SlideShare a Scribd company logo
1 of 85
Download to read offline
Buku Panduan
Penanganan (Handling) Satwa
Reptil
Buku Panduan Penanganan (Handling)
Satwa-Reptil ini dimaksudkan sebagai
panduan bagi Polisi Kehutanan
(Polhut) dalam menangani satwa reptil
ketika melakukan operasi
penangkapan satwa liar di lapangan.
Buku
Panduan
Penanganan
(
Handling
)
Satwa
-
Reptil
Direktorat Pencegahan dan Pengamanan Hutan
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | i
Buku Panduan
Penanganan (Handling) Satwa
Reptil
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | ii
Buku Panduan
Penanganan (Handling) Satwa-Reptil
Disusun oleh:
Penulis Utama: Drh. Nani Yuliati
Penulis Pembantu: Arief Widarto
ISBN: 978-602-60893-4-2
Editor: Ir. Sustyo Iriyono, M.Si.
Kontributor dan Desain:
Rissa Budiarti dan Faiz Yajri
Foto sampul depan:
Komodo-Freepik
Ilustrasi: Freepik
Disiapkan oleh:
Proyek Combatting Illegal Wildlife Trade (CIWT)
Direktorat Pencegahan dan Pengamanan Hutan
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | iii
Penerbit:
Direktorat Pencegahan dan Pengamanan Hutan
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Redaksi:
Gedung Manggala Wanabakti Blok 4 Lantai 4
Jl. Jenderal Gatot Subroto Senayan, Jakarta 100270
Telp: (021) 57903085
Email: ciwt.kom@gmail.com
Cetakan pertama, Agustus 2020
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh buku
ini dalam bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis
dari penerbit
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | iv
Kata Pengantar
Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan
Proses penyelamatan satwa liar dilindungi hasil
operasi penegakan hukum oleh petugas yang
berwenang seringkali mengharuskan adanya kontak
langsung ketika akan dilakukan proses evakuasi.
Kurangnya pengetahuan dalam proses penanganan
(handling dan restraint) satwa yang benar akan
membahayakan kepada petugas yang melakukan
evakuasi maupun kepada satwa-nya sendiri, sebagai
akibat adanya respon perlawanan dari satwa yang
akan dievakuasi. Petugas dan satwa berisiko menjadi
terluka. Bahkan, seringkali menyebabkan satwa
menjadi stres sehingga menyebabkan kematian
Buku ini memberikan panduan cara menangani atau
memegang (handling) satwa liar secara manual
maupun restraint sebelum dipegang dan/atau
diperiksa dan/atau diberikan perlakuan lain sesuai
dengan karakteristik satwa.
Dengan kehadiran buku ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan kepada polisi
kehutanan, aparat penegak hukum maupun pihak
lainnya yang mempunyai mandat dalam
pemberantasan peredaran ilegal tumbuhan dan satwa
liar dalam melakukan handling dan restraint satwa,
sehingga dapat menghindari timbulnya risiko seperti
tersebut di atas.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | v
Ucapan terima-kasih disampaikan kepada tim
penyusun buku ini, kepada proyek Combatting Illegal
Wildlife Trade (CIWT-KLHK-GEF-UNDP) serta para
pihak terkait, yang telah berkontribusi sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan buku ini.
Semoga bermanfaat.
Jakarta, Juni 2020
Direktur,
Ir. Sustyo Iriyono, M.Si
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | vi
Daftar Isi
Kata Pengantar
Direktur Pencegahan dan Pengamanan
Hutan iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Lampiran xi
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Maksud dan Tujuan 6
1.3 Ruang Lingkup 7
Bab II Gambaran Umum Penanganan Satwa 8
2.1 Tujuan Penanganan Satwa 10
2.2 Persiapan sebelum Penanganan Satwa 14
2.2.1 Persiapan Petugas 14
2.2.2 Persiapan Pengetahuan Satwa 15
2.2.3 Persiapan Peralatan 16
2.3 Ciri-Ciri dan Klasifikasi Reptil 20
2.3.1 Ordo Crocodila 21
2.3.2 Ordo Chelonia (Testudines) 21
2.3.3 Ordo Rhyncocephalia 22
2.3.4 Ordo Squamata 22
Bab III Penanganan (Handling-Restraint)
Satwa Reptil 23
3.1 Identifikasi Satwa 25
3.2 Penanganan Satwa 28
3.2.1 Peralatan dan Kandang Transpor 28
3.2.2 Proses Handling-Restraint 39
3.2.3 Pengangkutan Satwa Reptil 62
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | vii
3.2.4 Penyerahan Satwa Reptil 64
3.2.5 Risiko Penanganan Satwa Reptil 68
Daftar Pustaka 71
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | viii
Daftar Gambar
Gambar 1 Contoh tali nilon untuk
penanganan buaya 29
Gambar 2 Sarung tangan berserat
kain (A), berbahan sintetis (B) 30
Gambar 3 Macam-macam jaring bahan
serat kain dan bahan plastik 31
Gambar 4 Jaring dengan tangkai panjang
untuk menjangkau satwa yang
jauh 32
Gambar 5 (1-3) Macam-macam ukuran
hook; (4) grab stick; dan
(5) pinset 33
Gambar 6 Contoh kain lembaran bahan
berserat lembut 33
Gambar 7 Kantung kain warna putih (A)
& warna hijau (B) untuk
membawa kelompok ular
(C) hook; (D) grab stick; dan
(E) pipa, alat untuk me-
nangkap ular 34
Gambar 8 Contoh kandang transpor/
terrarium box 35
Gambar 9 Kandang portable digunakan
pada golongan iguana, biawak
kecil, kura-kura, ular tidak
berbisa dengan penutup kain 36
Gambar 10 Contoh pipa transparan ber-
bagai ukuran 37
Gambar 11 Kombinasi pipa dan kantung
sering digunakan untuk me-
nangkap ular berbisa 38
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | ix
Gambar 12 Modifikasi benda yang ada di
lapangan 38
Gambar 13 (A-B) Metode satu tangan 40
Gambar 14 Metode dua tangan 41
Gambar 15 Metode dua tangan dengan
posisi ekor ular dililitkan di
tangan 42
Gambar 16 Kepala dan daerah ekor
dipegang dengan lembut 42
Gambar 17 (A-B) Cara mem-fiksasi
kepala-leher ular 43
Gambar 18 Penanganan ular untuk ular
ukuran besar dan panjang 44
Gambar 19 Cara memegang kepala ular
yang aman 45
Gambar 20 (A-B) Mengambil ular dengan
hook 46
Gambar 21 Mem-fiksasi kepala dengan
tangan, badan dengan hook 47
Gambar 22 (A dan B) Pemakaian pipa dan
kantung untuk ular kobra 48
Gambar 23 Jenis pipa transparan lebih
memudahkan petugas me-
ngetahui posisi satwa 50
Gambar 24 Modifikasi corong berwarna
mecolok untuk menarik
perhatian ular agar memasuki
pipa 51
Gambar 25 Modifikasi kotak press dengan
kawat kassa 51
Gambar 26 Peralatan penanganan buaya 52
Gambar 27 Fiksasi bagian kepala dan
moncong 54
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | x
Gambar 28 Daerah kepala buaya dan
mata ditutupi dengan kain
basah 54
Gambar 29 Proses mem-fiksasi kepala
dan ekor 55
Gambar 30 Proses mem-fiksasi kepala,
badan dan kaki, serta ekor 55
Gambar 31 Satwa dipindahkan ke tandu 56
Gambar 32 Cara membawa buaya saat
evakuasi 56
Gambar 33 Cara handling kura-kura kaki
gajah 58
Gambar 34 Cara handling Kura-kura
Moncong Babi 58
Gambar 35 (A-B) Cara mengevakuasi
Kura-kura air 59
Gambar 36 Cara penanganan pada reptil
golongan kadal/biawak kecil 60
Gambar 37 Cara memegang kelompok
monitor (biawak kecil) dengan
arah fiksasi dari belakang
kepala dan punggung 61
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | xi
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Berita Acara Penyerahan 73
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 1
1
Bab
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 2
Latar Belakang
Maksud dan Tujuan
Ruang Lingkup
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 3
Latar Belakang
Setiap petugas dari berbagai latar belakang fungsi dan
profesi yang pekerjaannya berkaitan dengan
konservasi satwa khususnya kelas reptil, akan
berinteraksi dengan satwa baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Petugas tersebut antara lain
dokter hewan, perawat satwa, Polisi Kehutanan
(Polhut), biologis, nutrisionis, paramedis, dan lain-lain.
Seseorang yang bekerja bersama satwa reptil
seyogyanya membekali diri dengan ilmu pengetahuan
tentang satwa reptil tersebut. Ilmu pengetahuan
tersebut sangat luas ruang lingkupnya, meliputi jenis
dan taksonomi satwa, perilaku satwa, nutrisi satwa,
habitat dan penyebaran satwa, kesehatan dan
penyakit satwa, lingkungan ekologi satwa, status
konservasi satwa, cara penanganan satwa, dan masih
banyak lagi yang sifatnya lebih umum.
Petugas teknis lapangan yang akan lebih banyak
berinteraksi langsung di lapangan harus mengerti dan
memahami bagaimana cara menangani/memegang
satwa reptil (handling) dengan baik, aman, dan benar.
Standar baik, aman, dan benar ini berlaku untuk kedua
belah pihak, yaitu untuk satwa reptil dan petugas yang
bersangkutan dengan kesejahteraan hewan sebagai
prioritas (Chapman, 2018).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 4
Penanganan (handling) merupakan cara penanganan
atau memegang satwa sebelum diperiksa dan/atau
diberikan perlakuan lain dengan cara menghalangi,
mengurangi gerak aksi dari satwa secara fisik.
Kategori menghalangi dan/atau mengurangi gerak aksi
dari satwa ini adalah dengan menyentuh,
menggenggam atau menggunakan tangan untuk
mengelola setiap individu satwa.
Hal ini berarti menggunakan teknik manual. Teknik
manual inilah yang membedakan dengan restraint.
Restraint merupakan cara penanganan satwa sebelum
diperiksa dan/atau sebelum diberi perlakuan lain
dengan cara menghalangi gerak aksi dari satwa
menggunakan bahan-bahan kimiawi maupun alat
bantu fisik. Restraint terbagi menjadi dua metode yaitu
physical restraint dan chemical restraint.
Physical restraint adalah metode manual yang
dilakukan baik dengan cara fisik (tangan),
menggunakan ala-alat bantu, material kandang
jebakan maupun peralatan yang bisa digunakan untuk
menangkap maupun membuat satwa tidak bisa
bergerak secara mudah dan bebas dari pergerakan
normal (Brady, 2013). Sedangkan chemical restraint
adalah metode yang digunakan menggunakan obat-
obatan/bahan kimia yang bertujuan untuk membatasi
pergerakan satwa dengan memberikan efek tenang
(Twilis, 2013).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 5
Semua tahapan terkait handling-restraint satwa reptil
baik mulai dari persiapan, proses pelaksanaan sampai
dengan pasca pelaksanaan harus tetap mengacu dan
mengutamakan kaidah kesejahteraan hewan. Satwa
yang menjadi target penanganan hendaknya
dipastikan semaksimal mungkin tidak mengalami
kesakitan, ketakutan, terpenuhi kebutuhan makan dan
minum, serta masih bisa mempunyai kesempatan
berperilaku normal dengan leluasa pada saat pasca
penanganan.
Petugas yang sering terlibat dalam penanganan satwa
yang dimaksud dalam panduan ini adalah satuan Polisi
Kehutanan. Mereka yang berwenang penuh
melakukan pengamanan dan penertiban satwa liar
dilindungi undang-undang guna tercapainya
pelestarian satwa liar di Indonesia.
Dalam proses penyelamatan satwa reptill hasil operasi
penegakan hukum di lapangan, masih banyak
ditemukan satwa reptil hasil operasi penertiban yang
mengalami stres bahkan berujung pada kematian.
Saat proses penyelamatan atau evakuasi satwa reptil,
tidak semua pihak mengetahui cara yang benar dan
tepat.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 6
Teknik penanganan terhadap jenis satwa reptil, yang
satu dan lainnya berbeda dan harus dilakukan dengan
cara yang benar agar tidak mengganggu kondisi fisik
satwa reptil dan tidak membahayakan keselamatan
satwa reptil dan petugas.
Berdasarkan pada hal tersebut, maka penting untuk
disusun panduan terkait penanganan satwa reptil
sebagai acuan petugas dalam melakukan
penyelamatan atau evakuasi.
Maksud dan Tujuan
Maksud kehadiran Buku Panduan ini untuk
memperkuat dan mendukung kapasitas kemampuan
petugas dalam melakukan penanganan satwa reptil
dengan metode yang benar dan tepat.
Tujuan dari Buku Panduan ini sebagai panduan Polhut
untuk melaksanakan tugas penyelamatan atau
evakuasi satwa reptil di lapangan sehingga tercapai
keseragaman dalam melakukan penanganan satwa
hasil operasi penertiban.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 7
Ruang Lingkup
Ruang lingkup panduan ini merupakan urutan tindakan
dan teknik penanganan satwa reptil yang harus
dilakukan oleh petugas dalam melaksanakan tugas
penanganan satwa, yang meliputi:
1. Identifikasi satwa reptil
2. Penanganan satwa reptil
3. Pengangkutan satwa reptil
4. Risiko penanganan satwa reptil
5. Penyerahan satwa reptil
Khusus pada panduan ini menguraikan penanganan
satwa reptil (penyelamatan atau evakuasi) pada saat
operasi penegakan hukum dengan metode physical
restraint.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 8
2
Bab
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 9
Tujuan Penanganan Satwa
Persiapan sebelum Penanganan Satwa
Ciri-Ciri dan Klasifikasi Reptil
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 10
Tujuan Penanganan Satwa
Sebelum penanganan satwa dilakukan harus
ditentukan dengan benar tujuan akhir setelah
penanganan akan dilakukan perlakuan apa terhadap
satwa. Hal ini perlu dikelola dengan baik agar:
a. Tidak salah mengambil metode penanganan
yang dipakai;
b. Tidak keliru menentukan peralatan yang akan
digunakan; dan
c. Tepat memilih petugas yang akan menangani
satwa.
Apabila ketiga hal tersebut salah maka akan
mengganggu tujuan akhir penanganan satwa.
Secara umum cara penanganan satwa adalah sama.
Perbedaannya ada pada jenis satwa dan ukuran tubuh
satwa. Perbedaan ini yang akan menentukan
pemilihan metode dan alat bantu yang akan
digunakan. Setiap jenis satwa mempunyai standar
operasional prosedur minimal yang harus diketahui
dan dikuasai oleh petugas lapangan.
Panduan ini akan membantu petugas dalam
menangani satwa di lapangan, namun hendaknya
disesuaikan dengan kondisi apakah satwa liar murni
(satwa yang hidup di habitat aslinya/ di alam terbuka)
atau satwa liar yang berada di dalam kandang (berada
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 11
di kandang exhibit lembaga konservasi atau di
kandang peliharaan masyarakat).
Tujuan utama dilakukannya penanganan satwa reptil
adalah:
1. Pemeriksaan kondisi fisik satwa
Pemeriksaan kondisi fisik/ tubuh satwa dapat
dilakukan dalam keadaan terjadwal dan/atau pada
situasi tidak terjadwal. Situasi tidak terjadwal ini
adalah hal-hal yang terjadi secara mendadak atau
darurat terhadap satwa tersebut.
2. Pemeriksaan status kesehatan satwa
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan status
kesehatan satwa, yaitu apakah satwanya sehat atau
sedang sakit, serta untuk meneguhkan diagnosa
penyakit yang diderita satwa.
3. Pengobatan satwa
Pengobatan satwa yang dimaksud yaitu tindakan
pemberian obat langsung kepada satwa yang sakit
(feeding force) apabila obat tidak bisa diberikan
bersamaan dengan pakan secara mandiri.
4. Translokasi satwa
Pemindahan satwa dari satu lokasi ke lokasi baru.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 12
5. Evakuasi satwa
Pengambilalihan satwa oleh petugas di lapangan yang
memiliki wewenang dan diberikan tanggung jawab
oleh instansi pemerintah dari masyarakat atau dari
lembaga konservasi baik eks-situ maupun in-situ ke
lokasi berikutnya yang sudah ditetapkan sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Pengamanan satwa dari daerah berbahaya akibat
peristiwa alam (bencana alam) atau dari tempat konflik
ke tempat yang lebih aman.
Perlu diingat untuk proses penanganan spesies
satwa jenis tertentu harus didampingi dan/atau
dilakukan oleh tenaga profesional yang
berkompeten di bidangnya. Tenaga ahli yang
dimaksud misalnya mahout, pawang ular, animal
keeper khusus, animal training, serta tenaga ahli
lainnya. Metode handling-restraint yang
menggunakan bahan kimia (penenang) harus
didampingi dan/atau dilakukan dokter hewan
dan/atau paramedis di bawah pengawasan dokter
hewan penyelia. Pelibatan tenaga ahli di atas,
dengan mempertimbangkan kondisi satwa dan
peristiwa yang sedang terjadi. Khusus untuk
metode chemical restraint maka penentuan
pemakaian obat penenang baik jenis maupun
dosisnya harus dilakukan oleh dokter hewan.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 13
Petugas yang melakukan restraint satwa
memiliki tanggung jawab yang sangat besar
lantaran setiap restraint yang dilakukan,
memiliki pengaruh pada perilaku kehidupan
atau aktivitas satwa. Selain itu, restraint pada
satwa liar berisiko menyebabkan cedera
serius baik pada petugas maupun satwa.
Oleh karena itu persiapan handling restraint
satwa perlu dipikirkan dan diperhatikan
secara matang (Fowler, 2008).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 14
Persiapan Sebelum Penanganan Satwa
1. Persiapan Petugas
Petugas yang akan menangani satwa benar-benar
harus menyiapkan kondisi baik fisik dan mental
(psikologis). Mereka harus dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani, karena menangani satwa
memerlukan kebugaran tubuh (tidak sedang sakit)
serta konsentrasi dan mawas diri yang tinggi.
Hal ini sangat penting karena kemungkinan satwa
akan berontak, lari, terbang, lepas dari tangan petugas
akan selalu terjadi. Sehingga kondisi mental petugas
juga sangat penting diperhatikan, karena petugas
harus siap dan berani menghadapi “kegalakan” atau
sifat liar satwa yang pasti ada (sifat liar satwa
bervariasi).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 15
2. Persiapan Pengetahuan Satwa
Petugas harus membekali diri dengan pengetahuan
satwa yang akan ditangani. Pengetahuan tersebut
antara lain:
- Jenis (spesies satwa) yang akan ditangani;
- Fisiologis satwa;
- Perilaku satwa;
- Kelemahan satwa;
- Ancaman bahaya dari satwa;
- Pakan satwa;
- Status kesehatan satwa
- Status konservasi satwa.
Apabila hal-hal tersebut telah dipenuhi maka akan
sangat memudahkan petugas dalam menangani satwa
dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan
keamanan dan kesejahteraan satwa dengan tanpa
mengesampingkan keamanan dan keselamatan
petugas.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 16
3. Persiapan Peralatan
Peralatan yang dimaksud ada dua macam, yaitu:
a) Peralatan untuk penanganan satwa
Kelengkapan peralatan yang sesuai sangat membantu
tingkat keberhasilan penanganan satwa. Alat-alat
bantu perlu disiapkan sejak dini baik dalam kondisi
penanganan satwa yang terjadwal maupun
penanganan satwa saat kondisi darurat (tidak
terjadwal).
Perlu dipahami bahwa bekerja dengan satwa akan
selalu ada kemungkinan keadaan darurat (tidak bisa
diprediksi atau kejadian yang mendadak muncul).
Apabila keadaan darurat tersebut terjadi seorang
petugas harus mampu berpikir cepat dan kreatif
membuat dan/atau memanfaatkan barang/benda di
sekitar yang dapat digunakan untuk membantu proses
penanganan satwa.
Adapun bahan atau material yang digunakan sebagai
alat bantu penanganan satwa harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
- Aman (aman untuk satwa dan petugas, tidak
melukai/tidak menyakiti);
- Kuat (tidak mudah rusak, tidak mudah patah,
tidak mudah robek);
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 17
- Ringan (mudah dibawa dan diangkat);
- Fleksibel (mudah pemakaiannya, bisa
dimodifikasi dalam berbagai peruntukan dan
kondisi);
- Mudah didapat (mempunyai sifat substitusi).
Peralatan yang digunakan harus disesuaikan dengan
jenis dan ukuran satwa agar tidak memberikan efek
cidera dan trauma pada satwa. Harapan dan tujuan ke
depannya adalah satwa tidak ‘takut’ terhadap
benda/alat yang digunakan untuk mengekang satwa,
sehingga tidak akan mengganggu atau tidak akan
menghambat proses handling-restraint berikutnya
apabila diperlukan kembali.
Pada penanganan satwa kasus/kondisi tertentu,
misalnya satwa agresif, satwa berbahaya (beracun),
terjadi kebakaran/terjadi bencana alam lain, lokasi
keberadaan satwa berada di medan yang sulit dan
berbahaya, dan lain-lain, maka perlu disiapkan juga
peralatan perlindungan diri untuk keselamatan dan
keamanan petugas lapangan.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 18
b) Peralatan keamanan diri
Alat perlindungan diri yang harus dikenakan oleh
petugas bervariasi baik dari jenis maupun jumlahnya.
Kebutuhan alat perlindungan diri tergantung pada:
• Jenis satwa yang akan ditangani;
• Keadaan kandang dan lingkungan di
sekitarnya;
• Situasi atau kejadian yang berhubungan
dengan satwa; dan
• Tingkat kesulitan lokasi atau medan.
Alat perlindungan diri minimal yang harus disiapkan
oleh petugas:
- Masker wajah;
- Sepatu safety;
- Sarung tangan;
- Helm safety;
- Tali;
- Kaca mata dan/atau googles;
- Sabuk pengaman;
- Tangga;
- Obat-obatan P3K; dan
- Anti racun.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 19
Suara petugas yang melakukan
handling restraint satwa menjadi salah
satu aspek yang kerap diabaikan dalam
penanganan satwa. Keadaan emosi
petugas tercermin dalam suara.
Walhasil satwa domestik maupun
satwa liar dapat merasakan ketakutan
dan rasa kurang percaya diri pada
petugas sehingga akan berpengaruh
bagaimana satwa tersebut bereaksi
(Fowler, 2008).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 20
Ciri-Ciri dan Klasifikasi Reptil
Reptil merupakan hewan vertebrata yang
berjalandengan cara melata atau merayap. Reptil
berasal dari kata repto yang berarti melata atau
merayap. Reptil adalah kelompok hewan berdarah
dingin dan mempunyai sisik yang menutupi tubuhnya.
Berikut ini beberapa ciri-ciri umum satwa reptil yang
membedakan mereka dengan satwa lain:
1. Bersisik (scales);
2. Bertulang belakang (vertebrata);
3. Berkembang biak dengan bertelur (ovipar) kecuali
golongan spesies squamata berkembang biak
dengan cara melahirkan (vivipar);
4. Berdarah dingin (ecthotermic/poikiloterm)
Kontrol suhu tubuh tidak berasal dari metabolisme
tubuh tetapi dari lingkungan/ adaptasi tingkah laku
terhadap lingkungan;
5. Bernafas dengan paru-paru;
6. Tersebar merata di seluruh benua kecuali
Antartika;
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 21
7. Jantung terdiri dari empat ruang (dua atrium dan
dua ventrikel) namun sekat dari kedua ventrikel
tidak tertutup sempurna;
8. Alat ekskresi ginjal;
9. Masa hidup puluhan tahun (bisa mencapai 100
tahun untuk penyu dan kura-kura).
Pengelompokkan kelas reptil dalam panduan ini
berdasarkan tujuan dan kemudahan metode
penanganan satwa sehingga meminimalisir risiko stres
dan cidera, yaitu:
1. Ordo Crocodila
a. Famili Gavialidae, contohnya Gavialis
gangeticus-buaya monyong, buaya pemakan
ikan.
b. Famili Crocodilidiae, contohnya alligator,
crocodile, caiman. Contoh famili ini yang ada di
Indonesia yaitu: buaya muara Crocodilus
porosus, buaya Irian Crocodilus novaeguineae,
Buaya Siam C. Siamensis, Buaya Senyulong
Tomistoma schlegelii dll.
2. Ordo Chelonia (Testudines)
Contohnya: turtle, tortoise, sea turtle, snapping turtle.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 22
3. Ordo Rhyncocephalia
Famili Sphenodontidae, contohnuya tuatara, reptil ini
mirip kadal namun dia bukan kadal. Tuatara adalah
satu-satunya bangsa reptil yang berkembang 200 juta
tahun yang lalu.
4. Ordo Squamata
a. Sub ordo Lacertilia, contohnya golongan gecko,
monitor, iguana, chameleon dan lizards.
b. Sub ordo Ophidia:
- Famili Boidae, contohnya kelompok ular boa.
- Famili Elapidae, contohnya kobra.
- Famili Hydrophidae, contohnya ular laut.
- Famili Viperidae, contohnya rattle snake, viper.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 23
3
Bab
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 24
Identifikasi Satwa
Penanganan Satwa
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 25
Tahapan yang harus dilakukan oleh seorang petugas
dalam melakukan handling-restraint satwa reptil hasil
operasi penegakan hukum adalah sebagai berikut:
Identifikasi Satwa
Petugas yang akan menangani satwa reptil wajib
melakukan hal-hal:
- Identifikasi satwa
Hal ini lebih dahulu dilakukan agar tepat dalam
menentukan metode handling-restraint;
- Pemilihan peralatan yang akan digunakan;
- Perencanaan perlakukan satwa pasca handling-
restraint;
- Tindakan lanjutan terhadap satwa hasil operasi
penegakan hukum.
Identifikasi satwa dilakukan terlebih dahulu agar tepat
melakukan metode handling-reistraint. Dalam
identifikasi data-data yang harus diambil, meliputi:
a. Jenis satwa (spesies)
Petugas harus mengetahui spesies satwa dengan
nama ilmiahnya serta nama panggilannya.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 26
b. Status konservasi
Status konservasi satwa harus diketahui apakah
termasuk dalam kategori punah di alam, sangat
terancam, terancam, rentan, hampir terancam, atau
berisiko rendah.
c. Jenis kelamin
Secara umum semua satwa kelas reptil adalah
monomorfik dimana jantan dan betina mempunyai
warna dan variasi bentuk anggota badan yang sama.
Kemampuan mengidentifikasi jenis kelamin pada reptil
secara anatomi morfologis memerlukan pengalaman
yang cukup tinggi yaitu berdasarkan ukuran tubuh atau
bentuk anggota badan tertentu misalnya kepala, ekor,
kloaka, sisik dan lain-lain. Akan tetapi ukuran tubuh ini
tidak bisa dijadikan patokan permanen karena tiap
spesies mempunyai keunikan sendiri. Pada saat di
lapangan informasi dari pemilik satwa reptil sangat
penting. Apabila kurang meyakinkan tentang
kebenaran jenis kelamin reptil maka dapat dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu atau
pemeriksaan di laboratorium (DNA sexing).
d. Kondisi kesehatan
Informasi yang harus diperoleh dari pemilik satwa
adalah satwa sedang sakit atau tidak, sakit/penyakit
yang pernah diderita satwa, intensitas sakit, masa
persembuhan dan pengobatan yang pernah diberikan.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 27
e. Jumlah dan umur satwa
f. Ciri fisik, ciri khusus, ada cacat atau tidak
Ciri-ciri yang dimiliki atau yang ada pada tubuh satwa
yang dapat dilihat secara langsung. Misalnya warna
kulit atau sisik pada tubuh bagian tertentu, bentuk sisik,
ada kerontokan sisik atau tidak, bentuk karapas,
tagging/nomor identitas/cincin kaki, mikro chip, atau
tato.
g. Perlakuan dan perilaku satwa selama di kandang
pemilik
Data yang harus dicatat berdasarkan informasi dari
pemiliknya yaitu:
- Perilaku makan;
- Perilaku aktifitas harian;
- Jenis pakan; dan
- Suplemen yang diberikan pada satwa.
h. Asal usul dan legalitas satwa
Dokumen kepemilikan satwa harus diketahui dengan
jelas. Apakah satwa berasal dari tangkapan liar,
pembelian yang sah, hibah, atau hasil penangkaran.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 28
Penanganan Satwa
3.2.1 Peralatan dan Kandang Transpor
Reptil adalah satwa berdarah dingin yang sangat
lambat gerakan perpindahannya. Namun demikian
bahan yang dipakai untuk alat bantu penanganan
harus tetap bersifat aman, tidak melukai satwa, tidak
merusak kulit dan sisik, ringan, kuat, mudah dibawa
dan mudah penggunaannya.
Peralatan penanganan satwa reptil yang diperlukan
sebagai berikut:
1.1. Tali
Tali berbahan serat kain lebih halus dan lembut
sehingga tidak mudah melukai kulit dan tidak mudah
merusak sisik. Tali jenis ini cocok digunakan untuk
reptil berukuran tubuh kecil dan berkulit sensitif.
Tali berbahan nilon atau sintetis lebih kuat dan tahan
rusak sehingga sesuai digunakan untuk golongan reptil
bertubuh besar seperti buaya dan komodo.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 29
Gambar 1. Contoh tali nilon untuk penanganan buaya
(Foto: Drh. Yuli).
1.2 Sarung tangan
Pemilihan jenis bahan sarung tangan disesuaikan
dengan jenis satwa yang akan dipegang, ukuran tubuh
satwa dan kondisi yang berhubungan dengan satwa.
Sarung tangan berbahan kulit atau sintetis digunakan
untuk reptil bercakar dan bergigi tajam. Contoh untuk
memegang biawak dan komodo berukuran sedang.
Sarung tangan kain sesuai untuk memegang reptil
kecil dan berkulit sensitif serta bersisik halus. Misalnya
memegang ular kecil, kelompok kadal dan iguana.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 30
Gambar 2. Sarung tangan berserat kain A, berbahan
sintetis B (Foto: Drh. Yuli)
A
B
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 31
1.3 Jaring
Ada beberapa macam bentuk jaring, yaitu jaring
bertangkai dan tidak bertangkai, berlubang dengan
variasi diameter lubang dan tidak berlubang (polos).
Bahan jaring bisa terbuat dari kain, plastik, nilon dan
kombinasi.
Gambar 3. Macam-macam jaring bahan serat kain (kiri
dan tengah) dan bahan plastik (kanan)
(Foto: Drh. Yuli).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 32
Gambar 4. Jaring dengan tangkai panjang untuk
menjangkau satwa yang jauh (Foto: Drh. Yuli).
1.4 Grab Stick dan hooks
Alat ini berbahan besi, galvanis, atau kombinasi
berbagai bahan yang kuat dengan ukuran bervariasi.
Kedua jenis alat ini umum dipakai untuk menangani
kelompok ular.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 33
Gambar 5. (1-3) Macam-macam ukuran hook; (4) grab
stick; dan (5) pinset (Foto: Drh. Yuli).
1.5 Kain
Kain harus berbahan halus (tidak licin) agar tidak
merusak kulit dan sisik reptil. Kain yang digunakan
dapat berupa lembaran atau berbentuk kantung. Kain
lembaran dapat digunakan untuk semua jenis reptil,
sedangkan kain berbentuk kantung digunakan untuk
reptil golongan ular dan kadal.
Gambar 6. Contoh kain lembaran bahan berserat
lembut seperti handuk A&B, dan berbahan katun C
(Foto: Drh. Yuli).
5
4
1
2 3
A B C
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 34
1.6 Karung/kantong
Karung dipilih yang berbahan kain dan atau plastik.
Gambar 7. Kantung kain warna putih (A) & warna hijau
(B) sering digunakan untuk membawa kelompok ular.
Gambar (C) hook; (D) grab stick; dan (E) pipa,
merupakan alat untuk menangkap ular (Foto: Drh.
Yuli).
1.7 Kandang jepit
Tipe kandang ini dapat berupa portable (bongkar
pasang) atau permanen.
C
A
D
B
E
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 35
1.8 Kotak
Kotak bisa terbuat dari bahan plastik, kayu, besi atau
kombinasi. Kotak ini berfungsi juga sebagai kandang
transpor reptil.
Gambar 8. Contoh kandang transpor/terrarium box
(Foto: Drh. Yuli)
Terrarium box tersebut berbahan transparan untuk
memudahkan pengawasan terhadap kondisi satwa
dan berventilasi cukup untuk menjaga sirkulasi udara
dan keadaan suhu. Pada beberapa jenis di bagian
atas dilengkapi dengan ‘pintu’ dan ‘jendela’ sebagai
akses untuk memberi perlakuan tertentu pada reptil
atau memasukkan pakan.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 36
1.9 Kandang portable
Kandang angkut mobilisasi satwa yang bisa dibawa
kemana-mana.
Gambar 9. Kandang portable digunakan pada
golongan iguana, biawak kecil, kura-kura, ular tidak
berbisa dengan penutup kain (Foto: Drh. Yuli).
1.10 Pipa transparan dan tidak transparan
Pipa digunakan untuk menangkap ular berbisa.
Diameter pipa harus pas dengan ukuran diameter ular
yang akan ditangkap agar ular tidak dapat berbalik
arah dan keluar kembali. Pipa transparan lebih bagus
karena petugas dapat mengamati kondisi dan
pergerakan ular secara langsung. Oleh karena itu
pemilihan jenis dan ukuran pipa harus tepat sasaran.
Masing-masing ujung pipa ada tutup yang bisa
dibongkar pasang kembali. Berbagai bahan dapat
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 37
dimodifikasi untuk mengganti peran pipa pada saat di
lapangan, misalnya botol.
A
C
B
A
Gambar 10.
(A) Contoh
pipa
transparan
berbagai
ukuran
(Foto: Murray
Fowler) dan
(B) pipa non-
transparan
(Foto: Drh.
Yuli).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 38
Gambar 11. Kombinasi pipa dan kantung sering
digunakan untuk menangkap ular berbisa (Foto: Drh.
Yuli)
Gambar 12. Modifikasi benda yang ada di lapangan
(Foto: Murray Fowler).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 39
Proses Handling-Restraint
Proses penanganan reptil bervariasi tingkat
kesulitannya sesuai dengan jenis spesies reptil serta
ukuran tubuh mereka. Selain itu perlu dipertimbangkan
dengan sangat hati-hati kesiapan mental petugas saat
menangani reptil. Terutama jika menangani reptil yang
mempunyai racun misalnya kobra, viper dan lain
sebagainya. Bekal pengetahuan tentang jenis satwa
yang akan di-handling-restraint sangat besar
pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan
penanganan satwa, petugas harus tahu spesies satwa
yang akan ditangkap, perilaku normal mereka, senjata
utama yang dimiliki, serta kelemahan yang dimiliki
pada tiap satwa.
Terdapat beberapa metode handling-restraint pada
reptil berdasarkan pengelompokan jenis reptil sebagai
berikut:
2.1 Kelompok ular
2.1.1 Tidak Beracun
a. Metode satu tangan
• Bagian kepala ular difiksasi di antara ibu jari
dengan jari yang lainnya.
• Badan ular dan ekor dibiarkan terbuka di bagian
lengan tangan petugas.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 40
A
B
Gambar 13
A-B. Metode
satu tangan
(Foto: Drh.
Yuli; satwa
Predator Fun
Park).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 41
b. Metode dua tangan
Metode ini kadangkala memerlukan lebih dari satu
orang jika menangani ular besar.
• Metode dua tangan diterapkan pada ular ukuran
medium ke bawah.
• Satu tangan mem-fiksasi kepala (diantara ibu jari
dengan jari yang lain), tangan ke dua memegang
sepertiga tubuh bagian bawah (gambar 14-16).
Gambar 14. Metode dua tangan (Foto: Drh. Yuli; satwa
Predator Fun Park).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 42
Gambar 15. Metode dua tangan dengan posisi ekor
ular di-lilitkan di tangan (Foto: Drh. Yuli; satwa Predator
Fun Park)
Gambar 16. Kepala dan daerah ekor dipegang dengan
lembut (Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 43
Gambar 17 A-B. Cara memfiksasi kepala-leher ular
(Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2).
Pangkal kedua tulang kepala diapit di antara ibu jari
dan jari telunjuk. Jari yang lain menggenggam leher.
Posisi ini kuat memfiksasi kepala namun satwa masih
bisa bernafas dengan baik
A
B
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 44
c. Metode dua atau lebih petugas
Cara ini digunakan untuk ular berukuran besar dan
panjang, agar struktur tulang dan berat bada ular tetap
pada posisi yang aman maka diperlukan tenaga lebih
dari dua orang. Jumlah petugas yang memegang
satwa sesuai besar kecilnya ukuran satwa.
Gambar 18. Penanganan ular melibatkan 2-3 orang
untuk ular ukuran besar dan panjang (Foto: Drh.Yuli;
satwa Predator Fun Park).
“Hati-hati dengan gerakan melilit dari
ular saat memberikan perlawanan”
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 45
Gambar 19. Cara memegang kepala ular yang aman
(Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2).
d. Alat bantu
Pemakaian alat bantu ini dilakukan pada satwa dengan
agresifitas yang masih tinggi, satwa berukuran besar
atau medan pengambilan yang sulit terjangkau.
Sepertiga bagian depan tubuh ular diambil dengan
hook untuk diarahkan/dimasukkan ke dalam kandang
box atau selanjutnya mem-fiksasi kepala.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 46
Gambar 20 A-B. Mengambil ular dengan hook (Foto:
Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2).
A
B
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 47
Gambar 21. Memfiksasi kepala dengan tangan, badan
dengan hook (Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2)
2.1.2 Beracun
Pada saat menangani jenis reptil beracun maka
petugas harus benar-benar mengambil posisi dan
jarak yang aman. Mengingat untuk jenis ular kobra
mampu menyemprotkan racunnya meskipun jaraknya
tidak dekat dengan petugas.
Hal ini sangat membahayakan keselamatan petugas.
Kunci menangani satwa beracun adalah menjaga jarak
dan tidak menyentuh mereka secara langsung kecuali
dilakukan oleh tenaga ahli /pawang ular. Pada kondisi
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 48
tertentu diperlukan memakai sarung tangan, kaca
mata dan safety boot.
Gambar 22-A. Pemakaian pipa dan kantung untuk
ular kobra (Foto: Drh. Yuli; satwa Predator Fun Park)
Mempersiapkan alat bantu berupa pipa yang ujungnya
diikat menggunakan kantung.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 49
Gambar 22-B. Pemakaian pipa dan kantung untuk ular
kobra (Foto: Drh. Yuli; satwa Predator Fun Park)
Ular diarahkan memasuki kantung melalui pipa,
kemudian ular digiring dengan hook agar masuk ke
dalam lubang pipa (alat bantu).
Cara ini lebih efektif jika dilakukan dalam
ruangan yang lebih tertutup karena ular
tidak leluasa bergerak bebas.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 50
Gambar 23. Jenis pipa transparan lebih memudahkan
petugas mengetahui posisi satwa (Foto: Murray
Fowler)
 Setelah kepala ular memasuki pipa, pipa ditahan
supaya tidak bergerak dengan memakai grab
stick lalu petugas membantu mendorong masuk
tubuh ular.
 Diameter pipa ini harus disamakan dengan
diameter tubuh ular (selisih beberapa milimeter
saja) agar ular tidak bisa berbalik arah keluar dari
pipa.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 51
Gambar 24. Modifikasi corong berwarna mecolok
untuk menarik perhatian ular agar memasuki pipa
(Foto: Murray Fowler)
Gambar 25. Modifikasi kotak press dengan kawat
kasa. (Foto: Murray Fowler).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 52
2.2 Kelompok Buaya, Komodo dan Biawak
Penanganan reptil jenis ini memerlukan tenaga yang
cukup banyak, bisa mencapai lebih dari lima orang. Hal
ini tergantung dari ukuran dan berat badan tiap satwa
yang akan ditangkap. Semakin besar ukuran dan berat
badan satwa maka semakin banyak tenaga yang
diperlukan. Seiring dengan hal itu semakin kuat pula
materi bahan dan alat yang harus disiapkan.
Berikut ini langkah-langkah dasar penanganan satwa
pada kelompok buaya :
 Mengidentifikasi satwa (jenis, jumlah, status
kesehatan, lokasi);
 Menentukan metode dan tujuan penanganan
satwa;
 Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu
peralatan keamanan diri dan peralatan satwa
(sesuai gambar 26);
Gambar 26. Peralatan penanganan buaya
(Foto: Drh. Yuli)
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 53
Proses penanganan satwa kelompok buaya (sesuai
gambar 27-32/Foto:Drh Yuli, satwa Predator Fun
Park):
 Pisahkan satwa (jika dalam kelompok) dan
tangkap satu-persatu;
 Kepala di-fiksasi pertama kali dengan tali
bersimpul;
 Lalu tutup mata dengan kain basah;
 Ikat area moncong satwa sampai ter-fiksasi
baik;
 Fiksasi ekor dengan menekuk bagian
ujungnya dan petugas yang lain mengunci
bagian punggung buaya. Hal ini dilakukan
bersamaan agar buaya tidak bisa
bergerak/melepaskan diri dengan gerakan
rolling death-nya yang berbahaya;
 Ikat kedua kaki depan dan belakang bersama
badan dengan arah kaki ke belakang (ke arah
ekor);
 Satwa dibawa memakai tandu sebelum
dimasukkan ke dalam kotak transportasi lalu
dievakuasi.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 54
Gambar 27. Fiksasi bagian kepala dan moncong
Gambar 28. Daerah kepala buaya dan mata ditutupi
dengan kain basah
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 55
Gambar 29. Proses mem-fiksasi kepala dan ekor.
Gambar 30. Proses mem-fiksasi badan dan kaki,
serta ekor.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 56
Gambar 31. Satwa dipindahkan ke tandu.
Gambar 32. Cara membawa buaya saat evakuasi.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 57
2.3 Kelompok Kura-kura dan Penyu
Langkah-langkah penanganan Kura-kura adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah petugas pada penanganan kelompok
kura-kura tergantung pada ukuran berat badan
satwa.
b. Tubuh kura-kura dipegang di samping kanan
dan kiri karapas lalu diangkat bersamaan
(sesuai gambar 33-34).
c. Waspada dengan mulut kura-kura yang terbuat
dari keratin tebal dan tajam karena sekaligus
berfungsi sebagai gigi. Tangan harus hati-hati
jangan sampai terjepit di lipatan kaki satwa saat
mereka menarik anggota gerak tubuhnya ke
dalam karapas.
d. Mengevakuasi kura-kura harus dimasukkan ke
dalam kandang transport tertutup yang
berventilasi. Pemberian enrichment air dalam
kandang boks/terrarium pada evakuasi
kelompok kura air dan penyu (sesuai gambar
35).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 58
Gambar 33. Cara handling Kura-kura Kaki Gajah
Gambar 34. Cara handling Kura-kura Moncong Babi
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 59
Gambar 35 A-B. Cara mengevakuasi Kura-kura air.
(A) Kura-kura Batok; (B) Kura-kura Moncong Babi
A
B
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 60
2.4 Kelompok Kadal, Tokek dan yang sejenisnya
a. Metode satu tangan
Metode ini digunakan pada satwa berukuran tubuh
kecil. Cara penangan menggunakan metode satu
tangan yaitu satwa digenggam dari bagian bawah
leher satwa dengan ibu jari di atas kepala/ leher satwa
untuk memfiksasi gerakannya.
b. Metode dua tangan
Metode ini digunakan pada reptil berukuran tubuh
medium ke atas (gambar 36-37), sebagai berikut:
Gambar 36. Cara penanganan pada reptil golongan
kadal/biawak kecil, contoh pada Green Tree Monitor
(Foto: Drh. Yuli, satwa Jatim Park 2)
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 61
Gambar 37.
Cara me-
megang
kelompok
monitor
(biawak kecil)
dengan arah
fiksasi
belakang
kepala dan
punggung.
(Foto: Drh.
Yuli, satwa
Jatim Park 2).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 62
Pengangkutan Satwa Reptil
Setelah proses handling satwa reptil, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pengangkutan satwa
menuju ke lokasi penyerahan. Pengangkutan yang
dimaksud merupakan penyelematan atau evakuasi
satwa hasil operasi penegakan hukum. Harus
dipastikan bahwa jumlah dan jenis satwa yang
diangkut harus sama dengan jumlah dan jenis hasil
operasi.
Pengangkutan hasil operasi penegakan hukum
menggunakan alat angkut dan kandang angkut atau
sarana khusus yang disesuaikan dengan jumlah, jenis
dan karakteristik reptil. Pengangkutan satwa harus
dikawal oleh petugas yang berwenang dan dapat
melibatkan pihak lain yang ditugaskan (seperti
Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dokter hewan, dan
petugas lainnya yang kompeten). Petugas pengawalan
sesampainya di lokasi yang dituju sebagai tempat
penyelamatan atau evakuasi satwa, melaporkan
kepada pimpinan yang dituju dan membuat berita
acara penyerahan (contoh pada Lampiran 1).
Proses pengangkutan satwa hasil penyelamatan atau
evakuasi operasi penegakan hukum tidak harus
disertasi dokumen angkut tumbuhan dan satwa liar,
namun dalam prosesnya harus ada surat perintah
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 63
kegiatan atau operasi penegakan hukum mengingat
pengangkutan tersebut merupakan bagian dari operasi
penegakan hukum.
Selama proses pengangkutan satwa harus selalu
diupayakan dalam kondisi aman dan nyaman sesuai
dengan kaidah animal welfare transportasi satwa.
Berikut ini langkah-langkah pengangkutan satwa:
1. Menyiapkan kandang transpor satwa sesuai
dengan jenis dan ukuran tubuh satwa.
2. Memasukkan food enrichment dan air minum
ke dalam kandang satwa (atau kondisional
menyesuaikan dengan jenis dan kondisi
satwa).
3. Memasukkan satwa ke dalam kandang
transpor dengan hati-hati.
4. Menutup dan mengunci kandang transpor.
5. Memasukkan kandang transpor beserta
satwa ke dalam alat transportasi (mobil) semi
terbuka atau tertutup dengan ventilasi udara
yang memadai.
6. Memastikaan ketersediaan air khusus untuk
reptil air seperti penyu dan beberapa jenis
kura-kura air
7. Memeriksa satwa minimal 2-3 jam sekali
terutama apabila suhu udara dalam
perjalanan sangat panas. Pemeriksaan ini
meliputi kondisi satwa, air minum dan pakan
(apabila perjalanan jauh lebih dari satu hari).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 64
Penyerahan Satwa Reptil
Pasca Penanganan
Pasca penanganan (handling-restraint) reptil pasti
akan mengalami stres dengan tingkat stres yang
berbeda-beda, sesuai dengan jenis reptil dan
karakteristik perilaku mereka masing-masing.
Stres rendah atau bahkan tidak mengalami stres
hanya terjadi pada satwa yang sudah terbiasa
berinteraksi langsung dengan manusia secara
berkelanjutan atau pada satwa yang sudah melalui
proses edu-training.
Risiko yang akan dialami satwa pada saat handling -
restraint dan/atau beberapa hal yang sering terjadi
pada satwa setelah dilakukan penanganan terhadap
mereka antara lain:
 Cidera (ringan – berat), luka-luka, lecet;
 Nafsu makan turun dan atau tidak mau
makan;
 Defekasi meningkat;
 Trauma atau ‘takut’ terhadap benda/alat
tertentu, bahan, material yang digunakan
pada saat proses penanganan;
 Reaksi menyerang petugas;
 Trauma terhadap orang yang melakukan
penanganan.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 65
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
petugas terhadap satwa pasca handling-restraint
adalah sebagai berikut:
 Secepat mungkin menempatkan satwa ke
dalam kandang/tempat asalnya (jika tidak
ada cidera dan luka-luka yang berat);
 Penempatan satwa disesuaikan dengan
kondisi dan tujuan penanganan satwa;
 Jika satwa mengalami cidera maka dirawat
dalam kandang perawatan;
 Memberikan enrichment (kandang, pakan
dan sosial) untuk membantu mempercepat
pemulihan stres. Pemilihan jenis
pengayaan diutamakan sesuatu hal yang
menjadi kesenangan satwa;
 Memberikan pakan favorit satwa;
 Menyediakan sudut privasi satwa;
 Memberikan ‘tempat sembunyi’, kandang
nahok atau barrier;
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 66
 Memberikan kesempatan satwa self-
recovery; dengan cara membiarkan
mereka sendiri, menyendiri atau
bersosialisasi dengan kelompoknya tanpa
banyak campur tangan manusia pada
waktu tertentu;
 Memberikan bantuan suplemen sesuai
status kesehatan satwa;
 Selalu bekerja sama dan melibatkan
tenaga ahli yang berkompeten di
bidangnya. Misalnya Dokter Hewan,
paramedis, nutrisionis, perawat satwa, ahli
biologi dan lain-lain;
 Rutin melakukan pengamatan terhadap
satwa (perilaku, nafsu makan, feses, urin).
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 67
Serah Terima Satwa Hasil Operasi
Petugas yang berwenang (yang melakukan
pengawalan) menyerahkan satwa untuk dilaporkan
kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan
membuat berita acara penyerahan (contoh pada
Lampiran 1). PPNS akan memproses lebih lanjut
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Satwa hasil operasi penegakan hukum oleh PPNS
Kehutanan dititipkan pada kandang satwa milik
Lembaga konservasi, instansi pemerintah atau
Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
konservasi tumbuhan dan satwa.
Serah terima sebagaimana dimaksud, disertai dengan
informasi satwa yang diserah-terimakan sesuaikan
dengan hasil identifikasi satwa. Bagi satwa reptil yang
menderita sakit, maka perlu dimintakan rekam medis
satwa reptil tersebut.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 68
Risiko Penanganan Satwa Reptil
Setiap satwa reptil mempunyai potensi bahaya dan
kekuatan yang berbeda-beda. Potensi bahaya yang
dimaksud adalah salah satu sistem atau alat
pertahanan diri reptil untuk melindungi diri mereka
terhadap ancaman yang membahayakan
keselamatannya dari predator dan/atau manusia.
Sehingga potensi bahaya ini juga mengancam
keselamatan manusia sebagai petugas lapang yang
akan melakukan handling.
Beberapa kelompok satwa reptil pergerakannya
lambat (misalnya ular, kura-kura, penyu) namun
golongan satwa jenis ini tetap memiliki potensi bahaya
yang mematikan. Sebaliknya, beberapa jenis lain
mempunyai kecepatan gerak yang hebat, contoh
terkaman buaya, kibasan ekor buaya dan komodo. Hal
tersebut merupakan bentuk senjata dan sistem
perlindungan diri mereka dari musuh. Sehingga setiap
petugas harus waspada dan selalu behati-hati ketika
melakukan handling-restraint pada satwa reptil.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 69
Kunci dari handling-restraint satwa ada pada titik
potensi bahaya ini. Pada saat handling-restraint
satwa, maka fokusnya adalah:
 Mengambil posisi teraman dan termudah
untuk melakukan eksekusi. Posisi yang
dimaksud adalah mudah dalam mem-fiksasi
satwa serta mudah menghindar jika satwa
melakukan perlawanan balik terhadap
petugas
 Mem-fiksasi bagian tubuh satwa yang
menjadi senjata pertahanan diri satwa, yaitu
dengan memfiksasi potensi bahaya tersebut
atau malah merupakan hal utama yang
harus dihindari petugas.
 Mengunci titik lemah anggota/ bagian tubuh
satwa dan atau menghindari titik lemahnya.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 70
Racun
Racun/ bisa adalah senjata utama yang dimiliki oleh
ular-ular berbisa.
Gigi dan taring
Gigi dan taring nampak sangat menonjol pada
kelompok buaya, biawak dan komodo.
Cakar
Cakar dimiliki oleh kelompok kadal dan sejenisnya,
bunglon, dan beberapa kura-kura.
Ekor
Ekor mempunyai kekuatan yang besar untuk
menghantam dan melempar musuh. Kemampuan ini
dimiliki oleh satwa kelompok buaya dan komodo.
Belitan
Belitan ular sangat berbahaya karena mampu
mematahkan tulang dan menjepit mangsa hingga
kehabisan nafas. Kekuatan belitan ini dimiliki oleh
kelompok ular phyton dan boa (kelompok ular
berukuran tubuh besar dan panjang serta tidak
berbisa). Cara menghadapi belitan ular adalah dengan
tidak banyak bergerak/ tidak banyak melawan dan
berusaha tenang. Apabila banyak bergerak/ meronta
maka ular akan semakin kuat membelit.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 71
Daftar Pustaka
Burnie, D. 2001. Animal. The Definitive Visual Guide
to The World’s Wildlife. London: Dorling Kindersley
Limited.
Chapman, Stella J.2018. Safe Handling and Restraint
of Animals: a comprehensive guide. 1st Edition. UK:
Wiley-Buckwell
Fowler, Murray. 2008. Restraint and Handling of Wild
and Domestic Animals. Third edition. Iowa: Blackwell
Publishing.
Lamar, W.W. 1997. The World’s Most Spectacular
Reptiles & Amphibians. Florida: World Publications.
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 72
Lampiran
Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 73
Lampiran 1. Berita Acara Penyerahan

More Related Content

Similar to Buku_Panduan_Penanganan_(Handling)_Satwa-Reptil_Final_ok.pdf

Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikusdanivita
 
Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...
Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...
Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...Kukangku
 
Panduan - Pengamanan Hutan
Panduan - Pengamanan HutanPanduan - Pengamanan Hutan
Panduan - Pengamanan HutanRini Sucahyo
 
ESEI: HIDUPAN LIAR - CONTOH ESEI BAGI KARANGAN BERPANDU
ESEI: HIDUPAN LIAR - CONTOH ESEI BAGI KARANGAN BERPANDUESEI: HIDUPAN LIAR - CONTOH ESEI BAGI KARANGAN BERPANDU
ESEI: HIDUPAN LIAR - CONTOH ESEI BAGI KARANGAN BERPANDUNormarjana Ibrahim
 
Presentasi konservasi penyu hijau.
Presentasi konservasi penyu hijau.Presentasi konservasi penyu hijau.
Presentasi konservasi penyu hijau.raniazizah04
 
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGMLaporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGMGoogle
 
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfJOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfAgathaHaselvin
 
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayatiToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayatiKang Margino
 
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfKeragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfAgathaHaselvin
 
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2Kamarudin Jaafar
 
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2Kamarudin Jaafar
 
PENERAPAN-TEKNOLOGI-DALAM-PENGELOLAAN-KONSERVASI-PENYU-DI-BALAI-PENGELOLAAN-S...
PENERAPAN-TEKNOLOGI-DALAM-PENGELOLAAN-KONSERVASI-PENYU-DI-BALAI-PENGELOLAAN-S...PENERAPAN-TEKNOLOGI-DALAM-PENGELOLAAN-KONSERVASI-PENYU-DI-BALAI-PENGELOLAAN-S...
PENERAPAN-TEKNOLOGI-DALAM-PENGELOLAAN-KONSERVASI-PENYU-DI-BALAI-PENGELOLAAN-S...AdiHarpansyah
 
Resensi buku hukum lingkungan di indonesia
Resensi buku hukum lingkungan di indonesiaResensi buku hukum lingkungan di indonesia
Resensi buku hukum lingkungan di indonesiaYanels Garsione
 

Similar to Buku_Panduan_Penanganan_(Handling)_Satwa-Reptil_Final_ok.pdf (16)

Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikus
 
Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...
Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...
Tantangan Penelitian Amfibi dan Reptil untuk Mendukung Upaya Konservasi - San...
 
Panduan - Pengamanan Hutan
Panduan - Pengamanan HutanPanduan - Pengamanan Hutan
Panduan - Pengamanan Hutan
 
ESEI: HIDUPAN LIAR - CONTOH ESEI BAGI KARANGAN BERPANDU
ESEI: HIDUPAN LIAR - CONTOH ESEI BAGI KARANGAN BERPANDUESEI: HIDUPAN LIAR - CONTOH ESEI BAGI KARANGAN BERPANDU
ESEI: HIDUPAN LIAR - CONTOH ESEI BAGI KARANGAN BERPANDU
 
Presentasi konservasi penyu hijau.
Presentasi konservasi penyu hijau.Presentasi konservasi penyu hijau.
Presentasi konservasi penyu hijau.
 
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGMLaporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
 
KPPT GUGUS.pptx
KPPT GUGUS.pptxKPPT GUGUS.pptx
KPPT GUGUS.pptx
 
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfJOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
 
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayatiToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
 
Save Orangutan
Save OrangutanSave Orangutan
Save Orangutan
 
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfKeragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
 
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
 
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
Rancangan pelajaran harian dst tahun 2
 
PENERAPAN-TEKNOLOGI-DALAM-PENGELOLAAN-KONSERVASI-PENYU-DI-BALAI-PENGELOLAAN-S...
PENERAPAN-TEKNOLOGI-DALAM-PENGELOLAAN-KONSERVASI-PENYU-DI-BALAI-PENGELOLAAN-S...PENERAPAN-TEKNOLOGI-DALAM-PENGELOLAAN-KONSERVASI-PENYU-DI-BALAI-PENGELOLAAN-S...
PENERAPAN-TEKNOLOGI-DALAM-PENGELOLAAN-KONSERVASI-PENYU-DI-BALAI-PENGELOLAAN-S...
 
2.3. PP PMR WIRA.pdf
2.3. PP PMR WIRA.pdf2.3. PP PMR WIRA.pdf
2.3. PP PMR WIRA.pdf
 
Resensi buku hukum lingkungan di indonesia
Resensi buku hukum lingkungan di indonesiaResensi buku hukum lingkungan di indonesia
Resensi buku hukum lingkungan di indonesia
 

Recently uploaded

Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxchleotiltykeluanan
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 

Recently uploaded (9)

Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 

Buku_Panduan_Penanganan_(Handling)_Satwa-Reptil_Final_ok.pdf

  • 1. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa Reptil Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa-Reptil ini dimaksudkan sebagai panduan bagi Polisi Kehutanan (Polhut) dalam menangani satwa reptil ketika melakukan operasi penangkapan satwa liar di lapangan. Buku Panduan Penanganan ( Handling ) Satwa - Reptil Direktorat Pencegahan dan Pengamanan Hutan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
  • 2. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | i Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa Reptil
  • 3. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | ii Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa-Reptil Disusun oleh: Penulis Utama: Drh. Nani Yuliati Penulis Pembantu: Arief Widarto ISBN: 978-602-60893-4-2 Editor: Ir. Sustyo Iriyono, M.Si. Kontributor dan Desain: Rissa Budiarti dan Faiz Yajri Foto sampul depan: Komodo-Freepik Ilustrasi: Freepik Disiapkan oleh: Proyek Combatting Illegal Wildlife Trade (CIWT) Direktorat Pencegahan dan Pengamanan Hutan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
  • 4. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | iii Penerbit: Direktorat Pencegahan dan Pengamanan Hutan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum LHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Redaksi: Gedung Manggala Wanabakti Blok 4 Lantai 4 Jl. Jenderal Gatot Subroto Senayan, Jakarta 100270 Telp: (021) 57903085 Email: ciwt.kom@gmail.com Cetakan pertama, Agustus 2020 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
  • 5. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | iv Kata Pengantar Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Proses penyelamatan satwa liar dilindungi hasil operasi penegakan hukum oleh petugas yang berwenang seringkali mengharuskan adanya kontak langsung ketika akan dilakukan proses evakuasi. Kurangnya pengetahuan dalam proses penanganan (handling dan restraint) satwa yang benar akan membahayakan kepada petugas yang melakukan evakuasi maupun kepada satwa-nya sendiri, sebagai akibat adanya respon perlawanan dari satwa yang akan dievakuasi. Petugas dan satwa berisiko menjadi terluka. Bahkan, seringkali menyebabkan satwa menjadi stres sehingga menyebabkan kematian Buku ini memberikan panduan cara menangani atau memegang (handling) satwa liar secara manual maupun restraint sebelum dipegang dan/atau diperiksa dan/atau diberikan perlakuan lain sesuai dengan karakteristik satwa. Dengan kehadiran buku ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada polisi kehutanan, aparat penegak hukum maupun pihak lainnya yang mempunyai mandat dalam pemberantasan peredaran ilegal tumbuhan dan satwa liar dalam melakukan handling dan restraint satwa, sehingga dapat menghindari timbulnya risiko seperti tersebut di atas.
  • 6. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | v Ucapan terima-kasih disampaikan kepada tim penyusun buku ini, kepada proyek Combatting Illegal Wildlife Trade (CIWT-KLHK-GEF-UNDP) serta para pihak terkait, yang telah berkontribusi sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku ini. Semoga bermanfaat. Jakarta, Juni 2020 Direktur, Ir. Sustyo Iriyono, M.Si
  • 7. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | vi Daftar Isi Kata Pengantar Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan iv Daftar Isi vi Daftar Gambar viii Daftar Lampiran xi Bab I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 3 1.2 Maksud dan Tujuan 6 1.3 Ruang Lingkup 7 Bab II Gambaran Umum Penanganan Satwa 8 2.1 Tujuan Penanganan Satwa 10 2.2 Persiapan sebelum Penanganan Satwa 14 2.2.1 Persiapan Petugas 14 2.2.2 Persiapan Pengetahuan Satwa 15 2.2.3 Persiapan Peralatan 16 2.3 Ciri-Ciri dan Klasifikasi Reptil 20 2.3.1 Ordo Crocodila 21 2.3.2 Ordo Chelonia (Testudines) 21 2.3.3 Ordo Rhyncocephalia 22 2.3.4 Ordo Squamata 22 Bab III Penanganan (Handling-Restraint) Satwa Reptil 23 3.1 Identifikasi Satwa 25 3.2 Penanganan Satwa 28 3.2.1 Peralatan dan Kandang Transpor 28 3.2.2 Proses Handling-Restraint 39 3.2.3 Pengangkutan Satwa Reptil 62
  • 8. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | vii 3.2.4 Penyerahan Satwa Reptil 64 3.2.5 Risiko Penanganan Satwa Reptil 68 Daftar Pustaka 71
  • 9. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | viii Daftar Gambar Gambar 1 Contoh tali nilon untuk penanganan buaya 29 Gambar 2 Sarung tangan berserat kain (A), berbahan sintetis (B) 30 Gambar 3 Macam-macam jaring bahan serat kain dan bahan plastik 31 Gambar 4 Jaring dengan tangkai panjang untuk menjangkau satwa yang jauh 32 Gambar 5 (1-3) Macam-macam ukuran hook; (4) grab stick; dan (5) pinset 33 Gambar 6 Contoh kain lembaran bahan berserat lembut 33 Gambar 7 Kantung kain warna putih (A) & warna hijau (B) untuk membawa kelompok ular (C) hook; (D) grab stick; dan (E) pipa, alat untuk me- nangkap ular 34 Gambar 8 Contoh kandang transpor/ terrarium box 35 Gambar 9 Kandang portable digunakan pada golongan iguana, biawak kecil, kura-kura, ular tidak berbisa dengan penutup kain 36 Gambar 10 Contoh pipa transparan ber- bagai ukuran 37 Gambar 11 Kombinasi pipa dan kantung sering digunakan untuk me- nangkap ular berbisa 38
  • 10. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | ix Gambar 12 Modifikasi benda yang ada di lapangan 38 Gambar 13 (A-B) Metode satu tangan 40 Gambar 14 Metode dua tangan 41 Gambar 15 Metode dua tangan dengan posisi ekor ular dililitkan di tangan 42 Gambar 16 Kepala dan daerah ekor dipegang dengan lembut 42 Gambar 17 (A-B) Cara mem-fiksasi kepala-leher ular 43 Gambar 18 Penanganan ular untuk ular ukuran besar dan panjang 44 Gambar 19 Cara memegang kepala ular yang aman 45 Gambar 20 (A-B) Mengambil ular dengan hook 46 Gambar 21 Mem-fiksasi kepala dengan tangan, badan dengan hook 47 Gambar 22 (A dan B) Pemakaian pipa dan kantung untuk ular kobra 48 Gambar 23 Jenis pipa transparan lebih memudahkan petugas me- ngetahui posisi satwa 50 Gambar 24 Modifikasi corong berwarna mecolok untuk menarik perhatian ular agar memasuki pipa 51 Gambar 25 Modifikasi kotak press dengan kawat kassa 51 Gambar 26 Peralatan penanganan buaya 52 Gambar 27 Fiksasi bagian kepala dan moncong 54
  • 11. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | x Gambar 28 Daerah kepala buaya dan mata ditutupi dengan kain basah 54 Gambar 29 Proses mem-fiksasi kepala dan ekor 55 Gambar 30 Proses mem-fiksasi kepala, badan dan kaki, serta ekor 55 Gambar 31 Satwa dipindahkan ke tandu 56 Gambar 32 Cara membawa buaya saat evakuasi 56 Gambar 33 Cara handling kura-kura kaki gajah 58 Gambar 34 Cara handling Kura-kura Moncong Babi 58 Gambar 35 (A-B) Cara mengevakuasi Kura-kura air 59 Gambar 36 Cara penanganan pada reptil golongan kadal/biawak kecil 60 Gambar 37 Cara memegang kelompok monitor (biawak kecil) dengan arah fiksasi dari belakang kepala dan punggung 61
  • 12. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | xi Daftar Lampiran Lampiran 1 Berita Acara Penyerahan 73
  • 13. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 1 1 Bab
  • 14. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 2 Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup
  • 15. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 3 Latar Belakang Setiap petugas dari berbagai latar belakang fungsi dan profesi yang pekerjaannya berkaitan dengan konservasi satwa khususnya kelas reptil, akan berinteraksi dengan satwa baik secara langsung ataupun tidak langsung. Petugas tersebut antara lain dokter hewan, perawat satwa, Polisi Kehutanan (Polhut), biologis, nutrisionis, paramedis, dan lain-lain. Seseorang yang bekerja bersama satwa reptil seyogyanya membekali diri dengan ilmu pengetahuan tentang satwa reptil tersebut. Ilmu pengetahuan tersebut sangat luas ruang lingkupnya, meliputi jenis dan taksonomi satwa, perilaku satwa, nutrisi satwa, habitat dan penyebaran satwa, kesehatan dan penyakit satwa, lingkungan ekologi satwa, status konservasi satwa, cara penanganan satwa, dan masih banyak lagi yang sifatnya lebih umum. Petugas teknis lapangan yang akan lebih banyak berinteraksi langsung di lapangan harus mengerti dan memahami bagaimana cara menangani/memegang satwa reptil (handling) dengan baik, aman, dan benar. Standar baik, aman, dan benar ini berlaku untuk kedua belah pihak, yaitu untuk satwa reptil dan petugas yang bersangkutan dengan kesejahteraan hewan sebagai prioritas (Chapman, 2018).
  • 16. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 4 Penanganan (handling) merupakan cara penanganan atau memegang satwa sebelum diperiksa dan/atau diberikan perlakuan lain dengan cara menghalangi, mengurangi gerak aksi dari satwa secara fisik. Kategori menghalangi dan/atau mengurangi gerak aksi dari satwa ini adalah dengan menyentuh, menggenggam atau menggunakan tangan untuk mengelola setiap individu satwa. Hal ini berarti menggunakan teknik manual. Teknik manual inilah yang membedakan dengan restraint. Restraint merupakan cara penanganan satwa sebelum diperiksa dan/atau sebelum diberi perlakuan lain dengan cara menghalangi gerak aksi dari satwa menggunakan bahan-bahan kimiawi maupun alat bantu fisik. Restraint terbagi menjadi dua metode yaitu physical restraint dan chemical restraint. Physical restraint adalah metode manual yang dilakukan baik dengan cara fisik (tangan), menggunakan ala-alat bantu, material kandang jebakan maupun peralatan yang bisa digunakan untuk menangkap maupun membuat satwa tidak bisa bergerak secara mudah dan bebas dari pergerakan normal (Brady, 2013). Sedangkan chemical restraint adalah metode yang digunakan menggunakan obat- obatan/bahan kimia yang bertujuan untuk membatasi pergerakan satwa dengan memberikan efek tenang (Twilis, 2013).
  • 17. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 5 Semua tahapan terkait handling-restraint satwa reptil baik mulai dari persiapan, proses pelaksanaan sampai dengan pasca pelaksanaan harus tetap mengacu dan mengutamakan kaidah kesejahteraan hewan. Satwa yang menjadi target penanganan hendaknya dipastikan semaksimal mungkin tidak mengalami kesakitan, ketakutan, terpenuhi kebutuhan makan dan minum, serta masih bisa mempunyai kesempatan berperilaku normal dengan leluasa pada saat pasca penanganan. Petugas yang sering terlibat dalam penanganan satwa yang dimaksud dalam panduan ini adalah satuan Polisi Kehutanan. Mereka yang berwenang penuh melakukan pengamanan dan penertiban satwa liar dilindungi undang-undang guna tercapainya pelestarian satwa liar di Indonesia. Dalam proses penyelamatan satwa reptill hasil operasi penegakan hukum di lapangan, masih banyak ditemukan satwa reptil hasil operasi penertiban yang mengalami stres bahkan berujung pada kematian. Saat proses penyelamatan atau evakuasi satwa reptil, tidak semua pihak mengetahui cara yang benar dan tepat.
  • 18. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 6 Teknik penanganan terhadap jenis satwa reptil, yang satu dan lainnya berbeda dan harus dilakukan dengan cara yang benar agar tidak mengganggu kondisi fisik satwa reptil dan tidak membahayakan keselamatan satwa reptil dan petugas. Berdasarkan pada hal tersebut, maka penting untuk disusun panduan terkait penanganan satwa reptil sebagai acuan petugas dalam melakukan penyelamatan atau evakuasi. Maksud dan Tujuan Maksud kehadiran Buku Panduan ini untuk memperkuat dan mendukung kapasitas kemampuan petugas dalam melakukan penanganan satwa reptil dengan metode yang benar dan tepat. Tujuan dari Buku Panduan ini sebagai panduan Polhut untuk melaksanakan tugas penyelamatan atau evakuasi satwa reptil di lapangan sehingga tercapai keseragaman dalam melakukan penanganan satwa hasil operasi penertiban.
  • 19. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 7 Ruang Lingkup Ruang lingkup panduan ini merupakan urutan tindakan dan teknik penanganan satwa reptil yang harus dilakukan oleh petugas dalam melaksanakan tugas penanganan satwa, yang meliputi: 1. Identifikasi satwa reptil 2. Penanganan satwa reptil 3. Pengangkutan satwa reptil 4. Risiko penanganan satwa reptil 5. Penyerahan satwa reptil Khusus pada panduan ini menguraikan penanganan satwa reptil (penyelamatan atau evakuasi) pada saat operasi penegakan hukum dengan metode physical restraint.
  • 20. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 8 2 Bab
  • 21. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 9 Tujuan Penanganan Satwa Persiapan sebelum Penanganan Satwa Ciri-Ciri dan Klasifikasi Reptil
  • 22. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 10 Tujuan Penanganan Satwa Sebelum penanganan satwa dilakukan harus ditentukan dengan benar tujuan akhir setelah penanganan akan dilakukan perlakuan apa terhadap satwa. Hal ini perlu dikelola dengan baik agar: a. Tidak salah mengambil metode penanganan yang dipakai; b. Tidak keliru menentukan peralatan yang akan digunakan; dan c. Tepat memilih petugas yang akan menangani satwa. Apabila ketiga hal tersebut salah maka akan mengganggu tujuan akhir penanganan satwa. Secara umum cara penanganan satwa adalah sama. Perbedaannya ada pada jenis satwa dan ukuran tubuh satwa. Perbedaan ini yang akan menentukan pemilihan metode dan alat bantu yang akan digunakan. Setiap jenis satwa mempunyai standar operasional prosedur minimal yang harus diketahui dan dikuasai oleh petugas lapangan. Panduan ini akan membantu petugas dalam menangani satwa di lapangan, namun hendaknya disesuaikan dengan kondisi apakah satwa liar murni (satwa yang hidup di habitat aslinya/ di alam terbuka) atau satwa liar yang berada di dalam kandang (berada
  • 23. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 11 di kandang exhibit lembaga konservasi atau di kandang peliharaan masyarakat). Tujuan utama dilakukannya penanganan satwa reptil adalah: 1. Pemeriksaan kondisi fisik satwa Pemeriksaan kondisi fisik/ tubuh satwa dapat dilakukan dalam keadaan terjadwal dan/atau pada situasi tidak terjadwal. Situasi tidak terjadwal ini adalah hal-hal yang terjadi secara mendadak atau darurat terhadap satwa tersebut. 2. Pemeriksaan status kesehatan satwa Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan status kesehatan satwa, yaitu apakah satwanya sehat atau sedang sakit, serta untuk meneguhkan diagnosa penyakit yang diderita satwa. 3. Pengobatan satwa Pengobatan satwa yang dimaksud yaitu tindakan pemberian obat langsung kepada satwa yang sakit (feeding force) apabila obat tidak bisa diberikan bersamaan dengan pakan secara mandiri. 4. Translokasi satwa Pemindahan satwa dari satu lokasi ke lokasi baru.
  • 24. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 12 5. Evakuasi satwa Pengambilalihan satwa oleh petugas di lapangan yang memiliki wewenang dan diberikan tanggung jawab oleh instansi pemerintah dari masyarakat atau dari lembaga konservasi baik eks-situ maupun in-situ ke lokasi berikutnya yang sudah ditetapkan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pengamanan satwa dari daerah berbahaya akibat peristiwa alam (bencana alam) atau dari tempat konflik ke tempat yang lebih aman. Perlu diingat untuk proses penanganan spesies satwa jenis tertentu harus didampingi dan/atau dilakukan oleh tenaga profesional yang berkompeten di bidangnya. Tenaga ahli yang dimaksud misalnya mahout, pawang ular, animal keeper khusus, animal training, serta tenaga ahli lainnya. Metode handling-restraint yang menggunakan bahan kimia (penenang) harus didampingi dan/atau dilakukan dokter hewan dan/atau paramedis di bawah pengawasan dokter hewan penyelia. Pelibatan tenaga ahli di atas, dengan mempertimbangkan kondisi satwa dan peristiwa yang sedang terjadi. Khusus untuk metode chemical restraint maka penentuan pemakaian obat penenang baik jenis maupun dosisnya harus dilakukan oleh dokter hewan.
  • 25. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 13 Petugas yang melakukan restraint satwa memiliki tanggung jawab yang sangat besar lantaran setiap restraint yang dilakukan, memiliki pengaruh pada perilaku kehidupan atau aktivitas satwa. Selain itu, restraint pada satwa liar berisiko menyebabkan cedera serius baik pada petugas maupun satwa. Oleh karena itu persiapan handling restraint satwa perlu dipikirkan dan diperhatikan secara matang (Fowler, 2008).
  • 26. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 14 Persiapan Sebelum Penanganan Satwa 1. Persiapan Petugas Petugas yang akan menangani satwa benar-benar harus menyiapkan kondisi baik fisik dan mental (psikologis). Mereka harus dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, karena menangani satwa memerlukan kebugaran tubuh (tidak sedang sakit) serta konsentrasi dan mawas diri yang tinggi. Hal ini sangat penting karena kemungkinan satwa akan berontak, lari, terbang, lepas dari tangan petugas akan selalu terjadi. Sehingga kondisi mental petugas juga sangat penting diperhatikan, karena petugas harus siap dan berani menghadapi “kegalakan” atau sifat liar satwa yang pasti ada (sifat liar satwa bervariasi).
  • 27. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 15 2. Persiapan Pengetahuan Satwa Petugas harus membekali diri dengan pengetahuan satwa yang akan ditangani. Pengetahuan tersebut antara lain: - Jenis (spesies satwa) yang akan ditangani; - Fisiologis satwa; - Perilaku satwa; - Kelemahan satwa; - Ancaman bahaya dari satwa; - Pakan satwa; - Status kesehatan satwa - Status konservasi satwa. Apabila hal-hal tersebut telah dipenuhi maka akan sangat memudahkan petugas dalam menangani satwa dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan keamanan dan kesejahteraan satwa dengan tanpa mengesampingkan keamanan dan keselamatan petugas.
  • 28. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 16 3. Persiapan Peralatan Peralatan yang dimaksud ada dua macam, yaitu: a) Peralatan untuk penanganan satwa Kelengkapan peralatan yang sesuai sangat membantu tingkat keberhasilan penanganan satwa. Alat-alat bantu perlu disiapkan sejak dini baik dalam kondisi penanganan satwa yang terjadwal maupun penanganan satwa saat kondisi darurat (tidak terjadwal). Perlu dipahami bahwa bekerja dengan satwa akan selalu ada kemungkinan keadaan darurat (tidak bisa diprediksi atau kejadian yang mendadak muncul). Apabila keadaan darurat tersebut terjadi seorang petugas harus mampu berpikir cepat dan kreatif membuat dan/atau memanfaatkan barang/benda di sekitar yang dapat digunakan untuk membantu proses penanganan satwa. Adapun bahan atau material yang digunakan sebagai alat bantu penanganan satwa harus memenuhi kriteria sebagai berikut : - Aman (aman untuk satwa dan petugas, tidak melukai/tidak menyakiti); - Kuat (tidak mudah rusak, tidak mudah patah, tidak mudah robek);
  • 29. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 17 - Ringan (mudah dibawa dan diangkat); - Fleksibel (mudah pemakaiannya, bisa dimodifikasi dalam berbagai peruntukan dan kondisi); - Mudah didapat (mempunyai sifat substitusi). Peralatan yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran satwa agar tidak memberikan efek cidera dan trauma pada satwa. Harapan dan tujuan ke depannya adalah satwa tidak ‘takut’ terhadap benda/alat yang digunakan untuk mengekang satwa, sehingga tidak akan mengganggu atau tidak akan menghambat proses handling-restraint berikutnya apabila diperlukan kembali. Pada penanganan satwa kasus/kondisi tertentu, misalnya satwa agresif, satwa berbahaya (beracun), terjadi kebakaran/terjadi bencana alam lain, lokasi keberadaan satwa berada di medan yang sulit dan berbahaya, dan lain-lain, maka perlu disiapkan juga peralatan perlindungan diri untuk keselamatan dan keamanan petugas lapangan.
  • 30. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 18 b) Peralatan keamanan diri Alat perlindungan diri yang harus dikenakan oleh petugas bervariasi baik dari jenis maupun jumlahnya. Kebutuhan alat perlindungan diri tergantung pada: • Jenis satwa yang akan ditangani; • Keadaan kandang dan lingkungan di sekitarnya; • Situasi atau kejadian yang berhubungan dengan satwa; dan • Tingkat kesulitan lokasi atau medan. Alat perlindungan diri minimal yang harus disiapkan oleh petugas: - Masker wajah; - Sepatu safety; - Sarung tangan; - Helm safety; - Tali; - Kaca mata dan/atau googles; - Sabuk pengaman; - Tangga; - Obat-obatan P3K; dan - Anti racun.
  • 31. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 19 Suara petugas yang melakukan handling restraint satwa menjadi salah satu aspek yang kerap diabaikan dalam penanganan satwa. Keadaan emosi petugas tercermin dalam suara. Walhasil satwa domestik maupun satwa liar dapat merasakan ketakutan dan rasa kurang percaya diri pada petugas sehingga akan berpengaruh bagaimana satwa tersebut bereaksi (Fowler, 2008).
  • 32. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 20 Ciri-Ciri dan Klasifikasi Reptil Reptil merupakan hewan vertebrata yang berjalandengan cara melata atau merayap. Reptil berasal dari kata repto yang berarti melata atau merayap. Reptil adalah kelompok hewan berdarah dingin dan mempunyai sisik yang menutupi tubuhnya. Berikut ini beberapa ciri-ciri umum satwa reptil yang membedakan mereka dengan satwa lain: 1. Bersisik (scales); 2. Bertulang belakang (vertebrata); 3. Berkembang biak dengan bertelur (ovipar) kecuali golongan spesies squamata berkembang biak dengan cara melahirkan (vivipar); 4. Berdarah dingin (ecthotermic/poikiloterm) Kontrol suhu tubuh tidak berasal dari metabolisme tubuh tetapi dari lingkungan/ adaptasi tingkah laku terhadap lingkungan; 5. Bernafas dengan paru-paru; 6. Tersebar merata di seluruh benua kecuali Antartika;
  • 33. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 21 7. Jantung terdiri dari empat ruang (dua atrium dan dua ventrikel) namun sekat dari kedua ventrikel tidak tertutup sempurna; 8. Alat ekskresi ginjal; 9. Masa hidup puluhan tahun (bisa mencapai 100 tahun untuk penyu dan kura-kura). Pengelompokkan kelas reptil dalam panduan ini berdasarkan tujuan dan kemudahan metode penanganan satwa sehingga meminimalisir risiko stres dan cidera, yaitu: 1. Ordo Crocodila a. Famili Gavialidae, contohnya Gavialis gangeticus-buaya monyong, buaya pemakan ikan. b. Famili Crocodilidiae, contohnya alligator, crocodile, caiman. Contoh famili ini yang ada di Indonesia yaitu: buaya muara Crocodilus porosus, buaya Irian Crocodilus novaeguineae, Buaya Siam C. Siamensis, Buaya Senyulong Tomistoma schlegelii dll. 2. Ordo Chelonia (Testudines) Contohnya: turtle, tortoise, sea turtle, snapping turtle.
  • 34. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 22 3. Ordo Rhyncocephalia Famili Sphenodontidae, contohnuya tuatara, reptil ini mirip kadal namun dia bukan kadal. Tuatara adalah satu-satunya bangsa reptil yang berkembang 200 juta tahun yang lalu. 4. Ordo Squamata a. Sub ordo Lacertilia, contohnya golongan gecko, monitor, iguana, chameleon dan lizards. b. Sub ordo Ophidia: - Famili Boidae, contohnya kelompok ular boa. - Famili Elapidae, contohnya kobra. - Famili Hydrophidae, contohnya ular laut. - Famili Viperidae, contohnya rattle snake, viper.
  • 35. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 23 3 Bab
  • 36. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 24 Identifikasi Satwa Penanganan Satwa
  • 37. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 25 Tahapan yang harus dilakukan oleh seorang petugas dalam melakukan handling-restraint satwa reptil hasil operasi penegakan hukum adalah sebagai berikut: Identifikasi Satwa Petugas yang akan menangani satwa reptil wajib melakukan hal-hal: - Identifikasi satwa Hal ini lebih dahulu dilakukan agar tepat dalam menentukan metode handling-restraint; - Pemilihan peralatan yang akan digunakan; - Perencanaan perlakukan satwa pasca handling- restraint; - Tindakan lanjutan terhadap satwa hasil operasi penegakan hukum. Identifikasi satwa dilakukan terlebih dahulu agar tepat melakukan metode handling-reistraint. Dalam identifikasi data-data yang harus diambil, meliputi: a. Jenis satwa (spesies) Petugas harus mengetahui spesies satwa dengan nama ilmiahnya serta nama panggilannya.
  • 38. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 26 b. Status konservasi Status konservasi satwa harus diketahui apakah termasuk dalam kategori punah di alam, sangat terancam, terancam, rentan, hampir terancam, atau berisiko rendah. c. Jenis kelamin Secara umum semua satwa kelas reptil adalah monomorfik dimana jantan dan betina mempunyai warna dan variasi bentuk anggota badan yang sama. Kemampuan mengidentifikasi jenis kelamin pada reptil secara anatomi morfologis memerlukan pengalaman yang cukup tinggi yaitu berdasarkan ukuran tubuh atau bentuk anggota badan tertentu misalnya kepala, ekor, kloaka, sisik dan lain-lain. Akan tetapi ukuran tubuh ini tidak bisa dijadikan patokan permanen karena tiap spesies mempunyai keunikan sendiri. Pada saat di lapangan informasi dari pemilik satwa reptil sangat penting. Apabila kurang meyakinkan tentang kebenaran jenis kelamin reptil maka dapat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu atau pemeriksaan di laboratorium (DNA sexing). d. Kondisi kesehatan Informasi yang harus diperoleh dari pemilik satwa adalah satwa sedang sakit atau tidak, sakit/penyakit yang pernah diderita satwa, intensitas sakit, masa persembuhan dan pengobatan yang pernah diberikan.
  • 39. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 27 e. Jumlah dan umur satwa f. Ciri fisik, ciri khusus, ada cacat atau tidak Ciri-ciri yang dimiliki atau yang ada pada tubuh satwa yang dapat dilihat secara langsung. Misalnya warna kulit atau sisik pada tubuh bagian tertentu, bentuk sisik, ada kerontokan sisik atau tidak, bentuk karapas, tagging/nomor identitas/cincin kaki, mikro chip, atau tato. g. Perlakuan dan perilaku satwa selama di kandang pemilik Data yang harus dicatat berdasarkan informasi dari pemiliknya yaitu: - Perilaku makan; - Perilaku aktifitas harian; - Jenis pakan; dan - Suplemen yang diberikan pada satwa. h. Asal usul dan legalitas satwa Dokumen kepemilikan satwa harus diketahui dengan jelas. Apakah satwa berasal dari tangkapan liar, pembelian yang sah, hibah, atau hasil penangkaran.
  • 40. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 28 Penanganan Satwa 3.2.1 Peralatan dan Kandang Transpor Reptil adalah satwa berdarah dingin yang sangat lambat gerakan perpindahannya. Namun demikian bahan yang dipakai untuk alat bantu penanganan harus tetap bersifat aman, tidak melukai satwa, tidak merusak kulit dan sisik, ringan, kuat, mudah dibawa dan mudah penggunaannya. Peralatan penanganan satwa reptil yang diperlukan sebagai berikut: 1.1. Tali Tali berbahan serat kain lebih halus dan lembut sehingga tidak mudah melukai kulit dan tidak mudah merusak sisik. Tali jenis ini cocok digunakan untuk reptil berukuran tubuh kecil dan berkulit sensitif. Tali berbahan nilon atau sintetis lebih kuat dan tahan rusak sehingga sesuai digunakan untuk golongan reptil bertubuh besar seperti buaya dan komodo.
  • 41. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 29 Gambar 1. Contoh tali nilon untuk penanganan buaya (Foto: Drh. Yuli). 1.2 Sarung tangan Pemilihan jenis bahan sarung tangan disesuaikan dengan jenis satwa yang akan dipegang, ukuran tubuh satwa dan kondisi yang berhubungan dengan satwa. Sarung tangan berbahan kulit atau sintetis digunakan untuk reptil bercakar dan bergigi tajam. Contoh untuk memegang biawak dan komodo berukuran sedang. Sarung tangan kain sesuai untuk memegang reptil kecil dan berkulit sensitif serta bersisik halus. Misalnya memegang ular kecil, kelompok kadal dan iguana.
  • 42. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 30 Gambar 2. Sarung tangan berserat kain A, berbahan sintetis B (Foto: Drh. Yuli) A B
  • 43. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 31 1.3 Jaring Ada beberapa macam bentuk jaring, yaitu jaring bertangkai dan tidak bertangkai, berlubang dengan variasi diameter lubang dan tidak berlubang (polos). Bahan jaring bisa terbuat dari kain, plastik, nilon dan kombinasi. Gambar 3. Macam-macam jaring bahan serat kain (kiri dan tengah) dan bahan plastik (kanan) (Foto: Drh. Yuli).
  • 44. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 32 Gambar 4. Jaring dengan tangkai panjang untuk menjangkau satwa yang jauh (Foto: Drh. Yuli). 1.4 Grab Stick dan hooks Alat ini berbahan besi, galvanis, atau kombinasi berbagai bahan yang kuat dengan ukuran bervariasi. Kedua jenis alat ini umum dipakai untuk menangani kelompok ular.
  • 45. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 33 Gambar 5. (1-3) Macam-macam ukuran hook; (4) grab stick; dan (5) pinset (Foto: Drh. Yuli). 1.5 Kain Kain harus berbahan halus (tidak licin) agar tidak merusak kulit dan sisik reptil. Kain yang digunakan dapat berupa lembaran atau berbentuk kantung. Kain lembaran dapat digunakan untuk semua jenis reptil, sedangkan kain berbentuk kantung digunakan untuk reptil golongan ular dan kadal. Gambar 6. Contoh kain lembaran bahan berserat lembut seperti handuk A&B, dan berbahan katun C (Foto: Drh. Yuli). 5 4 1 2 3 A B C
  • 46. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 34 1.6 Karung/kantong Karung dipilih yang berbahan kain dan atau plastik. Gambar 7. Kantung kain warna putih (A) & warna hijau (B) sering digunakan untuk membawa kelompok ular. Gambar (C) hook; (D) grab stick; dan (E) pipa, merupakan alat untuk menangkap ular (Foto: Drh. Yuli). 1.7 Kandang jepit Tipe kandang ini dapat berupa portable (bongkar pasang) atau permanen. C A D B E
  • 47. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 35 1.8 Kotak Kotak bisa terbuat dari bahan plastik, kayu, besi atau kombinasi. Kotak ini berfungsi juga sebagai kandang transpor reptil. Gambar 8. Contoh kandang transpor/terrarium box (Foto: Drh. Yuli) Terrarium box tersebut berbahan transparan untuk memudahkan pengawasan terhadap kondisi satwa dan berventilasi cukup untuk menjaga sirkulasi udara dan keadaan suhu. Pada beberapa jenis di bagian atas dilengkapi dengan ‘pintu’ dan ‘jendela’ sebagai akses untuk memberi perlakuan tertentu pada reptil atau memasukkan pakan.
  • 48. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 36 1.9 Kandang portable Kandang angkut mobilisasi satwa yang bisa dibawa kemana-mana. Gambar 9. Kandang portable digunakan pada golongan iguana, biawak kecil, kura-kura, ular tidak berbisa dengan penutup kain (Foto: Drh. Yuli). 1.10 Pipa transparan dan tidak transparan Pipa digunakan untuk menangkap ular berbisa. Diameter pipa harus pas dengan ukuran diameter ular yang akan ditangkap agar ular tidak dapat berbalik arah dan keluar kembali. Pipa transparan lebih bagus karena petugas dapat mengamati kondisi dan pergerakan ular secara langsung. Oleh karena itu pemilihan jenis dan ukuran pipa harus tepat sasaran. Masing-masing ujung pipa ada tutup yang bisa dibongkar pasang kembali. Berbagai bahan dapat
  • 49. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 37 dimodifikasi untuk mengganti peran pipa pada saat di lapangan, misalnya botol. A C B A Gambar 10. (A) Contoh pipa transparan berbagai ukuran (Foto: Murray Fowler) dan (B) pipa non- transparan (Foto: Drh. Yuli).
  • 50. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 38 Gambar 11. Kombinasi pipa dan kantung sering digunakan untuk menangkap ular berbisa (Foto: Drh. Yuli) Gambar 12. Modifikasi benda yang ada di lapangan (Foto: Murray Fowler).
  • 51. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 39 Proses Handling-Restraint Proses penanganan reptil bervariasi tingkat kesulitannya sesuai dengan jenis spesies reptil serta ukuran tubuh mereka. Selain itu perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati kesiapan mental petugas saat menangani reptil. Terutama jika menangani reptil yang mempunyai racun misalnya kobra, viper dan lain sebagainya. Bekal pengetahuan tentang jenis satwa yang akan di-handling-restraint sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan penanganan satwa, petugas harus tahu spesies satwa yang akan ditangkap, perilaku normal mereka, senjata utama yang dimiliki, serta kelemahan yang dimiliki pada tiap satwa. Terdapat beberapa metode handling-restraint pada reptil berdasarkan pengelompokan jenis reptil sebagai berikut: 2.1 Kelompok ular 2.1.1 Tidak Beracun a. Metode satu tangan • Bagian kepala ular difiksasi di antara ibu jari dengan jari yang lainnya. • Badan ular dan ekor dibiarkan terbuka di bagian lengan tangan petugas.
  • 52. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 40 A B Gambar 13 A-B. Metode satu tangan (Foto: Drh. Yuli; satwa Predator Fun Park).
  • 53. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 41 b. Metode dua tangan Metode ini kadangkala memerlukan lebih dari satu orang jika menangani ular besar. • Metode dua tangan diterapkan pada ular ukuran medium ke bawah. • Satu tangan mem-fiksasi kepala (diantara ibu jari dengan jari yang lain), tangan ke dua memegang sepertiga tubuh bagian bawah (gambar 14-16). Gambar 14. Metode dua tangan (Foto: Drh. Yuli; satwa Predator Fun Park).
  • 54. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 42 Gambar 15. Metode dua tangan dengan posisi ekor ular di-lilitkan di tangan (Foto: Drh. Yuli; satwa Predator Fun Park) Gambar 16. Kepala dan daerah ekor dipegang dengan lembut (Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2).
  • 55. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 43 Gambar 17 A-B. Cara memfiksasi kepala-leher ular (Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2). Pangkal kedua tulang kepala diapit di antara ibu jari dan jari telunjuk. Jari yang lain menggenggam leher. Posisi ini kuat memfiksasi kepala namun satwa masih bisa bernafas dengan baik A B
  • 56. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 44 c. Metode dua atau lebih petugas Cara ini digunakan untuk ular berukuran besar dan panjang, agar struktur tulang dan berat bada ular tetap pada posisi yang aman maka diperlukan tenaga lebih dari dua orang. Jumlah petugas yang memegang satwa sesuai besar kecilnya ukuran satwa. Gambar 18. Penanganan ular melibatkan 2-3 orang untuk ular ukuran besar dan panjang (Foto: Drh.Yuli; satwa Predator Fun Park). “Hati-hati dengan gerakan melilit dari ular saat memberikan perlawanan”
  • 57. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 45 Gambar 19. Cara memegang kepala ular yang aman (Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2). d. Alat bantu Pemakaian alat bantu ini dilakukan pada satwa dengan agresifitas yang masih tinggi, satwa berukuran besar atau medan pengambilan yang sulit terjangkau. Sepertiga bagian depan tubuh ular diambil dengan hook untuk diarahkan/dimasukkan ke dalam kandang box atau selanjutnya mem-fiksasi kepala.
  • 58. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 46 Gambar 20 A-B. Mengambil ular dengan hook (Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2). A B
  • 59. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 47 Gambar 21. Memfiksasi kepala dengan tangan, badan dengan hook (Foto: Drh. Yuli; satwa Jatim Park 2) 2.1.2 Beracun Pada saat menangani jenis reptil beracun maka petugas harus benar-benar mengambil posisi dan jarak yang aman. Mengingat untuk jenis ular kobra mampu menyemprotkan racunnya meskipun jaraknya tidak dekat dengan petugas. Hal ini sangat membahayakan keselamatan petugas. Kunci menangani satwa beracun adalah menjaga jarak dan tidak menyentuh mereka secara langsung kecuali dilakukan oleh tenaga ahli /pawang ular. Pada kondisi
  • 60. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 48 tertentu diperlukan memakai sarung tangan, kaca mata dan safety boot. Gambar 22-A. Pemakaian pipa dan kantung untuk ular kobra (Foto: Drh. Yuli; satwa Predator Fun Park) Mempersiapkan alat bantu berupa pipa yang ujungnya diikat menggunakan kantung.
  • 61. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 49 Gambar 22-B. Pemakaian pipa dan kantung untuk ular kobra (Foto: Drh. Yuli; satwa Predator Fun Park) Ular diarahkan memasuki kantung melalui pipa, kemudian ular digiring dengan hook agar masuk ke dalam lubang pipa (alat bantu). Cara ini lebih efektif jika dilakukan dalam ruangan yang lebih tertutup karena ular tidak leluasa bergerak bebas.
  • 62. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 50 Gambar 23. Jenis pipa transparan lebih memudahkan petugas mengetahui posisi satwa (Foto: Murray Fowler)  Setelah kepala ular memasuki pipa, pipa ditahan supaya tidak bergerak dengan memakai grab stick lalu petugas membantu mendorong masuk tubuh ular.  Diameter pipa ini harus disamakan dengan diameter tubuh ular (selisih beberapa milimeter saja) agar ular tidak bisa berbalik arah keluar dari pipa.
  • 63. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 51 Gambar 24. Modifikasi corong berwarna mecolok untuk menarik perhatian ular agar memasuki pipa (Foto: Murray Fowler) Gambar 25. Modifikasi kotak press dengan kawat kasa. (Foto: Murray Fowler).
  • 64. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 52 2.2 Kelompok Buaya, Komodo dan Biawak Penanganan reptil jenis ini memerlukan tenaga yang cukup banyak, bisa mencapai lebih dari lima orang. Hal ini tergantung dari ukuran dan berat badan tiap satwa yang akan ditangkap. Semakin besar ukuran dan berat badan satwa maka semakin banyak tenaga yang diperlukan. Seiring dengan hal itu semakin kuat pula materi bahan dan alat yang harus disiapkan. Berikut ini langkah-langkah dasar penanganan satwa pada kelompok buaya :  Mengidentifikasi satwa (jenis, jumlah, status kesehatan, lokasi);  Menentukan metode dan tujuan penanganan satwa;  Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu peralatan keamanan diri dan peralatan satwa (sesuai gambar 26); Gambar 26. Peralatan penanganan buaya (Foto: Drh. Yuli)
  • 65. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 53 Proses penanganan satwa kelompok buaya (sesuai gambar 27-32/Foto:Drh Yuli, satwa Predator Fun Park):  Pisahkan satwa (jika dalam kelompok) dan tangkap satu-persatu;  Kepala di-fiksasi pertama kali dengan tali bersimpul;  Lalu tutup mata dengan kain basah;  Ikat area moncong satwa sampai ter-fiksasi baik;  Fiksasi ekor dengan menekuk bagian ujungnya dan petugas yang lain mengunci bagian punggung buaya. Hal ini dilakukan bersamaan agar buaya tidak bisa bergerak/melepaskan diri dengan gerakan rolling death-nya yang berbahaya;  Ikat kedua kaki depan dan belakang bersama badan dengan arah kaki ke belakang (ke arah ekor);  Satwa dibawa memakai tandu sebelum dimasukkan ke dalam kotak transportasi lalu dievakuasi.
  • 66. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 54 Gambar 27. Fiksasi bagian kepala dan moncong Gambar 28. Daerah kepala buaya dan mata ditutupi dengan kain basah
  • 67. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 55 Gambar 29. Proses mem-fiksasi kepala dan ekor. Gambar 30. Proses mem-fiksasi badan dan kaki, serta ekor.
  • 68. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 56 Gambar 31. Satwa dipindahkan ke tandu. Gambar 32. Cara membawa buaya saat evakuasi.
  • 69. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 57 2.3 Kelompok Kura-kura dan Penyu Langkah-langkah penanganan Kura-kura adalah sebagai berikut: a. Jumlah petugas pada penanganan kelompok kura-kura tergantung pada ukuran berat badan satwa. b. Tubuh kura-kura dipegang di samping kanan dan kiri karapas lalu diangkat bersamaan (sesuai gambar 33-34). c. Waspada dengan mulut kura-kura yang terbuat dari keratin tebal dan tajam karena sekaligus berfungsi sebagai gigi. Tangan harus hati-hati jangan sampai terjepit di lipatan kaki satwa saat mereka menarik anggota gerak tubuhnya ke dalam karapas. d. Mengevakuasi kura-kura harus dimasukkan ke dalam kandang transport tertutup yang berventilasi. Pemberian enrichment air dalam kandang boks/terrarium pada evakuasi kelompok kura air dan penyu (sesuai gambar 35).
  • 70. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 58 Gambar 33. Cara handling Kura-kura Kaki Gajah Gambar 34. Cara handling Kura-kura Moncong Babi
  • 71. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 59 Gambar 35 A-B. Cara mengevakuasi Kura-kura air. (A) Kura-kura Batok; (B) Kura-kura Moncong Babi A B
  • 72. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 60 2.4 Kelompok Kadal, Tokek dan yang sejenisnya a. Metode satu tangan Metode ini digunakan pada satwa berukuran tubuh kecil. Cara penangan menggunakan metode satu tangan yaitu satwa digenggam dari bagian bawah leher satwa dengan ibu jari di atas kepala/ leher satwa untuk memfiksasi gerakannya. b. Metode dua tangan Metode ini digunakan pada reptil berukuran tubuh medium ke atas (gambar 36-37), sebagai berikut: Gambar 36. Cara penanganan pada reptil golongan kadal/biawak kecil, contoh pada Green Tree Monitor (Foto: Drh. Yuli, satwa Jatim Park 2)
  • 73. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 61 Gambar 37. Cara me- megang kelompok monitor (biawak kecil) dengan arah fiksasi belakang kepala dan punggung. (Foto: Drh. Yuli, satwa Jatim Park 2).
  • 74. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 62 Pengangkutan Satwa Reptil Setelah proses handling satwa reptil, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengangkutan satwa menuju ke lokasi penyerahan. Pengangkutan yang dimaksud merupakan penyelematan atau evakuasi satwa hasil operasi penegakan hukum. Harus dipastikan bahwa jumlah dan jenis satwa yang diangkut harus sama dengan jumlah dan jenis hasil operasi. Pengangkutan hasil operasi penegakan hukum menggunakan alat angkut dan kandang angkut atau sarana khusus yang disesuaikan dengan jumlah, jenis dan karakteristik reptil. Pengangkutan satwa harus dikawal oleh petugas yang berwenang dan dapat melibatkan pihak lain yang ditugaskan (seperti Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dokter hewan, dan petugas lainnya yang kompeten). Petugas pengawalan sesampainya di lokasi yang dituju sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi satwa, melaporkan kepada pimpinan yang dituju dan membuat berita acara penyerahan (contoh pada Lampiran 1). Proses pengangkutan satwa hasil penyelamatan atau evakuasi operasi penegakan hukum tidak harus disertasi dokumen angkut tumbuhan dan satwa liar, namun dalam prosesnya harus ada surat perintah
  • 75. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 63 kegiatan atau operasi penegakan hukum mengingat pengangkutan tersebut merupakan bagian dari operasi penegakan hukum. Selama proses pengangkutan satwa harus selalu diupayakan dalam kondisi aman dan nyaman sesuai dengan kaidah animal welfare transportasi satwa. Berikut ini langkah-langkah pengangkutan satwa: 1. Menyiapkan kandang transpor satwa sesuai dengan jenis dan ukuran tubuh satwa. 2. Memasukkan food enrichment dan air minum ke dalam kandang satwa (atau kondisional menyesuaikan dengan jenis dan kondisi satwa). 3. Memasukkan satwa ke dalam kandang transpor dengan hati-hati. 4. Menutup dan mengunci kandang transpor. 5. Memasukkan kandang transpor beserta satwa ke dalam alat transportasi (mobil) semi terbuka atau tertutup dengan ventilasi udara yang memadai. 6. Memastikaan ketersediaan air khusus untuk reptil air seperti penyu dan beberapa jenis kura-kura air 7. Memeriksa satwa minimal 2-3 jam sekali terutama apabila suhu udara dalam perjalanan sangat panas. Pemeriksaan ini meliputi kondisi satwa, air minum dan pakan (apabila perjalanan jauh lebih dari satu hari).
  • 76. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 64 Penyerahan Satwa Reptil Pasca Penanganan Pasca penanganan (handling-restraint) reptil pasti akan mengalami stres dengan tingkat stres yang berbeda-beda, sesuai dengan jenis reptil dan karakteristik perilaku mereka masing-masing. Stres rendah atau bahkan tidak mengalami stres hanya terjadi pada satwa yang sudah terbiasa berinteraksi langsung dengan manusia secara berkelanjutan atau pada satwa yang sudah melalui proses edu-training. Risiko yang akan dialami satwa pada saat handling - restraint dan/atau beberapa hal yang sering terjadi pada satwa setelah dilakukan penanganan terhadap mereka antara lain:  Cidera (ringan – berat), luka-luka, lecet;  Nafsu makan turun dan atau tidak mau makan;  Defekasi meningkat;  Trauma atau ‘takut’ terhadap benda/alat tertentu, bahan, material yang digunakan pada saat proses penanganan;  Reaksi menyerang petugas;  Trauma terhadap orang yang melakukan penanganan.
  • 77. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 65 Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh petugas terhadap satwa pasca handling-restraint adalah sebagai berikut:  Secepat mungkin menempatkan satwa ke dalam kandang/tempat asalnya (jika tidak ada cidera dan luka-luka yang berat);  Penempatan satwa disesuaikan dengan kondisi dan tujuan penanganan satwa;  Jika satwa mengalami cidera maka dirawat dalam kandang perawatan;  Memberikan enrichment (kandang, pakan dan sosial) untuk membantu mempercepat pemulihan stres. Pemilihan jenis pengayaan diutamakan sesuatu hal yang menjadi kesenangan satwa;  Memberikan pakan favorit satwa;  Menyediakan sudut privasi satwa;  Memberikan ‘tempat sembunyi’, kandang nahok atau barrier;
  • 78. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 66  Memberikan kesempatan satwa self- recovery; dengan cara membiarkan mereka sendiri, menyendiri atau bersosialisasi dengan kelompoknya tanpa banyak campur tangan manusia pada waktu tertentu;  Memberikan bantuan suplemen sesuai status kesehatan satwa;  Selalu bekerja sama dan melibatkan tenaga ahli yang berkompeten di bidangnya. Misalnya Dokter Hewan, paramedis, nutrisionis, perawat satwa, ahli biologi dan lain-lain;  Rutin melakukan pengamatan terhadap satwa (perilaku, nafsu makan, feses, urin).
  • 79. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 67 Serah Terima Satwa Hasil Operasi Petugas yang berwenang (yang melakukan pengawalan) menyerahkan satwa untuk dilaporkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan membuat berita acara penyerahan (contoh pada Lampiran 1). PPNS akan memproses lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Satwa hasil operasi penegakan hukum oleh PPNS Kehutanan dititipkan pada kandang satwa milik Lembaga konservasi, instansi pemerintah atau Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan satwa. Serah terima sebagaimana dimaksud, disertai dengan informasi satwa yang diserah-terimakan sesuaikan dengan hasil identifikasi satwa. Bagi satwa reptil yang menderita sakit, maka perlu dimintakan rekam medis satwa reptil tersebut.
  • 80. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 68 Risiko Penanganan Satwa Reptil Setiap satwa reptil mempunyai potensi bahaya dan kekuatan yang berbeda-beda. Potensi bahaya yang dimaksud adalah salah satu sistem atau alat pertahanan diri reptil untuk melindungi diri mereka terhadap ancaman yang membahayakan keselamatannya dari predator dan/atau manusia. Sehingga potensi bahaya ini juga mengancam keselamatan manusia sebagai petugas lapang yang akan melakukan handling. Beberapa kelompok satwa reptil pergerakannya lambat (misalnya ular, kura-kura, penyu) namun golongan satwa jenis ini tetap memiliki potensi bahaya yang mematikan. Sebaliknya, beberapa jenis lain mempunyai kecepatan gerak yang hebat, contoh terkaman buaya, kibasan ekor buaya dan komodo. Hal tersebut merupakan bentuk senjata dan sistem perlindungan diri mereka dari musuh. Sehingga setiap petugas harus waspada dan selalu behati-hati ketika melakukan handling-restraint pada satwa reptil.
  • 81. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 69 Kunci dari handling-restraint satwa ada pada titik potensi bahaya ini. Pada saat handling-restraint satwa, maka fokusnya adalah:  Mengambil posisi teraman dan termudah untuk melakukan eksekusi. Posisi yang dimaksud adalah mudah dalam mem-fiksasi satwa serta mudah menghindar jika satwa melakukan perlawanan balik terhadap petugas  Mem-fiksasi bagian tubuh satwa yang menjadi senjata pertahanan diri satwa, yaitu dengan memfiksasi potensi bahaya tersebut atau malah merupakan hal utama yang harus dihindari petugas.  Mengunci titik lemah anggota/ bagian tubuh satwa dan atau menghindari titik lemahnya.
  • 82. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 70 Racun Racun/ bisa adalah senjata utama yang dimiliki oleh ular-ular berbisa. Gigi dan taring Gigi dan taring nampak sangat menonjol pada kelompok buaya, biawak dan komodo. Cakar Cakar dimiliki oleh kelompok kadal dan sejenisnya, bunglon, dan beberapa kura-kura. Ekor Ekor mempunyai kekuatan yang besar untuk menghantam dan melempar musuh. Kemampuan ini dimiliki oleh satwa kelompok buaya dan komodo. Belitan Belitan ular sangat berbahaya karena mampu mematahkan tulang dan menjepit mangsa hingga kehabisan nafas. Kekuatan belitan ini dimiliki oleh kelompok ular phyton dan boa (kelompok ular berukuran tubuh besar dan panjang serta tidak berbisa). Cara menghadapi belitan ular adalah dengan tidak banyak bergerak/ tidak banyak melawan dan berusaha tenang. Apabila banyak bergerak/ meronta maka ular akan semakin kuat membelit.
  • 83. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 71 Daftar Pustaka Burnie, D. 2001. Animal. The Definitive Visual Guide to The World’s Wildlife. London: Dorling Kindersley Limited. Chapman, Stella J.2018. Safe Handling and Restraint of Animals: a comprehensive guide. 1st Edition. UK: Wiley-Buckwell Fowler, Murray. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic Animals. Third edition. Iowa: Blackwell Publishing. Lamar, W.W. 1997. The World’s Most Spectacular Reptiles & Amphibians. Florida: World Publications.
  • 84. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 72 Lampiran
  • 85. Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa I Reptil | 73 Lampiran 1. Berita Acara Penyerahan