaan program berfungsi untuk memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien. Salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai pengarah pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Silabus memberikan arah tentang apa saja yang harus dicapai guna menggapai tujuan pembelajaran dan cara seperti apa yang akan digunakan. Selain itu silabus juga memuat teknik penilaian seperti apa untuk menguji sejauh mana keberhasilan pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah instrument perencanaan yang lebih spesifik dari silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat untuk memandu guru dalam mengajar agar tidak melebar jauh dari tujuan pembelajaran.
Dengan melihat pentingnya penyusunan perencanaan pembelajaran ini, guru semestinya tidak mengajar tanpa adanya rencana. Namun sayang perencanaan pembelajaran yang mestinya dapat diukur oleh kepala sekolah ini, tidak dapat diukur oleh kepala sekolah karena hanya direncanakan dalam pikiran sang guru saja. Akibatnya kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan di sekolah tidak dapat mengevaluasi kinerja guru secara akademik. Kinerja yang dapat dilihat oleh kepala sekolah hanyalah kehadiran tatap muka, tanpa mengetahui apakah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah sesuai dengan harapan atau belum, atau sudahkah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa terkuasai dengan benar.
Hasil pengamatan di tahun pelajaran 2015/2016 di SMAN 1 Madapangga didapatkan data sebagai berikut: (1) Hanya 60% guru yang menyusun silabus dan RPP, (2) Secara kualitas, silabus dan RPP yang baik baru mencapai angka 30% dari silabus dan RPP yang dibuat oleh guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti yang berkedudukan sebagai kepala sekolah di atas merencanakan untuk melakukan supervise akademik yang berkelanjutan. Dengan metode tersebut diharapkan setelah kegiatan, guru yang menyusun silabus dan RPP meningkat menjadi 90% dan kualitas silabus dan RPP yang baik menjadi 80%.
Tugas guru adalah mendiagnosis kebutuhan belajar, merencanakan pelajaran, memberikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan mengevaluasi pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat yang kritis bagi kegiatan intruksional yang efektif agar seorang guru berhasil mengelola kelas hendaklah ia mampu mengantisipasi tingkah laku siswa yang salah dan mencegah tingkah laku demikian agar tidak terjadi.
Berdasarkan hal di atas sudah seharusnya dalam proses belajar mengajar seorang guru mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai tujuan yang diharapkan. Peranan guru dalam menentukan metode pembelajaran sangatlah penting, sehingga guru hanya sebagai fasilitator saja. Kondisi tersebut tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi kepala sekolah. Oleh karena itu, pada tahap awal peneliti yang sekaligus kepala sekolah di SMAN 1 Madapangga berupaya melakukan upaya pendekatan dengan sesama guru melalui perbincangan untuk mengetahui hal-hal yang menjadi kendala oleh guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan pembelajaran.
Dari hasil wawancara tersebut, dihasilkan suatu kesimpulan bahwa kesulitan guru dalam memilih didasari oleh sulitnya menentukan materi dengan kegiatan pembelajaran yang tepat. Selain itu kondisi siswa yang motivasinya rendah menjadi kendala tersendiri dalam mengaplikasikan metode pembelajaran tertentu pembelajaran yang belum memenuhi semua kebutuhan pembelajaran.
Mengacu pada hasil di atas, maka guru dan peneliti melakukan kesepakatan untuk memperbaiki kondisi yang ada melalui kegiatan supervisi yaitu supervisi klinis. Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkat laku mengajar tersebut (John J. Bolla dalam Ngalim Purwanto 2009: 91). Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan member dampak terhadap terbentuknya sikap professional guru.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Penggunaan Metode Pembelajaran Melalui Supervisi Klinis di SMAN 1 Madapangga Tahun Pelajaran 2016/2017”.
PENGARUH SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS, IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KO...Angga Debby Frayudha
Penelitian ini bertujuan menentukan koefisien pengaruh supervisi kunjungan kelas dan iklim organisasi melalui motivasi kerja terhadap kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Rembang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang diolah dengan metode statistik. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling. Analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) supervisi kunjungan kelas berpengaruh secara langsung terhadap kompetensi pedagogik dengan nilai signifikan 0,003, (2) iklim organisasi tidak berpengaruh secara langsung terhadap kompetensi pedagogik guru dengan nilai signifikan 0,722 lebih besar dari taraf signifikan 0,05, (3) supervisi kunjungan kelas berpengaruh terhadap motivasi kerja guru dengan nilai signifikan 0,000, (4) iklim organisasi tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja guru dengan nilai signifikan -0,093 lebih besar dari taraf signifikan 0,05, (5) motivasi kerja berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik dengan nilai signifikan 0,006, (6) supervisi kunjungan kelas secara tidak langsung berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik melalui motivasi kerja sebagai variabel intervening dengan nilai 0,118 < 0,372, dan (7) iklim organisasi tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap kompetensi pedagogik melalui motivasi kerja sebagai variabel intervening dengan nilai 0,42 > -0,513
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DI SMAN 1 MADAPANGGA
TAHUN 2014/2015
Kompetensi dan etos kerja berperan penting dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten dan memiliki etos kerja yang tinggi akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat.
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN DIKLAT SERTA KELENGKAPAN SARANA PRAKTIK DI SMK T...SMK Negeri 6 Malang
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan (X1), diklat (X2) dan kelengkapan sarana praktik (X3) terhadap kinerja guru (Y), baik pengaruh secara simultan maupun parsial dan mengetahui variabel berpengaruh terhadap kinerja guru. Penelitian ini termasuk explanatory research dengan populasi seluruh guru di SMK Negeri 6 Kota Malang, sejumlah 162 orang dengan jumlah sampel sebanyak 78 responden. Adapun teknik analisa data adalah dengan regresi linier berganda untuk mengetahui korelasi antara kepemimpinan, diklat dan kelengkapan sarana praktik terhadap kinerja guru. Hasil penelitian menunjukkan : 1). Terdapat pengaruh secara parsial antara kepemimpinan, diklat dan kelengkapan sarana praktik terhadap kinerja guru. 2). Variabel yang berpengaruh secara dominan terhadap kinerja guru adalah kepemimpinan, meliputi kemampuan mencipta, kemampuan membuat perencanaan, kemampuan mengorganisasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan memberi motivasi dan kemampuan melakukan evaluasi.
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruAnwar Sari
Perencanaan program berfungsi untuk memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien. Salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai pengarah pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Silabus memberikan arah tentang apa saja yang harus dicapai guna menggapai tujuan pembelajaran dan cara seperti apa yang akan digunakan. Selain itu silabus juga memuat teknik penilaian seperti apa untuk menguji sejauh mana keberhasilan pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah instrument perencanaan yang lebih spesifik dari silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat untuk memandu guru dalam mengajar agar tidak melebar jauh dari tujuan pembelajaran.
Dengan melihat pentingnya penyusunan perencanaan pembelajaran ini, guru semestinya tidak mengajar tanpa adanya rencana. Namun sayang perencanaan pembelajaran yang mestinya dapat diukur oleh kepala sekolah ini, tidak dapat diukur oleh kepala sekolah karena hanya direncanakan dalam pikiran sang guru saja. Akibatnya kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan di sekolah tidak dapat mengevaluasi kinerja guru secara akademik. Kinerja yang dapat dilihat oleh kepala sekolah hanyalah kehadiran tatap muka, tanpa mengetahui apakah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah sesuai dengan harapan atau belum, atau sudahkah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa terkuasai dengan benar.
Hasil pengamatan di tahun pelajaran 2015/2016 di SMAN 1 Madapangga didapatkan data sebagai berikut: (1) Hanya 60% guru yang menyusun silabus dan RPP, (2) Secara kualitas, silabus dan RPP yang baik baru mencapai angka 30% dari silabus dan RPP yang dibuat oleh guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti yang berkedudukan sebagai kepala sekolah di atas merencanakan untuk melakukan supervise akademik yang berkelanjutan. Dengan metode tersebut diharapkan setelah kegiatan, guru yang menyusun silabus dan RPP meningkat menjadi 90% dan kualitas silabus dan RPP yang baik menjadi 80%.
Tugas guru adalah mendiagnosis kebutuhan belajar, merencanakan pelajaran, memberikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan mengevaluasi pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat yang kritis bagi kegiatan intruksional yang efektif agar seorang guru berhasil mengelola kelas hendaklah ia mampu mengantisipasi tingkah laku siswa yang salah dan mencegah tingkah laku demikian agar tidak terjadi.
Berdasarkan hal di atas sudah seharusnya dalam proses belajar mengajar seorang guru mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai tujuan yang diharapkan. Peranan guru dalam menentukan metode pembelajaran sangatlah penting, sehingga guru hanya sebagai fasilitator saja. Kondisi tersebut tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi kepala sekolah. Oleh karena itu, pada tahap awal peneliti yang sekaligus kepala sekolah di SMAN 1 Madapangga berupaya melakukan upaya pendekatan dengan sesama guru melalui perbincangan untuk mengetahui hal-hal yang menjadi kendala oleh guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan pembelajaran.
Dari hasil wawancara tersebut, dihasilkan suatu kesimpulan bahwa kesulitan guru dalam memilih didasari oleh sulitnya menentukan materi dengan kegiatan pembelajaran yang tepat. Selain itu kondisi siswa yang motivasinya rendah menjadi kendala tersendiri dalam mengaplikasikan metode pembelajaran tertentu pembelajaran yang belum memenuhi semua kebutuhan pembelajaran.
Mengacu pada hasil di atas, maka guru dan peneliti melakukan kesepakatan untuk memperbaiki kondisi yang ada melalui kegiatan supervisi yaitu supervisi klinis. Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkat laku mengajar tersebut (John J. Bolla dalam Ngalim Purwanto 2009: 91). Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan member dampak terhadap terbentuknya sikap professional guru.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Penggunaan Metode Pembelajaran Melalui Supervisi Klinis di SMAN 1 Madapangga Tahun Pelajaran 2016/2017”.
PENGARUH SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS, IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KO...Angga Debby Frayudha
Penelitian ini bertujuan menentukan koefisien pengaruh supervisi kunjungan kelas dan iklim organisasi melalui motivasi kerja terhadap kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Rembang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang diolah dengan metode statistik. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling. Analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) supervisi kunjungan kelas berpengaruh secara langsung terhadap kompetensi pedagogik dengan nilai signifikan 0,003, (2) iklim organisasi tidak berpengaruh secara langsung terhadap kompetensi pedagogik guru dengan nilai signifikan 0,722 lebih besar dari taraf signifikan 0,05, (3) supervisi kunjungan kelas berpengaruh terhadap motivasi kerja guru dengan nilai signifikan 0,000, (4) iklim organisasi tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja guru dengan nilai signifikan -0,093 lebih besar dari taraf signifikan 0,05, (5) motivasi kerja berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik dengan nilai signifikan 0,006, (6) supervisi kunjungan kelas secara tidak langsung berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik melalui motivasi kerja sebagai variabel intervening dengan nilai 0,118 < 0,372, dan (7) iklim organisasi tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap kompetensi pedagogik melalui motivasi kerja sebagai variabel intervening dengan nilai 0,42 > -0,513
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DI SMAN 1 MADAPANGGA
TAHUN 2014/2015
Kompetensi dan etos kerja berperan penting dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten dan memiliki etos kerja yang tinggi akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat.
Manajemen Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Supervisi Edukatif Kolaboratif Secara Periodik Di SDN Martopuro I Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara menjadi negara maju dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul adalah kualitas berpikir masyarakat. Dalam kesempatan ini memaparkan dilema yang terdapat dipendidikan
1. Bincangkan TIGA permasalahan yang dihadapi dalam sistem Pendidikan Islam. Cadangkan langkah penyelesaian yang boleh diambil bagi menangani permasalahn tersebut.
2. Terkini, banyak diperkata dan dipersoalkan tentang Penilaian Berasaskan Sekolah (PBS). Pada pandangan anda, bersertakan hujah-hujah yang kukuh, apakah kelemahan dan kekuatan PBS? Sejauhmanakah langkah yang diambil oleh kerajaan dapat menyelesaikan kekalutan yang timbul?.
3. Bincangkan transformasi yang berlaku ke atas kurikulum Pendidikan Islam apabila Kurikulum Standard Sekolah Rendah (KSSR) diperkenalkan. Sejauhmanakah ia dapat dilaksanakan di sekolah?
Penelitian Tindakan Sekolah oleh Viktorinus Rema Gare,S.Pd. 2016. Upaya Menigkatkan Kompetensi Pedagogik guru dalam Perencanaan dan Pelaksanaan pembelajaran melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Bajawa Utara
1. http://tesis-skripsi.blogspot.com
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU SMA NEGERI 1 JERUKLEGI KABUPATEN
CILACAP
Kamis/13/Des/2007/08:20 WIB
dikirim oleh staffmm
Abstrak
JUDUL-TUJUAN
Penelitian ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kompetensi Profesional Guru SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap”. Tujuan
penelitian ini pertama Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat
pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja secara bersama-sama terhadap
kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Kedua
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh supe tingkat pendidikan, supervisi
akademik dan fasilitas kerja secara parsial terhadap kompetensi profesional guru di
SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Ketiga untuk mengetahui dan
menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru
di antara tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja di SMA Negeri 1
Jeruklegi Kabupaten Cilacap.
METODOLOGI
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda dan elastisitas, sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi
menggunakan uji F dan uji t. Pengumpulan data dari populasi .... diambil sampel ....
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan uji F diperoleh F
hitung > F tabel, maka hipotesis pertama yang menyatakan tingkat pendidikan,
supervisi akademik dan fasilitas kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi
Kabupaten Cilacap dapat diterima. Hasil perhitungan menggunakan uji t diperoleh t
hitung > t tabel, maka hipotesis kedua yang menyatakan tingkat pendidikan,
supervisi akademik dan fasilitas kerja secara parsial mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap
dapat diterima. Sedangkan berdasarkan perhitungan elastisitas diperoleh hasil bahwa
tingkat pendidikan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap
kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap, sehingga
hipotesis ketiga diterima.
KESIMPULAN-SARAN
ABSTRACT
This research entitled “The Analysis of Factors Which Inluenced Teacher
Professionalism Competency in SMA N 1 Jeruklegi, Cilacap Regency”. The aim of
2. this research was first: to know and analyze the education level impact, academics
supervisor and work facilities simultaneously toward teacher professionalism
competency in SMA N 1 Jeruklegi, Cilacap Regency. Second: to know and analyze
the education level impact, academics supervisor and work facilities partially toward
teacher professionalism competency in SMA N 1 Jeruklegi, Cilacap Regency. Third:
to know and analyze the most influenced variable toward teacher professionalism
competency between the education level impact, academics supervisor and work
facilities in SMA N 1 Jeruklegi, Cilacap Regency.The analysis tools were multiple
regression linear and elasticity, and to test significance level was used F test and t test.
The result of regression testing by F test had found that F count > F table, so the first
hypotheses that explain education level, academics supervisor and work facility
simultaneously had a significant impact toward teacher professionalism competency
in SMA N 1 Jeruklegi, Cilacap Regency could be accepted. The result of testing by t
test had found that t count > t table, so the second hypotheses that explain education
level, academics supervisor and work facility partially had a significant impact toward
teacher professionalism competency in SMA N 1 Jeruklegi, Cilacap Regency could be
accepted. Based elasticity counting had got the result that education level was the
most dominant variable that influenced toward teacher professionalism competency in
SMA N 1 Jeruklegi, Cilacap Regency, so the third hypotheses could be accepted.
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada beberapa permasalahan
yang menonjol (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih
rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen
pendidikan, di samping belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu
pengetahuan dan teknologi di kalangan akademisi. Ketimpangan pemerataan
pendidikan juga terjadi antarwilayah geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan,
serta antara kawasan timur Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI), dan
antar tingkat pendapatan penduduk ataupun antar gender (Propenas, 2004).
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang diharapkan mampu menghasilkan manusia
berkualitas, maka penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas, berdedikasi tinggi, kreatif dan inovatif,
sehingga berjalan dengan baik sesuai dengan sistem dan norma yang berlaku
(Sedarmayanti, 2001). Peranan manajemen pendidikan dalam memberdayakan
sumberdaya manusia yang dimiliki sekolah sangat penting. Ketersediaan sumberdaya
manusia yang berkualitas, akan membawa sekolah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Guru merupakan salah satu sumberdaya manusia di sekolah, yang memiliki peran
penting. Proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak akan dapat berjalan jika
tidak ada guru. Pemberdayaan guru menjadi tugas penting yang harus dapat
diwujudkan oleh kepala sekolah di sekolah, sehingga guru dapat bekerja produktif
seperti mengajar dengan penuh tanggungjawab, berusaha menjalankan tugasnya
dengan sebaik mungkin dan sebagainya.
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas guru dan sekolah belum siap
mengembangkan silabus dan penilaian secara mandiri, sesuai dengan tuntutan
Kurikulum, Direktorat Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) menyiapkan
3. sejumlah pedoman dengan tujuan memberi arah secara teknis bagi guru dan sekolah
dalam mengembangkan silabus dan penilaian. Pedoman dimaksud terdiri dari
Pedoman Umum Pengembangan Silabus, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian,
serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian untuk setiap mata
pelajaran (Depdiknas, 2004).
Pada dasarnya pemberdayaan guru melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru
terjadi melalui beberapa tahapan. Pertama, guru-guru mengembangkan sebuah
kesadaran awal yahwa mereka dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan
kehidupannya dan memperoleh seperangkat keterampilan agar mampu bekerja lebih
baik. Melalui upaya tersebut, pada tahap kedua, mereka akan mengalami pengurangan
perasaan ketidakmampuan dan mengalami peningkatan kepercayaan diri. Akhirnva,
ketiga, seiring dengan tumbuhnya keterampilan dan keper:ayaan diri, para guru
bekerja sama untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-
sumber daya yang akan berdampak pada kesejahteraan (Mulyasa, 2005)
Untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi
Kabupaten Cilacap maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya
seperti tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja. Tingkat pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan yang telah dilalui oleh seseorang, maka akan ada kecenderungan
pada meningkatnya berbagai kemampuan sesuai dengan jenis pendidikan yang diikuti.
Persyaratan tentang pendidikan formal dan non formal bagi guru pada setiap tingkat
pendidikan formal merupakan tuntutan terhadap mutu pendidikan itu sendiri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan formal dan non formal seorang guru, diharapkan semakin
meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sebagai guru.
Di sekolah, pimpinan tertinggi adalah kepala sekolah. Salah satu fungsi penting dari
kepala sekolah adalah melakukan supervisi. Zainal (2002) menyebutkan bahwa
supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru melalui siklus
perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, serta umpan balik yang
objektif dan segera. Dengan cara itu, guru dapat menggunakan balikan tersebut untuk
memperbaiki kompetensi profesional yang dimilikinya.
Selain faktor tingkat pendidikan dan supervisi akademik hal yang perlu diperhatikan
dalam peningkatan kompetensi profesional guru adalah fasilitas kerja. Dengan
fasilitas kerja yang memadai, maka diharapkan para guru dapat melaksanakan proses
belajar mengajar dengan lebih baik serta dapat mengoptimalkan kemampuan pada
dirinya. Sehingga kemampuan guru dalam penguasasaan materi pembelajaran akan
lebih luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja secara
bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kompetensi profesional guru di SMA
Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap ?
2. Apakah tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja secara parsial
mempunyai pengaruh terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1
4. Jeruklegi Kabupaten Cilacap ?
3. Variabel mana di antara tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja
yang paling berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1
Jeruklegi Kabupaten Cilacap ?
BAB 2
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kompetensi
C. Kerangka Pemikiran
Upaya mewujudkan keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi antara
lain dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kompetensi profesional guru yang
memiliki peran penting dalam aktivitas belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru perlu digali untuk
selanjutnya dilakukan intervensi guna meningkatkan kompetensi profesional guru
tersebut.
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone (Mulyasa, 2007)
mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai … descriptive of qualitative nature
of teacher behavior appears to be entirely meaningful. .... kompetensi guru
merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.
Sementara Charles (Mulyasa, 2007) mengemukakan bahwa: competency as rational
performance which satisfactorily meets the objective for a desired audition
(kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).
Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: "kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan; kompetensi guru menunjuk
kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu
di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Kompetensi merupakan komponen
TINGKAT
PENDIDIKAN
SUPERVISI
AKADEMIK
FASILITAS
KERJA
KOMPETENSI
5. utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang
ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan
dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan
investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan
mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai
tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari
suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat
{lifelong learning process).(Mulyasa, 2005)
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,
teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Selain
tingkat pendidikan dan supervisi akademik fasilitas kerja juga merupakan faktor yang
penting dalam peningkatan kompetensi profesional guru. Moenir (2000) menyatakan
bahwa fasilitas kerja adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas
lain yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan,
dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang
berhubungan dengan organisasi kerja itu.
D. Hipotesis
1. Tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja secara bersama-
sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap kompetensi profesional guru di SMA
Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap.
2. Tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kompetensi profesional guru di SMA
Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap.
3. Tingkat pendidikan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap.
E. Metode Penelitian
Sasaran pada penelitian ini adalah kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1
Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Jeruklegi
Kabupaten Cilacap yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2007. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian survey yang mengambil kasus tentang kompetensi
profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap yang
berjumlah 38 orang. Menurut Arikunto (1997) apabila subjeknya kurang dari 100
diambil seluruhnya, jika jumlah subjeknya lebih dari 100 maka sampelnya dapat
diambil antara 10% atau 20% sampai 25% atau lebih. Pengambilan sampel
menggunakan sampling jenuh sehingga semua anggota populasi dijadikan sebagai
6. anggota sampel (Sugiyono, 2006), maka jumlah responden yang pada penelitian ini
adalah sebanyak 38 orang guru.
F. Pengujian Hipotesis
Nilai koefisien regresi dan pengujiannya dengan uji t dan uji F
No. Variabel Koefisien
regresi
t
hitung
t
tabel
Sig t.
1.
2.
3.
4.
Tingkat pendidikan
Supervisi akademik
Fasilitas kerja
Konstanta
0,571
0,290
0,410
-5,877
6,110
3,007
4,351
2,021
2,021
2,021
0,000
0,004
0,001
R2
=
F hitung =
F tabel =
0,748
33,689
3,28
Y = -5,877 + 0,571X1 + 0,290X2 + 0,410X3
1) Nilai koefisien regresi variabel tingkat pendidikan bernilai 0,571 artinya
tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru
di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap, hal ini karena koefisien regresi
variabel tingkat pendidikan bernilai positif. Berpengaruh positif artinya semakin baik
tingkat pendidikan yang dimiliki para guru maka semakin tinggi kompetensi
profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap.
2) Nilai koefisien regresi variabel supervisi akademik guru bernilai 0,290
artinya supervisi akademik guru mempunyai pengaruh positif terhadap kompetensi
profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap, hal ini karena
koefisien regresi variabel supervisi akademik guru bernilai positif. Berpengaruh
positif artinya semakin baik supervisi akademik guru yang diberikan maka semakin
tinggi kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap.
3) Nilai koefisien regresi variabel fasilitas kerja bernilai 0,410 artinya fasilitas
kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru di SMA
Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap , hal ini karena koefisien regresi variabel
fasilitas kerja bernilai positif. Berpengaruh positif artinya semakin memadai fasilitas
kerja guru yang ada maka semakin tinggi kompetensi profesional guru di SMA
Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap
4) Nilai konstanta bernilai -5,877 artinya kompetensi profesional guru di
SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap akan bernilai -5,877 jika variabel
tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja bernilai nol. Oleh karena
itu untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi
7. Kabupaten Cilacap maka dibutuhkan adanya tingkat pendidikan guru yang memadai,
supervisi akademik guru yang tepat dan fasilitas kerja guru yang memadai.
5) Nilai koefisien determinasi (R2
) sebesar 0,748 atau 74,8 persen artinya
variasi variabel tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja mampu
menjelaskan terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi
Kabupaten Cilacap sebesar 74,8 persen, sedangkan 25,2 persen merupakan variasi
dari variabel lain di luar variabel yang diteliti seperti motivasi kerja, penghargaan dan
kepemimpinan kepala sekolah.
Hasil pengujian regresi dengan uji F diperoleh F hitung sebesar 33,689 sedangkan F
tabel untuk tingkat signifikansi 95% dan a = 0,05 sebesar 3,28. Jadi F hitung > F
tabel, sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja secara bersama-sama terhadap
kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap, sehingga
hipotesis pertama dapat diterima.
Nilai t hitung tingkat pendidikan sebesar 6,110, supervisi akademik guru sebesar
3,007 dan fasilitas kerja sebesar 4,351. Nilai t tabel untuk tingkat signifikansi 95%
dan a = 0,05 sebesar 2,021, jadi t hitung > t tabel. Dengan demikian ada pengaruh
yang signifikan variabel tingkat pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja
secara parsial terhadap kompetensi profesional guru, sehingga hipotesis kedua dapat
diterima.
Nilai elastisitas variabel tingkat pendidikan sebesar 0,5637, nilai elastisitas variabel
supervisi akademik guru 0,3121 dan nilai elastisitas variabel fasilitas kerja sebesar
0,4524. Dari nilai elastisitas tiap variabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai
elastisitas variabel tingkat pendidikan paling besar dari pada nilai elastisitas variabel
supervisi akademik dan fasilitas kerja (0,5637 > 0,3121 dan 0,4524). Sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap.
Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan variabel tingkat pendidikan
merupakan variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap kompetensi
profesional guru SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap dapat diterima.
G. Kesimpulan
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan variabel tingkat pendidikan, supervisi
akademik, dan fasilitas kerja secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional
guru SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Artinya apabila tingkat
pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja secara bersama-sama ditingkatkan
maka kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap
akan meningkat.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan variabel tingkat pendidikan, supervisi
akademik, dan fasilitas kerja baik secara parsial terhadap kompetensi profesional guru
SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Artinya apabila tingkat pendidikan atau
supervisi akademik atau fasilitas kerja yang ada ditingkatkan maka kompetensi
profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap akan meningkat.
3. Tingkat pendidikan merupakan variabel yang memberikan pengaruh paling
besar terhadap kompetensi profesional guru SMA Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten
Cilacap.
H. Saran
8. 1. Untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Jeruklegi
Kabupaten Cilacap hendaknya lebih memperhatikan dengan baik dan tepat tingkat
pendidikan, supervisi akademik dan fasilitas kerja di SMA Negeri 1 Jeruklegi
Kabupaten Cilacap .
2. Untuk memperbaiki dan mempertahankan tingkat pendidikan yang ada di SMA
Negeri 1 Jeruklegi Kabupaten Cilacap hal yang perlu diperhatikan adalah
peningkatan pendidikan guru secara bertahap dari yang masih strata satu ditingkatkan
menjadi strata dua dan seterusnya. Selain itu hendaknya para guru untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diselenggaran oleh sekolah maupun di luar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005, Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen, Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, Jakarta
Anonim, 2004, Program Pembangunan Nasional
(Propenas) Tahun 2000 – 2004, Pembangunan Pendidikan, Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi,. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta, Jakarta
Kerlinger Fred. N dan Pedhazur, 2002, Korelasi dan Analisis Regresi Ganda,
diterjemahkan oleh A Taufik, Nur Cahya, Yogyakarta
Mulyasa, 2005, Menjadi Kepala Sekolah Profesional : Dalam konteks menyukseskan
MBS dan KBK, Remaja Rodaskarya, Bandung
_________, 2007, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan,, Remaja Rodaskarya, Bandung
Mustafa Zaenal, E.Q. 1992. Microstat : Untuk Mengolah Data Statistik. Andi Offset,
Yogyakarta
9. Pindyck, 1996, Econometric and Econometric Forecast, Mc Graw-Hill Kogakhusa
Ltd, Japan
Sedarmayanti. 2001. Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju,
Bandung
Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung
Zainal Aqib. 2002, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Jakarta : Insan
Cendekia
Zamroni, 2001, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Biograff Publishing,
Yogyakarta
10. Pindyck, 1996, Econometric and Econometric Forecast, Mc Graw-Hill Kogakhusa
Ltd, Japan
Sedarmayanti. 2001. Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju,
Bandung
Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung
Zainal Aqib. 2002, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Jakarta : Insan
Cendekia
Zamroni, 2001, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Biograff Publishing,
Yogyakarta