PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Â
Benur merupakan akronim dari bahasa jawa yaitu benih urang (bibit udang). Salah satu factor keberhasilan budidaya adalah pemilihan benur yang sehat dan kuat serta memiliki pertumbuhan yang cepat. Pemilihan benur terkait pada semua aspek termasuk pada proses pengangkutan. Kendaraan pengangkut benur tidak boleh digunakan untuk mengangkut bahan yang berbahaya, seperti bahan kimia dan pupuk, yang dapat mengkontaminasi benur. Benur yang dipilih merupakan benur yang bebas dari virus dan diperoleh dari pembenihan (hatchery) bersertifikat yang menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Benih yang dihasilkan telah memenuhi kriteria SPF (Specific Pathogen Free). Induk udang yang didatangkan dari luar negeri harus lulus uji Balai Karantina, min bebas dari WSSV, TSV, IMNV dan EMS.
Kegiatan perikanan budidaya dikenal baik
menjadi penyumbang utama terhadap peningkatan tingkat limbah organik dan bahan
beracun dalam industri budidaya. Seiring dengan perkembangan budidaya perikanan yang
intensif di Cina, menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan dampak dari limbah
budidaya yang semakin meningkat baik terhadap produktivitas internal sistem budidaya dan
terhadap ekosistem perairan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, jelas bahwa proses
pengelolaan limbah yang sesuai sangat diperlukan untuk pengembangan budidaya
perikanan yang berkelanjutan. Tinjauan ini bertujuan untuk mengidentifikasi status terkini
perikanan budidaya dan produksi limbah perikanan budidaya di Cina
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Â
Benur merupakan akronim dari bahasa jawa yaitu benih urang (bibit udang). Salah satu factor keberhasilan budidaya adalah pemilihan benur yang sehat dan kuat serta memiliki pertumbuhan yang cepat. Pemilihan benur terkait pada semua aspek termasuk pada proses pengangkutan. Kendaraan pengangkut benur tidak boleh digunakan untuk mengangkut bahan yang berbahaya, seperti bahan kimia dan pupuk, yang dapat mengkontaminasi benur. Benur yang dipilih merupakan benur yang bebas dari virus dan diperoleh dari pembenihan (hatchery) bersertifikat yang menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Benih yang dihasilkan telah memenuhi kriteria SPF (Specific Pathogen Free). Induk udang yang didatangkan dari luar negeri harus lulus uji Balai Karantina, min bebas dari WSSV, TSV, IMNV dan EMS.
Kegiatan perikanan budidaya dikenal baik
menjadi penyumbang utama terhadap peningkatan tingkat limbah organik dan bahan
beracun dalam industri budidaya. Seiring dengan perkembangan budidaya perikanan yang
intensif di Cina, menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan dampak dari limbah
budidaya yang semakin meningkat baik terhadap produktivitas internal sistem budidaya dan
terhadap ekosistem perairan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, jelas bahwa proses
pengelolaan limbah yang sesuai sangat diperlukan untuk pengembangan budidaya
perikanan yang berkelanjutan. Tinjauan ini bertujuan untuk mengidentifikasi status terkini
perikanan budidaya dan produksi limbah perikanan budidaya di Cina
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Â
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Pengelolaan pakan perlu dilakukan pada usaha budidaya karena pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya. Apabila pengelolaan pakan dilakukan dengan tepat maka budidaya dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan keuntungan yang baik. Pakan udang yang digunakan untuk budidaya terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam (plankton) yang dimakan ketika udang masih kecil dan belum menggunakan pakan buatan. Pada saat udang masih ditetaskan di hatchery, udang umumnya diberi makan plankton dari jenis artemia. Pakan buatan adalah pakan yang digunakan untuk menggantikan pakan alami sehingga dapat memacu pertumbuhan udang. Pakan akan menentukan nilai FCR dimana berapa jumlah pakan yang diperlukan untuk menjadikan 1 kg daging udang. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan MBW udang untuk menentukan bentuk dan ukuran pakan.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Â
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Pengelolaan pakan perlu dilakukan pada usaha budidaya karena pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya. Apabila pengelolaan pakan dilakukan dengan tepat maka budidaya dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan keuntungan yang baik. Pakan udang yang digunakan untuk budidaya terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam (plankton) yang dimakan ketika udang masih kecil dan belum menggunakan pakan buatan. Pada saat udang masih ditetaskan di hatchery, udang umumnya diberi makan plankton dari jenis artemia. Pakan buatan adalah pakan yang digunakan untuk menggantikan pakan alami sehingga dapat memacu pertumbuhan udang. Pakan akan menentukan nilai FCR dimana berapa jumlah pakan yang diperlukan untuk menjadikan 1 kg daging udang. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan MBW udang untuk menentukan bentuk dan ukuran pakan.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Â
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Â
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Â
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
Â
Buku Larangan (Biota Laut Yang Dilindungi)
1. PRODUCT CATALOG
Biota Laut :
- Kerang-kerangan
- Penyu / Kura-kura
DIREKTORAT EKSPOR
HASIL PERTANIAN DAN KEHUTANAN
1994
2. 1. Nama : a. Indonesi : Kepala Kambing
b. Inggris : Giat helmet shell
c. Latin / ilmiah : cassis cornuta
2. Nomor H. S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk hidup, segar, dingin.
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit Kerang
3. Popilasi : Diperkirakan 2-3 ekor setiap 10 m2
4. Penyebaran : Didaerah Intertidal yang berpasir dengan terumbu karang
Sea Grass di Indonesia bagian Timur antara lain Sulawesi
Utara, Laut Aru dan Irian Jaya
5. Status : Dilindungi, berdasarkan Sk. Menhut No. 12/KPTS II/87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang.
3. 1. Nama : a. Lokal : Concong Raja, Lolongok, Keong
Trompet.
b. Indonesia : Triron Terompet
c. Inggris : Triton’s thrumpet / giant triton
d. Latin / Ilmiah : Charonia tritonis
2. Nomor H. S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit Kerang.
3. Populasi : sudah sangat sedikit jumlahnya di mana kepadatannya pada
setiap 100 m2 hanya terdapat 1 ekor saja.
4. Penyebaran : daerah terumbu karang seperti : Taka Bone Rate, Teluk
Cendrawasih, Kepulauan Togian.
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 KPTS II / 87.
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
8. lain-lain : Jenis Keong ini merupakan predator (pemangsa hama) karang
yang disebut Bulu Seribu (Acanthaster plancil)
4. 1. Nama : a. Lokal : Ganggang
b. indonesia : Nautilus berongga
c. Inggris : Perly / chambered nautiles
d. Ltin / ilmiah : nautilus pompilus
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk kulit Kerang
3. Popilasi : Tidak dapat ditentukan secara kuantitatip. Sebagai gambaran
adalah, bahwa dilakukan trawl di tempat yang diduga banyak
jenis ini, sekali tangkap didapat 1-5 ekor
4. Penyebaran : Tersebar di perairan Nusantara bagian Timur.
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KTPS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
8. Lain-lain : Nautilus merupakan jenis molusca yang hidup sebagai hewan
pelagik.
Banyak didapatkan dengan jaring trawl di laut yang agak
dalam.
5. 1. Nama : a. Indonesia : Siput Hijau, Batulaga
b. Inggris : Green snail, Greatgreen turban
c. latin / Ilmiah : Turbo marmoratus (L. 1758)
2. Nomor H. S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit Kerang
3. Populasi : Sudah kritis, bahkan di P. Seribu sudah tidak ada lagi, di
Indonesia bagian Timur masih ada, dengan kepadatan ± 1 ekor
setiap radius 10-100 m2
4. Penyebaran : Daerah terumbu karang seperti : Taka Bone rate, Kep. Kei
Kecil.
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12/KPTS II/87.
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang.
6. 1. Nama : a. Lokal : Lola
b. Indonesia : Troka, Susu bundar,
c. Inggris : Topshell, Commercial Trochus
d. Latin / Ilmiah : trochus niloticus (L. 1767).
2. Nomor H. S : a. Ex. 030791900, dalam Bentuk hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800220, dalam bentuk Kulit Kerang.
3. Populasi : Populasi Troka mulai berkurang, di mana kepadatannya setiap
5 m2, hanya tinggal 1-12 ekor.
4. Penyebaran : Di daerah terumbu karang seperti : Taka Bone Rate, Pulau
Tanimbar, P. Wetar, Kep. Aru, Kep. Kai, Kep. Banda, P.
Sabang.
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 87.
6. Usaha Budi Daya : Di Indonesia belum ada, namun di beberapa negara sudah
dirintis di pulau, Jepang dan Australia.
7. Perdagangan : Dilarang
8. Lain-lain : Ciri spesifik dari troka ini dengan troka jenis lain adalah :
Trochus niloticus mempunyai warna kemerah-merahan pada
kulit kerangnya.
7. 1. Nama : a. Lokal : Kimia
b. Indonesia : Kimia Tapak Kuda, Kimia Kuku Beruang
c. ingris : horse hoof, Bear Paw clam.
d. Latin / Ilmiah : Hippopus hippopus
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin.
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit Kerang
3. Populasi : Diperkirakan keberadaan binatang ini sangat sedikit yaitu ± 1
ekor setiap 5 m2
4. Penyebaran : Di daerah terumbu karang di Indo Pasific, termasuk di
Indonesia bagian timur.
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS I / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
8. 1. Nama : a. Lokal : Kimia
b. Indonesia : Kima besar
c. Inggris : Small Giant Clam
d. Latin / Ilmiah : Tridacna maxima
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit Kerang
3. Populasi : Diperkirakan 1 ekor setiap 10 m2
4. Penyebaran : Daerah terumbu karang perairan Indonesia
5. Status : dilindungi, berdasarkan SK Menhut No. 12 / KPTS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
9. 1. Nama : a. Lokal : Kimia
b. Indonesia : Kima Safron, Kima Lubang
c. Inggris : Saffron Coloured Giant Clam
d. Latin / Ilmiah : Tridacna crocoa
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit kerang
3. Populasi : Diperkirakan keberadaan binatang ini 2-5 ekor setiap 10 m2
4. Penyebaran : Ekosistem terumbu karang di Indonesia bagian Timur
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang.
10. 1. Nama : a. Lokal : Kimia
b. Indonesia : Kima Sisik, Kimia Seruling
c. Inggris : Scaly clam, Fluted giant clam
d. Latin / Ilmiah : Tridacna aquamosa
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit kerang
3. Populasi : Diperkirakan hanya 1 ekor setiap 10 m2
4. Penyebaran : Di daerah terumbu karang perairan Indonesia
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
11. 1. Nama : a. Lokal : Kimia
b. Indonesia : Kima Raksasa
c. Inggris : Giant Clam
d. Latin / Ilmiah : Tridacna gigas (L.,1758)
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit kerang
3. Populasi : Saat ini populasi Kimia tersebut sudah sedikit, dimana
kepadatannya setiap 20 m2, jumlahnya hanya ± 1 ekor
4. Penyebaran : Di daerah terumbu karang yang tersebar luas di Indonesia
seperti teluk Cendrawasih, Perairan P. Weh, Kepulauan
Bunaken, Taka Bone Rate, Kep. Seribu, Karimun Jawa
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan di Indonesia (dalam penelitian ). Telah
dilakukan di Australia (great Basrier Reet), Repubik Palau
7. Perdagangan : Dilarang
8. lain-lain : Ukuran Cangkang (Shell) dapat mancapai 1 m (100 cm),
merupakan bahan baku pembuatan ubin teraso.
12. 1. Nama : a. Lokal : Kimia
b. Indonesia : Kima Selatan
c. Inggris : Southern giant clam
d. Latin / Ilmiah : Tridacna derasa (ros.,1798)
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit kerang
3. Populasi : Jenis karang Raksasa ini sudah sangat langka
4. Penyebaran : Di perairan Nusantara bagian Timur
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Di Indonesia belum dilakuakn, Tetapi didaerah P. Carolina,
Tonga, Selandia Baru dan Papua Nugini sudah dirintis (Munro
& GWYTHER, 1981)
7. Perdagangan : Dilarang
13. 1. Nama : a. Lokal : Tingkap
b. Indonesia : Ketam Kelapa
c. Inggris : Cocunut / Robber Crab.
d. Latin / Ilmiah : Birgus latro
2. Nomor H.S : a. Ex. 030614000, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030624100, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 030624900, dalam bentuk Kulit kerang
3. Populasi : Tidak diketahui pasti
4. Penyebaran : Diekosistem mangrove pantai-pantai di Sulawesi, Irian jaya,
Jawa, Sumatera, NTT dan Ambon
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
14. 1. Nama : a. Lokal : Mimi
b. Indonesia : Ketam Tapak Kuda
c. Inggris : Horse shoe Crab
d. Latin / Ilmiah : - Tachypleus tridentatus
- Tachypleus gigas
2. Nomor H.S : a. Ex. 030614000, dalam bentuk beku
b. Ex. 030624100, dalam kemasan kedap udara
c. Ex. 030624900, dalam bentuk Lain-lain
3. Populasi : Tidak diketahui pasti
4. Penyebaran : Diekosistem mangrove pantai Timur Sumatera, Pantai Utara
Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Ambon dan NTT, NTB
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
15. 1. Nama : a. Lokal : Akar Bahar
b. Indonesia : Akar Bahar
c. Inggris : Black coral
d. Latin / Ilmiah : Antipathes spp
2. Nomor H.S : Ex. 050800100, dalam bentuk mati
3. Populasi : Jumlahnya sedikit, kepadatannya ± 1 Individu setiap 5 m2
4. Penyebaran : Didaerah terumbu karang perairan Indo Pasific
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 87
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
16. 1. Nama : a. Lokal : Lapar Kenyang (P. Seribu)
b. Indonesia : Albalon
c. Inggris : Albalone, Sea ears
d. Latin / Ilmiah : Haliotis asinina
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791300, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799300, dalam bentuk Lain-lain
3. Populasi : Masih cukup tinggi, dengan perkiraan kepadatan ± 5 ekor
setiap m2
4. Penyebaran : Di daerah pantai berbatu dengan ombak yang kuat terutama
pantai Selatan Jawa, Sulawesi Utara, Irian.
5. Status : Tidak dilindungi
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Bebas
8. Pelaksanaan Ekspor : Setiap perusahaan yang telah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan / Usaha Perikanan
9. Dokumen Yang Diperlukan : a. Surat Keterangan Pengangkutan Hasil Perikanan
(SKPHP)
b. Certficate of Health
17. 1. Nama : a. Lokal : Kerang Putih (Labuan)
b. Indonesia : Kepah
c. Inggris : Cockles
d. Latin / Ilmiah : Meretrix meretrix
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791100, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799300, dalam bentuk Lain-lain
3. Populasi : Cukup tinggi, dengan perkiraan kepadatan ± 20 ekor/2
4. Penyebaran : Di muara sungai dengan dasar pasir lumpur terutama di daerah
pantai Cirebon, labuan-Merak, dan lain-lain
5. Status : Tidak dilindungi
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Bebas
8. Pelaksanaan Ekspor : Setiap perusahaan yang telah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan / Usaha Perikanan
9. Dokumen Yang Diperlukan : a. Surat Keterangan Pengangkutan Hasil Perikanan
(SKPHP)
b. Certficate of Health
18. 1. Nama : a. Lokal : tapis-tapis (P. Seribu)
b. Indonesia : Kerang Mutiara
c. Inggris : Pearly oyster, Mother of Pearl
d. Latin / Ilmiah : - pinctada margaritifera
- Pinctada maxima
2. Nomor H.S : a. Ex. 030710100, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030710200, dalam bentuk Beku
c. Ex. 030710900, dalam bentuk lain-lain
d. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit Kerang
3. Populasi : Untuk jenis yang hidup di alam sudah mulai menurun dengan
kepadatan ± 1-2 ekor per 5 m2
4. Penyebaran : Di daerah terumbu karang
5. Status : Tidak dilindungi
6. Usaha Budi Daya : Sudah dilakukan, terutama di daerah NTB, Maluku, Irian,
Sulut ( bitung), dobo
7. Perdagangan : Bebas
8. Pelaksanaan Ekspor : Setiap perusahaan yang telah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan / Usaha Perikanan
9. Dokumen Yang Diperlukan : a. Surat Keterangan Pengangkutan Hasil Perikanan
(SKPHP)
b. Certficate of Health
19. 1. Nama : a. Lokal : Teripang Pasir
b. Indonesia : Teripang, Ketimun laut
c. Inggris : Sea cucumber
d. Latin / Ilmiah : Holothuria scabra
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
3. Populasi : Sudah mulai menurun sebagai akibat pencarian yang terus
menerus. Diperkirakan kepadatannya 1-10 ekor/50 m2
4. Penyebaran : Di daerah terumbu karang dan Padang Lamun perairan
Indonesia.
5. Status : Tidak dilindungi
6. Usaha Budi Daya : Sudah dilakukan/dirintis di Lampung, Maluku dan Sulawesi
7. Perdagangan : Bebas
8. Pelaksanaan Ekspor : Setiap perusahaan yang telah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan / Usaha Perikanan
9. Dokumen Yang Diperlukan : a. Surat Keterangan Pengangkutan Hasil Perikanan
(SKPHP)
b. Certficate of Health
Lain-lain :
Jenis-jenis Teripang komersil selain yang di atas antara lain :
- Teripang Nanas (Thelonota ananas)
- Teripang Lotong (Actino pyga miliaris)
- Teripang Susuan (Holothuria nobilis)
20. 1. Nama : a. Lokal : Srindit Hijau
b. Indonesia : Kerang Hijau
c. Inggris : Green Edible Oyster
d. Latin / Ilmiah : Perna viridis
2. Nomor H.S : a. Ex. 030721000, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030729100, dalam bentuk Beku
c. Ex. 030729900, dalam bentuk Lain-lain
3. Populasi : Masih sangat tinggi dengan perkiraan produksi ± 100 kg setiap
hari
4. Penyebaran : Di daerah muara sungai, pantai Utara Jawa, Sumatera
Utara/Selatan, Kalimantan, Sulawesi dan Irian.
5. Status : Tidak dilindungi
6. Usaha Budi Daya : Sudah dilakukan, yaitu di daerah DKI Jakarta (Muara Kamal),
Lampung, NTB
7. Perdagangan : Bebas
8. Pelaksanaan Ekspor : Setiap perusahaan yang telah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan / Usaha Perikanan
9. Dokumen Yang Diperlukan : a. Surat Keterangan Pengangkutan Hasil Perikanan
(SKPHP)
b. Certficate of Health
21. 1. Nama : a. Lokal : Penyu Kembang, Penyu Genteng, Penyu
Kantong Semar
b. Indonesia : Penyu Sisik
c. Inggris : Hawksbill Turtle
d. Latin / Ilmiah : Eretmochelys imbricata
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit (batok)
3. Populasi : Rawan (Depleted)
4. Penyebaran : Lampung, Jabar, jateng, Jatim, bali, NTT, NTB, kalbar, Kalsel,
Sulawesi
5. Status : Dilindungi, berdasarkan SK. Menhut No. 12 / KPTS II / 92
6. Usaha Budi Daya : Sudah dilakukan, terbatas pada usaha penetasan telor secara
alami/semi alami, di mana daerah penetasan ditetapkan
sebagai daerah cagar alam.
7. Perdagangan : Dilarang
22. 1. Nama : a. Lokal : Penyu Slengkrah, Penyu Abu-abu
b. Indonesia : Penyu Ridel
c. Inggris : Grey olive loggerhead
d. Latin / Ilmiah : Lepidochelys olivacea
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Langka
4. Penyebaran : Nusa kambangan, Sukamade (Jatim), Bali, Pantai Utara kepala
burung dan Kep. Raja Ampat di Irja.
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Mentan No. 716/KPTS/UM/10/80
6. Usaha Budi Daya : Sudah dilakuikan, berupa penetasan telor Penyu secara alami /
semi alami di mana daerah penetasannya biasanya ditetapkan
sebagai daerah cagar alam (Sukamande, Pengembahan, Bali)
7. Perdagangan : Dilarang
23. 1. Nama : a. Lokal : Penyu Karet, Penyu Bromo
b. Indonesia : Penyu Tempayan
c. Inggris : Red Brown loggerhead
d. Latin / Ilmiah : Careta caretta
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Langka
4. Penyebaran : Kalbar (Palak-Sambas), kep, banggai, Taka Bonerate, Maluku
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Mentan No. 716/KPTS/UM/10/80
6. Usaha Budi Daya : Sudah dilakuikan, berupa penetasan telor Penyu secara alami /
semi alami di mana daerah penetasannya biasanya ditetapkan
sebagai daerah cagar alam (Bali, sukamande, Pengumbahan)
7. Perdagangan : Dilarang
24. 1. Nama : a. Indonesia : Penyu Hijau
b. Inggris : Green turtle
c. latin / Ilmiah : Chelonia mydas
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Tidak diketahui pasti
4. Penyebaran : Di seluruh Perairan Nusantara, terutama di Jabar
(Pangumbahan), Sukamade, Jatim, Madura, Flores, sumut,
Dan lain-lain
5. Status : Tidak dilindungi, dengan kuota tangkap terbatas
6. Usaha Budi Daya : Sudah dilakuikan, berupa penetasan telor Penyu secara alami /
semi alami di mana daerah penetasannya biasanya ditetapkan
sebagai daerah cagar alam.
7. Perdagangan : Perdagangan internasional dilarang
Perdagangan dalam negeri terbatas
25. 1. Nama : a. Lokal : Penyu Kantong, Penyu Mabo
b. Indonesia : Penyu Belimbing
c. Inggris : Leatherback turtle
d. Latin / Ilmiah : Dermochelys coriacea
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Langka
4. Penyebaran : Lampung, Jabar (Ujung Kulon), Jatim (Suka Made,
Blambangan)
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Mentan No. 327/KPTS/5 /UM/‍78
6. Usaha Budi Daya : Sudah dilakuikan, berupa penetasan telor Penyu secara alami /
semi alami.
7. Perdagangan : Dilarang
26. 1. Nama : a. Indonesia : Penyu Pipih
b. Inggris : Flat back turtle
c. Latin / Ilmiah : Natator depressa
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Jarang
4. Penyebaran : Perairan Indonesia bagian timur yang berdekatan dengan
perairan Australia
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Menhut No. 882/KPTS II/92
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
27. 1. Nama : a. Indonesia : Kura-kura Irian leher pendek
b. Inggris : Guniea Snapper
c. Latin / Ilmiah : Elseya novaeguinea
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Langka
4. Penyebaran : Perairan / Rawa-rawa di Irian Jaya
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Mentan No. 716/KPTS/UM/10/80
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
28. 1. Nama : a. Indonesia : Kura-kura Irian leher panjang
b. Inggris : Long necked tortoise
c. Latin / Ilmiah : Chelodina siebenrocki
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Terbatas (di Irian)
4. Penyebaran : Perairan / Rawa-rawa di Irian Jaya
5. Status : Tidak dilindungi
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Bebas
8. Pelaksanaan Ekspor : Setiap perusahaan yang telah terdaftar sebagai Eksportir Fauna
& Flora
9. Dokumen Yang Diperlukan : a. CITES Export Permit
b. Certificate of health
29. 1. Nama : a. Indonesia : Kura-kura Irian
b. Inggris : Irian Tortoise
c. Latin / Ilmiah : caretochelys insculpta
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Langka
4. Penyebaran : Di sungai dan perairan umum Irian Jaya
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Mentan No. 327/KPTS/5 /UM/‍78
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
30. 1. Nama : a. Indonesia : Kura-kura Gading
b. Inggris : Aquatic tortoise
c. Latin / Ilmiah : Orlitia bornaensis
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050800290, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Langka
4. Penyebaran : Di sungai dan perairan umum Sumatera, kalimantan
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Mentan No. 327/KPTS/‍‍5 /UM/‍80
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
31. 1. Nama : a. Indonesia : Tuntong
b. Inggris : River terrapin
c. Latin / Ilmiah : Batagur baska
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Langka
4. Penyebaran : Sungai / perairan umum Sumatera
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Mentan No. 327/KPTS/‍‍5 /UM/‍78
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
32. 1. Nama : a. lokal : bulus
b. Indonesia : labi-labi kecil
c. Inggris : Soft shelled Turtle
d. Latin / Ilmiah : Trionyx cartilagineous
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Belum diketahui pasti jumlanya
4. Penyebaran : Perairan umum Sumatera, kalimantan, Jawa.
5. Status : Tidak dilindungi
6. Usaha Budi Daya : Sudah dikalukan
7. Perdagangan : Bebas
8. Pelaksanaan Ekspor : Setiap perusahaan yang telah terdaftar sebagai Eksportir Fauna
& Flora
9. Dokumen Yang Diperlukan : a. CITES Export Permit
b. Certificate of health
33. 1. Nama : a. Lokal : bulus raksasa
b. Indonesia : Labi-labi besar
c. Inggris : giant fresh water turtle
d. Latin / Ilmiah : Chitra indica
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Sudah mulai menurun
4. Penyebaran : P. Jawa, Sumatera dan Kalimantan
5. Status : Dilindungi,berdasarkan SK. Mentan No. 327/KPTS/‍5 /UM/‍78
6. Usaha Budi Daya : Belum dilakukan
7. Perdagangan : Dilarang
34. 1. Nama : a. Indonesia : kura-kura darat
b. Inggris : Land turtle
c. Latin / Ilmiah : Indotestudo forsteni
2. Nomor H.S : a. Ex. 030791900, dalam bentuk Hidup, Segar, Dingin
b. Ex. 030799900, dalam bentuk Lain-lain
c. Ex. 050790100, dalam bentuk Kulit / batok
3. Populasi : Masih cukup banyak
4. Penyebaran : Perairan Sumatera, kalimantan, dan Irian jaya
5. Status : Tidak dilindungi, dengan kuota tangkap
6. Usaha Budi Daya : Sudah dikalukan
7. Perdagangan : Bebas
8. Pelaksanaan Ekspor : Setiap perusahaan yang telah terdaftar sebagai Eksportir Fauna
& Flora
9. Dokumen Yang Diperlukan : a. CITES Export Permit
b. Certificate of health