powerpoint mengenai hukum perusahaan yang meliputi pengertian, dasar huku, perusahaan perseorangan dan persekutuan perdata, dan jenis-jenis dari badan usaha
powerpoint mengenai hukum perusahaan yang meliputi pengertian, dasar huku, perusahaan perseorangan dan persekutuan perdata, dan jenis-jenis dari badan usaha
tidak terlalu maksimal, karena sebenarnya ini bukan tugas yang dikumpulkan ke dosen. tapi, aku sudah berusaha sampai pusing kepala.. haha
catatan ini untuk keperluan ujian hukum perdata ku di kampus
Hukum perbankan (banking law), yakni merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-lainnya yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut (Munir Fuady, 1999: 14).
Legal Writing – Cont’d
Mulai dengan menulis untuk kepentingan hukum (penulisan hukum)
Penting sekali untuk praktisi hukum seperti advokat, hakim, in-house lawyers, jaksa, dll
Tujuan : Untuk menginformasikan, membujuk, mencatat suatu hal penting
Untuk hakim, jika ditulis secara tidak baik atau bahkan salah maka pesan yang mau disampaikan tidak akan tercapai. Jika ini adalah suatu putusan pengadilan, maka putusan tersebut tentu berisiko dibantah lebih lanjut (upaya hukum seperti banding, kasasi, dll)
Untuk advokat, jika salah menulis bahasa hukum maka bisa kalah di suatu kasus, kehilangan klien, dokumen menjadi ambigu tidak jelas (berakibat sengketa), malpraktik, dll
Terdapat tiga tipe :
Untuk menginformasikan, misalnya surat kepada klien, surat kepada pihak ketiga, nasihat hukum dan memo. Surat termasuk komunikasi elektronik seperti surat elektronik dan WhatsApp misalnya
Untuk membujuk, misalnya gugatan, memori banding, memori kasasi
Untuk mencatat atau mendokumentasikan, misalnya akta, kontrak, wasiat, resolusi rapat umum pemegang saham, dll
tidak terlalu maksimal, karena sebenarnya ini bukan tugas yang dikumpulkan ke dosen. tapi, aku sudah berusaha sampai pusing kepala.. haha
catatan ini untuk keperluan ujian hukum perdata ku di kampus
Hukum perbankan (banking law), yakni merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-lainnya yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut (Munir Fuady, 1999: 14).
Legal Writing – Cont’d
Mulai dengan menulis untuk kepentingan hukum (penulisan hukum)
Penting sekali untuk praktisi hukum seperti advokat, hakim, in-house lawyers, jaksa, dll
Tujuan : Untuk menginformasikan, membujuk, mencatat suatu hal penting
Untuk hakim, jika ditulis secara tidak baik atau bahkan salah maka pesan yang mau disampaikan tidak akan tercapai. Jika ini adalah suatu putusan pengadilan, maka putusan tersebut tentu berisiko dibantah lebih lanjut (upaya hukum seperti banding, kasasi, dll)
Untuk advokat, jika salah menulis bahasa hukum maka bisa kalah di suatu kasus, kehilangan klien, dokumen menjadi ambigu tidak jelas (berakibat sengketa), malpraktik, dll
Terdapat tiga tipe :
Untuk menginformasikan, misalnya surat kepada klien, surat kepada pihak ketiga, nasihat hukum dan memo. Surat termasuk komunikasi elektronik seperti surat elektronik dan WhatsApp misalnya
Untuk membujuk, misalnya gugatan, memori banding, memori kasasi
Untuk mencatat atau mendokumentasikan, misalnya akta, kontrak, wasiat, resolusi rapat umum pemegang saham, dll
Download Full Version (Format MS Word DOC.): http://www.legalakses.com/contoh-contoh-surat-perjanjian-2/
Perjanjian Usaha Bersama ini berisi ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang hubungan kerja sama untuk mendirikan dan menjalankan suatu usaha bersama dalam bentuk persekutuan perdata, yaitu dengan cara memasukan modal (inbreng) dan membagi keuntungan yang terjadi karenanya.
Materi kali ini kita akan membahas terkait pendirian yayasan. Yayasan sebagaimana kita ketahui bahwa merupakan salah satu bentuk badan hukum yang bertujuan utama non profit di bidang pendidikan, agama, sosial. Materi ini akan membahas tata cara pendirian, syarat pembubaran maupun topik lainnya yang berkaitan.
2. Bukti (kekuatan, bentuk)
Status obyek (tanggungan, waris, milik sendiri, jaminan)
Status pihak (jabatan, status, hak, kewajiban)
Surat / dokumen pendukung (berita acara serah terima, surat
kuasa, akta)
Administrasi (pengarsipan, keterkaitan dengan bukti
pendukung)
Ijin dari departemen terkait (BPN, depsos, PN, Depkumham)
Akibat hukum
3. Bentuk usaha (yayasan, CV, PT, dll)
Status hukum badan
Status objek (jika ada : hibah, hadiah, wakaf)
Status hukum pihak
Pertanggungjawaban (harta perusahaan, harta
sendiri, hubungan dengan pihak ke-3)
Kepengurusan (hak & kewajiban)
Deviden / pembagian hasil
Akibat hukum
5. Minimal didirikan oleh satu orang atau lebih.
Yang dimaksud “Satu orang” di sini bisa berupa orang perorangan,
bisa juga berupa badan hukum. Pendiri yayasan boleh WNI, tapi
juga boleh orang asing (WNA atau Badan hukum asing). Namun
demikian, untuk pendirian yayasan oleh orang asing atau bersama-
sama dengan orang asing akan ditetapkan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah (pasal 9 ayat 5).
Pendiri tersebut harus memisahkan kekayaan pribadinya
dengan kekayaan Yayasan.
Hal ini sama seperti PT, dimana pendiri “menyetorkan” sejumlah
uang kepada Yayasan, untuk kemdian uang tersebut selanjutnya
menjadi Modal awal/kekayaan Yayasan.
Dibuat dalam bentuk akta Notaris yang kemudian di ajukan
pengesahannya pada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia,
serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia
6. yayasan terdiri atas Pembina pengurus dan
pengawas
yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih
dengan memisahkan sebagian harta kekayaan
pendiriannya sebagai kekayaan awal
pendirian yayasan dilakukan dengan akta
notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia
yayasan dapat didirikan berdasarkan surat
wasiat
7. yayasan yang didirikan oleh orang asing atau bersama
orang asing, mengenai syarat dan tata cara pendiriannya
diatur dengan peraturan pemerintah
yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta
pendirian yayasan memperoleh pengesahan dari mentri
yayasan tidak boleh memakai nama yang :
Telah dipakai secara sah oleh yayasan lain
bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan
nama yayasan harus didahului kata “yayasan”
yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu
tertentu atau tidak tertentu yang diatur dalam
anggaran dasar
8. Penyampaian Dokumen-dokumen yang
diperlukan
Penandatanganan Akta Pendirian
Yayasan
Pengurusan Surat Keterangan Domisili
Usaha Pengurusan NPWP (Nomor Pokok
Wajib Pajak).
Pengesahan Yayasan menjadi Badan
Hukum di Dep.Keh dan HAM
Pengumuman dalam BNRI.
9. Untuk melengkapi legalitas suatu yayasan, maka
diperlukan ijin-ijin standard yang meliputi:
Surat keterangan domisili Perusahaan (SKDP)
dari Kelurahan/kecamatan setempat
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama
Yayasan
Ijin dari Dinas sosial (merupakan pelengkap, jika
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan sosial) atau
Ijin/terdaftar di Departemen Agama untuk
Yayasan yang bersifat keagamaan (jika
diperlukan).
10. Pembina ( pasal 28-30 )
adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang diserahkan
kepada pengurus atau pengawas oleh
UU atau AD.
Anggota pembina adalah pendiri yayasan atau mereka yang
berdasarkan rapat anggota pembina dinilai memiliki dedikasi tinggi untuk
mencapai maksud dan tujuan yayasan
Pengurus ( pasal 31-39 )
adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan.
Susunan pengurus sekurang-kurangnya terdiri dari : ketua, sekretaris, dan bendahara.
Pengawas ( pasal 40-47 )
adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta
melakukan nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan
pengurus.
Pengawas yayasan diangkat oleh pembina dan merupakan orang yang mampu melakukan
tindakan hukum.
11. Menetapkan kebijaksanaan dalam memimpin
dan mengurus organisasi
Mengatur ketentuan-ketentuan tentang
organisasi termasuk menetapkan iuran tetap
dan iuran wajib anggota organisasi dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku
Menjalankan tindakan-tindakan lainnya baik
mengenai pengurus maupun pemilikan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
Anggaran Dasar Rumah Tangga ini dan
ditetapkan oleh rapat anggota berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12. 1. Mengusahakan dan menjamin terlaksananya kegiatan organisasi
sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan organisasi.
2. Menyiapkan pada waktunya rencana pengembangan
organisasi, rencana kerja dan anggaran tahunan organisasi
termasuk rencana-rencana lainnya yang berhubungan dengan
pelaksanaan organisasi.
3. Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi
organisasi sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi organisasi.
4. Memberi pertanggungjawaban dan segala kepentingan tentang
keadaan dan jalannya organisasi berdasarkan laporan tahunan
termasuk perhitungan kepada rapat anggota.
5. Menyiapkan susunan organisasi lengkap dengan perincian
tugasnya.
6. Menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar Rumah
Tangga dan ditetapkan oleh rapat anggota berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
13. PASAL 62
Alasan pembubaran:
a) Jangka waktu berakhir
b) Tujuan Yayasan telah tercapai / tidak tercapai
c) Putusan pengadilan:
1. Melanggar ketertiban umum
2. Tidak mampu membayar utang
3. Harta kekayaan tidak cukup untuk melunasi utang
14. PASAL 63
Likuidator: pihak untuk membereskan
kekayaan Yayasan
Pembina menunjuk Likuidator (Ps. 62,
a&b)
Pengurus selaku Likuidator
Selama proses likuidasi, untuk semua
surat keluar, dicantumkan frase “dalam
likuidasi” di belakang nama Yayasan
15. PASAL 68
Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan
pada Yayasan lain yang mempunyai
kesamaan kegiatan
Jika tidak, maka kekayaan sisa hasil
likuidasi tersebut diserahkan kepada
Negara dan penggunaannya dilakukan
sesuai dengan kegiatan Yayasan yang
bubar
16. pendirian yayasan pada saat ini harus di
ikuti tujuan yang benar-benar bersifat
sosial. Karena sejak berlakunya Undang-
Undang No. 16/2001, maka yayasan tidak
bisa digunakan sebagai sarana kegiatan
yang bersifat komersial dan harus murni
bersifat sosial.