SlideShare a Scribd company logo
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS
   PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA
          Surabaya, 9 – 24 Agustus 2004




          Materi : Bab V. PENGADAAN DATA
         Pengajar : Danar Guruh Pratomo, ST




     FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
   INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB V. PENGADAAN DATA
                                            Oleh:
             Danar Guruh Pratomo, ST – Prodi Teknik Geodesi – FTSP – ITS Surabaya


5.1 Pemetaan (Surveying)
       Surveying is the science, art and technology of determining the relative positions of
points above, on, or beneath the earth surface, or of establishing such points. [Paul R Wolf,
Ghilani]. Dari definisi tersebut dapat diketahui tujuan utama surveying (pemetaan) adalah
penentuan lokasi titik yang terdapat diatas, pada maupun dibawah permukaan bumi. Untuk
penentuan lokasi diperlukan adanya suatu kerangka referensi, yang direpresentasikan
dengan menggunakan bench mark (alam maupun buatan manusia). Bench mark ini
digunakan sebagai titik awal pengukuran.
       Pada awalnya pemetaan hanya digunakan untuk menandai batas-batas kepemilikan
tanah. Sekarang hasil pemetaan digunakan untuk memetakan bumi diatas dan dibawah
permukaan laut; menyiapkan peta navigasi udara, darat dan laut; menetapkan batas-batas
pemilikan tanah pribadi dan tanah negara; mengembangkan informasi tata guna tanah dan
sumber daya alam yang digunakan untuk pengelolaan lingkungan; menentukan ukuran,
bentuk, gaya berat dan medan magnet bumi. Selain itu pemetaan juga mempunyai peranan
penting dalam bidang rekayasa untuk desain perencanaan dan pembangunan jalan raya,
jalan baja, pembangunan gedung, saluran irigrasi, jalur pipa gas dll.
       Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan ekstraterestris. Pemetaan
terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi
dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik
maupun satelit),
       Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi
dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua
sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk
mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak
dari titik yang sudah diketahui koordinatnya.




                                                                                        V-1
5.2 Metode Pemetaan Terestris
5.2.1 Penentuan Posisi Horisontal
       Posisi horisontal disini merupakan posisi dua dimensi dari suatu objek di permukaan
bumi yang diproyeksikan pada bidang datar. Terdapat tiga metode penentuan posisi
horisontal :
   Poligon
   Pada penentuan posisi horisontal dengan metode poligon, untuk menentukan posisi titik
   yang belum diketahui koordinatnya dari titik yang sudah diketahui koordinatnya, semua
   jarak dan sudut dalam poligon diukur. Poligon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
   poligon tertutup dan poligon terbuka (Gambar 5.1)


                                             β2




                                                       β3
                                 α AB


                                 β1



                                                            β4

                                        β6



                                                  β5




                  Gambar 5.1 : Penentuan Posisi Horisontal dengan Metode Poligon
   Triangulasi
   Untuk menentukan posisi horisontal dari suatu titik dengan metode triangulasi, semua
   sudut dalam segitiga dan salah satu sisi segitiga jaraknya harus diketahui.




                            α0




                 Gambar 5.2. Penentuan Posisi Horisontal dengan Metode Triangulasi




                                                                                      V-2
Trilaterasi
   Pada metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk
   mendapatkan posisi horizontal dari suatu titik.




                            α0




                 Gambar 5.3. Penentuan Posisi Horisontal dengan Metode Trilaterasi


5.2.2 Penentuan Posisi Vertikal
   Differential Leveling
   Penentuan posisi vertikal dengan metode differential leveling dilakukan dengan alat sipat
   datar. (Gambar 5.4).




                                 Gambar 5.4. Differential Leveling


   Trigonometric Leveling
   Alat yang digunakan untuk penentuan posisi vertikal dengan metode trigonometric
   leveling adalah theodolit.




                                                                                       V-3
a
                                               SinA =
                                                      c
                                                  a = c.sinA




                               Gambar 5.5. Trigonometric Leveling


5.2.3 Total Station
         Total Station merupakan alat pengukur jarak dan arah (sudut horisontal dan sudut
vertikal) otomatis. Alat total station dilengkapi dengan chip memori, sehingga data
pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan diolah secara
computerize. Dengan menggunakan total station, human error (kesalahan membaca dan
mencatat) dapat diminimalisasi, karena semua data disimpan dalam format digital.


5.3      Metode Pemetaan Ekstraterestris
5.3.1 Fotogrametri
         Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi
untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan
lingkungannya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan interpretasi
fotogrametris. Definisi tersebut mencakup dua bidang kajian, yakni :
      Fotogrametri   metrik,   berkaitan   dengan         pengukuran/pengamatan   presisi   untuk
      menentukan ukuran dan bentuk objek.
      Fotogrametri interpretatif, berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi objek.
         Pemetaan fotogrametris menggunakan foto udara sebagai sumber data utama.
Kualitas peta atau informasi yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas metrik dan
gambar (pictorial quality) dari sumber data tersebut. Pengadaan foto udara biasanya
berawal dari tujuan peruntukannya. Misalnya untuk keperluan feasibility study, informasi
yang diperlukan tidak perlu akurat, namun keragaman informasinya lebih diutamakan.
Berbeda dengan pembuatan rancangan detail (detail design) atau konstruksi, informasi yang
dibutuhkan harus mempunyai tingkat ketelitian geometrik yang baik.
         Untuk keperluan identifikasi objek dan memperkirakan signifikansinya maka
diperlukan suatu pekerjaan pencermatan (act of examining) yang dikenal dengan


                                                                                             V-4
interpretasi foto udara. Dikaitkan dengan perkembangan penginderaan jauh pada saat ini,
istilah interpretasi foto telah diganti menjadi analisis citra (image analysis) dan interpreter
foto (photo interpreter). Penggunaan sumber data juga berganti dari istilah foto udara
menjadi citra inderaja (remote sensing image).
       Interpretasi foto udara banyak digunakan untuk berbagai disiplin ilmu dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Aplikasi dalam berbagai bidang antara lain :
pertanian, teknik lingkungan, ekologi, kehutanan, meteorology, militer, manajemen sumber
daya alam, ilmu tanah, perencanaan wilayah dan kota. Untuk memperoleh informasi spasial
dilakukan denngan teknik interpretasi foto/citra, sedangkan untuk referensi geografinya
dapat diperoleh dengan cara fotogrametri.
       Interpretasi foto dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan
komputer. Salah satu alat interpretasi foto udara konvensional adalah stereoskop. Dalam
melakukan interpretasi foto terdapat kunci dasar untuk mengenali suatu objek atau
fenomena. Kunci dasar interpretasi foto tersebut adalah : ukuran (size), bentuk (shape),
bayangan (shadow), derajat kehitaman dan warna (tone and color), derajat kehalusan
(tekstur), pola (pattern), tinggi (height), lokasi (site) dan keterkaitan (association).
Kesembilan kunci dasar interpretasi foto tersebut diperkenalkan oleh Raben (1960), Estes
dan Simonett (1975).




                              Gambar 5.6. Stereoskop
5.3.2 Penginderaan Jauh
       Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji. [Lillesand/Kiefer, 1990].
Alat yang dimaksud adalah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor tersebut
dipasang diatas wahana yang berupa pesawat terbang, pesawat ulang alik dan satelit.
       Pengumpulan dan perekaman data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan tiga
variasi, yaitu distribusi daya, distribusi gelombang bunyi dan ditribusi energi elektromagnetik,
namun yang sering digunakan dan paling dikenal adalah penginderaan jauh denngan energi
elektromagnetik.


                                                                                           V-5
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data mengenai sumber
daya alam dan lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan ke pengamat melalui
energi elektromagnetik yang berfungsi sebagai pembawa informasi dan penghubung
komunikasi. Data yang dihasilkan dari teknik pengindaraan jauh berupa beberapa bentuk
citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasikan sehingga diperoleh informasi yang
dapat digunakan untuk aplikasi dibidang pertanian, kehutanan, geografi, geologi,
perencanaan, arkeologi dan bidang-bidang lain.




                       Gambar 5.7. Contoh Citra Satelit
5.3.3 Global Positioning System (GPS)
       GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi dengan menggunakan satelit
yang dimiliki dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Keamanan Amerika Serikat. Sistem
ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi mengenai
waktu secara kontinu. GPS terdiri dari tiga segmen utama, segmen angkasa (space segmen)
yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control segment) yang terdiri
dari stasion-stasion pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment)
yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal data GPS.
       Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Konstelasi 24 satelit GPS tersebut menempati 6
orbit yang mengelilingi bumi dengan sebaran yang telah diatur sedemikian rupa sehingga
mempunyai probalitas kenampakan setidaknya 4 satelit yang bergeometri baik dari setiap
tempat di permukaan bumi di setiap saat. Satelit GPS mempunyai ketinggian rata-rata di
atas permukaan bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS memiliki berat lebih dari 800 kg,
bergerak dengan kecepatan sekitar 4 km/detik dan mempunyai periode 11 jam 58 menit.




                                                                                       V-6
Gambar 5.8. Konstelasi Satelit GPS


       Konsep dasar pada penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan
kebelakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa
satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Pada pelaksanaan pengukuran penentuan
posisi dengan GPS, pada dasarnya ada dua jenis/tipe alat penerima sinyal satelit (receiver)
GPS yang dapat digunakan, yaitu :
   Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian tinggi.
   Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian tinggi.
Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain :
   GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca.
   GPS dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu yang sama dan pemakaiannya
   tidak bergantung pada batas politik dan alam.
   Penggunaan GPS dalam penentuan posisi secara relatif tidak bergantung dengan kondisi
   topografis daerah survey.
   Posisi yang ditentukan dengan GPS mengacu ke datum global yang dinamakan World
   Geodetic System 1984 (WGS’84). Dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS akan
   selalu mengacu ke datum yang sama.
   Pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini.
   Receiver GPS cenderung lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya dan kualitas data
   yang diberikan lebih baik.
   Pengoperasian alat GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif lebih mudah dan tidak
   mengeluarkan biaya banyak.
   Data pengamatan GPS sukar untuk dimanipulasi.
   Semakin banyak bidang aplikasi yang dapat ditangani dengan menggunakan GPS dan di
   Indonesia semakin banyak instansi yang menggunakan GPS.




                                                                                       V-7
Referensi
McCoomac, Jack. 2004. Surveying. Fifth Edition. Clemson University.
Robinson, Arthur H, Morrison, Joell, Muehrcke, Phillip C, et.al.1995. Elements of Cartography.
       John Wiley & Sons, Inc. New York
Wolf, Paul R & Ghilani, Charles D. 2002. Elementary Surveying : An Introduction to
       Geomatics. Prentice Hall. New Jersey




                                                                                         V-8

More Related Content

What's hot

A
AA
Laporan kdv akmal
Laporan kdv akmalLaporan kdv akmal
Laporan kdv akmal
Akmal_sidiq
 
Pengukuran mendatar
Pengukuran mendatarPengukuran mendatar
Pengukuran mendatar
Slamet Slamet
 
Surveying tanah longsor di timbunan jalan menggunakan uav photogrammetry
Surveying tanah longsor di timbunan jalan menggunakan uav photogrammetrySurveying tanah longsor di timbunan jalan menggunakan uav photogrammetry
Surveying tanah longsor di timbunan jalan menggunakan uav photogrammetry
National Cheng Kung University
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Andi Azizah
 
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Retno Pratiwi
 
Tugas makalah ilmu ukur tambang
Tugas makalah ilmu ukur tambangTugas makalah ilmu ukur tambang
Tugas makalah ilmu ukur tambangSylvester Saragih
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Nurul Afdal Haris
 
Navigasi darat
Navigasi darat Navigasi darat
Navigasi darat
Linkin Park News
 
Teknik navigasi darat
Teknik navigasi daratTeknik navigasi darat
Teknik navigasi darat
arifbogor
 
Pengenalan theodolit
Pengenalan theodolitPengenalan theodolit
Pengenalan theodolit
Retno Pratiwi
 
Laporan koreksi geometri citra satelit landsat
Laporan koreksi geometri citra satelit landsatLaporan koreksi geometri citra satelit landsat
Laporan koreksi geometri citra satelit landsat
National Cheng Kung University
 
Navigasi darat mipl
Navigasi darat miplNavigasi darat mipl
Navigasi darat mipl
huangjincai
 
Ilmu ukur-tanah1
Ilmu ukur-tanah1Ilmu ukur-tanah1
Ilmu ukur-tanah1
Ahmad Bashir
 
Sistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi Peta
Syamsul Falah
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah
Laporan praktikum ilmu ukur tanahLaporan praktikum ilmu ukur tanah
Laporan praktikum ilmu ukur tanah
farlisazahra
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
Edho Wiranata
 
NAVDAR
NAVDARNAVDAR
NAVDAR
Arif Rahman
 
Laporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel drawLaporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel draw
'Oke Aflatun'
 

What's hot (19)

A
AA
A
 
Laporan kdv akmal
Laporan kdv akmalLaporan kdv akmal
Laporan kdv akmal
 
Pengukuran mendatar
Pengukuran mendatarPengukuran mendatar
Pengukuran mendatar
 
Surveying tanah longsor di timbunan jalan menggunakan uav photogrammetry
Surveying tanah longsor di timbunan jalan menggunakan uav photogrammetrySurveying tanah longsor di timbunan jalan menggunakan uav photogrammetry
Surveying tanah longsor di timbunan jalan menggunakan uav photogrammetry
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
 
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
 
Tugas makalah ilmu ukur tambang
Tugas makalah ilmu ukur tambangTugas makalah ilmu ukur tambang
Tugas makalah ilmu ukur tambang
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 
Navigasi darat
Navigasi darat Navigasi darat
Navigasi darat
 
Teknik navigasi darat
Teknik navigasi daratTeknik navigasi darat
Teknik navigasi darat
 
Pengenalan theodolit
Pengenalan theodolitPengenalan theodolit
Pengenalan theodolit
 
Laporan koreksi geometri citra satelit landsat
Laporan koreksi geometri citra satelit landsatLaporan koreksi geometri citra satelit landsat
Laporan koreksi geometri citra satelit landsat
 
Navigasi darat mipl
Navigasi darat miplNavigasi darat mipl
Navigasi darat mipl
 
Ilmu ukur-tanah1
Ilmu ukur-tanah1Ilmu ukur-tanah1
Ilmu ukur-tanah1
 
Sistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi Peta
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah
Laporan praktikum ilmu ukur tanahLaporan praktikum ilmu ukur tanah
Laporan praktikum ilmu ukur tanah
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
 
NAVDAR
NAVDARNAVDAR
NAVDAR
 
Laporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel drawLaporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel draw
 

Similar to Bab 5 pengadaan data

Dasar-dasar Pengukuran.pptx
Dasar-dasar Pengukuran.pptxDasar-dasar Pengukuran.pptx
Dasar-dasar Pengukuran.pptx
Septian558020
 
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
AltaEiSultan
 
Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Agus Saputra
 
Dasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanDasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanZia Ul Maksum
 
Kak tim gps
Kak tim gpsKak tim gps
96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri
ridhooo9898
 
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanMakalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ppt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus gintingPpt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus ginting
BremaFirdaus
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Erwangga1
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
Bob Ericson Sagune
 
Metode peta
Metode petaMetode peta
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI SoftwareTutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
bramantiyo marjuki
 
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptxSURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
YudantoEkoPrabowo
 
Bab 4 proyeksi peta
Bab 4 proyeksi petaBab 4 proyeksi peta
Bab 4 proyeksi peta
Widia Widiarsih
 
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptxKelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
karlossare1
 
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikLaporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Sally Indah N
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Hendra Supriyanto
 
2 pengenalan peta
2 pengenalan peta2 pengenalan peta
2 pengenalan peta
aiiniR
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
bramantiyo marjuki
 
Handout kartografi
Handout kartografiHandout kartografi
Handout kartografi
Andi Ilham
 

Similar to Bab 5 pengadaan data (20)

Dasar-dasar Pengukuran.pptx
Dasar-dasar Pengukuran.pptxDasar-dasar Pengukuran.pptx
Dasar-dasar Pengukuran.pptx
 
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
 
Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7
 
Dasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanDasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaan
 
Kak tim gps
Kak tim gpsKak tim gps
Kak tim gps
 
96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri
 
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanMakalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
 
Ppt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus gintingPpt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus ginting
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
Metode peta
Metode petaMetode peta
Metode peta
 
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI SoftwareTutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
 
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptxSURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
 
Bab 4 proyeksi peta
Bab 4 proyeksi petaBab 4 proyeksi peta
Bab 4 proyeksi peta
 
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptxKelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
 
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikLaporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
 
2 pengenalan peta
2 pengenalan peta2 pengenalan peta
2 pengenalan peta
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
 
Handout kartografi
Handout kartografiHandout kartografi
Handout kartografi
 

Bab 5 pengadaan data

  • 1. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA Surabaya, 9 – 24 Agustus 2004 Materi : Bab V. PENGADAAN DATA Pengajar : Danar Guruh Pratomo, ST FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
  • 2. BAB V. PENGADAAN DATA Oleh: Danar Guruh Pratomo, ST – Prodi Teknik Geodesi – FTSP – ITS Surabaya 5.1 Pemetaan (Surveying) Surveying is the science, art and technology of determining the relative positions of points above, on, or beneath the earth surface, or of establishing such points. [Paul R Wolf, Ghilani]. Dari definisi tersebut dapat diketahui tujuan utama surveying (pemetaan) adalah penentuan lokasi titik yang terdapat diatas, pada maupun dibawah permukaan bumi. Untuk penentuan lokasi diperlukan adanya suatu kerangka referensi, yang direpresentasikan dengan menggunakan bench mark (alam maupun buatan manusia). Bench mark ini digunakan sebagai titik awal pengukuran. Pada awalnya pemetaan hanya digunakan untuk menandai batas-batas kepemilikan tanah. Sekarang hasil pemetaan digunakan untuk memetakan bumi diatas dan dibawah permukaan laut; menyiapkan peta navigasi udara, darat dan laut; menetapkan batas-batas pemilikan tanah pribadi dan tanah negara; mengembangkan informasi tata guna tanah dan sumber daya alam yang digunakan untuk pengelolaan lingkungan; menentukan ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnet bumi. Selain itu pemetaan juga mempunyai peranan penting dalam bidang rekayasa untuk desain perencanaan dan pembangunan jalan raya, jalan baja, pembangunan gedung, saluran irigrasi, jalur pipa gas dll. Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan ekstraterestris. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik maupun satelit), Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui koordinatnya. V-1
  • 3. 5.2 Metode Pemetaan Terestris 5.2.1 Penentuan Posisi Horisontal Posisi horisontal disini merupakan posisi dua dimensi dari suatu objek di permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar. Terdapat tiga metode penentuan posisi horisontal : Poligon Pada penentuan posisi horisontal dengan metode poligon, untuk menentukan posisi titik yang belum diketahui koordinatnya dari titik yang sudah diketahui koordinatnya, semua jarak dan sudut dalam poligon diukur. Poligon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka (Gambar 5.1) β2 β3 α AB β1 β4 β6 β5 Gambar 5.1 : Penentuan Posisi Horisontal dengan Metode Poligon Triangulasi Untuk menentukan posisi horisontal dari suatu titik dengan metode triangulasi, semua sudut dalam segitiga dan salah satu sisi segitiga jaraknya harus diketahui. α0 Gambar 5.2. Penentuan Posisi Horisontal dengan Metode Triangulasi V-2
  • 4. Trilaterasi Pada metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk mendapatkan posisi horizontal dari suatu titik. α0 Gambar 5.3. Penentuan Posisi Horisontal dengan Metode Trilaterasi 5.2.2 Penentuan Posisi Vertikal Differential Leveling Penentuan posisi vertikal dengan metode differential leveling dilakukan dengan alat sipat datar. (Gambar 5.4). Gambar 5.4. Differential Leveling Trigonometric Leveling Alat yang digunakan untuk penentuan posisi vertikal dengan metode trigonometric leveling adalah theodolit. V-3
  • 5. a SinA = c a = c.sinA Gambar 5.5. Trigonometric Leveling 5.2.3 Total Station Total Station merupakan alat pengukur jarak dan arah (sudut horisontal dan sudut vertikal) otomatis. Alat total station dilengkapi dengan chip memori, sehingga data pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan diolah secara computerize. Dengan menggunakan total station, human error (kesalahan membaca dan mencatat) dapat diminimalisasi, karena semua data disimpan dalam format digital. 5.3 Metode Pemetaan Ekstraterestris 5.3.1 Fotogrametri Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan lingkungannya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan interpretasi fotogrametris. Definisi tersebut mencakup dua bidang kajian, yakni : Fotogrametri metrik, berkaitan dengan pengukuran/pengamatan presisi untuk menentukan ukuran dan bentuk objek. Fotogrametri interpretatif, berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi objek. Pemetaan fotogrametris menggunakan foto udara sebagai sumber data utama. Kualitas peta atau informasi yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas metrik dan gambar (pictorial quality) dari sumber data tersebut. Pengadaan foto udara biasanya berawal dari tujuan peruntukannya. Misalnya untuk keperluan feasibility study, informasi yang diperlukan tidak perlu akurat, namun keragaman informasinya lebih diutamakan. Berbeda dengan pembuatan rancangan detail (detail design) atau konstruksi, informasi yang dibutuhkan harus mempunyai tingkat ketelitian geometrik yang baik. Untuk keperluan identifikasi objek dan memperkirakan signifikansinya maka diperlukan suatu pekerjaan pencermatan (act of examining) yang dikenal dengan V-4
  • 6. interpretasi foto udara. Dikaitkan dengan perkembangan penginderaan jauh pada saat ini, istilah interpretasi foto telah diganti menjadi analisis citra (image analysis) dan interpreter foto (photo interpreter). Penggunaan sumber data juga berganti dari istilah foto udara menjadi citra inderaja (remote sensing image). Interpretasi foto udara banyak digunakan untuk berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Aplikasi dalam berbagai bidang antara lain : pertanian, teknik lingkungan, ekologi, kehutanan, meteorology, militer, manajemen sumber daya alam, ilmu tanah, perencanaan wilayah dan kota. Untuk memperoleh informasi spasial dilakukan denngan teknik interpretasi foto/citra, sedangkan untuk referensi geografinya dapat diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi foto dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer. Salah satu alat interpretasi foto udara konvensional adalah stereoskop. Dalam melakukan interpretasi foto terdapat kunci dasar untuk mengenali suatu objek atau fenomena. Kunci dasar interpretasi foto tersebut adalah : ukuran (size), bentuk (shape), bayangan (shadow), derajat kehitaman dan warna (tone and color), derajat kehalusan (tekstur), pola (pattern), tinggi (height), lokasi (site) dan keterkaitan (association). Kesembilan kunci dasar interpretasi foto tersebut diperkenalkan oleh Raben (1960), Estes dan Simonett (1975). Gambar 5.6. Stereoskop 5.3.2 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji. [Lillesand/Kiefer, 1990]. Alat yang dimaksud adalah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor tersebut dipasang diatas wahana yang berupa pesawat terbang, pesawat ulang alik dan satelit. Pengumpulan dan perekaman data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan tiga variasi, yaitu distribusi daya, distribusi gelombang bunyi dan ditribusi energi elektromagnetik, namun yang sering digunakan dan paling dikenal adalah penginderaan jauh denngan energi elektromagnetik. V-5
  • 7. Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data mengenai sumber daya alam dan lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan ke pengamat melalui energi elektromagnetik yang berfungsi sebagai pembawa informasi dan penghubung komunikasi. Data yang dihasilkan dari teknik pengindaraan jauh berupa beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasikan sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk aplikasi dibidang pertanian, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan, arkeologi dan bidang-bidang lain. Gambar 5.7. Contoh Citra Satelit 5.3.3 Global Positioning System (GPS) GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi dengan menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Keamanan Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi mengenai waktu secara kontinu. GPS terdiri dari tiga segmen utama, segmen angkasa (space segmen) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control segment) yang terdiri dari stasion-stasion pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal data GPS. Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Konstelasi 24 satelit GPS tersebut menempati 6 orbit yang mengelilingi bumi dengan sebaran yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai probalitas kenampakan setidaknya 4 satelit yang bergeometri baik dari setiap tempat di permukaan bumi di setiap saat. Satelit GPS mempunyai ketinggian rata-rata di atas permukaan bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS memiliki berat lebih dari 800 kg, bergerak dengan kecepatan sekitar 4 km/detik dan mempunyai periode 11 jam 58 menit. V-6
  • 8. Gambar 5.8. Konstelasi Satelit GPS Konsep dasar pada penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan kebelakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Pada pelaksanaan pengukuran penentuan posisi dengan GPS, pada dasarnya ada dua jenis/tipe alat penerima sinyal satelit (receiver) GPS yang dapat digunakan, yaitu : Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian tinggi. Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian tinggi. Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain : GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca. GPS dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu yang sama dan pemakaiannya tidak bergantung pada batas politik dan alam. Penggunaan GPS dalam penentuan posisi secara relatif tidak bergantung dengan kondisi topografis daerah survey. Posisi yang ditentukan dengan GPS mengacu ke datum global yang dinamakan World Geodetic System 1984 (WGS’84). Dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS akan selalu mengacu ke datum yang sama. Pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini. Receiver GPS cenderung lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya dan kualitas data yang diberikan lebih baik. Pengoperasian alat GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif lebih mudah dan tidak mengeluarkan biaya banyak. Data pengamatan GPS sukar untuk dimanipulasi. Semakin banyak bidang aplikasi yang dapat ditangani dengan menggunakan GPS dan di Indonesia semakin banyak instansi yang menggunakan GPS. V-7
  • 9. Referensi McCoomac, Jack. 2004. Surveying. Fifth Edition. Clemson University. Robinson, Arthur H, Morrison, Joell, Muehrcke, Phillip C, et.al.1995. Elements of Cartography. John Wiley & Sons, Inc. New York Wolf, Paul R & Ghilani, Charles D. 2002. Elementary Surveying : An Introduction to Geomatics. Prentice Hall. New Jersey V-8