Dokumen tersebut membahas tiga pendapat ulama mengenai hukum bunga bank, yaitu: 1) menyamakan bunga bank dengan riba sehingga haram, 2) tidak menyamakan bunga bank dengan riba sehingga halal, 3) mempersoalkan hukumnya (shubhat). Dokumen ini juga menjelaskan perbedaan pendapat ulama kontemporer tentang halal atau haramnya bunga bank.
Riba (usury) erat kaitannya dengan dunia perbankan konvensional, di mana dalam perbankan konvensional banyak kita temui transaksi yang memakai konsep bunga, berbeda dengan perbankan yang berbasis syariah yang memakai prinsip bagi hasil (mudharabah) yang belakangan ini lagi marak dengan diterbitkannya undang-undang perbankan syari'ah di Indonesia nomor 7 tahun 1992.
Allah SWT mengharamkan riba dengan menggunakan 4 (empat) metode secara gredual (step by step)
Surat Ar-rum Ayat 39
Surat An-nisa' Ayat 160-161
Surat Ali Imran Ayat 130
Surat Al-baqarah Ayat 275-279
LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan peradaban dalam kehidupan manusia terutama pada saat berinteraksi satu sama lain dalam masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan hidup mengakibatkan banyak kaidah-kaidah di dalam agama yang dikesampingkan atau diabaikan, dikarenakan pemahaman yang diberikan pada bidang yang dilakukan sudah sengaja di kaburkan, atau ketidak tahuan dari manusia yang melakukan perbuatan tersebut dikelompokkan sebagai haram, halal, sunnah, makruh atau mubah.
Pemahaman pada suatu perbuatan dikelompokkan sebagai: halal, haram, sunnah, mubah dan makruh semakin kabur, akibat munculnya berbagai definisi atau pemahaman yang diorientasikan kepada “keharusan tercapainya maksud dari transaksi yang dilakukan sehingga mengabaikan kaidah-kaidah agama yang melarang untuk dilakukannya,” timbul dari keinginan mencapai keuntungan dalam waktu cepat, sedikit tenaga yang dicurahkan, dan mendapatkan hasil yang berlipat-lipat.
OBEJCTIVE
1. Pemahaman yang mendalam tentang berbagai transaksi yang diharamkan menurut ajaran Islam;
2. Ketrampilan dalam mendefinisikan suatu transaksi sehingga dapat mengetahui jenis transaksi yang diharamkan atau dihalalkan;
3. Batasan pada setiap transaksi atau kegiatan usaha yang dapat dikelompokkan dalam perbuatan haram atau halal;
4. Jenis dan barang yang dapat ditransaksikan sesuai dengan kaidah hukum Islam sehingga terhindar dari riba.
Solusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi KapitalismeSuryono .
Tak bisa dipungkiri, penerapan ekonomi kapitalisme di dunia dan termasuk di Indonesia saat ini jauh panggang dari api. Harapan akan terciptanya kesejahteraan malah menyajikan jurang kemiskinan yang semakin melebar.
Tak hanya hal tersebut, sistem ekonomi ini ternyata bisa mempengaruhi berbagai kebijakan yang akhirnya membuat kerusakan pada manusia itu sendiri. Termasuk pergaulan bebas, korupsi dan sebagainya.
Lantas bagaimana cara Islam mengatasi hal tersebut. Simak pemaparan dari pakar Ekonomi Syariah Dr Dwi Condro Triono PhD ini.
Jangan lupa untuk berbagi pada yang lain..
Riba (usury) erat kaitannya dengan dunia perbankan konvensional, di mana dalam perbankan konvensional banyak kita temui transaksi yang memakai konsep bunga, berbeda dengan perbankan yang berbasis syariah yang memakai prinsip bagi hasil (mudharabah) yang belakangan ini lagi marak dengan diterbitkannya undang-undang perbankan syari'ah di Indonesia nomor 7 tahun 1992.
Allah SWT mengharamkan riba dengan menggunakan 4 (empat) metode secara gredual (step by step)
Surat Ar-rum Ayat 39
Surat An-nisa' Ayat 160-161
Surat Ali Imran Ayat 130
Surat Al-baqarah Ayat 275-279
LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan peradaban dalam kehidupan manusia terutama pada saat berinteraksi satu sama lain dalam masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan hidup mengakibatkan banyak kaidah-kaidah di dalam agama yang dikesampingkan atau diabaikan, dikarenakan pemahaman yang diberikan pada bidang yang dilakukan sudah sengaja di kaburkan, atau ketidak tahuan dari manusia yang melakukan perbuatan tersebut dikelompokkan sebagai haram, halal, sunnah, makruh atau mubah.
Pemahaman pada suatu perbuatan dikelompokkan sebagai: halal, haram, sunnah, mubah dan makruh semakin kabur, akibat munculnya berbagai definisi atau pemahaman yang diorientasikan kepada “keharusan tercapainya maksud dari transaksi yang dilakukan sehingga mengabaikan kaidah-kaidah agama yang melarang untuk dilakukannya,” timbul dari keinginan mencapai keuntungan dalam waktu cepat, sedikit tenaga yang dicurahkan, dan mendapatkan hasil yang berlipat-lipat.
OBEJCTIVE
1. Pemahaman yang mendalam tentang berbagai transaksi yang diharamkan menurut ajaran Islam;
2. Ketrampilan dalam mendefinisikan suatu transaksi sehingga dapat mengetahui jenis transaksi yang diharamkan atau dihalalkan;
3. Batasan pada setiap transaksi atau kegiatan usaha yang dapat dikelompokkan dalam perbuatan haram atau halal;
4. Jenis dan barang yang dapat ditransaksikan sesuai dengan kaidah hukum Islam sehingga terhindar dari riba.
Solusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi KapitalismeSuryono .
Tak bisa dipungkiri, penerapan ekonomi kapitalisme di dunia dan termasuk di Indonesia saat ini jauh panggang dari api. Harapan akan terciptanya kesejahteraan malah menyajikan jurang kemiskinan yang semakin melebar.
Tak hanya hal tersebut, sistem ekonomi ini ternyata bisa mempengaruhi berbagai kebijakan yang akhirnya membuat kerusakan pada manusia itu sendiri. Termasuk pergaulan bebas, korupsi dan sebagainya.
Lantas bagaimana cara Islam mengatasi hal tersebut. Simak pemaparan dari pakar Ekonomi Syariah Dr Dwi Condro Triono PhD ini.
Jangan lupa untuk berbagi pada yang lain..
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. SLIDESMANIA.COM
Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau tambahan untuk penggunaan modal. Jumlah
tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang berkaitan
dengan itu dan biasa dinamakan suku bunga modal. Sedangkan bank (perbankan) adalah
suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah simpan-pinjam, memberikan kredit dan
jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang, dengan tujuan memenuhi kredit
dengan modal sendiri atau orang lain.
Pengertian Bunga Bank
3. SLIDESMANIA.COM
Pengertian Riba
Riba adalah suatu akad perjanjian yang terjadi dalam tukar-menukar
suatu barang yang tidak diketahui sama atau tidaknya menurut syara’,
atau dalam tukar-menukar itu disyaratkan dengan menerima salah
satu dari dua barang, atau ada unsur penambahan
!
4. SLIDESMANIA.COM
● Pertama, bunga simpanan, yaitu bunga yang diberikan oleh bank sebagai rangsangan
atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank, seperti jasa giro, bunga
tabungan, atau bunga deposito. Bagi pihak bank, bunga simpanan merupakan harga beli.
● Kedua, bunga pinjaman, yaitu bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga
yang harus dibayar oleh peminjam kepada bank, seperti bunga kredit. Bagi pihak bank,
bunga pinjaman merupakan harga jual.
Macam-Macam Bunga Bank
5. SLIDESMANIA.COM
1. Riba Nasi'ah
Riba yang pertama ini ialah seseorang menghutangi uang dalam jumlah tertentu kepada seseorang
dengan batas tertentu, dengan syarat berbunga sebagai imbalan batas waktu yang diberikan tersebut.
Misalnya, seseorang yang berhutang Rp1.000 yang mesti dibayar dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan tetapi tidak terbayar olehnya pada waktu itu. Maka, bertambah besarlah jumlah hutangnya.
Macam-Macam Riba
6. SLIDESMANIA.COM
2. Riba Fadhl
Macam Riba selanjutnya yakni Riba Fadhl, merupakan tambahan yang disyaratkan
dalam tukar menukar barang yang sejenis. Jual beli ini juga disebut sebagai barter
tanpa adanya imbalan untuk tambahan tersebut.
Macam-Macam Riba
7. SLIDESMANIA.COM
3. Riba Al Yad
Ribah Al Yad adalah riba dalam jual beli atau yang terjadi dalam penukaran.
Penukaran tersebut terjadi tanpa adanya kelebihan, namun salah satu pihak yang
terlibat meninggalkan akad, sebelum terjadi penyerahan barang atau harga.
Macam-Macam Riba
8. SLIDESMANIA.COM
4. Riba Qard
Riba ini adalah Riba dalam utang piutang yaitu dengan mengambil manfaat atau
tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan kepada penerima utang atau muqtaridh.
Macam-Macam Riba
9. SLIDESMANIA.COM
4. Riba Jahiliyah
Macam-macam Riba menurut Islam yang terakhir adalah Riba Jahiliyah yaitu
penambahan utang lebih dari nilai pokok dalam utang piutang karena penerima utang
tidak mampu membayar utangnya secara tepat waktu.
Macam-Macam Riba
11. SLIDESMANIA.COM
Terdapat tiga pendapat ulama sehubungan dengan masalah ini. Para musyawirin
masih berbeda pendapatnya tentang hukum bunga bank konvensional sebagai
berikut (Ka’bah, 1999).
12. SLIDESMANIA.COM
Pertama, pendapat yang mempersamakan antara bunga bank dengan riba secara mutlak, sehingga
hukumnya haram. Sebab termasuk hutang yang dipungut rente. Pendapat ini terdiri dari beberapa variasi
antara lain:
1. Bunga itu dengan segala jenisnya sama dengan riba sehingga hukumnya haram.
2. Bunga itu sama dengan riba dan hukumnya haram. Akan tetapi boleh dipungut sementara belum
beroperasinya sistem perbankan yang Islami (tanpa bunga).
3. Bunga itu sama dengan riba, hukumnya haram. Akan tetapi boleh dipungut sebab adanya kebutuhan
yang kuat (hajah rajihah).
13. SLIDESMANIA.COM
Kedua, pendapat yang tidak mempersamakan bunga bank dengan riba, sehingga hukumya boleh. Sebab
tidak ada syarat pada waktu aqad, sementara adat yang berlaku, tidak dapat begitu saja dijadikan syarat.
Pendapat kedua ini juga dengan beberapa variasi antara lain:
1. Bunga konsumtif sama dengan riba, hukumnya haram, dan bunga produktif tidak sama dengan riba,
hukumnya halal.
2. Bunga yang diperoleh dari bank tabungan giro tidak sama dengan riba, hukumnya halal.
3. Bunga yang diterima dari deposito yang dipertaruhkan ke bank hukumnya boleh.
4. 4. Bunga bank tidak haram, kalau bank itu menetapkan tarif bunganya terlebih dahulu secara umum
14. SLIDESMANIA.COM
Ketiga, pendapat yang mengatakan hukumnya shubhat (diragukan tentang halal atau haramnya). Sebab para ahli hukum
berselisih pendapat tentangnya.
15. SLIDESMANIA.COM
Para ulama, baik ulama salaf (mazhab empat) maupun ulama kontemporer, semua sepakat akan keharaman riba. Bahkan
ulama yang membolehkan bunga bank, juga mengharamkan riba.
Sumber: https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/ragam-pendapat-ulama-tentang-hukum-bunga-bank-rDsVp
16. SLIDESMANIA.COM
Para ulama kontemporer berbeda pendapat tentang hukum bunga bank. Pertama, sebagian ulama, seperti Yusuf
Qaradhawi, Mutawalli Sya’rawi, Abu Zahrah, dan Muhammad al-Ghazali, menyatakan bahwa bunga bank hukumnya
haram, karena termasuk riba. Pendapat ini juga merupakan pendapat forum ulama Islam, meliputi: Majma’ al-Fiqh al-
Islamy, Majma’ Fiqh Rabithah al-‘Alam al-Islamy, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sumber: https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/ragam-pendapat-ulama-tentang-hukum-bunga-bank-rDsVp
17. SLIDESMANIA.COM
Sebagian ulama kontemporer lainnya, seperti Syekh Ali Jum’ah, Muhammad Abduh, Muhammad Sayyid Thanthawi,
Abdul Wahab Khalaf, dan Mahmud Syaltut, menegaskan bahwa bunga bank hukumnya boleh dan tidak termasuk riba.
Pendapat ini sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan Majma’ al-Buhus al-Islamiyyah tanggal 23 Ramadhan 1423 H,
bertepatan tanggal 28 November 2002 M. Mereka berpegangan pada firman Allah subhanahu wata’ala Surat an-Nisa’
ayat 29: اضَرَت َْنع ًةَارَجِت َونُكَت ْنَأ َّ
َلِإ ِلِاطَبْالِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْمَأ واُلُكْأَت َ
َل واُنَمآ َِينذَّال اَهُّيَأاَي
ِم
ْن
ْمُك
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu.” Pada ayat di atas, Allah melarang memakan harta orang lain dengan cara yang batil, seperti
mencuri, menggasab, dan dengan cara riba. Sebaliknya, Allah menghalalkan hal itu jika dilakukan dengan perniagaan
yang berjalan dengan saling ridha. Karenanya, keridhaan kedua belah pihak yang bertransaksi untuk menentukan
besaran keuntungan di awal, sebagaimana yang terjadi di bank, dibenarkan dalam Islam.
Sumber: https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/ragam-pendapat-ulama-tentang-hukum-bunga-bank-rDsVp
18. SLIDESMANIA.COM
Kesimpulan
Para ulama, baik ulama salaf (mazhab empat) maupun ulama kontemporer, semua sepakat akan
keharaman riba. Bahkan ulama yang membolehkan bunga bank, juga mengharamkan riba. (Lihat: Al-
Mabsut juz 14 halaman 36, Al-Syarh al-Kabir juz 3 halaman 226, Nihayatul Muhtaj juz 4 halaman 230,
Al-Mughni juz 4 halaman 240, Al-Tafsir al-Wasit juz 1 halaman 513). Dengan demikian dapat dipahami
bahwa perbedaan pendapat ulama bukan soal hukum keharaman riba, melainkan soal hukum bunga
bank. Ulama yang mengharamkan bunga bank menganggap bahwa bunga bank termasuk riba,
sedangkan ulama yang membolehkannya meyakini bahwa ia tidak termasuk riba.