Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga farmasi dalam memberikan pelayanan kefarmasian untuk pasien HIV/AIDS. Pedoman ini mencakup pengenalan HIV/AIDS, terapi antiretroviral, peran tenaga farmasi dalam penanggulangan HIV/AIDS seperti pengelolaan obat dan konseling untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
SEL
Kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup.
Merupakan unit penyusun semua makhluk hidup.
Berdasarkan strukturnya sel diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
Sel Prokariotik
Sel Eukariotik
Perbedaan Sel Prokariot dan Sel Eukariot
Sistem Klasifikasi
Struktur Umum Sel. Sel hidup mempunyai tiga bagian pokok:
1. Membran sel,
2. Sitoplasma, dan
3. Organel-organel.
-Membran sel
-sitoplasma
-Organel
Malaria remains a major global health problem, though incidence and mortality have decreased in recent years. In 2015, there were an estimated 214 million malaria cases and 438,000 deaths worldwide. India also has a significant malaria burden, with estimates of annual deaths ranging from 15,000 to over 200,000. Key malaria indices calculated to monitor disease burden and evaluate control programs include annual blood examination rate, annual parasite incidence, slide positivity rate, and percentage of malaria cases that are falciparum. These indices are calculated using population data and numbers of blood slides examined and positive results to measure aspects of local transmission and intervention effectiveness.
Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga farmasi dalam memberikan pelayanan kefarmasian untuk pasien HIV/AIDS. Pedoman ini mencakup pengenalan HIV/AIDS, terapi antiretroviral, peran tenaga farmasi dalam penanggulangan HIV/AIDS seperti pengelolaan obat dan konseling untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
SEL
Kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup.
Merupakan unit penyusun semua makhluk hidup.
Berdasarkan strukturnya sel diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
Sel Prokariotik
Sel Eukariotik
Perbedaan Sel Prokariot dan Sel Eukariot
Sistem Klasifikasi
Struktur Umum Sel. Sel hidup mempunyai tiga bagian pokok:
1. Membran sel,
2. Sitoplasma, dan
3. Organel-organel.
-Membran sel
-sitoplasma
-Organel
Malaria remains a major global health problem, though incidence and mortality have decreased in recent years. In 2015, there were an estimated 214 million malaria cases and 438,000 deaths worldwide. India also has a significant malaria burden, with estimates of annual deaths ranging from 15,000 to over 200,000. Key malaria indices calculated to monitor disease burden and evaluate control programs include annual blood examination rate, annual parasite incidence, slide positivity rate, and percentage of malaria cases that are falciparum. These indices are calculated using population data and numbers of blood slides examined and positive results to measure aspects of local transmission and intervention effectiveness.
Este documento describe la asma bronquial, incluyendo su prevalencia, etiología, patogenia, clasificación de la severidad, diagnóstico, programación y control. Define la asma como una enfermedad inflamatoria crónica de las vías respiratorias que causa estrechamiento variable, disnea, sibilancias y tos nocturna. Explica que la mitad de los casos ocurren antes de los 10 años y otra tercera parte antes de los 40, y que los mediadores de la inflamación como citocinas y quimiocinas jue
This document discusses the nursing process and standardized nursing languages including NANDA-I, NIC, and NOC. It defines each component and explains how they are used together. The nursing process involves assessment, diagnosis, planning, implementation, and evaluation. NANDA-I provides standardized nursing diagnoses, NIC identifies nursing interventions, and NOC establishes nursing-sensitive patient outcomes. An example is provided of how these could be used together in a nursing care plan for a patient with osteosarcoma who developed postoperative complications including hyperthermia and ineffective breathing.
1) Malaria remains a major public health problem worldwide, with an estimated 300-500 million cases and 2.5 million deaths annually.
2) Treatment depends on disease severity, with uncomplicated malaria typically treated using artemisinin-based combination therapies and severe malaria requiring supportive care along with intravenous artesunate or artemether.
3) Prevention emphasizes avoiding mosquito bites through insecticide-treated bed nets and indoor spraying, along with chemoprophylaxis for travelers.
Dokumen tersebut membahas anatomi, fisiologi, dan pengaturan kerja jantung. Secara ringkas, jantung berfungsi sebagai pompa darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kerja jantung dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti panjang otot dan faktor ekstrinsik seperti sistem saraf otonom dan hormon.
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerYesi Tika
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kardiovaskuler yang terdiri atas jantung, darah, dan pembuluh darah. Jantung berfungsi mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Dokumen ini juga menjelaskan anatomi dan fisiologi jantung serta pembuluh darah.
Jantung berfungsi sebagai pompa darah utama dalam sistem kardiovaskular. Terdiri dari empat ruang dan beberapa katup, jantung bekerja mengepam darah ke seluruh tubuh dan paru-paru secara berirama melalui sistem konduksi intrinsiknya. Kelainan struktur atau fungsi jantung dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskular.
Este documento describe las taxonomías NANDA, NOC y NIC utilizadas en enfermería. NANDA proporciona diagnósticos enfermeros estructurados. NOC describe resultados esperados de los pacientes. NIC clasifica intervenciones enfermeras basadas en evidencia. Juntas, estas taxonomías guían el proceso de enfermería al diagnosticar problemas, establecer metas y seleccionar intervenciones apropiadas para los pacientes.
recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014Vishnu Priya
1. Malaria is a mosquito-borne infectious disease caused by Plasmodium parasites. It is transmitted via the bites of infected female Anopheles mosquitoes.
2. There are 5 Plasmodium species that cause malaria in humans: P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale, and P. knowlesi. P. falciparum is the most dangerous species and a major cause of mortality.
3. Malaria is treated with antimalarial medications such as chloroquine, mefloquine, quinine, artemisinin derivatives, and primaquine. Treatment aims to cure the infection and reduce transmission.
Malaria is caused by parasites of the Plasmodium type, which are transmitted via the bites of infected Anopheles mosquitoes. The parasites multiply in the liver and then infect red blood cells. Symptoms of malaria include fever, chills, and flu-like illness. Malaria most commonly occurs in subtropical and tropical areas of Africa, Asia, and South America. While the disease can be treated with antimalarial drugs, prevention through mosquito bite avoidance and antimalarial prophylaxis is most effective.
1. Malaria is a life-threatening tropical disease caused by Plasmodium parasites transmitted via mosquito bites.
2. Malaysia has seen a large reduction in malaria cases from the 1980s but remains at risk due to its equatorial climate.
3. Malaria symptoms vary from mild to severe and can include fever, chills, headaches and more, with severe cases potentially involving coma, respiratory distress or kidney failure if left untreated.
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018Budi Riyanto
Buku saku ini memberikan pedoman standar penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia, meliputi diagnosis, pengobatan, dan pemantauan untuk malaria tanpa komplikasi dan berat. Buku ini merevisi edisi sebelumnya dengan menyesuaikan pedoman WHO tahun 2015."
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariahersu12345
Buku pedoman ini memberikan panduan lengkap tentang pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis dan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT). Termasuk siklus hidup parasit, gejala klinis, alat dan prosedur pemeriksaan, interpretasi hasil, serta pengelolaan laboratorium malaria. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu diagnosis malaria di seluruh fasilitas kesehatan.
Dokumen tersebut membahas surveilans malaria di Kota Palembang berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang pada tahun 2009, 2010, dan 2013. Ringkasannya adalah: Kasus malaria klinis dan vivax paling banyak pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010 kasusnya berkurang menjadi malaria klinis dan falciparum. Pada tahun 2013 dilaporkan semua jenis malaria dengan pusat terbanyak di Puskesmas Sekip. Secara um
Petunjuk teknis ini membahas manajemen terpadu pengendalian tuberculosis resistan obat di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, pengertian, faktor-faktor penyebab, kebijakan, strategi, organisasi pelaksana, jejaring penatalaksanaan, penatalaksanaan pasien, pengelolaan logistik, pencegahan dan pengendalian infeksi, monitoring dan evaluasi, pengembangan sumber daya manusia, advokasi komunikasi dan mobilisasi sosial, serta
Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi, disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diptheriae strain toksigenik. Manusia adalah satu-satunya reservoir
Corynebacterium diptheriae. Penularan terjadi secara droplet (percikan
ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak
erat langsung dari lesi di kulit. Apabila tidak diobati dan kasus tidak
mempunyai kekebalan, angka kematian sekitar 50%, sedangkan dengan
terapi angka kematiannya sekitar 10% (CDC Manual for the Surveilans
of Vaccine Preventable Diseases, 2017). Angka kematian Difteri ratarata 5 – 10% pada anak usia kurang 5 tahun dan 20% pada dewasa
diatas 40 tahun (CDC Atlanta, 2016).
Pedoman ini memberikan panduan lengkap tentang tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi antiretroviral pada orang dewasa dan remaja di Indonesia. Pedoman ini mencakup rekomendasi tentang kapan memulai terapi ARV, paduan obat apa yang dianjurkan untuk lini pertama dan kedua, pemantauan selama terapi, penanganan efek samping dan kegagalan terapi, serta penatalaksanaan infeksi oportunistik berdasarkan pendekatan sindrom. Pedoman ini
Este documento describe la asma bronquial, incluyendo su prevalencia, etiología, patogenia, clasificación de la severidad, diagnóstico, programación y control. Define la asma como una enfermedad inflamatoria crónica de las vías respiratorias que causa estrechamiento variable, disnea, sibilancias y tos nocturna. Explica que la mitad de los casos ocurren antes de los 10 años y otra tercera parte antes de los 40, y que los mediadores de la inflamación como citocinas y quimiocinas jue
This document discusses the nursing process and standardized nursing languages including NANDA-I, NIC, and NOC. It defines each component and explains how they are used together. The nursing process involves assessment, diagnosis, planning, implementation, and evaluation. NANDA-I provides standardized nursing diagnoses, NIC identifies nursing interventions, and NOC establishes nursing-sensitive patient outcomes. An example is provided of how these could be used together in a nursing care plan for a patient with osteosarcoma who developed postoperative complications including hyperthermia and ineffective breathing.
1) Malaria remains a major public health problem worldwide, with an estimated 300-500 million cases and 2.5 million deaths annually.
2) Treatment depends on disease severity, with uncomplicated malaria typically treated using artemisinin-based combination therapies and severe malaria requiring supportive care along with intravenous artesunate or artemether.
3) Prevention emphasizes avoiding mosquito bites through insecticide-treated bed nets and indoor spraying, along with chemoprophylaxis for travelers.
Dokumen tersebut membahas anatomi, fisiologi, dan pengaturan kerja jantung. Secara ringkas, jantung berfungsi sebagai pompa darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kerja jantung dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti panjang otot dan faktor ekstrinsik seperti sistem saraf otonom dan hormon.
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerYesi Tika
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kardiovaskuler yang terdiri atas jantung, darah, dan pembuluh darah. Jantung berfungsi mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Dokumen ini juga menjelaskan anatomi dan fisiologi jantung serta pembuluh darah.
Jantung berfungsi sebagai pompa darah utama dalam sistem kardiovaskular. Terdiri dari empat ruang dan beberapa katup, jantung bekerja mengepam darah ke seluruh tubuh dan paru-paru secara berirama melalui sistem konduksi intrinsiknya. Kelainan struktur atau fungsi jantung dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskular.
Este documento describe las taxonomías NANDA, NOC y NIC utilizadas en enfermería. NANDA proporciona diagnósticos enfermeros estructurados. NOC describe resultados esperados de los pacientes. NIC clasifica intervenciones enfermeras basadas en evidencia. Juntas, estas taxonomías guían el proceso de enfermería al diagnosticar problemas, establecer metas y seleccionar intervenciones apropiadas para los pacientes.
recent guidelines in treatment of malaria,anti malarial drugs 2014Vishnu Priya
1. Malaria is a mosquito-borne infectious disease caused by Plasmodium parasites. It is transmitted via the bites of infected female Anopheles mosquitoes.
2. There are 5 Plasmodium species that cause malaria in humans: P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale, and P. knowlesi. P. falciparum is the most dangerous species and a major cause of mortality.
3. Malaria is treated with antimalarial medications such as chloroquine, mefloquine, quinine, artemisinin derivatives, and primaquine. Treatment aims to cure the infection and reduce transmission.
Malaria is caused by parasites of the Plasmodium type, which are transmitted via the bites of infected Anopheles mosquitoes. The parasites multiply in the liver and then infect red blood cells. Symptoms of malaria include fever, chills, and flu-like illness. Malaria most commonly occurs in subtropical and tropical areas of Africa, Asia, and South America. While the disease can be treated with antimalarial drugs, prevention through mosquito bite avoidance and antimalarial prophylaxis is most effective.
1. Malaria is a life-threatening tropical disease caused by Plasmodium parasites transmitted via mosquito bites.
2. Malaysia has seen a large reduction in malaria cases from the 1980s but remains at risk due to its equatorial climate.
3. Malaria symptoms vary from mild to severe and can include fever, chills, headaches and more, with severe cases potentially involving coma, respiratory distress or kidney failure if left untreated.
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018Budi Riyanto
Buku saku ini memberikan pedoman standar penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia, meliputi diagnosis, pengobatan, dan pemantauan untuk malaria tanpa komplikasi dan berat. Buku ini merevisi edisi sebelumnya dengan menyesuaikan pedoman WHO tahun 2015."
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariahersu12345
Buku pedoman ini memberikan panduan lengkap tentang pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis dan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT). Termasuk siklus hidup parasit, gejala klinis, alat dan prosedur pemeriksaan, interpretasi hasil, serta pengelolaan laboratorium malaria. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu diagnosis malaria di seluruh fasilitas kesehatan.
Dokumen tersebut membahas surveilans malaria di Kota Palembang berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang pada tahun 2009, 2010, dan 2013. Ringkasannya adalah: Kasus malaria klinis dan vivax paling banyak pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010 kasusnya berkurang menjadi malaria klinis dan falciparum. Pada tahun 2013 dilaporkan semua jenis malaria dengan pusat terbanyak di Puskesmas Sekip. Secara um
Petunjuk teknis ini membahas manajemen terpadu pengendalian tuberculosis resistan obat di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, pengertian, faktor-faktor penyebab, kebijakan, strategi, organisasi pelaksana, jejaring penatalaksanaan, penatalaksanaan pasien, pengelolaan logistik, pencegahan dan pengendalian infeksi, monitoring dan evaluasi, pengembangan sumber daya manusia, advokasi komunikasi dan mobilisasi sosial, serta
Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi, disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diptheriae strain toksigenik. Manusia adalah satu-satunya reservoir
Corynebacterium diptheriae. Penularan terjadi secara droplet (percikan
ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak
erat langsung dari lesi di kulit. Apabila tidak diobati dan kasus tidak
mempunyai kekebalan, angka kematian sekitar 50%, sedangkan dengan
terapi angka kematiannya sekitar 10% (CDC Manual for the Surveilans
of Vaccine Preventable Diseases, 2017). Angka kematian Difteri ratarata 5 – 10% pada anak usia kurang 5 tahun dan 20% pada dewasa
diatas 40 tahun (CDC Atlanta, 2016).
Pedoman ini memberikan panduan lengkap tentang tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi antiretroviral pada orang dewasa dan remaja di Indonesia. Pedoman ini mencakup rekomendasi tentang kapan memulai terapi ARV, paduan obat apa yang dianjurkan untuk lini pertama dan kedua, pemantauan selama terapi, penanganan efek samping dan kegagalan terapi, serta penatalaksanaan infeksi oportunistik berdasarkan pendekatan sindrom. Pedoman ini
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralSurya Amal
Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.
Makalah ini membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi, siklus parasit, patogenesis, manifestasi klinis, dan angka kesakitan penyakit malaria. Penyakit malaria disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium pada manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Empat jenis Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia adalah P. falciparum, P. vivax, P. malariae, dan P. ovale."
Makalah ini membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi, siklus parasit, patogenesis, manifestasi klinis, dan angka kesakitan penyakit malaria. Penyakit malaria disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium pada manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Empat jenis Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia adalah P. falciparum, P. vivax, P. malariae, dan P. ovale."
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malariahersu12345
Eliminasi Malaria melalui tahap :
1. Tahap Pengendalian
2. Tahap Pre eliminasi
3. Tahap Eliminasi
4. Tahap Pemeliharaan
Persyaratan Eliminasi:
1. Annual Parasite Insidence (API) < 1 per seribu penduduk
2. Slide Podsitivity rate (SPR) < 5%
3. tidak ada kasus indigenoues (penularan lokal) selama 3 tahun terakhir
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdf
Buku saku tatlksana malaria 2014
1.
2. BUKU SAKU
PENATALAKSANAAN KASUS MALARIA
Dikeluarkan oleh
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2014
3.
4. iii
KATA PENGANTAR IDI
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di masyarakat luas dan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan bangsa Indonesia. Komitmen untuk pengendalian
penyakit malaria ini diharapkan menjadi perhatian kita semua, tidak
hanya secara nasional, namun juga regional dan global sebagaimana
tertera dalam Millenium Development Goals dalam tujuan yang ke 6.
Penyusunan buku saku ini ditujukan untuk memberikan panduan
terkini kepada para dokter di seluruh Indonesia, yang berpotensi
untuk berhadapan dengan pasien malaria kapan saja. Panduan
yang dapat digunakan untuk kasus malaria pada rawat jalan maupun
rawat inap ini bertujuan khusus untuk menurunkan angka kejadian
malaria berat karena keterlambatan penegakkan diagnosis ataupun
karena kesalahan penatalaksanaan dengan menggunakan obat
yang sudah resisten.
Buku ini adalah buku standar dalam penatalaksanaan malaria yang
harus dipedomani bagi setiap dokter dalam menyelenggarakan
praktek kedokterannya.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan peran aktif
semua pihak yang terkait dalam penyusunan buku ini. Semoga buku
saku ini dapat bermanfaat dan menjadi pedoman kita semua dalam
penatalaksanaan penyakit malaria.
Pengurus Besar IDI
Ketua Umum
Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad (K)
5.
6. v
SAMBUTAN
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi
yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung
menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan
upayapromotif,preventif,dankuratifhalinibertujuanuntukmenurunkan
angka kesakitan, kematian dan mencegah KLB. Kemenkes telah
berkomitmen menuju ELIMINASI MALARIA yang akan dilaksanakan
secara bertahap mulai tahun 2010 - 2030. Untuk mencapai hasil yang
optimal dan berkualitas upaya tersebut harus dilakukan terintegrasi
dengan layanan kesehatan dasar dan program lainnya.
Penitikberatan pada penatalaksanaan kasus malaria yang berkualitas
diharapkan akan memberikan kontribusi langsung upaya menuju
bebas malaria di Indonesia. Buku ini berisi standar dan pedoman
sidemaganetutnabmemtapadnakparahidnadairalamanaskalatat
dan petugas kesehatan lainnya yang melakukan tatalaksana malaria,
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Terimakasih kami ucapkan kepada anggota Komisi Ahli Diagnosis
dan Pengobatan Malaria, pakar malaria, IDI dan kontributor yang
telah menyusun buku saku ini.
Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya teman sejawat yang
bertugas di pelosok wilayah tanah air.
Jakarta, Oktober 2014
Direktur Jenderal PP & PL
dr. H.M. Subuh, MPPM
NIP 196201191989021001
7.
8. vii
DAFTAR ISI
STANDAR TATALAKSANA MALARIA ....................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................ 3
BAB II. MALARIA ................................................................... 5
BAB III. DIAGNOSIS MALARIA ............................................. 7
BAB IV. MALARIA BERAT ....................................................... 9
BAB V. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI ....... 11
BAB VI. PENGOBATAN MALARIA BERAT ............................. 17
BAB VII. PEMANTAUAN PENGOBATAN ................................. 21
9. viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengobatan malaria falsiparum menurut berat
badan dengan DHP .................................................. 12
Tabel 2. Pengobatan malaria vivaks menurut berat badan
dengan DHP .............................................................. 12
Tabel 3. Pengobatan malaria falsiparum dengan Artesunat
dan Amodiakuin ......................................................... 13
Tabel 4. Pengobatan malaria vivaks dengan Artesunat dan
Amodiakuin ................................................................ 13
Tabel 5. Pengobatan malaria mixed dengan DHP ................. 13
Tabel 6. Pengobatan malaria mixed dengan Artesunat dan
Amodiakuin ................................................................ 14
Tabel 7. Pengobatan malaria falsiparum pada ibu hamil ........ 15
Tabel 8. Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil ............... 16
LAMPIRAN ................................................................................ 23
10.
11.
12. 1
STANDAR TATALAKSANA MALARIA
STANDAR DIAGNOSIS
1. Setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang
menderita demam atau memiliki riwayat demam dalam 48
jam terakhir atau tampak anemi; wajib diduga malaria tanpa
mengesampingkan penyebab demam yang lain.
2. Setiap individu yang tinggal di daerah non endemik malaria yang
menderita demam atau riwayat demam dalam 7 hari terakhir
dan memiliki risiko tertular malaria ; wajib diduga malaria. Risiko
tertular malaria termasuk : riwayat bepergian ke daerah endemik
malaria atau adanya kunjungan individu dari daerah endemik
malaria di lingkungan tempat tinggal penderita.
3. Setiap penderita yang diduga malaria harus diperiksa darah
malaria dengan mikroskop atau RDT.
4. Untuk mendapatkan pengobatan yang cepat maka hasil
diagnosis malaria harus didapatkan dalam waktu kurang dari 1
hari terhitung sejak pasien memeriksakan diri.
STANDAR PENGOBATAN
1. Pengobatan penderita malaria harus mengikuti kebijakan
nasional pengendalian malaria di Indonesia.
2. Pengobatan dengan ACT hanya diberikan kepada penderita
dengan hasil pemeriksaan darah malaria positif.
3. Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobati dengan terapi
kombinasi berbasis artemisinin (ACT) plus primakuin sesuai
dengan jenis plasmodiumnya.
4. Setiap tenaga kesehatan harus memastikan kepatuhan pasien
meminum obat sampai habis melalui konseling agar tidak
terjadi resistensi Plasmodium terhadap obat.
13. 2
5. Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate
intravena atau Artemeter intramuskular dan dilanjutkan ACT
oral plus primakuin.
6. Jika penderita malaria berat akan dirujuk, sebelum dirujuk
penderita harus diberi dosis awal Artemeter intramuskuler atau
Artesunate intravena/intramuskular .
STANDAR PEMANTAUAN PENGOBATAN
1. Evaluasi pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan
mikroskopis
2. Pada penderita rawat jalan, evaluasi pengobatan dilakukan
setelah pengobatan selesai (hari ke-4), hari ke-7, 14, 21, dan 28.
3. Pada penderita rawat inap, evaluasi pengobatan dilakukan
setiap hari hingga tidak ditemukan parasit dalam sediaan darah
selama 3 hari berturut-turut, dan setelahnya di evaluasi seperti
pada penderita rawat jalan.
STANDAR TANGGUNG JAWAB KESEHATAN MASYARAKAT
1. Petugas kesehatan harus mengetahui tingkat endemisitas
malaria di wilayah kerjanya dengan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat.
2. Membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama dengan
fasilitas layanan lainnya (pemerintah dan swasta) untuk
meningkatkan akses layanan yang bermutu bagi setiap pasien
malaria.
3. Petugas kesehatan memantau pasien malaria dengan
memastikan bahwa dilakukan penanganan yang sesuai
pedoman tatalaksana malaria .
4. Petugas harus melaporkan semua kasus malaria yang ditemukan
dan hasil pengobatannya kepada dinas kesehatan setempat
sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
14.
15.
16. 3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman terhadap
status kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di
daerah terpencil. Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan
Presiden Nomor: 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Naional tahun 2010 - 2014 dimana malaria
termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi.
Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria di
Indonesia adalah terjadinya penurunan efikasi pada penggunaan
beberapa obat anti malaria, bahkan terdapat resistensi terhadap
klorokuin. Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh karena
penggunaan obat anti malaria yang tidak rasional. Sejak tahun
2004 obat pilihan utama untuk malaria falciparum adalah obat
kombinasi derivat Artemisinin yang dikenal dengan Artemisinin-
based Combination Therapy (ACT). Kombinasi artemisinin dipilih
untuk meningkatkan mutu pengobatan malaria yang sudah resisten
terhadap klorokuin dimana artemisinin ini mempunyai efek terapeutik
yang lebih baik.
17. 4
Gambar 1. Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2013
Peta Endeminitas Malaria di Indonesia
Tahun 2013
Bebas Malaria (Kasus Nol)
LCI (API <1)
MCI (API 1-5)
HCI I (API 5-49)
HCI II (API 50-100)
HCI III (API>100)
18.
19.
20. 5
BAB II
MALARIA
A. Penyebab Malaria
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima)
macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium
knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak
dilaporkan di Indonesia.
B. Jenis Malaria
1. Malaria falsiparum
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam
timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling
sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.
2. Malaria vivaks
Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam
berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah
ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax.
3. Malaria ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya
bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks
4. Malaria malariae
Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam
berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
5. Malaria knowlesi
Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam
menyerupai malaria falsiparum.
21. 6
C. Gejala Malaria
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut
(paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil)
diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak. Gejala
klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal
dari daerah non endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat
ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare,
pegal-pegal, dan nyeri otot. Gejala tersebut biasanya terdapat
pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun).
D. Bahaya Malaria
1. Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian.
2. Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan
penurunan kualitas sumber daya manusia.
3. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat
menyebabkan keguguran, lahir kurang bulan (prematur) dan
berat badan lahir rendah (BBLR) serta lahir mati.
E. Pencegahan Malaria
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap risiko malaria, mencegah gigitan
nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis. Pencegahan
gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin
dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum
bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu
setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak
dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
22.
23.
24. 7
BAB III
DIAGNOSIS MALARIA
Manifestasi klinis malaria dapat berupa malaria tanpa komplikasi dan
malaria berat. Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Untuk
malaria berat diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria WHO (lihat
Bab IV).
Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan
sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (Rapid
Diagnostic Test = RDT).
A. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
a. Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Setiap penderita dengan keluhan demam atau riwayat
demam harus selalu ditanyakan riwayat kunjungan
ke daerah endemis malaria
B. Pemeriksaan fisik
a. Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran Limpa (splenomegali)
e. Pembesaran hati (hepatomegali)
25. 8
C. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/lapangan/ rumah sakit/laboratorium klinik untuk
menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b) Spesies dan stadium plasmodium
c) Kepadatan parasit
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic
Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit
malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi.
Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk
penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan
dengan RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi
pengobatan.
26.
27.
28. 9
BAB IV
MALARIA BERAT
Jika ditemukan Plasmodium falcifarum atau Plasmodium vivax
stadium aseksual atau RDT positif ditambah satu atau beberapa
keadaan di bawah ini:
1. Gangguan kesadaran atau koma
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan tanpa bantuan)
3. Tidak bisa makan dan minum
4. Kejang berulang lebih dari dua episode dalam 24 jam
5. Sesak napas, Respiratory Distress ( pernafasan asidosis)
6. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada
anak: < 50 mmHg);
7. Ikterus disertai adanya disfungsi organ vital
8. Black Water Fever
9. Perdarahan spontan
10. Edema Paru (secara radiologi)
Gambaran laboratorium :
1. Hipoglikemi: gula darah < 40 mg%.
2. Asidemia (pH:< 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit <15%)
4. Hemoglobinuri
5. Hiperparasitemia (di daerah endemis rendah : > 2 % atau
>100.000 parasit/uL ; daerah endemis tinggi : > 5% atau
>250.000 parasit/ uL).
6. Hiperlaktatemia (laktat > 5 ugr/L)
7. Gagal ginjal akut (urin < 0,5 ml/kgBB/jam dalam 6 jam)
Catatan : pada penderita tersangka malaria berat, terapi
dapat segera diberikan berdasarkan pemeriksaan RDT
29.
30.
31.
32. 11
BAB V
PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian
ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan
pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi
Artesunat atau Artemeter dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping
itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.
A. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
1) Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini
menggunakan ACT di tambah primakuin.
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria
vivaks 1 kali perhari selama 3 hari, Primakuin untuk malaria
falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan
dosis 0,75 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14
hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Pengobatan malaria
falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di
bawah ini:
Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) atau Artesunat-
Amodiakuin + Primakuin
33. 12
Tabel 1. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan
dengan DHP dan Primakuin
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 3
ATAU
Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan
DHP dan Primakuin
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3
DHP ¼
½
1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1
Catatan : - Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan
berat badan, apabila penimbangan berat badan
tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.
34. 13
Tabel 3. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan
dengan Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-49
kg
50-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3
Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1 Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2 2 3
Tabel 4. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat +Amodiakuin dan Primakuin
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-49
kg
50-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3
Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan
dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT
yaitu DHP atau kombinasi Artesunat + Amodiakuin. Dosis
pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks yaitu
1 kali perhari selama 3 hari.
4) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae yaitu diberikan ACT 1 kali perhari
selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan
35. 14
malaria lainnya hanya tidak diberikan primakuin.
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT
selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/
hari selama 14 hari .
Tabel 5. Pengobatan infeksi campur P.falciparum + P. Vivax/P.ovale
dengan DHP + Primakuin
Hari Jenis
obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1/2 3/4 1 1
2-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1
ATAU
Tabel 6. Pengobatan infeksi campur P.falciparum +P.Vivax/P.ovale
dengan Artesunat + Amodiaquin dan Primakuin
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
<5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-49
kg
50-59
kg
>60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
>15
tahun
>15
tahun
1-3
Artesunat ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1 ½ 2 3 4 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
Dosis obat :
• Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb
• Artesunat = 4 mg/kgbb.
36. 15
Catatan :
a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan,
apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan
maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan
(pada tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah
berdasarkan berat badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan
berat badan ideal.
d. ACT tidak boleh diberikan paa ibu hamil trimester 1 dan
Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
B. PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama
dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya, perbedaan
adalah pada pemberian obat malaria berdasarkan umur
kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin.
Tabel 7. Pengobatan malaria falsiparum pada ibu hamil
UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN
Trimester I (0-3 bulan)
Kina 3x2 tablet +
Klindamisin 2x300mg selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Tabel 8. Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil
UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN
Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Dosis klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari
37. 16
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan
perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu
penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum
obat anti malaria.
38.
39.
40. 17
BAB VI
PENGOBATAN MALARIA BERAT
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS)
atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang
memadai, misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka penderita
harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis
malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
pengobatan.
A. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non
Perawatan
Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien
malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap. Sebelum dirujuk berikan artemeter intramuskular dosis
awal (3,2mg/kgbb)
B. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan
atau Rumah Sakit
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia
dapat diberikan artemeter intramuskular atau kina drip.
Kemasan dan cara pemberian artesunat
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk
kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi
natrium bikarbonat 5%. Keduanya dicampur untuk membuat
1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian diencerkan dengan
Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat
konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan secara bolus
perlahan-lahan.
41. 18
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena
sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/
kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita mampu
minum obat.
Contoh perhitungan dosis :
Penderita dengan BB = 50 kg.
Dosis yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg
Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali
pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan
dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) +
primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya).
Kemasan dan cara pemberian artemeter
Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80
mg artemeter dalam larutan minyak. Artemeter diberikan dengan
dosis 3,2 mg/kgbb intramuskular. Pada hari berikutnya artemeter
diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai
penderita mampu minum obat.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan
dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) +
primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya).
Kemasan dan cara pemberian kina drip
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria
berat. Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia
artesunat intravena/artemeter intramuskular dan pada ibu hamil
trimester pertama.
Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%.
Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml.
42. 19
Pemberian kina pada dewasa :
1) loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml
(hati-hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9%
diberikan selama 4 jam pertama.
2) 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl
0,9%.
3) 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10
mg/kgbb dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan)
dekstrose 5 % atau NaCl.
4) 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau
NaCl 0,9%.
5) Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas sampai
penderita dapat minum kina per-oral.
6) Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti
dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali
diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin
atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada
ibu hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak
pemberian kina perinfus yang pertama.
Pemberian kina pada anak :
Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan
: 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl
0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang
setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Catatan
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena
toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
43. 20
C. Pengobatan malaria berat pada ibu hamil
Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan dengan
memberikan kina HCl drip intravena pada trimester 1 dan
artesunat/artemeter injeksi untuk trimester 2 dan 3.
44.
45.
46. 21
BAB VII
PEMANTAUAN PENGOBATAN
A. Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan
pada hari ke 4, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan
sediaan darah secara mikroskopis. Apabila terdapat perburukan
gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi, penderita
segera dianjurkan datang kembali tanpa menunggu jadwal
tersebut diatas.
B. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap
hari dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis
membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi pengobatan
dilanjutkan pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan
klinis dan sediaan darah secara mikroskopis.
52. 25
Algoritme 3. Penatalaksanaan Malaria Berat
di Pelayanan Primer dan Sekunder
MALARIA BERAT
Tanpa fasilitas rawat inap
Sebelum merujuk :
- Berikan O2
- Pertahankan jalan napas
- pasang infus
- Beri Dextrosa bila hipoglikemi
- Beri antikonvulsan bila kejang
- Pasang kateter urin
Dengan fasilitas rawat inap terbatas
Berikan pengobatan pra-rujukan
(halaman 21)
RUJUK
Berikan pengobatan Artesunat intravena
atau Artemeter intramuskular dilanjutkan
dengan ACT oral (halaman 22-23)
Tidak ada gangguan
fungsi ginjal, pernafasan,
perdarahan spontan dan
blackwater fever
Lanjutkan Pengobatan
sampai selesai
Ada gangguan fungsi ginjal,
pernafasan, perdarahan
spontan dan blackwater
fever atau klinis memburuk
atau fasilitas pelayanan
terbatas
Lakukan evaluasi pengobatan
setiap hari hingga sediaan darah
negatif dan pada hari ke 7,14,21
dan 28
RUJUK
54. 27
Algoritme 5. Penatalaksanaan Malaria Serebral
MALARIA SEREBRAL
Singkirkan penyebab lain dari gangguan
kesadaran :
1. Hipoglikemi (lihat hasil pemeriksaan
gula darah)
2. Meningitis/Ensefalitis : lakukan lumbal
pungsi bila tidak ada kontraindikasi
3. Asidosis metabolik
- Berikan O2
- Pertahankan jalan napas
- Monitor tanda vital
- Pasang infus
- Teruskan pemberian artesunat intravena
- Berikan antikonvulsan bila kejang
- Pasang NGT, kateter urin
- Ubah posisi pasien tiap 2 jam untuk
mencegah dekubitus
- Monitor masukan dan luaran cairan
- Monitor gula darah secara berkala
55. 28
Algoritme 6. Penatalaksanaan Malaria Berat
dengan Gagal Napas
GAGAL NAFAS
- Pasang ventilator atau O2 sungkup
- Posisi kepala pasien ditinggikan 45°
- Pertahankan cairan dengan pemasangan
kateter vena perifer atau vena sentral
- Teruskan pemberian obat anti malaria
(artesunat intravena)
- Bila ada indikasi transfusi darah berikan PRC
(Packed Red Cell)
- Pasang NGT, kateter urin
- Observasi masukan dan luaran cairan
- Periksa Analisis Gas Darah
- Periksa foto toraks
EDEMA PARUARDS
(Adult Respiratory Distress Syndrome)
- Berikan O2 dengan sungkup
- Posisi kepala pasien ditinggikan 45°
- Teruskan pemberian obat anti malaria
(artesunat intravena)
- Berikan diuretik
- Bila tidak respon dengan diuretik
(setelah pemberian dosis maksimal
diuretik), lakukan hemodialisis
- Beri transfusi darah sesuai indikasi
- Observasi masukan dan luaran cairan
- Periksa Analisis Gas Darah
62. 35
Nama
obat
Sediaan
Dosis
Dewasa
Dosis Anak Efek Samping
1.DHP Fixed dose combi-
nation/FDC
(DHA 40mg dan
PPQ 320mg)
DHA
2-4mg/
kgBB/hr
PPQ
16-32mg/
kgBB/hr
Diberikan
selama 3
hari
DHA 2-4mg/
kgBB/hr
PPQ
16-32mg/
kgBB/hr
(dosis anak
tidak boleh
melebihi do-
sis dewasa)
Diberikan
selama 3
hari
NA
2.Kom-
binasi
Arte-
sunat-
Amodi-
akuin
Co-blister Artesunat
4mg/kgBB/
hr
Amodia-
kuin basa
10mg/
kgBB/hr
Diberikan
selama 3
hari
Artesunat
4mg/kgBB/
hr
Amodiakuin
basa
10mg/kgBB/
hr
(dosis anak
tidak boleh
melebihi do-
sis dewasa)
Diberikan
selama 3
hari
Artesunat : NA
Amodiakuin: mual
muntah, diare, sakit
perut, hepa-totoksik,
bradikardi
63. 36
3.Kina a.Tablet 200 mg
b.Injeksi
1ampul=2cc Kina
HCl 25% 500mg
30 mg/
kgBB/
hari dibagi
dalam 3
dosis.
Diberikan
selama 7
hari
Loading
dose
20mg/
kgBB
Mainte-
nance dose
10 mg/
kgBB
30 mg/
kgBB/
hari dibagi
dalam 3
dosis
Diberikan
selama 7
hari
10mg/kgBB,
umur<2
bln dosis
6-8mg/
kgBB
Tinnitus, renal failure,
ventrikular takikardi,
hepato-toksik, hipogli-
kemi, hipotensi berat,
trombositopeni
4.Doksi-
siklin
Kapsul 100 mg 3.5mg/
kgBB/hari
Diberikan
2xperhari
2.2 mg/
kgBB/hari
Diberikan
2xperhari
Anorexia, depresi
sumsum tulang,
nefrotoksik
5.Tetra-
siklin
Kapsul dan Tablet
250 mg
4mg/kgBB/
kali
Diberikan
4xperhari
4mg/kgBB/
kali
Diberikan
4xperhari
Anorexia,perubahan
warna gigi
6.Klin-
damisin
Kapsul
75mg,150mg, dan
300mg
10mg/
kgBB/hari
Diberikan
selama 7
hari
10mg/kgBB/
hari
Diberikan
selama 7
hari
Diare, mual, nyeri
perut, muntah
7.Arte-
meter +
Lume-
fantrin
Tablet FDC (20mg
artemeter+120mg
lumefantrin)
>35 kg 2x4
tab
Diberikan
selama 3
hari
5-14 kg :
2x1 tab (3
hari)
15-24 kg :
2x2 tab (3
hari)
25-34 kg ;
2x3 tab(3
hari)
Sakit kepala,
Letih, Asthenia,
Pruritus, rash,
Vomitus, nausea
8.Arte-
sunat
Vial (1cc=60mg) 2.4 mg/
kgBB
2.4 mg/
kgBB
NA
9.Arte-
meter
Ampul (1cc=80mg) 1.6mg/
kgBB
1.6mg/kgBB NA
64. TIM PENYUSUN
Pelindung :
Direktur Jenderal PP dan PL, Kemenkes Rl
Prof. Dr.dr. Agus Purwadianto, SH, MSi.S.p. F (k)
Penasehat :
Direktur PPBB
Dr. Andi Muhadir, MPH
Penanggung Jawab :
Kasubdit Pengendalian Malaria
Dr. Asik MPPM
Kontributor :
1. Prof.dr. Inge Sutanto, M.Phil (Parasitologi FK Ul)
2. Dr. Erlina Burhan, Sp.P (K) (PB IDI)
3. Dr. Ali Sungkar, Sp.OG (POGI)
4. Dr. Djatnika Setiabudy, Sp.A (K) (IDAI)
5. Dr. Yovita Hartantri, SpPD (PAPDI)
6. Dr. Rahma Mulya Karyanti, Sp.A (K) (IDAI)
7. Dr. Erni Juwita Nelwan, Sp.PD (PAPDI)
8. Prof. Irawan Yusuf, PhD (FK UNHAS)
9. Dr. Suryadi Tatura,Sp.A (FK UNSRAT)
10. Dr. Husein Gassem,Sp. PD. KPTI (FK UNDIP)
65. 11. Dr. Doni P. Wijisaksono, Sp.PD (FK UGM)
12. Dr. Darma Imran, Sp.S (K) (PERDOSSI)
13. Dr. Halik Malik (PDUI)
14. Dr. Anand B Joshi (WHO)
15. Dr. Endang Sumiwi, MPH (WHO)
16. Dr. Rita Kusriastuti, Msc (P4L)
17. Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (Ditjen PP dan PL)
18. Dr. Asik, MPPM (Kasubdit Pengendalian Malaria)
19. Dr. Niken Wastu Palupi, MKM (Ditjen PP dan PL)
20. Dr. Elvieda Sariwati, M.Epid (Ditjen PP dan PL)
21. Dr. Minerva Theodora (Staf Subdit Pengendalian Malaria)
22. Dr. Pranti Sri Mulyani, MSc (Staf Subdit Pengendalian Malaria)
23. Dr. Marti Kusumaningsih, M.Kes (Staf Subdit Pengendalian Malaria)
24. Dr.P.R.Arbani, MPH (Malaria Expert)
Editor:
Dr. Made Yosi Purbadi, MKM
Dr. Iriani Samad, MSc
Dr. Worowijat, MKM
66. PENGURUS BESAR
IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI)
Program Pengendalian Malaria di Indonesia
khususnya Tata Laksana Kasus Malaria
Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme
dan Kualitas Pelayanan Kasus Malaria pada Masyarakat
Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia
Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad (K)
Ketua Umum
MENDUKUNG SEPENUHNYA