Dokumen ini membahas tentang penerapan nilai-nilai murni dalam pengajaran Bahasa Melayu di sekolah rendah. Ia menjelaskan pentingnya menanamkan 17 nilai murni seperti kejujuran, kerjasama, dan kasih sayang kepada murid-murid untuk membentuk insan yang berakhlak mulia. Guru perlu menggunakan pelbagai teknik seperti cerita teladan, peribahasa, dan interaksi di dalam kelas untuk menyerap
01. silabus pendidikan agama islam dan bp sd versi 120216IAIN Pekalongan
Silabus ini menjelaskan kerangka pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk jenjang SD/MI. Ia menjabarkan kompetensi yang diharapkan, materi pelajaran, dan kegiatan pembelajaran untuk setiap kelas, serta menekankan pengembangan akhlak mulia dan karakter peserta didik melalui pembelajaran berbasis aktivitas.
01. silabus pendidikan agama islam dan bp sd versi 120216IAIN Pekalongan
Silabus ini menjelaskan kerangka pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk jenjang SD/MI. Ia menjabarkan kompetensi yang diharapkan, materi pelajaran, dan kegiatan pembelajaran untuk setiap kelas, serta menekankan pengembangan akhlak mulia dan karakter peserta didik melalui pembelajaran berbasis aktivitas.
Dokumen tersebut membahas strategi pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia, mulai dari tingkat nasional hingga satuan pendidikan. Strateginya mencakup sosialisasi, pengembangan regulasi, peningkatan kapasitas, implementasi, kerjasama, dan monitoring evaluasi. Pendidikan karakter akan diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar, pengembangan budaya sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan di rumah dan masyarakat. Satuan p
Pembinaan Toleransi di Satuan PendidikanErhaEdukasi
Workshop pembinaan kerohanian sebagai upaya mencegah intoleransi di satuan pendidikan Kemendikbud bertujuan untuk membina sikap toleransi siswa melalui metode pembiasaan, keteladanan, nasihat, dan disiplin positif serta mengatasi faktor penghambat seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya toleransi. DPA di sekolah diterapkan untuk menangani krisis akibat intoleransi dengan prinsip lihat, dengarkan, tenang
Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini untuk membentuk kepribadian yang unggul dan memiliki moral yang baik. Pendidikan karakter perlu dilakukan melalui penanaman nilai-nilai luhur, pengembangan kompetensi serta pembiasaan perilaku yang positif.
Mewujudkan Toleransi di Satuan PendidikanErhaEdukasi
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya toleransi di satuan pendidikan. Ia menjelaskan definisi toleransi, contoh penerapan toleransi di sekolah, dan solusi untuk mengembangkan toleransi antara siswa dari berbagai latar belakang.
Dokumen tersebut membahas konsep dan strategi penanganan intoleransi di SMA, yang mencakup pendidikan karakter sebagai fondasi, peningkatan pemahaman kewarganegaraan, dan pemahaman agama yang damai untuk mencegah radikalisme. Strateginya adalah melibatkan siswa dalam kerukunan antaragama, dialog, kampanye perdamaian, dan kegiatan solidaritas untuk membangun toleransi.
Disampaikan oleh Dr Teti Rahmawati,S.Pd.,M.Si. dan Indah Budiati,M.Il dan Nurul Fajri,M.Pd.
Pada kegiatan Workshop Pembinaan Kerohanian Dalam Rangka Pencegahan Intoleransi di Satuan Pendidikan
Dokumen ini membahas strategi pendidikan karakter bangsa di sekolah, termasuk 18 pilar karakter utama, prinsip penerapannya melalui seluruh mata pelajaran dan kegiatan sekolah, serta evaluasi berkelanjutan untuk mengukur pencapaian siswa. Dokumen ini juga menyarankan perubahan kurikulum dan pengajaran di sekolah untuk lebih menekankan pendidikan karakter.
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Fandy Neta
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan karakter dan bentuk-bentuk pembelajaran terpadu yang berkarakter. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia. Ada tiga bentuk pembelajaran terpadu yaitu kurikulum terpadu, hari terpadu, dan pembelajaran terpadu.
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang baik melalui penanaman nilai-nilai utama seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, ingin tahu, dan semangat kebangsaan. Nilai-nilai tersebut ditanamkan secara terpadu melalui kurikulum akademik dan kegiatan sekolah. Guru berperan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
Peraturan Presiden ini mengatur tentang penguatan pendidikan karakter di Indonesia melalui penyelenggaraan program penguatan pendidikan karakter di berbagai jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan melibatkan satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan karakter dipandang perlu untuk membangun moral dan karakter generasi muda mengingat menurunnya kualitas sikap anak-anak dewasa ini. Kurikulum pendidikan perlu direvisi untuk menanamkan nilai-nilai karakter mulai dari eksplorasi, elaborasi, hingga konfirmasi pembelajaran di setiap mata pelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan karakter yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi individu yang berkarakter baik dan siap bertanggung jawab, dengan menanamkan nilai-nilai seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan demokratis melalui kegiatan pembelajaran yang melibatkan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Dokumen tersebut membahas strategi pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia, mulai dari tingkat nasional hingga satuan pendidikan. Strateginya mencakup sosialisasi, pengembangan regulasi, peningkatan kapasitas, implementasi, kerjasama, dan monitoring evaluasi. Pendidikan karakter akan diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar, pengembangan budaya sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan di rumah dan masyarakat. Satuan p
Pembinaan Toleransi di Satuan PendidikanErhaEdukasi
Workshop pembinaan kerohanian sebagai upaya mencegah intoleransi di satuan pendidikan Kemendikbud bertujuan untuk membina sikap toleransi siswa melalui metode pembiasaan, keteladanan, nasihat, dan disiplin positif serta mengatasi faktor penghambat seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya toleransi. DPA di sekolah diterapkan untuk menangani krisis akibat intoleransi dengan prinsip lihat, dengarkan, tenang
Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini untuk membentuk kepribadian yang unggul dan memiliki moral yang baik. Pendidikan karakter perlu dilakukan melalui penanaman nilai-nilai luhur, pengembangan kompetensi serta pembiasaan perilaku yang positif.
Mewujudkan Toleransi di Satuan PendidikanErhaEdukasi
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya toleransi di satuan pendidikan. Ia menjelaskan definisi toleransi, contoh penerapan toleransi di sekolah, dan solusi untuk mengembangkan toleransi antara siswa dari berbagai latar belakang.
Dokumen tersebut membahas konsep dan strategi penanganan intoleransi di SMA, yang mencakup pendidikan karakter sebagai fondasi, peningkatan pemahaman kewarganegaraan, dan pemahaman agama yang damai untuk mencegah radikalisme. Strateginya adalah melibatkan siswa dalam kerukunan antaragama, dialog, kampanye perdamaian, dan kegiatan solidaritas untuk membangun toleransi.
Disampaikan oleh Dr Teti Rahmawati,S.Pd.,M.Si. dan Indah Budiati,M.Il dan Nurul Fajri,M.Pd.
Pada kegiatan Workshop Pembinaan Kerohanian Dalam Rangka Pencegahan Intoleransi di Satuan Pendidikan
Dokumen ini membahas strategi pendidikan karakter bangsa di sekolah, termasuk 18 pilar karakter utama, prinsip penerapannya melalui seluruh mata pelajaran dan kegiatan sekolah, serta evaluasi berkelanjutan untuk mengukur pencapaian siswa. Dokumen ini juga menyarankan perubahan kurikulum dan pengajaran di sekolah untuk lebih menekankan pendidikan karakter.
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Fandy Neta
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan karakter dan bentuk-bentuk pembelajaran terpadu yang berkarakter. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia. Ada tiga bentuk pembelajaran terpadu yaitu kurikulum terpadu, hari terpadu, dan pembelajaran terpadu.
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang baik melalui penanaman nilai-nilai utama seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, ingin tahu, dan semangat kebangsaan. Nilai-nilai tersebut ditanamkan secara terpadu melalui kurikulum akademik dan kegiatan sekolah. Guru berperan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
Peraturan Presiden ini mengatur tentang penguatan pendidikan karakter di Indonesia melalui penyelenggaraan program penguatan pendidikan karakter di berbagai jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan melibatkan satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan karakter dipandang perlu untuk membangun moral dan karakter generasi muda mengingat menurunnya kualitas sikap anak-anak dewasa ini. Kurikulum pendidikan perlu direvisi untuk menanamkan nilai-nilai karakter mulai dari eksplorasi, elaborasi, hingga konfirmasi pembelajaran di setiap mata pelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan karakter yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi individu yang berkarakter baik dan siap bertanggung jawab, dengan menanamkan nilai-nilai seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan demokratis melalui kegiatan pembelajaran yang melibatkan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan karakter di sekolah, dengan mendefinisikan pendidikan karakter, menjelaskan penerapannya dalam pembelajaran di kelas, dan menyebutkan nilai-nilai karakter yang dapat diajarkan. Dokumen ini juga membahas dasar penerapan pendidikan karakter yang dimulai dari tingkat sekolah dasar.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pendidikan karakter bagi perkembangan peserta didik secara utuh. Pendidikan karakter dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan menurunkan perilaku negatif, serta faktor penentu keberhasilan seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh karakter daripada kecerdasan intelektual. Guru berperan menanamkan nilai-nilai karakter melalui kegiatan pendahuluan, inti, dan
1. Bahan pengajaran bahasa Melayu menyerap ilmu dari pelbagai mata pelajaran dan bidang untuk meluaskan wawasan pelajar.
2. Aktiviti pengajaran bahasa Melayu membentuk nilai murni dan sikap patriotik pelajar melalui pendekatan tidak langsung.
3. Pengajaran bahasa Melayu menekankan penguasaan peraturan sosio-budaya dan kemahiran bernilai tambah.
Makalah ini membahas tentang fungsi dan peran lembaga pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama dan dasar pendidikan moral bagi anak. Sekolah melanjutkan pendidikan keluarga secara teratur dan memberikan pengetahuan serta keterampilan. Masyarakat memberikan pendidikan non-formal yang meluas. Ketiga lembaga tersebut saling berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan membent
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan di Malaysia yang bertujuan untuk membangun potensi individu secara menyeluruh agar menghasilkan warga negara yang berilmu, berketerampilan, berakhlak mulia, dan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Sekolah memainkan peran penting dalam merealisasikan falsafah pendidikan nasional melalui aspek kepimpinan, budaya sekolah, kurikulum ekstrakurikuler, dan g
Teks tersebut membahas pentingnya pendidikan karakter melalui kegiatan kepramukaan. Kepramukaan dijelaskan sebagai salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa melalui kode kehormatan pramuka yang mencakup delapan belas darma. Tujuan akhirnya adalah membentuk karakter siswa menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, dan berguna bagi bangsa.
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral KBSR. Terdapat lima bidang pembelajaran yang dikenal pasti untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada murid, iaitu nilai berkaitan dengan perkembangan diri, diri dan keluarga, diri dan masyarakat, diri dan alam sekitar, serta diri dan negara. Huraian Sukatan Pelajaran ini menjelaskan format empat lajur yang digunakan untuk mem
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral KBSR. Terdapat lima bidang pembelajaran yang dikenal pasti untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada murid, iaitu nilai berkaitan dengan perkembangan diri, diri dan keluarga, diri dan masyarakat, diri dan alam sekitar, serta diri dan negara. Matlamatnya adalah membentuk insan yang berakhlak mulia, bertanggungjawab dan
Dokumen ini berisi ringkasan tentang Huraian Sukatan Pelajaran Pendidikan Moral KBSR. Terdapat lima bidang pembelajaran yang mencakupi nilai-nilai moral yang berkaitan dengan perkembangan diri, diri dan keluarga, diri dan masyarakat, diri dan alam sekitar, serta diri dan negara. Program pendidikan moral bertujuan untuk membentuk siswa menjadi insan yang bermoral melalui pengembangan pemikiran, perasaan, dan tind
1. PENGISIAN KURIKULUM BM
(NILAI MURNI)
YUZIAMI BINTI YUSOF
NORALFALINA BINTI ALI
NUR AZIANTI BINTI ISMAIL
ILI IZDIHAR BINTI MOHAMAD
NOR SHUHADA BINTI MAT SHUKI
SITI NOOR NABILAH BINTI ROSDI
2. PENGENALAN
Aspek kedua dalam senarai pengisian
kurikulum Bahasa Melayu sekolah
rendah ialah nilai.
Semasa praktikum, aspek ini mesti
diberi keutamaan yang lebih atas dua
sebab.
3. Pertama, penerapan nilai tercatat dua kali dalam
borang penilaian praktikum, iaitu dalam bahagian
perancangan dan dalam bahagian pelaksanaan.
Ertinya, wajarannya tinggi berbanding dengan
aspek pengisian kurikulum yang lain.
Kedua, penulisan objektif afektif hendaklah
berdasarkan nilai murni. Jadi, tanpa nilai murni
sebahagian daripada objektif pembelajaran pasti
tidak akan tercapai. Oleh hal demikian, guru
Bahasa Melayu mesti menyerapkan nilai murni
dalam setiap pelajaran.
4. Sukatan pelajaran mencatatkan bahawa
penerapan nilai murni dalam pendidikan
Bahasa Melayu adalah untuk melahirkan
insan yang baik serta memiliki akhlak
mulia.
Selain itu, penghayatan dan amalan nilai
murni bertujuan untuk membentuk
generasi muda yang berhemah tinggi dan
berperibadi mulia.
5. Pemahaman dan kesedaran tentang nilai
murni masyarakat Malaysia perlu dipupuk
sama ada secara langsung atau tidak
langsung, selaras dengan nilai sejagat.
Tegasnya, usaha guru menerapkan nilai
murni di sekolah merupakan amalan
menghayati Falsafah Pendidikan
Kebangsaan. Jadi, sudah sewajarnya
aspek ini dilaksanakan dengan segala
kesungguhan.
6. Selain itu, penekanan terhadap nilai murni
selaras dengan hasrat Wawasan 2020
untuk membentuk generasi baharu dengan
acuan kita sendiri, iaitu generasi yang
sarat dengan nilai murni.
Kini, di bawah gagasan Satu Malaysia,
penekanan terhadap nilai murni di sekolah
rendah menjadi bertambah penting.
Apabila kita teliti, nilai murni di sekolah
rendah terangkum dalam lapan nilai Satu
Malaysia.
7. Di bawah ini disenaraikan 17 nilai murni dengan
sedikit ulasannya.
1. Baik Hati … sikap mengambil berat terhadap
perasaan dan kebajikan orang lain secara ikhlas
yang dapat dilihat dengan menilai tindak tanduk
seseorang terhadap orang lain.
2. Berdikari … kebolehan dan kesanggupan
melakukan sesuatu tanpa bergantung pada
orang lain yang terjelma juga melalui rasa
tanggungjawab, berupaya bertindak sendiri, jaya
diri dan yakin pada diri sendiri.
8. 3. Hemah Tinggi … budi pekerti dan
tingkah laku yang mulia dan lemah
lembut serta budi bahasa yang patut
diamalkan oleh seseorang dalam
hubungannya dengan anggota
masyarakat yang lain; terjelma melalui
kesopanan, mengakui kesalahan diri,
dan ramah mesra.
9. 4. Hormat-menghormati … menghargai
dan memuliakan seseorang dan institusi
sosial dengan memberikan layanan yang
sopan; antara lain terjelma melalui
ketaatan terhadap ibu bapa, orang yang
lebih tua, guru, rakan, jiran tetangga, dan
pemimpin; dan terjelma juga melalui
hormat kepada raja dan negara, patuh
kepada undang-undang dan menghargai
maruah diri.
10. 5. Kasih Sayang … perasaan cinta, kasih
dan sayang yang mendalam dan berkekalan
yang lahir daripada hati yang rela terhadap
sesuatu; termasuk sayang/cinta akan nyawa,
alam sekitar, negara dan keamanan.
6. Keadilan … perlakuan, pertuturan dan
keputusan yang saksama serta tidak berat
sebelah; termasuk juga saksama.
11. 7. Kebebasan … dapat melakukan sesuatu
tanpa batasan asalkan kebebasan itu
tertakluk pada peraturan dan undang-undang
agama, masyarakat dan negara; terjelma
melalui kebebasan di sisi undang-undang dan
kebebasan dalam sistem demokrasi.
8. Semangat Bermasyarakat … kesediaan
melakukan sesuatu berdasarkan semangat
kekitaan seperti bermuafakat, kejiranan dan
peka tentang isu sosial dan masyarakat.
12. 9. Keberanian … kesanggupan seseorang
untuk menghadapi cabaran dengan yakin
dan tabah hati; termasuk berani tanpa
membuta tuli, berani kerana benar, berani
mempertahankan pendirian, dan berani
bertanggungjawab.
10. Kebersihan Fizikal dan Mental …
kebersihan diri dan kebersihan
persekitaran; terjelma melalui pertuturan,
kelakuan, pemikiran dan amalan
kerohanian.
13. 11. Kejujuran … sikap dan perlakuan
yang menunjukkan niat baik, amanah dan
ikhlas tanpa mengharapkan sebarang
balasan; termasuk amanah, bercakap
benar, dan ikhlas.
12. Kerajinan … usaha secara berterusan
yang penuh dengan semangat ketekunan
dan dedikasi dalam melakukan sesuatu
perkara; terjelma melalui kecekalan, daya
usaha, dedikasi, gigih dan tekun.
14. 13. Kerjasama … usaha yang baik
dan membina yang dilakukan secara
bersama-sama pada peringkat
individu, komuniti, masyarakat atau
negara untuk mencapai sesuatu
matlamat; termasuk persaudaraan,
tanggungjawab bersama, gotong-
royong, toleransi, kebaikan bersama
dan perpaduan.
15. 14. Kesederhanaan … sikap tidak
keterlaluan dalam membuat pertimbangan
dan tindakan sama ada dalam pemikiran,
pertuturan atau perlakuan supaya sesuai
dengan norma dan nilai masyarakat;
secara umum sederhana dalam
mempertimbangkan kepentingan diri dan
kepentingan orang lain.
16. 15. Kesyukuran … perasaan dan
perlakuan yang dilahirkan secara
ikhlas atas nikmat dan kesenangan
yang diperoleh; termasuk berterima
kasih, mengenang budi, dan
menghargai seseorang/sesuatu--fokus
utama ialah kesyukuran kepada
Tuhan.
17. 16. Patriotisme … semangat cinta akan
negara, taat setia kepada raja dan
sanggup berkorban demi negara.
17. Rasional … dapat berfikir dengan
berdasarkan alasan dan bukti yang nyata
dan dapat melakukan tindakan yang wajar
tanpa dipengaruhi oleh perasaan;
termasuk mampu membuat pertimbangan,
berfikir logik dan bersifat terbuka.
18. Sebenarnya, penerapan nilai murni berlaku
secara berterusan dalam hidup kita sama
ada dalam masyarakat, di rumah,
mahupun di sekolah. Di sekolah pula
penyerapan nilai murni dapat berlaku di
luar dan di dalam bilik darjah.
Penerapan nilai murni di dalam bilik darjah
dilakukan secara lebih terancang, siap
dengan objektif afektifnya, dan
dilaksanakan dengan teknik-teknik
tertentu.
19. Cara termudah untuk menyerapkan nilai
murni adalah dengan menyatakan atau
meneguhkan nilai yang berkenaan kepada
murid. Misalnya, ketika beraktiviti dalam
kumpulan seorang murid menunjukkan
toleransi (seperti menarik diri) demi
kepentingan kumpulannya.
20. Antara ulasan yang dapat diberikan oleh
guru kepada kelas pada masa yang
sesuai (seperti selepas pembentangan
oleh kumpulan itu) ialah menyatakan
situasi toleransi (subnilai kerjasama)
murid itu dan meminta murid-murid lain
mencontohi tindakannya.
Jika berkesempatan hal ini dapat dikaitkan
dengan situasi lain seperti ketika
berkhidmat dalam angkatan tentera.
21. Satu cara lain yang lebih lazim untuk
menerapkan nilai-nilai murni adalah
dengan menggunakan bahan-bahan
bacaan sesuai seperti peribahasa dan
cerita teladan. Satu daripada aktiviti
susulan selepas aktiviti bacaan ialah murid
menyatakan atau mengulas nilai murni itu.
22. Paling tidak, guru menyatakan pengajaran
sesuatu cerita. Sebagai contoh, selepas
menceritakan kisah “Gagak dengan Takar”,
dinyatakan subnilai kerajinan, iaitu
kecekalan dan daya usaha gagak
membuahkan kejayaan atau dengan
peribahasa “usaha tangga kejayaan.”
Walau bagaimanapun, tentulah lebih baik
lagi jika nilai itu dinyatakan oleh murid
sendiri kepada kelas atau kumpulannya.
23. Sesungguhnya guru mempunyai peluang
yang sangat banyak untuk menerapkan
nilai murni semasa berinteraksi dengan
murid di dalam bilik darjah. Sebenarnya,
sistem bahasa itu sendiri mengutamakan
nilai murni seperti kesantunan berbahasa.
Ketika mengajarkan bahan yang
mengandungi maklumat pula, kemahiran
murid untuk menyampaikan maklumat itu
perlu dititikberatkan.
24. Pendeknya hampir kesemua aktiviti di dalam bilik
darjah dapat dimanipulasi untuk menerapkan
nilai murni sama ada dengan cara meminta
murid menjadikan perkara baik sebagai teladan
atau meminta mereka menjadikan perkara buruk
sebagai sempadan.
Yang penting guru mesti menyedari akan
kewujudan nilai itu, menyerlahkannya kepada
kelas dan memberikan peneguhan kepada murid
untuk mengamalkan nilai itu. Pendek kata,
penerapan nilai murni mudah dan memang
sentiasa dapat dilaksanakan.