UPAYA MENINGKATKAN MINAT HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE- A MATCH PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR DI KELAS V SDN MULYA JAYA DAN MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SDN MULYA JAYA KECAMATAN REBANG TANGKAS KABUPATEN WAY KANAN TAHUN AJARAN 2012/2013
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Matematika mulai di perkenalkan pada siswa sejak mengenyam
pendidikan di Taman Kanak – Kanak sampai pada tingkat Perguruan Tinggi. Hal itu
disebabkan karena Matematika berfungsi sebagai ilmu dasar untuk mempelajari ilmu – ilmu
yang lain.
Akan tetapi, pada kenyataannya menunjukkan bahwa kondisi pengajaran Matematika
memang belum sempurna seperti yang diharapkan yaitu ditandai dengan rendahnya prestasi
belajar siswa pada pelajaran Matematika yang masih relatif sangat rendah bila dibanding
dengan mata pelajaran yang lainnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dari pihak guru dan siswa harus melakukan
perbaikan. Dari pihak siswa dapat merubah cara belajarnya, meningkatkan minat dan
motivasi belajarnya, dsb. Adapun dari pihak guru dapat mengubah metode mengajar,
kurikulum, kesesuaian bahan ajar, serta peningkatan kualitas tenaga pendidik (SDM).
Peningkatan kualitas ini menuntut peningkatan kualitas pendidikan, baik pada tahapan anak
usia dini, anak – anak, remaja maupun dewasa. Adapun upaya peningkatan kualitas
pendidikan antara lain mempersyaratkan peningkatan kualitas tenaga pendidik dengan
dukungan ilmu pengetahuan yang releven dan terus dikembangkan agar menjadi tenaga
pendidik yang profesional.
(Shulman & Grossman, 1988; Wilson et al 1987) dalam Hamzah Ramlah (2008)
menyebutkan seorang guru professional harus memiliki tujuh domain guru professional
antara lain: pengetahuan tentang materi pelajaran, pengetahuan konten pedagogi,
pengetahuan isi lain, pengetahuan dari kurikulum, pengetahuan peserta didik, pengetahuan
tentang tujuan pendidikan, dan pengetahuan pedagogi umum.
Secara umum semua pengembang kurikulum dalam pendidikan matematika harus memenuhi
syarat komponen yang telah ditetapkan. Seperti pada kurikulum yang digunakan di Malaysia
seseorang yang akan mengajar di tingkat sekolah menengah harus memenuhi dua syarat
diantaranya: pertama, Guru Matematika merupakan lulusan sarjana program studi yang
mengkhususkan diri di bidang Pendidikan Matematika yang memperoleh gelar Bachelor of
Science (Matematika dengan pendidikan) atau sarjana Matematika (Pendidikan). Kedua,
melalui proses seleksi yang menyeluruh.
Ada dua pendapat Perencanaan untuk guru, pertama untuk menjadi guru matematika yang
kompeten pengembangannya didasarkan pada keyakinan bahwa seseorang harus memiliki
pengetahuan yang mendalam dan beberapa dasar dalam pedagogi dianggap telah memadai
untuk memulai profesi mengajar, ketrampilan mengajar akan datang dengan sendirinya.
Sedangkan pendapat di pihak lain pengembangan guru matematika cenderung lebih
menekankan pada pedagogi yang dikembangkan berdasarkan keyakinan yang kuat bahwa
pengetahuan tentang pedagogi dan peserta didik adalah sama pentingnya dengan pengetahuan
tentang matematika. Meskipun pengetahuan tentang matematika ada nilai tambanhya dalam
lingkungan pendidik.
Didasarkan dua pendapat yang berbeda, maka sebaiknya harus ada upaya untuk
menyeimbangkan antara ilmu tentang matematika dengan pedagogi agar keseimbangan
dalam proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
2. B. Rumusan Masalah
1. Apakah persiapan mengajar dibutuhkan dalam proses belajar mengajar?
2. Adakah pengaruh keyakinan kemampuan keguruan dengan prestasi belajar siswa?
C. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah persiapan mengajar dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dan
pengaruh keyakinan kemampuan keguruan dengan prestasi belajar siswa.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui keseimbangan kemampuan materi ajar mata pelajaran matematika dengan
kemampuan pedagogi dalam persiapan mengajar.
D. Manfaat
Manfaat Teoritis
Secara umum review ini memberikan pengalaman baru kepada dunia pendidikan untuk dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Sehingga prestasi belajar matematika dapat
meningkat pula.
Manfaat Praktis
Secara praktis, studi ini dapat dimanfaatkan
Bagi guru: sebagai masukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengajar¬
Bagi sekolah: untuk meningkatkan kualitas dalam bidang pendidikan¬
BAB II
ISI
A. Ringkasan Artikel
1. Pendidikan Guru Matematika
Tabel 1 menampilkan program pendidikan Matematika di setiap Universitas berbasis pada
kategori kursus. Kategori-kategori utama dianalis adalah program dalam pendidikan
(pedagogi), kursus matematika, kursus dalam mata pelajaran wajib maupun pilihan.
Untuk mengkategorikan dua jenis penekanan dalam kurikulum, perbedaan kurang dari 10%
antara kursus di bidang pendidikan dengan kursus dalam matematika dikategorikan dalam
program sebagai Guru Matematika (MT) sedangkan perbedaan lebih dari 10% antara kursus
di bidang pendidikan dengan kursus dalam matematika dikategorikan dalam program sebagai
Guru Cum Matematikawan (M). seperti pada tabel 1, empat universitas menekankan pada
program MT sedangkan dua lainnya pada program M. Program MT ditangani oleh Fakultas
Pendidikan dan program M ditangani oleh Fakultas Sains/Matematika.
Hal ini lebih menekankan bahwa fakultas pendidikan menekankan bahwa guru yang baik
harus memiliki pengetahuan pedagogi, sementara fakultas sains menekankan bahwa guru
yang baik harus menguasai bahan/materi yang akan diajarkan.
2. Pra-Layanan Pemahaman Guru
Umumnya, persepsi responden pengetahuan konten pedagogi mereka percaya dalam
pengajaran dan pandangan mereka tentang matematika yang positif dan moderat. Persepsi
mereka tentang aspek-aspek apa yang penting dalam mengajar cukup tinggi, sementara
tingkat kecemasan yang masih rendah (seperti pada tabel 2). Hal ini didasarkan pada
umumnya aturan yang diberikan oleh Kubiszyn dan Borich (1996) yang menyatakan bahwa
titik cut off rating rata-rata adalah 3,0 dan bahwa skor yang lebih tinggi 3,0 dianggap positif,
sedangkan yang kurang dari 3,0 dianggap negatif.
Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang telah menjalani program guru
3. cum matematikawan lebih percaya diri, memiliki pandangan yang lebih baik, dan memiliki
pengetahuan pedagogi yang sangat baik.
3. Keseimbangan komponen Matematika dan Pedagogi
Dalam membandingkan dua jenis program yang telah dibahas, perbedaan yang signifikan
untuk dirasakan pentingnya penerapan aspek pengajaran tertentu, pandangan matematika, dan
PCK. Strukur kurikulum untuk program guru cum matematikawan menunjukkan bahwa
siswa dikembangkan lebih positif dalam pemahaman tentang matematika.
B. Metodologi Penelitian
Penelitian program persiapan guru matematika dilakukan di beberapa universitas di Malaysia
dan Singapura, dan pemilihannya dilakukan secara acak. Subyek yang dipilih adalah
mahasiswa tingkat akhir dari Sarjana Sains dan mahasiswa Sarjana Pendidikan.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan aspek identifikasi
ebagai kontribusi keyakinan pra-layanan guru yang berkonteks Malaysia, (i) strategi tertentu
melaksanakan pengajaran, (ii) pengajaran khusus, (iii) pengajaran matematika topik tertentu.
Selain melalui kuesioner data juga didapat melalui wawancara.
C. Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa persiapan mengajar sangat dibutuhkan
agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Persiapan tersebut meliputi keseimbangan
antara pengetahuan tentang matematika (materi) dengan Pengetahuan mengajar (pedagogi)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hakekat Matematika
Hakekat matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan
yang diatur menurut aturan yang logis sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-
konsep yang abstrak. Sesuatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan
yang logis dengan menggunakan pembuktian deduktif.
Dari pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa matematika adalah ilmu deduktif yang
tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada pengalaman secara induktif saja.
Matematika merupakan ilmu tentang struktur terorganisasikan mulai dari unsur yang tidak
terdefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma, postulat dan akhirnya dalil.
B. Persiapan Mengajar
Sudrajat(2008) menyebutkan bahwa persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan
perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang
dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan
tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkaitan dengan
pembentukan kompetensi.
Pengertian mengajar ada dua sudut pandang yaitu pandangan tradisional dan pandangan
modern. Pandangan Tradisional memberi makna mengajar adalah menanamkan pengetahuan
pada anak. Pengertian tersebut menempatkan guru pada posisi sentral, yaitu sebagai sumber
pengetahuan yang harus mencurahkan ilmunya kepada peserta didik sementara peserta didik
diposisikan sebagai penerima yang pasif.
Adapun pandangan modern telah memberi warna yang berbeda, yang mendefinisikan
mengajar adalah teaching is guidance of learning atau bimbingan kepada siswa dalam proses
belajar. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam proses pengajaan terdapat dua
pihak yang sama – sama aktif yaitu guru yang bertugas memberi bimbingan dan anak yang
4. melakukan kegiatan belajar karena bimbingan guru, Surtikanti(2008:17).
Sedangkan menurut Arifin dalam Syah (2010:179) mendefinisikan mengajar sebagai “….
Suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,
menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu”.
Kumpulan atau set model mengajar yang dianggap komprehensif, menurut Tardif dalam Syah
(2010:187) adalah set model yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan
kategori sebagai berikut:
1. Model Information Processing ( Tahapan Pengolahan Informasi )
2. Model Personal ( Pengembangan Pribadi )
3. Model Sosial ( Hubungan Bermasyarakat )
4. Model Behavioral ( Pengembangan perilaku )
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengajar itu pada asasnya adalah kegiatan
mengembangkan seluruh ranah psikologis melalui penataan lingkungan sebaik – baiknya dan
menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Dalam Syah (2010:229) menyebutkan dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru
dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies) psikologis, yang meliputi:
1. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta)
2. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa)
3. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa)
Kompetensi yang terkait dalam pembahasan artikel ini adalah kompetensi kognitif guru.
Kompetensi kognitif guru merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap
calon guru dan guru profesional. Pengetahuan dan ketrampilan ranah cipta dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Kategori pengetahuan kependidikan/keguruan (ilmu pedagogik)
Menurut sifat dan kegunaannya, displin ilmu kependidikan terdiri atas dua macam, yaitu:
pengetahuan kependidikan umum dan pengetahuan kependidikan khusus. Pengetahuan
kependidikan umum meliputi: ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, administrasi
pendidikan, dsb. Sedangkan pengetahuan kependidikan khusus meliputi: metode mengajar,
metodik khusus pengajaran materi tertentu, teknik evaluasi, praktik keguruan, dsb.
Pengetahuan pendidikan umum itu meliputi segenap pengetahuan kependidikan yang tidak
langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, sedangkan ilmu pendidikan khusus
langsung berhubungan dengan praktik pengelolaan proses belajar mengajar.
b. Kategori pengetahuan materi bidang studi
Ilmu pengetahuan materi bidang studi meliputi semua bidang studi yang akan menjadi
keahlian atau pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Dalam hal ini, penguasaan atas pokok-
pokok bahasan materi pelajaran yang terdapat dalam bidang studi yang menjadi bidang tugas
guru, mutlak diperlukan.
Penguasaan guru atas materi-materi bidang studi itu sebaiknya dikaitkan langsung dengan
pengetahuan kependidikan khusus terutama dengan metode khusus dan praktik mengajar.
Jenis kompetensi kognitif lain yang juga perlu dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan
mentransfer strategi kognitif kepada para siswa agar dapat belajar secara efektif dan efisien.
Guru sebagai pengajar professional bukan hanya dalam hal menyajikan materi pelajaran di
depan kelas saja, melainkan juga dalam hal mendayagunakan keterbatasan ruang, waktu, dan
peralatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik,
apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta
bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu.
Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap
persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan
membentuk kompetensi peserta didik.
5. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan persiapan mengajar,
diantaranya :
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas, makin konkrit
kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
untuk membentuk kompetensi tersebut.
2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus
menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas
pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila
pembelajaran dilaksakan secara tim (team teaching) atau moving class.
C. Pengertian Pedagogi
Menurut Surtikanti ( 2008:18) Pedagogi berasal dari bahasa Yunani kuno Paidos dan Agoo.
Paidos artinya budak dan Agoo artinya membimbing. Akhirnya Pedagogi diartikan sebagai
“budak yang mengantarkan anak majikan untuk belajar”. Dalam perkembangannya Pedagogi
dimaksudkan sebagai “Ilmu Mendidik”.
Mahmuddin (2008) pedagogik juga merupakan suatu ilmu, sehingga orang menyebutnya
ilmu pedagogik. Ilmu pedagogik adalah ilmu yang membicarakan masalah atau persoalan-
persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti tujuan
pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik, pendidik dan
sebagainya.
Undang-undang guru dan dosen No. 14 tahun 2005, dan PP No 19/2005 menyatakan
kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial.
Menurut Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik Guru
merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurangnya meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara
akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis
subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan
dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
penyelenggaraan pembelajaran di kelas.
Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah
keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.
2. Pemahaman terhadap peserta didik
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan
benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing
anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki
pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat
mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan
pendekatan yang tepat.
3. pengembangan kurikulum/silabus
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang
disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
4. Perancangan pembelajaran
Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang
ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara
6. strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang
direncanakan.
5. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan.
Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya
sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media.
Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi
informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.
7. Evaluasi hasil belajar
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi
perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat
mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran
dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk
mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
D. Prestasi Belajar
WJS Poerwadarminto (1985:768) memberikan pengertian bahwa prestasi adalah hasil yang
telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan dihasilkan. Sedangkan menurut Zainal Arifin
(1988:3) prestasi adalah kemampuan ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan
suatu hal.
Nana Sudjana (2000:28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Seseorang dikatakan belajar apabila dirinya telah
mengalami perubahan. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1990:21) belajar adalah suatu
bentuk perumusan atau perubahan dalam diri seseorang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Pandangan seseorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakan dalam
membimbing siswa untuk belajar. Seorang guru yang mengartikan belajar sebagai hafalan
fakta tentunya akan lain cara mengajarnya dibandingkan dengan guru lain mengartikan
bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku. Untuk itu penting artinya
pemahaman guru akan pengertian belajar tersebut (Usman 1993:5)
Indikator keberhasilan/prestasi siswa dapat dilihat melalui peningkatan nilai hasil belajar
siswa ketika mengikuti pelajaran matematika.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa:
1. persiapan mengajar sangat dibutuhkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Persiapan tersebut meliputi keseimbangan antara pengetahuan tentang matematika (materi)
dengan Pengetahuan mengajar (pedagogi).
2. Guru dan calon guru yang kurang memiliki keyakinan terhadap kemampuan keguruannya
menyebabkan merosotnya prestasi belajar siswa.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan implikasi bahwa program pendidikan keguruan masih perlu
7. menambah jam untuk praktik mengajar kepada para mahasiswa calon guru. Agar terjadi
keseimbangan antara belajar di kampus dengan dengan belajar langsung di lapangan.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian tersebut di atas maka ada beberapa hal
yang perlu peneliti sarankan, antara lain :
1. Kepada guru atau calon guru mata pelajaran matematika, penulis menyarankan agar
keyakinan guru dalam konsep pembelajaran matematika harus ditingkatkan supaya tidak
terjadi salah penafsiran bagi siswa tentang materi yang di ajarkan.
2. Siswa dan guru harus dipacu untuk selalu aktif dan bersemangat dalam proses belajar
mengajar sehingga daya serap siswa terhadap pelajaran tertentu dapat di serap dan di pahami
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Md. Yunus, Aida Suraya, dkk. 2008. Mathematics Teachers’ Preparation Program:
Determining the Balance between Contents in Mathematics and Pedagogi. European Jurnal of
Social Sciences Vol 6 No 4.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Surtikanti, Joko santoso. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: BP. FKIP UMS.
M. Jumali, dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
TIM. 2004. Manajemen Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Mahmudin. 2008. Kompetensi Pedagogik Guru Indonesia. On line pada
http://mahmuddin.wordpress.com/2008/03/19/kompetensi-pedagogik-guru-indonesia/.
Diakses pada tanggal 1 April 2011.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Persiapan Mengajar. On line pada
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/02/persiapan-mengajar/. Diakses tanggal 1
April 2011.