SlideShare a Scribd company logo
“BURUNG MALEO (Macrochepalon maleo)
SATWA ENDEMIK LANGKA
Oleh
Dr Syariffudin Fatmona, SPt, MSi
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
Pertemuan 7
SPESIES ENDEMIK JENIS AVES
TAKSONOMI
Class : Aves,
Sub Class : Neonirthes,
Ordo : Galliformes,
Sub Ordo : Galli,
Famili : Megapodidae,
Sub Famili : Crocoide,
Genus : Macrocephalon,
spesies : Macrocephalon maleo Sal Muller 1846.
Nama daerah senkawor, sengkawur, songkel, maleosan
(Minahasa), saungke (Bintauna), tuanggoi (Bolaang
Mongondow), tuangoho (Bolaang Itang), bagoho (Suwawa),
mumungo, panua (Gorontalo), molo (Sultra)
Nama asing megapode maleo (Perancis), hammerhuhn
(Jerman), talegalo maleo (Spanyol), maleo fowl, gray’s brush
turkey (Inggris).
ANATOMI
1. Paruh 12. Anus
2. Kepala 13. Paha
3. Iris 14. Tibio-Tarsal
4. Pupil 15. Tarsus
5. Mantel 16. Kaki
6. Lesser Bulu17. Tulang kering
7. Scapular 18. Perut
8. Bulu Atas 19. Panggul
9. Tertials 20. Dada
10. Pantat 21. Tenggorokan
11. Primari 22. Pial
ANATOMI
Sistem tulang pada
kerangka merpati:
1. Tengkorak
2. Tulang leher
3. Furcula
4. Korakoid
5. Bengokan tulang
rusuk
6. Keel
7. Patela
8. Tarsometatarsus
9. Jari
10. Tulang kering
11. Fibia
12. Tulang paha
13. Iskium
14. Pubis
15. Illium
16. Tulang ekor
17. Pygostyle
18. Synsacrum
19. Scapula
20. Lumbar
vertebrae
21. Humerus
22. Tulang hasta
23. Tulang
Pengumpil
24. Karpus
25. Metakarpus
26. Jari
27. Alula
Sistem Kerangka Burung
ANATOMI
Sistem Otot Burung
ANATOMI
Sistem Pernapasan Burung
ANATOMI
Sistem Pencernaan Burung
ANATOMI
Sistem Reproduksi Burung
Jantan Betina
MORFOLOGI
Burung Maleo Bulu : hitam, bagian dada-di atas
kaki berwarna putih & merah
jambu keputih2an menyolok
Paruh kokoh & lancip (kelabu)
Kulit muka&lingkaran sekitar mata
kuning pucat, biji mata hitam cerah
Ekor tegak, cakar dan kaki kuat
Panjang kaki ± 25 cm
Jari2 kaki memp. selaput renang
Bobot anak : 109-169 g, dewasa : 1,6 kg
pjg sayap ♂ 292 mm & ♀ 302 mm
Umur 25-30 tahun
Pada kepala ada benjolan besar menyerupai helm (mahkota)
berwarna kelabu kehitam2an (♂lebih besar drpd ♀ )
MORFOLOGI
Telur Maleo
Telur maleo : putih berbintik2
kemerah2an (segar  berwarna merah
jambu & lama kelamaan berubah warna
menjadi kecoklat2an)
Bentuk : biconical, elliptical, oval &
conical
Bobot : 240-270 gram
(3-4 x telur itik, 4-5x telur ayam)
Panjang 92,1-112,6 mm
Lebar/diameter 56,6-57,6 mm
Kuning telur 60-64%
Albumen 35-39%
HABITAT DAN PENYEBARAN
Habitat
Hidup
 Di hutan belukar, dat. rendah &
perbukitan sampai 1.200 m dpl
Di hutan pantai
 bertelur, makan dan istirahat
Bertelur
pantai , hutan yg tidak lebat & letaknya agak tinggi dari
garis pantai, pasir yg tidak padat & bebas dari batu2an,
ada sumber panas vulkanik,
sumber panas bumi & lbh byk penyinaran
Karakteristik
Sarang
HABITAT DAN PENYEBARAN
Lubang sarang digali agak menjorok ke arah depan dari
burung maleo yg sdg menggali dgn lebar bagian depan lebih
kecil drpd bagian belakang shg bila di lihat dari atas tanpak
berbentuk delta. Jika dibuat suatu irisan dari samping maka
akan bbtk spt huruf “V” miring
Tipe Sarang :
Tempat terbuka
Di Bawah naungan tajuk
Di Bawah pohon tumbang
Di Bawah naungan tebing atau batu
Di dalam goa
Di antara perakaran pohon
Di antara banir pohon
HABITAT DAN PENYEBARAN
Penyebaran :
Pada bagian timur Indonesia  Pulau Sulawesi, Maluku &
Irian (SulUt, SulTeng dan SulTra)
Menurut perkiraan para ahli di Sulawesi  50 tempat
bertelur yg masih digunakan & umumnya di SulUt
(di Desa Tambun, Tumokang, Pusian, Panua, Gunung
Tangkoko & Desa Waleo)
Terdapat 85 tempat bertelur  48 di pantai (coastal) & 37
di pedalaman (inland) (22 tempat telah ditinggalkan :
19 coastal dan 3 inland)
Dari 63 tempat bertelur yg tersisa (18 tidak ada data,
43 masih dipergunakan meskipun mengalami ancaman,
21 mengalami ancaman berat, hanya 4 yg tidak terancam
MAKANAN
Maleo  Jenis hewan omnivar
(buah2an, biji2an dan invertebrate spt kumbang,
rayap, cacing, semut serta siput air tawar
dan siput darat)
Bdskan perbedaan temboloknya
makan buah2an dan biji2an
serangga hutan spt belalang, kupu2, semut, cacing
& kepiting
Dalam penangkaran di Kebun Binatang Ragunan
gabah kacang hijau, kacang tanah, touge, kangkung, ulat
hongkong, papaya, semut, kalajengking, lipan &
ular kecil
TINGKAH LAKU
Makan
Reproduksi
Mencari makan di sekitar t4 bertelur
(jika dilokasi tersebut tersedia cukup
makanan), Pada musim kemarau
(sembunyi di bawah naungan)
 menggaruk & mencakar serasah di
permukaan tanah & memakan
makanan yg kebetulan ditemukannya
Hidup menetap & bersifat monogami
serta memelihara ikatan dgn pasangan
sepanjang tahun (seumur hidup)
♂ &♀ tidak terpisahkan >bbrp meter
saat mencari makan, bertelur /tidur di
atas pohon (Jika terpisah  ♂ bersuara
khas untuk memberitahukan posisinya)
TINGKAH LAKU
Kopulasi (±4 menit)
♂ mencakar2 tanah dgn keras & penuh semangat sambil
melemparkan material pasir & daun ke udara kemudian
diselingi dgn gerakan melingkar sambil tetap mencakar
tanah. Setelah bbrp saat maju kemudian kembali mundur
sambil mencakar lagi, lalu ujung sayap ♂ dihadapkan ke ♀,
ekornya agak naik dan dadanya menegak.
♀ membiarkan ♂ ketika berjalan melewatinya tetapi
kemudian ia sendiri mulai mencakar tanah dgn semangat
untuk bbrp saat & diikuti oleh ♂, selanjutnya ♂ mendekati
♀ yang telah merendahkan perut & ekornya ke tanah, ♂
menaiki betina (kopulasi tjd bbrp detik). Stlh kopulasi, ♂
mengambilkan makanan untuk ♀
TINGKAH LAKU
Bertelur Bila akan bertelur  selalu datang
bersama, kadang ♀ terlihat sendiri
Musim bertelur  aktif jam 05.00
mengeluarkan suara khas “auwurrr...
auwerrr... auwerrr...”, tanda teritori
Stlh itu bergerak secara berpasangan,
bersuara tak henti2 menuju tempat
makan & minum, dilanjutkan dgn
pemilihan tempat bertelur oleh ♀,
sdgkan ♂ mengikuti dari belakang
♀ menggali lubang dgn kaki, stlh lelah
dilanjutkan oleh ♂ (biasanya dibuat
sarang2 tipuan u/ mengelabui)
TINGKAH LAKU
Respon
Thdp Gangguan
Di alam  sembunyi di semak
belukar / hutan bila terancam (dapat
didekati bila memperhatikan arah angin
dan posisinya)
Predator  sembunyi di bawah
tegakan rapat /bertengger di cabang
pepohonan yg paling tinggi.
Kemarau/hujan  sembunyi di t4
teduh,
Apabila terganggu (bertelur) 
tidak akan pernah kembali. Perasaan
takut/cemas diekspresikan dgn
gerakan selalu curiga menggerakkan
ekornya ke atas & ke bawah
TINGKAH LAKU
Interaksi sosial
Interaksi dgn satwa lain
 Monogami & setia
 Sifat thdp keturunan masa bodoh
(telur tdk dierami)
 Berjalan mondar2 antara ♂ & ♀
mengeluarkan suara teratur dgn
bunyi spt mengerang “mmmm,
mm-mm, mm-mm”.
Tingkah laku mengusir (menjaga
teritori sarang), suara “gak gak gak”
 Predator
 Persaingan dalam cara mencari
makan &memilih jenis makanan
Komensalisme
SIKLUS REPRODUKSI
Musim bertelur  Bervariasi dari bulan ke bulan
Diduga bertelur setiap 12-13 hari sekali (±30 telur /tahun)
Produksi telur  8-12 butir per tahun (diperkirakan sebutir
telur dihasilkan dalam 7-9 hari atau 8-12 telur selama musim
bertelur individual 2-3 bulan)
Jumlah telur per induk berkisar antara 16-18 butir /tahun
(bdskan pemeriksaan ovari)
Periode bertelur 14 hari & dihasilkan 6-8 telur setiap
musim bertelur (info pengumpul telur)
Di Sulawesi Utara pada bulan Nov-Jan produksi telur 3-4x
lebih banyak dari bulan2 yg lain (byk pohon berbuah)
Hampir setiap lokasi yg berbeda secara klimatik & ekologis
memp. musim bertelur yg berbeda
SIKLUS REPRODUKSI
Penetasan Telur
Masa pengeraman telur berkisar antara 62-85 hari,
69-72 hari, 35-55 hari, 28-29 hari (terpndk 30 hari, suhu
380C & terpjg 98 hari, suhu 340C)
Variasi disebabkan perbedaan lokasi, suhu pengeraman,
kelembaban, jenis sumber panas, musim (iklim) juga
data pengeraman
Alokasi wkt bertelur tgtg individu, kondisi tanah &
predator (maleo tdk menetaskan anak, telur di benamkan &
anak menetas sempurna, dpt lgsng terbang & mandiri)
POPULASI DI SULTRA
Tahun 1947
Telur burung maleo : 9.705 butir di Cagar Alam Panua,
SulUt dgn jumlah terbanyak bulan April : 1.596 butir &
paling sedikit bulan Juli : 82 butir
Tahun 1978
5.000-10.000 ekor (prod. telur tahunan : 30 butir/burung
Tahun 1990
Produktivitas 8-12 butir telur /burung
Sultra
100 ekor (BKSDA SULTRA, 2008)
KONSERVASI
Menurut UU RI No 5 Tahun 1990, Konservasi SDAH adalah
pengelolaan SDAH yang pemanfatannya dilakukan secara
berkesinambungan persediaannya dgn tetap memelihara &
meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati & nilainya
Tujuan :
1). Menjamin keberlanjutan/kesinambungan keberadaan
SDAH dan ekosistem (protection),
2). Memelihara & mempertahankan kualitas
keanekaragaman SDAH & ekosistem (preservation),
3). Meningkatkan nilai manfaat/kegunaan SDAH &
ekosistem (sustainable use). SDAH & ekosistem
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup umat
manusia secara berkelanjutan sehingga perlu dijaga
eksistensinya
KONSERVASI
Bentuk lembaga : kebun binatang, akuarium, taman safari,
taman burung, taman buaya, taman kupu2, taman rusa,
dunia laut, penangkaran satwa liar (komersial) dan bank
sumber daya genetik.
Konservasi  in-situ (di dalam habitat alaminya); melalui
perlindungan jenis, pembinaan habitat & populasi;
 ex-situ (di luar habitat alaminya), melalui penangkaran.
Penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk konservasi
jenis & peningkatan populasi, tetapi juga untuk pendidikan,
penelitian & pengembangan wisata. Hasil penangkaran
dapat dilepas-liarkan ke habitat alam (sesuai syarat &
peraturan yg berlaku), serta untuk tujuan komersial,
terutama mulai dari hasil keturunan ke dua (F2)
PENANGKARAN DAN BUDIDAYA
Tujuan penangkaran :
1). Aspek sosial ekonomi budaya
(pemanfaatan penangkaran dan hasil2nya
untuk memenuhi kebutuhan manusia
2). Aspek ekologis lebih diarahkan untuk
pelestarian atau konservasi ex situ-in situ
Manajemen Penangkaran Satwa :
Harus memperhatikan Prinsip Etik &
Kesejahteraan Satwa  satwa yg dipelihara
di luar habitat alaminya (penangkaran) harus
tetap memiliki hak kebebasan, mendapatkan
perlakuan yg baik & memenuhi syarat2 bagi
kesejahteraannya (animal welfare/5 Freedom)
PENANGKARAN DAN BUDIDAYA
Penangkaran  kesiapan lingkungan agar burung2 yg akan
dipelihara dapat beradaptasi dengan baik & cepat,
terutama untuk jenis2 yg membutuhkan lindungan.
1. Biologi/habitat hidup
2. Fisik spt kandang/sangkar
Pemeliharaan :
1). Pemberian Pakan (jenis & cara,)
2). Pengaturan reproduksi (penentuan jenis kelamin,
pemilihan induk, perjodohan, penetasan,
pembesaran anak
3). Perawatan Kandang
4). Pengendalian penyakit
Atas Perhatiannya..

More Related Content

What's hot

Presentasi Tumbuhan Paku
Presentasi Tumbuhan PakuPresentasi Tumbuhan Paku
Presentasi Tumbuhan Paku
ST. Khadijah utami
 
Animalia(Arthropoda) Kelas X
Animalia(Arthropoda) Kelas XAnimalia(Arthropoda) Kelas X
Animalia(Arthropoda) Kelas X
fadillahsalsa
 
Ppt mamalia (welly&fitri)
Ppt mamalia (welly&fitri)Ppt mamalia (welly&fitri)
Ppt mamalia (welly&fitri)Welly Andrei
 
Morfologi udang 021012
Morfologi udang 021012Morfologi udang 021012
Morfologi udang 021012
universitas jenderal soedirman
 
Taksonomi Vetebtara "Ordo Aves"
Taksonomi Vetebtara "Ordo Aves"Taksonomi Vetebtara "Ordo Aves"
Taksonomi Vetebtara "Ordo Aves"
Ummi Fitri
 
Kelompok 1 phylum chordata
Kelompok 1 phylum chordataKelompok 1 phylum chordata
Kelompok 1 phylum chordataf' yagami
 
Teori evolusi Power Point
Teori evolusi Power PointTeori evolusi Power Point
Teori evolusi Power Point
Husain Anker
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Maedy Ripani
 
Gymnospermae
GymnospermaeGymnospermae
Gymnospermae
anamargareta
 
Ruang Proses Penetasan Telur Tetas
Ruang Proses Penetasan Telur TetasRuang Proses Penetasan Telur Tetas
Ruang Proses Penetasan Telur Tetas
Lusia Komala Widiastuti
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanamanHasan Addiny
 
Poliploidi 1.1
Poliploidi 1.1Poliploidi 1.1
Poliploidi 1.1afifauliya
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayati
Tidar University
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
SIlfani Sabila
 
Makalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiroMakalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiro
Aka Tedi Nurwalidin
 

What's hot (20)

Annelida
AnnelidaAnnelida
Annelida
 
Presentasi Tumbuhan Paku
Presentasi Tumbuhan PakuPresentasi Tumbuhan Paku
Presentasi Tumbuhan Paku
 
Animalia(Arthropoda) Kelas X
Animalia(Arthropoda) Kelas XAnimalia(Arthropoda) Kelas X
Animalia(Arthropoda) Kelas X
 
Ppt mamalia (welly&fitri)
Ppt mamalia (welly&fitri)Ppt mamalia (welly&fitri)
Ppt mamalia (welly&fitri)
 
Arthropoda
ArthropodaArthropoda
Arthropoda
 
Celicerata
CelicerataCelicerata
Celicerata
 
Morfologi udang 021012
Morfologi udang 021012Morfologi udang 021012
Morfologi udang 021012
 
Taksonomi Vetebtara "Ordo Aves"
Taksonomi Vetebtara "Ordo Aves"Taksonomi Vetebtara "Ordo Aves"
Taksonomi Vetebtara "Ordo Aves"
 
Kelompok 1 phylum chordata
Kelompok 1 phylum chordataKelompok 1 phylum chordata
Kelompok 1 phylum chordata
 
Teori evolusi Power Point
Teori evolusi Power PointTeori evolusi Power Point
Teori evolusi Power Point
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
 
Arthropoda
ArthropodaArthropoda
Arthropoda
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Gymnospermae
GymnospermaeGymnospermae
Gymnospermae
 
Ruang Proses Penetasan Telur Tetas
Ruang Proses Penetasan Telur TetasRuang Proses Penetasan Telur Tetas
Ruang Proses Penetasan Telur Tetas
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanaman
 
Poliploidi 1.1
Poliploidi 1.1Poliploidi 1.1
Poliploidi 1.1
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayati
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
 
Makalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiroMakalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiro
 

Similar to Burung Maleo -(7).pdf

keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayatikeanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati
hizba dina hafiyyana
 
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptx
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptxKeanekaragaman_hayati_pptx.pptx
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptx
SardiRajagukguk
 
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptxppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
SudarminSudarmin3
 
TIK LINA.pptx
TIK LINA.pptxTIK LINA.pptx
TIK LINA.pptx
Uned Junaidi
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Syeahdean123
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1
Dikduff Aj
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1
agus narto
 
carnivora dan proboscidea
carnivora dan proboscidea carnivora dan proboscidea
carnivora dan proboscidea
Aka Tedi Nurwalidin
 
keanekaragaman makhluk hidup
keanekaragaman makhluk hidupkeanekaragaman makhluk hidup
keanekaragaman makhluk hidupFransisca Vivin
 
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langkaFaktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Naila Khofshoh
 
KELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptxKELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptx
NadraTannaimi1
 
Keanekaragaman Hayati di Indonesia.pptx
Keanekaragaman Hayati di Indonesia.pptxKeanekaragaman Hayati di Indonesia.pptx
Keanekaragaman Hayati di Indonesia.pptx
MariniNA2
 
Laporan flora dan fauna tia
Laporan flora dan fauna tiaLaporan flora dan fauna tia
Laporan flora dan fauna tia
darma wati
 
Buku x bab 7 (Keanekaragaman HayatI)
Buku x bab 7 (Keanekaragaman HayatI)Buku x bab 7 (Keanekaragaman HayatI)
Buku x bab 7 (Keanekaragaman HayatI)
Muhamad Toha
 
Bab 1 klasifikasi mh
Bab 1 klasifikasi mhBab 1 klasifikasi mh
Bab 1 klasifikasi mh
harfinafina2
 

Similar to Burung Maleo -(7).pdf (20)

keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayatikeanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati
 
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptx
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptxKeanekaragaman_hayati_pptx.pptx
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptx
 
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptxppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
 
TIK LINA.pptx
TIK LINA.pptxTIK LINA.pptx
TIK LINA.pptx
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1
 
Mengenal jenis burung
Mengenal jenis burungMengenal jenis burung
Mengenal jenis burung
 
carnivora dan proboscidea
carnivora dan proboscidea carnivora dan proboscidea
carnivora dan proboscidea
 
Tumbuhan dan hewan langka
Tumbuhan dan hewan langkaTumbuhan dan hewan langka
Tumbuhan dan hewan langka
 
Tumbuhan dan hewan langka
Tumbuhan dan hewan langkaTumbuhan dan hewan langka
Tumbuhan dan hewan langka
 
keanekaragaman makhluk hidup
keanekaragaman makhluk hidupkeanekaragaman makhluk hidup
keanekaragaman makhluk hidup
 
Tumbuhan dan hewan langka
Tumbuhan dan hewan langkaTumbuhan dan hewan langka
Tumbuhan dan hewan langka
 
Makalah sisver revisi 2013
Makalah sisver revisi 2013Makalah sisver revisi 2013
Makalah sisver revisi 2013
 
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langkaFaktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
 
KELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptxKELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptx
 
Keanekaragaman Hayati di Indonesia.pptx
Keanekaragaman Hayati di Indonesia.pptxKeanekaragaman Hayati di Indonesia.pptx
Keanekaragaman Hayati di Indonesia.pptx
 
Laporan flora dan fauna tia
Laporan flora dan fauna tiaLaporan flora dan fauna tia
Laporan flora dan fauna tia
 
Buku x bab 7 (Keanekaragaman HayatI)
Buku x bab 7 (Keanekaragaman HayatI)Buku x bab 7 (Keanekaragaman HayatI)
Buku x bab 7 (Keanekaragaman HayatI)
 
Bab 1 klasifikasi mh
Bab 1 klasifikasi mhBab 1 klasifikasi mh
Bab 1 klasifikasi mh
 

Recently uploaded

KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
d1051231039
 
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptxPenetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Erma753811
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
d1051231041
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Biotani & Bahari Indonesia
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
LukmanulHakim572233
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
muhammadnoorhasby04
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
BrigittaBelva
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
YUZANAPRATIWI
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
AzisRois1
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
d1051231034
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
d1051231072
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
ssuserb357a32
 

Recently uploaded (12)

KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
 
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptxPenetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
 

Burung Maleo -(7).pdf

  • 1. “BURUNG MALEO (Macrochepalon maleo) SATWA ENDEMIK LANGKA Oleh Dr Syariffudin Fatmona, SPt, MSi PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS KHAIRUN 2023 Pertemuan 7 SPESIES ENDEMIK JENIS AVES
  • 2. TAKSONOMI Class : Aves, Sub Class : Neonirthes, Ordo : Galliformes, Sub Ordo : Galli, Famili : Megapodidae, Sub Famili : Crocoide, Genus : Macrocephalon, spesies : Macrocephalon maleo Sal Muller 1846. Nama daerah senkawor, sengkawur, songkel, maleosan (Minahasa), saungke (Bintauna), tuanggoi (Bolaang Mongondow), tuangoho (Bolaang Itang), bagoho (Suwawa), mumungo, panua (Gorontalo), molo (Sultra) Nama asing megapode maleo (Perancis), hammerhuhn (Jerman), talegalo maleo (Spanyol), maleo fowl, gray’s brush turkey (Inggris).
  • 3. ANATOMI 1. Paruh 12. Anus 2. Kepala 13. Paha 3. Iris 14. Tibio-Tarsal 4. Pupil 15. Tarsus 5. Mantel 16. Kaki 6. Lesser Bulu17. Tulang kering 7. Scapular 18. Perut 8. Bulu Atas 19. Panggul 9. Tertials 20. Dada 10. Pantat 21. Tenggorokan 11. Primari 22. Pial
  • 4. ANATOMI Sistem tulang pada kerangka merpati: 1. Tengkorak 2. Tulang leher 3. Furcula 4. Korakoid 5. Bengokan tulang rusuk 6. Keel 7. Patela 8. Tarsometatarsus 9. Jari 10. Tulang kering 11. Fibia 12. Tulang paha 13. Iskium 14. Pubis 15. Illium 16. Tulang ekor 17. Pygostyle 18. Synsacrum 19. Scapula 20. Lumbar vertebrae 21. Humerus 22. Tulang hasta 23. Tulang Pengumpil 24. Karpus 25. Metakarpus 26. Jari 27. Alula Sistem Kerangka Burung
  • 9. MORFOLOGI Burung Maleo Bulu : hitam, bagian dada-di atas kaki berwarna putih & merah jambu keputih2an menyolok Paruh kokoh & lancip (kelabu) Kulit muka&lingkaran sekitar mata kuning pucat, biji mata hitam cerah Ekor tegak, cakar dan kaki kuat Panjang kaki ± 25 cm Jari2 kaki memp. selaput renang Bobot anak : 109-169 g, dewasa : 1,6 kg pjg sayap ♂ 292 mm & ♀ 302 mm Umur 25-30 tahun Pada kepala ada benjolan besar menyerupai helm (mahkota) berwarna kelabu kehitam2an (♂lebih besar drpd ♀ )
  • 10. MORFOLOGI Telur Maleo Telur maleo : putih berbintik2 kemerah2an (segar  berwarna merah jambu & lama kelamaan berubah warna menjadi kecoklat2an) Bentuk : biconical, elliptical, oval & conical Bobot : 240-270 gram (3-4 x telur itik, 4-5x telur ayam) Panjang 92,1-112,6 mm Lebar/diameter 56,6-57,6 mm Kuning telur 60-64% Albumen 35-39%
  • 11. HABITAT DAN PENYEBARAN Habitat Hidup  Di hutan belukar, dat. rendah & perbukitan sampai 1.200 m dpl Di hutan pantai  bertelur, makan dan istirahat Bertelur pantai , hutan yg tidak lebat & letaknya agak tinggi dari garis pantai, pasir yg tidak padat & bebas dari batu2an, ada sumber panas vulkanik, sumber panas bumi & lbh byk penyinaran
  • 12. Karakteristik Sarang HABITAT DAN PENYEBARAN Lubang sarang digali agak menjorok ke arah depan dari burung maleo yg sdg menggali dgn lebar bagian depan lebih kecil drpd bagian belakang shg bila di lihat dari atas tanpak berbentuk delta. Jika dibuat suatu irisan dari samping maka akan bbtk spt huruf “V” miring Tipe Sarang : Tempat terbuka Di Bawah naungan tajuk Di Bawah pohon tumbang Di Bawah naungan tebing atau batu Di dalam goa Di antara perakaran pohon Di antara banir pohon
  • 13. HABITAT DAN PENYEBARAN Penyebaran : Pada bagian timur Indonesia  Pulau Sulawesi, Maluku & Irian (SulUt, SulTeng dan SulTra) Menurut perkiraan para ahli di Sulawesi  50 tempat bertelur yg masih digunakan & umumnya di SulUt (di Desa Tambun, Tumokang, Pusian, Panua, Gunung Tangkoko & Desa Waleo) Terdapat 85 tempat bertelur  48 di pantai (coastal) & 37 di pedalaman (inland) (22 tempat telah ditinggalkan : 19 coastal dan 3 inland) Dari 63 tempat bertelur yg tersisa (18 tidak ada data, 43 masih dipergunakan meskipun mengalami ancaman, 21 mengalami ancaman berat, hanya 4 yg tidak terancam
  • 14. MAKANAN Maleo  Jenis hewan omnivar (buah2an, biji2an dan invertebrate spt kumbang, rayap, cacing, semut serta siput air tawar dan siput darat) Bdskan perbedaan temboloknya makan buah2an dan biji2an serangga hutan spt belalang, kupu2, semut, cacing & kepiting Dalam penangkaran di Kebun Binatang Ragunan gabah kacang hijau, kacang tanah, touge, kangkung, ulat hongkong, papaya, semut, kalajengking, lipan & ular kecil
  • 15. TINGKAH LAKU Makan Reproduksi Mencari makan di sekitar t4 bertelur (jika dilokasi tersebut tersedia cukup makanan), Pada musim kemarau (sembunyi di bawah naungan)  menggaruk & mencakar serasah di permukaan tanah & memakan makanan yg kebetulan ditemukannya Hidup menetap & bersifat monogami serta memelihara ikatan dgn pasangan sepanjang tahun (seumur hidup) ♂ &♀ tidak terpisahkan >bbrp meter saat mencari makan, bertelur /tidur di atas pohon (Jika terpisah  ♂ bersuara khas untuk memberitahukan posisinya)
  • 16. TINGKAH LAKU Kopulasi (±4 menit) ♂ mencakar2 tanah dgn keras & penuh semangat sambil melemparkan material pasir & daun ke udara kemudian diselingi dgn gerakan melingkar sambil tetap mencakar tanah. Setelah bbrp saat maju kemudian kembali mundur sambil mencakar lagi, lalu ujung sayap ♂ dihadapkan ke ♀, ekornya agak naik dan dadanya menegak. ♀ membiarkan ♂ ketika berjalan melewatinya tetapi kemudian ia sendiri mulai mencakar tanah dgn semangat untuk bbrp saat & diikuti oleh ♂, selanjutnya ♂ mendekati ♀ yang telah merendahkan perut & ekornya ke tanah, ♂ menaiki betina (kopulasi tjd bbrp detik). Stlh kopulasi, ♂ mengambilkan makanan untuk ♀
  • 17. TINGKAH LAKU Bertelur Bila akan bertelur  selalu datang bersama, kadang ♀ terlihat sendiri Musim bertelur  aktif jam 05.00 mengeluarkan suara khas “auwurrr... auwerrr... auwerrr...”, tanda teritori Stlh itu bergerak secara berpasangan, bersuara tak henti2 menuju tempat makan & minum, dilanjutkan dgn pemilihan tempat bertelur oleh ♀, sdgkan ♂ mengikuti dari belakang ♀ menggali lubang dgn kaki, stlh lelah dilanjutkan oleh ♂ (biasanya dibuat sarang2 tipuan u/ mengelabui)
  • 18. TINGKAH LAKU Respon Thdp Gangguan Di alam  sembunyi di semak belukar / hutan bila terancam (dapat didekati bila memperhatikan arah angin dan posisinya) Predator  sembunyi di bawah tegakan rapat /bertengger di cabang pepohonan yg paling tinggi. Kemarau/hujan  sembunyi di t4 teduh, Apabila terganggu (bertelur)  tidak akan pernah kembali. Perasaan takut/cemas diekspresikan dgn gerakan selalu curiga menggerakkan ekornya ke atas & ke bawah
  • 19. TINGKAH LAKU Interaksi sosial Interaksi dgn satwa lain  Monogami & setia  Sifat thdp keturunan masa bodoh (telur tdk dierami)  Berjalan mondar2 antara ♂ & ♀ mengeluarkan suara teratur dgn bunyi spt mengerang “mmmm, mm-mm, mm-mm”. Tingkah laku mengusir (menjaga teritori sarang), suara “gak gak gak”  Predator  Persaingan dalam cara mencari makan &memilih jenis makanan Komensalisme
  • 20. SIKLUS REPRODUKSI Musim bertelur  Bervariasi dari bulan ke bulan Diduga bertelur setiap 12-13 hari sekali (±30 telur /tahun) Produksi telur  8-12 butir per tahun (diperkirakan sebutir telur dihasilkan dalam 7-9 hari atau 8-12 telur selama musim bertelur individual 2-3 bulan) Jumlah telur per induk berkisar antara 16-18 butir /tahun (bdskan pemeriksaan ovari) Periode bertelur 14 hari & dihasilkan 6-8 telur setiap musim bertelur (info pengumpul telur) Di Sulawesi Utara pada bulan Nov-Jan produksi telur 3-4x lebih banyak dari bulan2 yg lain (byk pohon berbuah) Hampir setiap lokasi yg berbeda secara klimatik & ekologis memp. musim bertelur yg berbeda
  • 21. SIKLUS REPRODUKSI Penetasan Telur Masa pengeraman telur berkisar antara 62-85 hari, 69-72 hari, 35-55 hari, 28-29 hari (terpndk 30 hari, suhu 380C & terpjg 98 hari, suhu 340C) Variasi disebabkan perbedaan lokasi, suhu pengeraman, kelembaban, jenis sumber panas, musim (iklim) juga data pengeraman Alokasi wkt bertelur tgtg individu, kondisi tanah & predator (maleo tdk menetaskan anak, telur di benamkan & anak menetas sempurna, dpt lgsng terbang & mandiri)
  • 22. POPULASI DI SULTRA Tahun 1947 Telur burung maleo : 9.705 butir di Cagar Alam Panua, SulUt dgn jumlah terbanyak bulan April : 1.596 butir & paling sedikit bulan Juli : 82 butir Tahun 1978 5.000-10.000 ekor (prod. telur tahunan : 30 butir/burung Tahun 1990 Produktivitas 8-12 butir telur /burung Sultra 100 ekor (BKSDA SULTRA, 2008)
  • 23. KONSERVASI Menurut UU RI No 5 Tahun 1990, Konservasi SDAH adalah pengelolaan SDAH yang pemanfatannya dilakukan secara berkesinambungan persediaannya dgn tetap memelihara & meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati & nilainya Tujuan : 1). Menjamin keberlanjutan/kesinambungan keberadaan SDAH dan ekosistem (protection), 2). Memelihara & mempertahankan kualitas keanekaragaman SDAH & ekosistem (preservation), 3). Meningkatkan nilai manfaat/kegunaan SDAH & ekosistem (sustainable use). SDAH & ekosistem diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup umat manusia secara berkelanjutan sehingga perlu dijaga eksistensinya
  • 24. KONSERVASI Bentuk lembaga : kebun binatang, akuarium, taman safari, taman burung, taman buaya, taman kupu2, taman rusa, dunia laut, penangkaran satwa liar (komersial) dan bank sumber daya genetik. Konservasi  in-situ (di dalam habitat alaminya); melalui perlindungan jenis, pembinaan habitat & populasi;  ex-situ (di luar habitat alaminya), melalui penangkaran. Penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk konservasi jenis & peningkatan populasi, tetapi juga untuk pendidikan, penelitian & pengembangan wisata. Hasil penangkaran dapat dilepas-liarkan ke habitat alam (sesuai syarat & peraturan yg berlaku), serta untuk tujuan komersial, terutama mulai dari hasil keturunan ke dua (F2)
  • 25. PENANGKARAN DAN BUDIDAYA Tujuan penangkaran : 1). Aspek sosial ekonomi budaya (pemanfaatan penangkaran dan hasil2nya untuk memenuhi kebutuhan manusia 2). Aspek ekologis lebih diarahkan untuk pelestarian atau konservasi ex situ-in situ Manajemen Penangkaran Satwa : Harus memperhatikan Prinsip Etik & Kesejahteraan Satwa  satwa yg dipelihara di luar habitat alaminya (penangkaran) harus tetap memiliki hak kebebasan, mendapatkan perlakuan yg baik & memenuhi syarat2 bagi kesejahteraannya (animal welfare/5 Freedom)
  • 26. PENANGKARAN DAN BUDIDAYA Penangkaran  kesiapan lingkungan agar burung2 yg akan dipelihara dapat beradaptasi dengan baik & cepat, terutama untuk jenis2 yg membutuhkan lindungan. 1. Biologi/habitat hidup 2. Fisik spt kandang/sangkar Pemeliharaan : 1). Pemberian Pakan (jenis & cara,) 2). Pengaturan reproduksi (penentuan jenis kelamin, pemilihan induk, perjodohan, penetasan, pembesaran anak 3). Perawatan Kandang 4). Pengendalian penyakit