Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai pengertian malaikat menurut beberapa sumber, sifat-sifat malaikat, dan nama-nama malaikat beserta tugasnya. Dokumen ini juga menyebutkan beberapa ayat Al-Qur'an yang menyebutkan tentang malaikat.
akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis…
“jangan menilai ikan dari caranya memanjat seperti monyet”. Dari hal tersebut dapat dikatakan jika hanya berpatokan pada hasil akhir tanpa adanya perhatian terhadap proses beberapa diantaraya akan merasa canggung atau rendah diri sehingga menimbulkan kesenjangan yang memicu tumbuhnya sikap tidak jujur.
akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis…
“jangan menilai ikan dari caranya memanjat seperti monyet”. Dari hal tersebut dapat dikatakan jika hanya berpatokan pada hasil akhir tanpa adanya perhatian terhadap proses beberapa diantaraya akan merasa canggung atau rendah diri sehingga menimbulkan kesenjangan yang memicu tumbuhnya sikap tidak jujur.
Membahas lebih lengkap mengenai apa itu ibadah maliyah, yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, dengan 9 contoh yang bisa diterapkan untuk mendapat ridho dari Allah SWT.
Membahas lebih lengkap mengenai apa itu ibadah maliyah, yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, dengan 9 contoh yang bisa diterapkan untuk mendapat ridho dari Allah SWT.
Pendahuluan
Puji syukur kami uncapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmatnya presentasi ini bisa dibuat. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW serta para sahabat – sahabatnya. Malaikat adalah makhluk Allah SWT yang taat kepada Allah SWT. Sebagaimana kita ketahui bahwa rukun iman yang ke-dua adalah iman kepada malaikat, yaitu mempercayai adanya malaikat.
Maka dari itulah kami membuat presentasi ini yang berjudul “Beriman Kepada Malaikat Allah SWT”. Tujuan dibuat presentasi ini adalah agar kita manusia senantiasa percaya akan keberadaan malaikat dan mengimani malaikat sesuai dengan rukun iman yang ke-dua.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-
Malaikat Allah Swt.
Disusun oleh: Nandika Gilang Pradana
A. Pengertian Malaikat
Penggunaan kata malaikat dalam bahasa Indonesia biasanya
dianggap berbentuk tunggal, sama dengan kata ulama. Dalam bahasa
Arab–dari mana kata-kata itu berasal–keduanya merupakan bentuk
jamak dari kata malak ()ملك untuk malaikat dan ‘alim ()عالم untuk ulama.
Ada ulama yang berpendapat bahwa kata malak, terambil dari kata alaka
()ألك malaikah ()ملكة yang berarti mengutus atau perutusan/risalah.
Malaikat adalah utusan-utusan Tuhan untuk berbagai fungsi.[1]
Ada juga yang berpendapat bahwa kata malak terambil dari kata
(ada khat Arab) la’aka yang berarti menyampaikan sesuatu.
Malak/Malaikat adalah makhluk yang menyampaikan sesuatu dari Allah
SWT. Kalau dari segi kebahasaan memberikan pengertian seperti itu,
apakah pengertiannya menurut agamawan? Banyak ulama berpendapat
bahwa malaikat adalah: Makhluk halus yang diciptakan Allah dari
cahaya yang dapat berbentuk dalam aneka bentuk, taat mematuhi
perintah Allah, dan sedikit pun tidak pernah membangkang.
Mantan Mufti Mesir, Muhammad Sayyid Thanthawi, menulis
dalam bukunya, al-Qishash Fi al-Qur’an (Kisah-kisah dalam al-Qur’an),
bahwa: Malaikat adalah tentara Allah. Tuhan menganugerahkan kepada
mereka akal dan pemahaman, menciptakan bagi mereka naluri untuk
taat, serta memberi mereka kemampuan untuk berbentuk dengan
2. berbagai bentuk yang indah dan kemampuan untuk mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan yang berat.
Menurut Drs. Syahminan Zaini, Malaikat adalah suatu makhluk
ghaib yang diciptakan oleh Allah dari Nur (= cahaya).
Menurut Sayyid Sabiq, Malaikat adalah makhluk halus yang
samar dan tidak bisa dipanca indra. Malaikat tidak berwujud fisik yang
dapat ditangkap oleh indra. Mereka termasuk makhluk di luar alam yang
riil atau tidak dapat dilihat. Tak ada yang mengetahui hakikatnya kecuali
Allah.
Menurut Muhammad ‘Abduh malaikat adalah makhluk-makhluk
ghaib yang tidak diketahui hakekatnya, tetapi harus dipercaya wujudnya.
Malaikat juga termasuk makhluk Allah Swt. seperti halnya kita,
manusia. Mahasuci Allah yang telah menciptakan makhluk dengan
berbagai macam bentuk dan keadaan. Meskipun kita tidak pernah
berjumpa dengan malaikat, kita tetap harus percaya akan
keberadaannya. Kita tentu ingin meneladani ketaatan malaikat-malaikat
Allah Swt. tersebut. Allah Swt. menjelaskan dalam Q.S. al-Anbiya/21:19
yang artinya seperti berikut ini.
“Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (Malaikat-
malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.”(Q.S. al-Anbiya/21:19)
Iman kepada malaikat merupakan rukun iman yang kedua.
Malaikat diciptakan dari nur Ilahi (cahaya Allah) sebagai utusan-Nya
yang bertugas untuk mengurusi berbagai urusan. Adapun Sifat-sifat dan
perilaku malaikat antara lain:
1. Selalu patuh kepada Allah, malaikat tidak pernah berbuat maksiat
kepada-Nya.
3. 2. Malaikat dapat berubah wujud sesuai kehendak Allah. Kadangkala
Jibril datang kepada Nabi Muhammad saw. menyamar seperti
wujud sahabat yang bernama Dihyah al- Kalbi, terkadang juga
seperti sahabat dari Arab Badui.
3. Malaikat tidak memerlukan makan dan tidak minum.
4. Malaikat tidak memiliki jenis kelamin.
5. Malaikat tidak pernah letih atau lelah dan tidak pula berhenti
beribadah kepada Allah Swt.
6. Malaikat senang mencari dan mengelilingi majelis zikir.
7. Malaikat selalu berdoa bagi hamba yang duduk menunggu salat
berjamaah.
Gambar Malaikat (ilustrasi)
Setelah mengetahui sifat-sifatnya, kita akan mengkaji perbedaan
malaikat, jin, dan manusia seperti yang tercantum dalam tabel berikut
ini:
No. Malaikat Jin Manusia
1. Diciptakan dari
nur atau cahaya
Diciptakan dari api Diciptakan dari
tanah
2. Makhluk gaib Makhluk gaib Makhluk yang
terlihat
4. mata (kasat mata)
3. Selalu patuh dan
taat
kepada perintah
Allah swt.
Ada yang patuh dan
ada
yang durhaka kepada
Allah swt.
Ada yang patuh
tapi ada juga yang
durhaka kepada
Allah swt.
4. Tidak makan dan
tidak minum
Makan dan minum Makan dan minum
5. Pikirannya jernih
dan
lurus
Pikirannya dapat
berubah-ubah
Pikirannya dapat
berubah-ubah
6. Tidak mempunyai
nafsu
Mempunyai nafsu Mempunyai nafsu
Nama dan Tugas Malaikat
Al-Qur’an tidak menyebutkan secara pasti berapa jumlah malaikat.
Namun, ada penjelasan melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim dari Anas bin Malik bahwa pada saat Baginda Nabi Muhammad
saw. isra’ mi’raj dan bertemu dengan Ibrahim a.s. yang sedang bersandar
di Baitul Ma’mur, di sana terdapat 70.000 malaikat.
Dari penjelasan riwayat hadis tersebut, menandakan bahwa jumlah
malaikat sangat banyak. Pada artikel ini hanya akan dijelaskan malaikat-
malaikat yang namanya tercatat di dalam al-Qur’an yang diwahyukan
Allah Swt. maupun hadis dari Baginda Rasul Saw. Nama-nama malaikat
itu adalah sebagai berikut :
1. Jibril
Malaikat Jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu kepada nabi dan
rasul. Nama lain malaikat Jibril adalah Rμh al-Quds, ar-Ruh al-Amin,
dan Namus.
2. Mikail
Malaikat Mikail bertugas untuk mengatur kesejahteraan makhluk,
seperti membagi-bagikan rezeki, mengatur awan, menurunkan hujan,
dan melepaskan angin.
3. Israfil
Malaikat Israfil bertugas untuk meniupkan terompet (sangkakala), saat
5. dimulainya kiamat dan pada saat hari berbangkit di Padang Mahsyar.
4. Izrail
Malaikat Izrail bertugas untuk mencabut nyawa seluruh makhluk hidup,
baik manusia, jin, iblis, setan, dan malaikat lainnya apabila telah tiba
waktunya.
5. Munkar
Malaikat Munkar bertugas untuk menanyai orang yang sudah meninggal
dunia dan berada di alam kubur.
6. Nakir
Malaikat Nakir bertugas untuk menanyai orang yang sudah meninggal
dan berada di alam kubur.
7. Raqib
Malaikat Raqib bertugas untuk mencatat semua pekerjaan baik setiap
manusia sejak aqil balig sampai akhir hayat.
8. Atid
Malaikat Atid bertugas untukmencatat semua pekerjaan buruk setiap
manusia sejak aqil balig sampai akhir hayat.
9. Ridwan
Malaikat Ridwan bertugas untuk menjaga dan mengatur kesejahteraan
penghuni surga.
10. Malik
Malaikat Malik bertugas untuk menjaga dan mengatur siksa (azab) bagi
para penghuni neraka. Malaikat Malik disebut juga malaikat zabaniyyah.
Dengan memperhatikan tugas para malaikat, ada beberapa hikmah yang
dapat dipetik dari beriman kepada malaikat, antara lain:
1. Memberi motivasi kita untuk selalu taat dan bertakwa kepada
Allah Swt. Seperti halnya ketaatan para malaikat kepada Allah
Swt.
2. Malaikat mengawasi perkataan dan perbuatan kita, terutama
malaikat Raqib dan Atid.
3. Memberi rasa optimis untuk selalu berusaha karena Allah Swt.
akan memberi ilmu melalui malaikat Jibril dan memberi rezeki
melalui malaikat Mikail
4. Memotivasi kita untuk selalu beramal saleh karena bekal itulah
yang kita bawa kelak ketika meninggal dunia untuk menghadapi
pengadilan Allah Swt.
6. Perilaku kita sebagai seorang Muslim dalam beriman kepada Malaikat
Allah Swt. harus diwujudkan seperti contoh perilaku berikut :
1. Iman kepada Malaikat Jibril
Selalu berusaha mencari dan memohon hidayah kepada Allah Swt.
Bersyukur dengan cara banyak berbagi ilmu.
2. Iman kepada Malaikat Mikail
Berusaha secara maksimal untuk berusaha mencari rezeki yang baik dan
halal.
3. Iman kepada Malaikat Israfil
Selalu memohon kepada Allah Swt. agar diselamatkan-Nya dalam
menghadapai musibah dan huru hara dunia, maupun saat terjadinya hari
kiamat.
4. Iman kepada Malaikat Izrail
Berusaha mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Selalu
berdoa kepada Allah Swt. agar terhindar dari siksaan sakaratul maut
(ketika ajal menjemput kita).
5. Iman kepada Malaikat Munkar dan Nakir
Selalu memohon kepada Allah Swt. agar kita dilapangkan di alam kubur
dan diringankan dari siksa kubur.
6. Iman kepada Malaikat Raqib
Selalu memiliki niat baik, dalam segala perbuatan kita, baik ucapan
maupun perbuatan.
7. Iman kepada Malaikat Atid
Menjauhi niat buruk, perkataan yang kotor, perbuatan yang jelek dan
menjauhi perilaku tercela.
8. Iman kepada Malaikat Ridwan
Selalu memohon kepada Allah Swt. agar masuk surga dengan aman.
Menciptakan kedamaian dan ketentraman di dunia ini.
9. Iman kepada Malaikat Malik
Selalu memohon kepada Allah Swt. agar kita terhindar dari siksaan api
neraka.
7. Ayat-Ayat Tentang Malaikat
ق ُقلمَنُكُنقُ ًََُُّقُ ِِّقًِِّْكُلَ ققإََُّنُق ََُُعُْىقُعُلقَمُِّبُإقَمإنُ ُقصَنَُِّ َِِّق الَكُلقًَُُّّدق ُ َقصَْقُ ََو ََُ َعِِّقََُُُِّقُِقلِكََ
(97) Katakanlah : Barang siapa yang jadi musuh dari Jibril , maka
sesungguhnya dia itu telah menurunkannya ke dalam hati engkau
dengan izin Allah , menyetujui apa yang ada dihadapannya dan
petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman .
قُإقَّنُ ُقدًًََُّّ قُُقلصَنَُِِّقُقلمعََُِقُقلمًُِِّيُ قُقلمَق اَلكُلقًَُُّّدق ُ َنِّ ًًَُّّعِِّق َِلكُل
(98) Katakanlah:Barangsiapa yang jadi musuh dari Allah dan
Malaikat-malaikatNya, dan Rasul-rasulNya , dan Jibril dan Mikail,
maka sesungguhnya Allah adalah musuh dari orang orang yang kafir.
قَ ًُّنَقًََََُُِّّقُوَُِّبَإُْقَكُيُِّق َُّقل َيَيًٍََُُِّّقًََُّقُْقًٍَََُِّّنًّقُ ق َُقل ًُّوَُُِ
(99) Dan sesungguhnya telah Kami turunkan kepada engkau akan ayat-
ayat yang jelas-jelas. Dan tidaklah kafir kepadanya melainkan orang-
orang yang fasik.
قَُّ َيَو ََُنقَُقَدَََُِّعَدَُْقصُُقَدََْوِ قيَْنُِّ قَهُمُُقإََِكُْلَق ََلكًَُُّلًّقُ َعدق ُلُْ
(100) Dan apakah tiap-tiap kali mereka membuat perjanjian
dilenyapkan (saja) oleh segolongan dari mereka ? Bahkan terbanyak di
antara mereka tidaklah percaya.
ًًَََُِِّّّق َيََ َلَْقُ َنمَِّقُ ِ قيَْنُِّ قُمُُُإقَدَُُِّْ ًّقُ ِِّقيِْكُلَ ققإكَوقل َ ِ قيد َيَُُِقَدًًََُُُِّّق ُِّق ُقل ِقَكًُّاُِقدُا
َّ َيَ ُعَُِّنقَُقَدَْإَُُدقَدَِ َيََْعقَُُُُِل
(101) Dan tatkala telah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi
Allah, menyetujui apa yang ada serta mereka , telah melemparkan
segolongan dari mereka yang diberi Kitab itu akan Kitab Allah ke
belakang mereka , seolah-olah mereka tidak mengetahui.
8. ُصَنَُِّ َِِّق اَلكُلقًَُُّّدق ُ َقصَْقققإََُّنُقََُُعُْىقُعُلقَمُِّبُإقَمإنُ
"Katakanlah:Barang siapa yang jadi musuh dari Jibril, rnaka
sesungguhnya dia itu telah rnenurunkannya ke dalam hati engkau
dengan izin Allah. " (pangkal ayat 97).
Ayat ini lanjutan dari tempelak-tempelak Tuhan yang terdahulu.
Mereka tadi mengatakan bahwa mereka hanya mau percaya kepada
Kitab yang diturunkan kepada mereka saja dan tidak mau percaya
kepada Kitab yang turun di belakang itu.
Menurut satu riwayat yang bertemu di dalam kitab-kitab tafsir, salah
satu sebabnya ialah setelah salah seorang pemuka mereka bernama
Abdullah bin Shuriya pernah bertanya kepada Nabi s.a.w. Malaikat
yang mana yang menurunkan al-Qur'an kepada Muhammad saw .
Rasulullah menjawab bahwa yang membawanya dari Tuhan ialah
Malaikat Jibril. Terus dengan serta-merta Abdullah bin Shuriya itu
berkata bahwa mereka tidak mau percaya al-Qur'an ialah karena Jibril
itu yang membawanya kepada Nabi.
Coba kalau Malaikat Mikail yang membawa, barangkali mereka bisa
iman. Kami orang Bani Israil , musuh dengan Jibril.. Ketika ditanyakan
apa sebab , Jibril mereka musuhi, dia menjawab karena Jibril itulah
yang dahulu pernah menyampaikan bahwa Baitul Maqdis satu waktu
kelak akan hancur. Dan memang hancurlah Baitul Maqdis. Ini jawab
Abdullah bin Shuriya.
Hancurnya Baitul Maqdis ialah setelah negeri Israel diserang dan
dihancurkan oleh Bukhtunashr (Nabukadneshar) Raja Babil, dan
orang-orang Yahudi ditawan dan dibawa ke negeri Babil beribu-ribu
orang banyaknya.
Dan satu riwayat lagi, pada suatu hari Umar bin Khathab masuk ke
dalam salah satu Madrasah Yahudi. Ketika bercakap-cakap
tersebutlah oleh beliau Jibril. Serta-merta pula Yahudi yang
menyambutnya di situ berkata bahwa Jibril itu musuh kami. Sebab
dia banyak sekali membuka rahasia-rahasia kami kepada Muhammad.
Itulah Malaikat yang banyak sekali merusak dan membawa azab. Lain
dengan Mikail; itulah Malaikat yang membawa kesuburan dan damai.
Meskipun kedua sebab turun ayat ini tersebut dalam kitab-kitab tafsir
dan hati kita kurang mantap menerimanya , terutama riwayat yang
9. kedua , namun suatu hal adalah nyata, yaitu bahwa mereka tidak
senang kepada Jibril; mengapa masih saja membawa wahyu yang
baru lagi, padahal Taurat sudah cukup. Mengapa datang lagi kepada
seorang Nabi yang bukan Bani Israil, sehingga martabat Bani Israil
menjadi direndahkan, sebab sudah ada pula Nabi lain dari bangsa
lain, yaitu bangsa Arab. tetapi dengan ayat ini faham yang amat
dangkal itu dibantah.
Apa sangkut-paut Jibril maka dia dimusuhi ? Bukankah dia hanya
utusan? Bukan dari kehendaknya sendiri. Dia hanya menyampaikan
wahyu dari Allah, dengan izin Allah ke dalam hati Muhammad.
قًِِّْكُلَ ًُّ ِِّ قُ ََُُ قمَنُكُن
"Menyetujui apa yang ada di hadapannya."
Pokok isi al-Qur'an itu tidak berselisih, bahkan bersetuju dengan isi
Kitab Taurat, yaitu menegakkan Tauhid kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala -
قُل ِِكََ قُل ََُُُِِّ قُ ََو ََُ َعِّ
"Dan petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. "
(Ujung ayat 97).
Kamu musuhi Jibril lantaran dia membawa wahyu al-Qur'an kepada
Muhammad, padahal isi al-Qur'an tidakbertentangan dengan isi
Taurat kamu. Kalau bertentangan patutlah dia kamu musuhi. Dan
bagi orang yang beriman, a1-Qur'an itu telah menjadi pctunjuk clan
membawa kabar yang gembira bagi mereka, bahwa iman dan amal
shalih yang mereka perbuat akan memberikan bagi mereka hidup
yang bahagia di akhirat kelak. Apa kesalahan Jibril maka dia dimusuhi
?
Maka pada ayat yang selanjutnya Tuhan bertindak membela
UtusanNya, balk utusan yang berupa Malaikat ataupun yang berupa
manusia.
ُ قًَُُّّد َ اَلكُل قمِ قُل قمًُِِّيُ قُل قمعََُِ قُل ُصَنَُِِّ قُل ُدًًََُّّ قَّنُ قُإ قَِلكُل َنِّ ًًَُّّعِِّ
"Katakanlah:Barangsiapa yang jadi musuh dari Allah dan Malaikat-
rnalaikatNya, dan Rasul-rasulNya, dan Jibril dan Mikail, maka
sesungguhnya Allah adalah musuh dari orang-orang yang kafir" (ayat
98).
10. Meskipun mereka hanya menyebut memusuhi Jibril, berarti mereka
memusuhi Allah. Barang siapa memusuhi Rasul Allah , baik
Muhammad atau barang mana Rasul yang lain, berarti mereka
memusuhl Allah. Demikian juga terhadap Jibril khusus, atau Mikail,
yang di ayat ini d.isebut Mikala. Meskipun mulut mereka tidak
menyebut memusuhi Allah, namun dengan demikian mereka telah
memusuhl Allah. Sebab itu Tuhan mendahulukan bahwa si pemusuh
itu terlebih dahulu adalah rnemusuhi Allah. Kalau telah ada yang
memandang musuh kepada Jibril, sebab dia yang membawa wahyu
al-Qur'an, tentu akan ada pula kelak yang memusuhl Mikala atau
Mikail, kalau terlambat datang musim hujan atau ladang kurang
menghasilkan buah.
Padahal baik Rasul-rasul bangsa manusia, atau Rasul-rasul bangsa
Malaikat, satupun tidak ada yang memegang kuasa. Mereka hanya
suruhan. Tanggung jawab adalah pada Allah semua dan mutlak. Dan
akhirnya dengan tegas Tuhan menyatakan permusuhan yang
dihadapkan oleh orang kafir kepada Malaikat malaikat dan Rasul-
rasul itu adalah nyata menentang Allah. Sebab itu Allah pun
memusuhi pula kepada orang-orang yang kafir itu. Maka kalau terjadi
pertentangan dengan Allah, siapa yang kalah ?
قُل قَكُيُِّ ًُّوَُِّبَإُْ قََََُُِّ قَ ًُّنَ قَ ًُّوَُُِ
"Dan sesungguhnya telah Kami turunkan kepada engkau akan ayat ayat
yang jelas jelas." (pangkal ayat 99).
Ayat-ayat itu ialah perintah, suruhan dan larangan dan peraturan dan
perbandingan, dan ajakan buat berpikir. Semuanya diturunkan
dengan jelas dan dengan keterangan yang cukup, tidak ada yang
mendatangkan ragu. Kalau orang sudah berpikir dan menggunakan
akal, pastilah al-Qur'an itu diterimanya dengan baik.
قُل ًُّ قًٍَََُِّّن ًُُّْ قََ َّ َيَيًٍََُُِّّ
"Dan tidaklah kafir kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. "
(ujung ayat 99).
Orang yang fasik, yang keluar daripada jalan yang benar, orang yang
telah sakit jiwanya, sebagaimana syair dari Bukhari :
Kadang-kadang mata melawan matahari , karena dia ditimpa penyakit
11. belas ( ramad atau trachom). Dan mulut menentang manisnya air
karena ditimpa demam.
Sehingga keterangan betapapun jelasnya, tidak mau masuk lagi ke
dalam jiwa, karena diri telah dipenuhi oleh kefasikan, kejahatan dan
kedurjanaan.
Segala helah dan dalih yang mereka pakai sehingga sampai
memusuhi Malaikat segala , lain tidak memanglah karena jiwa telah
mendurhaka. Karena kedurhakaan itu akan macam-macam saja jawab
mereka yang tidak masuk akal yang remeh dan yang bisa dipatahkan
oleh orang yang berakal sehat. Sebab itu selanjutnya Tuhan
bersabda:
قُلُْ ًُّ َعد قًَُُّلَ ََلك قََِكُْل قَهُمُُإ قيَْنُِّ قَدََْوِ قَصُُ قَدَََُِّعَدُْ قَُ قَُّ َيَو ََُن
`Apakah tiap-tiap kali mereka membuat perjanjian, dilenyapkan (saja)
oleh segolongan dari mereka ? bahkan yang terbanyak di antara mereka
tidaklah percaya. " (ayat 100).
Inilah satu ayat tempelak yang jitu. Berkali-kali mereka telah
memperbuat perjanjian dengan Allah, dengan perantaraan Rasul Al-
lah Musa a. s., pemimpin mereka sendiri, dan tertulis bunyi perjanjian
itu di dalam Kitab yang mereka pegang setia; maka berkali-kali pula
mereka mungkiri perjanjian itu, meskipun mereka mengatakan
bersedia memegang Hukurn Taurat.
Sekarang datang Utusan Tuhan yang baru; isi seruannya adalah
memperkuat yang dahulu itu. Maka apakah akan berulang lagi laku
yang lama ? Diperbuat janji yang baru, lalu segolongan
memungkirinya lagi dan melemparkan saja janji itu, sebagai kata ahli-
ahli siasat kita sekarang " janji diatas kertas ? " Yang segolongan
membuat janji untuk dimungkiri, dan bagian yang terbesar tidak mau
berjanji, karena tidak percaya.
Sikap tidak mau percaya ini dijelaskan lagi pada ayat selanjutnya :
قُل ًّ ُِّ قَدًََُُُِّ قيد َيَُُِ قَ ِ قكَول قإ
"Dan tatkala telah datang kepada mereka seorang Rasul disisi Allah."
(pangkal ayat 101).
Yaitu Nabi Muhammad s.a.w. yang diturunkan kepadanya wahyu,
12. قيِْكُلَ ًُّ ِِّ قَدَُُِّْ
"menyetujui apa yang ada serta mereka ",
sama-sama berisi ajaran Tauhid, menghormati ibu-bapak, melarang
berzina dan mencuri, mengasihi sesama manusia, menyuruh
mengasihi keluarga, anak yatim dan fakir-miskin, menyuruh berlaku
baik kepada sesama manusia dan memperkuat ibadat sembahyang
dan berzakat.
قُمُُُإ قيَْنُِّ قُ ِ قُ َنمَِّ َ َيََ َلَْ قًُّاًََُِِّّ
"Telah melemparkan segolongan dari mereka yang diberi kitab itu.
Yaitu mereka yang telah diberi Kitab Taurat itu,
قًُّاُِد قَِك قَُُُُِل قَدَِ َيََْع
"akan Kitab Allah ke belakang mereka. "Yaitu al-Qur'an
قَدَْإَُُد قَُ َّ َيَ ُعَُِّن
"Seolah-olah mereka tidak mengetahaui." (ujung ayat 101).
Seolah-olah tidak mau tahu, atau seolah-olah mereka memandang
bahwa apa yang bernarna al-Qur'an itu tidak ada dan a.pa yang
bernama Rasul Allah atau Nabi Allah itu tidak ada. Yang ada hanya
orang-orang Arab dan yang bernama Muhammad, adalah Arab biasa.
Inilah satu kckafiran yang memang sudah sengaja membeku : "Kami
tidak mau tahu ! habis perkara. Kalian mau apa ?"