Tinjauan pustaka mendiskusikan Model Adaptasi Roy yang melihat manusia sebagai sistem adaptasi holistik. Model ini menjelaskan empat mode adaptasi (fisiologis, konsep diri, peran, interdependensi) dan bagaimana stimulus lingkungan dapat memengaruhi kemampuan adaptasi seseorang. Teori ini bertujuan membantu pasien beradaptasi dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Tinjauan pustaka mendiskusikan Model Adaptasi Roy yang melihat manusia sebagai sistem adaptasi. Model ini menjelaskan empat mode adaptasi (fisiologis, konsep diri, peran, dan interdependensi) dan bagaimana stimulus lingkungan dapat memengaruhi kemampuan adaptasi seseorang. Teori ini bertujuan membantu manusia dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan kebutuhan selama sehat atau sakit.
Bab I membahas latar belakang sosiologi dan keperawatan serta rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah. Bab II meninjau pengertian sosiologi, dinamika, dan dinamika kesehatan. Bab III membahas penerapan sosiologi dalam keperawatan dan dinamika kesehatan. Bab IV menyimpulkan bahwa proses sosial merupakan awal mempelajari sosiologi yang secara tidak sadar telah diketahui seseorang selama hid
Tinjauan pustaka mendiskusikan Model Adaptasi Roy yang melihat manusia sebagai sistem adaptasi holistik. Model ini menjelaskan empat mode adaptasi (fisiologis, konsep diri, peran, interdependensi) dan bagaimana stimulus lingkungan dapat memengaruhi kemampuan adaptasi seseorang. Teori ini bertujuan membantu pasien beradaptasi dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Tinjauan pustaka mendiskusikan Model Adaptasi Roy yang melihat manusia sebagai sistem adaptasi. Model ini menjelaskan empat mode adaptasi (fisiologis, konsep diri, peran, dan interdependensi) dan bagaimana stimulus lingkungan dapat memengaruhi kemampuan adaptasi seseorang. Teori ini bertujuan membantu manusia dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan kebutuhan selama sehat atau sakit.
Bab I membahas latar belakang sosiologi dan keperawatan serta rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah. Bab II meninjau pengertian sosiologi, dinamika, dan dinamika kesehatan. Bab III membahas penerapan sosiologi dalam keperawatan dan dinamika kesehatan. Bab IV menyimpulkan bahwa proses sosial merupakan awal mempelajari sosiologi yang secara tidak sadar telah diketahui seseorang selama hid
Calista Roy adalah perawat asal Amerika yang mencetuskan teori adaptasi keperawatan. Roy lahir pada tahun 1939 di California dan mulai mengembangkan teorinya pada tahun 1964. Teori ini menggunakan pendekatan sistem untuk menjelaskan manusia sebagai sistem adaptif holistik yang berinteraksi dengan lingkungan. Tujuan keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan proses adaptasi pasien.
Model Konseptual Florence Nightingale dan Virginia Henderson Pada Keperawatan...Yolly Finolla
Model konseptual Florence Nightingale dan Virginia Henderson pada komunitas keperawatan adalah sebagai berikut:
Model Nightingale menekankan lingkungan sebagai faktor penting yang mempengaruhi kesehatan pasien. Model ini memfokuskan pada aspek lingkungan fisik, psikologis, dan sosial. Model Henderson menitikberatkan pada kebutuhan dasar manusia yang terdiri atas 14 komponen aktivitas sehari-hari. Kedua model ini telah banyak diterap
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik. Perilaku memiliki pengaruh besar terhadap status kesehatan individu dan kelompok. Pendidikan kesehatan penting untuk merubah perilaku, meskipun perubahan perilaku dipengaruhi faktor-faktor lain."
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik. Perilaku memiliki pengaruh besar terhadap status kesehatan individu dan kelompok. Pendidikan kesehatan penting untuk merubah perilaku, meskipun faktor lain juga berperan dalam perubahan perilaku."
Modul ini membahas tentang pengantar sosiologi, keluarga, dan masyarakat. Materi yang dibahas meliputi pengertian sosiologi menurut beberapa tokoh seperti Durkheim, Weber, dan Sumarjan. Juga dibahas tokoh-tokoh perintis sosiologi seperti Comte, Marx, dan Durkheim. Modul ini juga menjelaskan pendekatan emik dan etik dalam sosiologi kesehatan, serta penerapan sosiologi di bidang keper
Dokumen tersebut membahas beberapa model dan nilai promosi kesehatan, yaitu: 1) Health Belief Model yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang, 2) Transtheoretical Model yang mengidentifikasi tahapan perubahan perilaku, 3) Theory of Reasoned Action yang menjelaskan pengaruh sikap dan norma sosial terhadap niat berperilaku, 4) Stress and Coping yang membahas hubungan antara stresor, stres, dan k
Konsep manusia dan kebutuhan dasarnya dibahas dalam dokumen tersebut. Konsep manusia dibagi menjadi manusia sebagai makhluk holistik dan sistem, yang mencakup aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar antara lain
Paragraf pertama memberikan latar belakang tentang hubungan antara kesehatan dan perilaku serta kompleksitas interaksinya. Paragraf berikutnya menjelaskan beberapa pertanyaan penting terkait hubungan ini seperti mengapa orang merokok atau kelebihan berat badan meskipun berisiko tinggi terhadap penyakit. Laporan ini akan menyajikan pengetahuan terkini tentang hubungan antara kesehatan dan perilaku beserta faktor-faktor yang memp
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku kesehatan dan perilaku sakit, termasuk definisi, faktor yang mempengaruhinya, domain perilaku, dan konsep kesehatan dan penyakit.
Calista Roy adalah perawat asal Amerika yang mencetuskan teori adaptasi keperawatan. Roy lahir pada tahun 1939 di California dan mulai mengembangkan teorinya pada tahun 1964. Teori ini menggunakan pendekatan sistem untuk menjelaskan manusia sebagai sistem adaptif holistik yang berinteraksi dengan lingkungan. Tujuan keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan proses adaptasi pasien.
Model Konseptual Florence Nightingale dan Virginia Henderson Pada Keperawatan...Yolly Finolla
Model konseptual Florence Nightingale dan Virginia Henderson pada komunitas keperawatan adalah sebagai berikut:
Model Nightingale menekankan lingkungan sebagai faktor penting yang mempengaruhi kesehatan pasien. Model ini memfokuskan pada aspek lingkungan fisik, psikologis, dan sosial. Model Henderson menitikberatkan pada kebutuhan dasar manusia yang terdiri atas 14 komponen aktivitas sehari-hari. Kedua model ini telah banyak diterap
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik. Perilaku memiliki pengaruh besar terhadap status kesehatan individu dan kelompok. Pendidikan kesehatan penting untuk merubah perilaku, meskipun perubahan perilaku dipengaruhi faktor-faktor lain."
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik. Perilaku memiliki pengaruh besar terhadap status kesehatan individu dan kelompok. Pendidikan kesehatan penting untuk merubah perilaku, meskipun faktor lain juga berperan dalam perubahan perilaku."
Modul ini membahas tentang pengantar sosiologi, keluarga, dan masyarakat. Materi yang dibahas meliputi pengertian sosiologi menurut beberapa tokoh seperti Durkheim, Weber, dan Sumarjan. Juga dibahas tokoh-tokoh perintis sosiologi seperti Comte, Marx, dan Durkheim. Modul ini juga menjelaskan pendekatan emik dan etik dalam sosiologi kesehatan, serta penerapan sosiologi di bidang keper
Dokumen tersebut membahas beberapa model dan nilai promosi kesehatan, yaitu: 1) Health Belief Model yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang, 2) Transtheoretical Model yang mengidentifikasi tahapan perubahan perilaku, 3) Theory of Reasoned Action yang menjelaskan pengaruh sikap dan norma sosial terhadap niat berperilaku, 4) Stress and Coping yang membahas hubungan antara stresor, stres, dan k
Konsep manusia dan kebutuhan dasarnya dibahas dalam dokumen tersebut. Konsep manusia dibagi menjadi manusia sebagai makhluk holistik dan sistem, yang mencakup aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar antara lain
Paragraf pertama memberikan latar belakang tentang hubungan antara kesehatan dan perilaku serta kompleksitas interaksinya. Paragraf berikutnya menjelaskan beberapa pertanyaan penting terkait hubungan ini seperti mengapa orang merokok atau kelebihan berat badan meskipun berisiko tinggi terhadap penyakit. Laporan ini akan menyajikan pengetahuan terkini tentang hubungan antara kesehatan dan perilaku beserta faktor-faktor yang memp
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku kesehatan dan perilaku sakit, termasuk definisi, faktor yang mempengaruhinya, domain perilaku, dan konsep kesehatan dan penyakit.
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
BAB 30.docx
1. STROKE
Asuhan Keperawatan dalam Aplikasi Teori Adaptasi Calista Roy
Pendahuluan
Keperawatan memiliki cara pandang pada respon manusia terhadap masalah
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, kemudian bantuan kepada
manusia diberikan pada individu, kelompok atau masyarakat yang tidak mampu
berfungsi secara sempurna dalam masalah kesehatan dan proses penyembuhan.
Pelayanan keperawatan pada pasien diberikan oleh perawat melalui penerapan
asuhan keperawatan professional. Asuhan keperawatan profesional merupakan
suatu tindakan pelayanan keperawatan yang dilakukan rumah sakit, komunitas,
dan di unit pelayanan lainnya yang melakukan asuhan keperawatan secara holistic
bioligis, psikogis, sosialogis, cultural dan spiritual yang komprehensif yang
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang
sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Untuk mencapai
keperawatan professional, hal ini sudah di diperkenalkan sejak dahulu oleh para
ilmuan keperawatan dalam model konsep keperawatan diantaranya model konsep
adaptasi oleh sister Callista Roy.
Dalam model adaptasi Calista Roy mengatakan bahwa manusia adalah total
dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan
dan setiap manusia memahami bagaimana individu memiliki kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif. Di rumah sakit manusia memiliki respon
adaptasi yang beragam terhadap kondisi sakit dan penerimaan akan sakit. Pada
pasien gangguan sistim neurologi seperti stroke, banyak perubahan fisik terjadi
secara mendadak selama serangan stroke sehingga akan menimbulkan masalah
penerimaan akan sakit, proses sakit sehingga pasien membutuhkan adaptasi, baik
dengan dirinya maupun dengan lingkungan sekitar pasien
Selama pasien menjalani perawatan di rumah sakit prioritas penatalaksanaan
stroke masuk kepada stadium akut. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dalam stadium ini untuk mengatasi faktor penyebab, penyakit penyulit
2. pasien, dan kolaborasi tindakan terapi fisik. Terapi fisik harus segera dilakukan
dalam pencegahan komplikasi akibat gangguan gerak. Seperti, kerusakan
integritas kulit akibat tekanan, spastisitas otot, infeksi saluran kemih, infeksi
saluran nafas, nyeri bahu, pencegahan pasien jatuh, deep vein thrombosis (DVT).
Selama di rumah sakit, pasien stroke mengalami berbagai masalah keperawatan
sehingga membutuhkan proses keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari
pengkajian, pemeriksaan fisik, diagnosa dan intervensi keperawatan. Faktor
keberhasilan dalam melakukan asuhan perawatan pada pasien stroke tergantung
dari kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.
Gambaran mode adaptasi Calista Roy
Konsep utama dalam model konseptual adaptasi Roy adalah manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan manusia Menurut Roy, manusia holistik (bio-
psikososial) dan merupakan sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dan
lingkungan secara konstan saling mempengaruhi. Sistem manusia terdiri dari
individu, kelompok, keluarga, organisasi atau masyarakat (Tomey & Alligood,
2010). Lingkungan juga merupakan konsep utama kedua dari model adaptasi Roy.
Lingkungan dipahami sebagai dunia didalam dan disekitar manusia sebagai sistem
adaptif. Faktor lingkungan yang mempengaruhi manusia adalah stimulus fokal,
kontekstual dan residual (Roy & Andrews, 1991; Tomey & Alligood, 2010).
Kesehatan merupakan suatu keadaan dan suatu proses untuk menjadi integritas
dan manusia secara utuh/keseluruhan. Kesehatan menggambarkan adaptasi,
interaksi antara manusia dan lingkungan. Sementara menurut Roy, keperawatan
merupakan ilmu dan praktik dengan aktifitas sebagai pengkajian terhadap perilaku
dan stimulus yang mempengaruhi adaptasi.
Sebagai sistim yang menggambarkan hubungan manusia dengan lingkungan dapat
dilihat dari satu kesatuan yang terdiri dari Input, Control, Proses Feedback, dan
Output. Input (Stimulus) merupakan proses dimana manusia merupakan suatu
3. sistim yang dapat menyesuaikan diri dan menerima masukan dari lingkungan luar
serta lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Dalam proses adaptasi manusia
dengan lingkungan tergambar dalam Mekanisme Koping dari manusia tersebut
dalam upaya penatalaksanaan stress pribadi, upaya penyelesaian masalah dan
mekanisme pertahanan diri. Mekanisme koping terdiri dari 2 (dua) mekanisme
koping dan mekanisme koping yang dipelajari. Mekanisme koping bawaan, yaitu
ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki oleh manusia dan mekanisme koping
yang dipelajari merupakan mekanisme koping yang dikembangkan melalui
strategi pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama
menjalani kehidupan.
Output, pada proses output dapat dilihat dari respon manusia adaktif dan respon
maladaptif. Respon adaptif dapat mempertahankan atau meningkatkan intergritas
dari manusia tersebut, sedangkan respon maladaptif dapat mengganggu integritas.
Respon adaptif dan respon maladaptif akan terjadi proses feedback, dimana
respon-respon tersebut selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada
manusia sebagai suatu sistim. Dengan adanya mekanisme koping sebagai
pertahanan adaptasi manusia maka akan terjadi proses penerimaan dari suatu
respon. Koping yang konstruktif (efektif) akan mempengaruhi peningkatan
kesehatan manusia tersebut sedangkan koping yang tidak konstruktif berpengaruh
terhadap sistim adaptasi manusia sehingga dengan respon ini akan menimbulkan
masalah kesehatan pada manusia tersebut dalam hal ini manusia akan jatuh
kepada tahap sakit. Respon yang tidak konstruktif dalam penermaan adaptasi
manusia terhadap respon negatif menurut Roy terlihat dalam respon maladaptif.
Respon mal adaptif tergambar dari Subsistem Regulator dan Kognator.
4. Subsistim regulator merupakan mekanisme respon utama yang mampu
beradaptasi dengan stimulus lingkungan dan repon ini juga gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada kimia tubuh, sistim saraf, dan endokrin.
Subsistim kognator merupakan gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat
alasan dan emosional.
A. Proses keperawatan model adaptasi Roy
1. Pengkajian perilaku dan stimulus
Pada pengkajian perilaku dan stimulus penulis menyajikan dalam bentuk
pengkajian mode adaptasi fisiologis, pengkajian konsep diri, pengkajian peran dan
pengkajian interdepeden. Masing-masing pengkajian perilaku dilakukan
pengkajian stimulus setiap pengkajian perilaku. Pengkajian stimulus yang
dilakukan yaitu stimulus fokal, stimulus kontektual dan stimulus residual.
Pengkajian Adaptasi Fisiologis
a. Oksigenasi
1) Pengkajian perilaku
Kebutuhan oksigenasi pada jaringan tubuh merupakan kebutuhan dasar untuk
adaptasi fisiologis seseorang dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, berperan sistim ventilasi, alveolar, pertukaran gas
kapiler, dan trasfortasi gas ke dan dari jaringan. Otak manusia merupakan organ
paling membutuhkan oksigen sehingga apabila terjadi kekuarangan maka otak dan
sel tubuh lainnya akan mengalami kerusakan dan kematian jaringan.
2) Pengkajian stimulus
Pengkajian stimulus fokal dari pengkajian perilaku oksigenisasi yang
berhubungan dengan ventilasi, pertukaran dan transfor oksigen. Stimulus
kontektual berhubungan pengaruh adaptasi dan ketidakefektifan prilaku seperti
5. perubahan struktur atau fungsi proses pernapasan seperti frekuensi napas, ritme,
kedalaman dan kemudahan pertukaran dan transfor oksigen. Pengkajian stimulus
residual pada oksigenisasi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi penyakit dan
trauma yang mengakibatkan perubahan proses oksigenasi dan faktor lingkungan
seperti riwayat merokok, alergi.
b. Nutrisi
1) Pengkajian perilaku
Pengkajian perilaku dalam pemenuhan nutrisi dapat dilihat dari pengkajian
pola makan, status gizi, sensasi Rasa dan membau, kondisi rongga mulut,
nafsu makan dan rasa haus, tinggi badan dan berat badan, alergi makanan,
nyeri, perubahan proses pencernaan dan pemeriksaan laboratorium
diantaranya albumin, pemeriksaan urin 24 jam, pemeriksaan darah lengkap,
HB, pemeriksaan terkait nutrisi dan metabolisme tubuh
2) Pengkajian stimulus
Pengkajian stimulus fokal pada pengkajian nutrisi dapat dilihat dalam masalah
penurunan motivasi untuk makan, kesenangan makan atau penyajian jenis
makan yang tidak sesuai dengan stimulus kontektual dalam perilaku nutrisi
dapat dikaji kondisi psikolois kecemasan pasien akibat proses penyakit yang
dialami pasien. Stimulus residual berhubungan dengan ketidaktahuan pasien
tentang terapi nutrisi yang diberikan, lingkungan yang kurang nyaman
memungkinkan menyebabkan penurunan nafsu makan dan kebiasaan makan
pasien, baik menu, jenis makanan.
c. Eliminasi
1) Pengkajian perilaku
Pada pengkajian sistim perkemihan Roy melihat dari 2 pengkajian fisik yaitu
pengkajian BAK dan BAB. Pada pengkajian BAK yang perilaku yang dilihat
diantaranya: frekuesi BAK dalam 24 jam, warna, jumlah setiap kali BAK dan
dalam 24 jam. Keluhan saat BAK (anuria, dysuria, nocturia, poliuria,
Inkontenensia dan Distensi bladder. Sedangkan pada pengkajian BAB yang
perilaku yang dilihat diantaranya: frekuensi BAB dalam 24 jam, warna, dan
6. keluhan (diare, konstipasi, nyeri saat BAB). Selain pemeriksaan BAK dan
BAB, pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan: urinalisa (kreatinin serum,
blood urea nitrogen (bun), ph urine, ketone, protein, crystal, sodium, calsium
dan chloride) dan pemeriksaan kultur feses.
2) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal dalam perilaku pengkajian eliminasi dapat dipengaruhi dilihat
dari pemasukan yang kurang adekuat pada pasien, makanan kurang serat,
nyeri, stress. Stimulus kontektual yang dapat menyebabkan stimulus fokal
seperti stres, nyeri, infeksi, gangguan pada sistim perkemihan atau pada sistim
pencernaan. Stumulus residual dapat dikaji budaya yang membiasakan pasien
sebelum dan sesuadah berkemih, tahap perkembangan seperti pada anak-anak
adanya gangguan toilet training pada pada anak-anak dan kebiasaan eliminasi
d. Aktifitas dan Istirahat
1) Pengkajian perilaku
Dalam pengkajian aktivitas dan istirahat Roy melihat dari frekuensi dan durasi
aktifitas sehari-hari, status motorik, mobilitas otot dan sendi, gaya berjalan dan
postur serta koordinasi. Aktifitas fisik merupakan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari frekuensi, intensitas dan durasi dalam
beraktifitas sehingga dapat ditentukan adekuasi level aktifitas dengan
kemampuan fisik pasien. Aktifitas fisik juga berdasarkan dari fungsi motorik.
Status fungsional merupakan kemampuan dalam beraktifitas sehari-hari
seperti mandi, menggunakan pakaian, makan dan berjalan, selain itu juga
termasuk kemampuan dalam menggunakan telepon, belanja, menyiapkan
makanan, dan melakukan kegiatan dalam rumah tangga. Gunanakan Barthel
index atau Functional Independence Measure (FIM) dalam mengkaji status
fungsional. Dalam menilai fungsi motorik dan status fungsional juga meilihat
dari massa, bentuk Otot dan kekuatan Otot. Gangguan dari aktifitas dan
istirahat dapat dilihat dari gangguan tidur, seperti: mata merah, kelopak mata
bengkak, lingkar mata hitam, sering menguap. Perilaku lain yang dapat
muncul mudah lelah, koordinasi neuromuskular yang buruk, disorientasi dan
bingung selain itu dampak psikologis yang mungkin muncul seperti mudah
7. tersinggung, gelisah, tremor tangan, tidak mau mendengarkan, wajah tanpa
ekspresi, malas berbicara atau tidak nyambung
2) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal merupakan kondisi Fisik dapat terjadi karena gangguan
struktur dan fungsi sistem musculoskeletal. Stimulus kontektual fraktur, stress
(gangguan tidur, mimori buruk, tidak puas dengan istrahat pasien), gangguan
lingkungan: suhu, lingkungan yang berbeda dari kebiasaan, cuaca, alat
pengaman di sekitar, kebisingan, bau, cahaya yang dapat menganggu aktifitas
dan istrahat pasien dan gangguan tahap perkembangan. Stimulus residual
kebiasaan personal dalam beraktifitas dan istirahat : kebiasaan pasien dalam
beraktifitas atau keadaan tertentu untuk membantu pasien dalam beristirahat,
riwayat insomnia
e. Proteksi
1) Pengkajian perilaku
Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan sistem imun. Seperti
pengkajian kulit, Inspeksi: Warna (eritema, sianosis, jaudice, pucat), lesi pada
kulit (warna, luas, bentuk, lama luka, lesi primer (makula, nodul, papula, dan
wheals) atau lesi sekunder(erosi, ulserasi, dan fissure), vaskularitas. Palpasi:
suhu, kelembaban, teksture, mobilitas dan turgor kulit. Pengkajian nyeri dan
kondisi kulit setelah tindakan operatif: Kaji nyeri (tipe, durasi, dan lokasi),
kondisi kulit, integritas kulit (warna), apabila ada drainage (warna jumlah dan
bau), edema, suhu. Pengkajian rambut dan kuku: distribusi rambut, jumlah,
teksture, kondisi kulit rambut, kaji apakah ada ketombe, keropeng. Kuku:
warna, bentuk, ketebalan, adanya lesi dari kuku. Pengkajian keringat dan suhu
tubuh: bau, jumlah, dan lokasi keringat pasien. Kaji suhu tubuh (hipertermia,
monotermia, dan hipotermia) dan pengkajian membran mucus: kaji adanya
nyeri atau ketidaknyamanan, inspeksi dari membran mukus (oral, nasal, mata
dan vagina), peningkatan sekresi, edema dan warna membran. Pada
pemeriksaan mulut kaji adanya stomatitis, plak oral, gigi, lidah, gusi, dan
mulut kering.
2) Pengkajian stimulus
8. Pengkajian stimulus fokal dalam pengkajian Roy dapat dilihat dalam
pengkajian status lingkungan: natural (cahaya matahari, oksigen, cuaca, suhu
lingkungan, racun, urin, feses, dan kelembaban lingkungan, sirkulasi udara),
non natural (agen farmakologis atau intervensi khusus), yang mempengaruhi
produksi keringan (penggunaan pakaian dan kemampuan ADL (peningkatan
aktifitas, frekuensi mandi, penggunaan sabun). Integritas kulit: kering atau
lembab, turgo kulit, tekstur kulit, temperatur kulit, status nutrisi, kondisi kuku,
warna rambut, kondisi psikologis. Stimulus konterktual yang menyebabkan
dari stimulus fokal diataranya Ketidakefektifan kognitif dalam merawat diri
dan stimulus residual tahap perkembangan atau perkembangan usia
berdasarkan dari perilaku pasien.
f. Sensasi
1) Pengkajian perilaku
Pengkajian perilaku dari penglihatan termasuk dalam kemampuan pengkajian
fisik dengan observasi dan pengukuran. Selain itu perawat menggunakan
interview yang sensitive, intuisi, dan persepsinya, tes skrining penglihatan.
Sensasi interaksi terhadap perubahan lingkungan seperti, panas dan dingin,
indra perasa,raba, pendengaran. Sensai pada kulit seperti, sentuhan,
tekanan,nyeri, panas/dingin.
2) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal merupakan perilaku yang menyebabkan terjadinya kerusakan
sementara atau pemanen ini berhubungan dengan sensasi dari perilaku, seperti
kehilangan rasa pada pasien deabetes melitus, kebutaaan yang disebabkan oleh
trauma, dan sebagainya. Stimulus kontektua dalam perilaku ini dapat dilihat
faktor yang membuat pasien mengalami kehilangan rasa, panas, nyeri, panca
indra. Stimulus residual dapat dilihat dari riwayat penyakit yang berhubungan
dengan stimulus kontektual.
g. Cairan, elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa
1) Pengkajian perilaku
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adalah perilaku intake dan output
dengan melihat gejala fisik diantaranya rasa haus, kulit kering, mukosa bibir
kering, tugor kulit, pembesaran vena jugularis dan oedema. Laborotorium
9. untuk mendukung perilaku yang ditemukan dapat melakukan pemeriksaan
terhadap natrium, kalium, kalsium, magnesium dan phostpa.
2) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal dalam perilaku cairan elektrolit dapat dilihat dari penyebab
yang menimbulkan perilaku pada pasein seperti faktor lingkungan termasuk
suhu lingkungan yang panas atau ketersedian air yang kurang, medikasi
seperti penggunaan obat diuretik yang lama dapat menyebabkan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit tubuh seperti natrium, kalium. Penggunaan antasida
dan lasaktif yang berlebihan menimbulkan gangguan elektrolit. Stimulus
residual disebabkan kebiasaan atau pengetahuan yang kurang pada pasien
seperti mengkonsumsi vitamin D yang berlebihan dapat terjadi absobsi yang
berlebihan pada usus sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit.
h. Fungsi Neurologis
1) Pengkajian perilaku
Secara tegas faktor utama yang membedakan status neurologis adalah tingkat
kesadaran. Bisa dikatakan bahwa “Otak tidak gagal tanpa adanya
pemberitahuan”. Seperti satu set perilaku yang dapat diprediksi dan dapat
diidentifikasi. Sedikit perubahan dari tingkat kesadaran memiliki arti yang
signifikan. Peningkatan gangguan memori (menjadi lupa) atau sedikit
kelemahan dapat menjadi indicator perilaku yang utama pada peningkatan
tekanan intracranial. Tingkat kesadaran dapat diklasifikasikan dalam beberapa
cara. Mitchel (2001) mencatat bahwa jumlah dan macam dari stimulus yang
diperlukan untuk membangkitkan individu dan respon alamiah adalah dasar
dimensi yang digunakan dalam semua klasifikasi. Karena hal tersebut
merupakan factor kunci untuk melakukan pengkajian. Pendekatan yang paling
sering digunakan dalam pengaturan perawatan akut untuk mengukur
kesadaran adalah Glasgow Coma Scale (GCS) (Jennet & Teasdale, 1977).
Kualitas respon motorik yang utama sebagai indicator dari status neurologis.
Control neurologis adalah fungsi motorik dasar yang harus dites pertama
dengan menanyakan kepada individu untuk menekan kedua tangan secara
bersamaan. Jika kesadaran terganggu, kualitas dari respon motorik terhadap
10. nyeri adalah bagian yang terpenting. Hal ini dapat dievaluasi selama prosedur
rutin yang termasuk penggunaan dari stimulus yang berbahaya, seperti suction
endotracheal
2) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal mengidentifikasi dari faktor yang berkontribusi untuk merubah
status neurologis, fungsi kognitif, dan kesadaran secara khusus seperti pada
kasus kecelakaan ditanyakan pakan ada pendarahan saluran nafas saat
kejadian, pusing, penurunan kesadaran. Stimulus fokal dapat dilihat dari
kondisi medis yang menyebabkan perubahan perilaku pasien. Stimulus
kontekstual dapat berhubungan penyebab dari munculnya stimulus fokal
seperti faktor kecelakan dan hal ini berdasarkan kasus yang dijumpai pada
pasien. Stimulus residual dapat dilihat karakteristik model gambaran riwayat,
dengan perilaku menjadi rangsangan dan satu stimulus yang mempengaruhi
lain
i. Fungsi Endokrin
1) Pengkajian perilaku
Pengkajian perilaku endokrin berkaitan erat dengan kemampuan tubuh dalam
mempertahankan seluruh fungsi fisiologisnya baik dalam mepertahankan
struktur maupun dalam tumbuh kembang. Pemeriksaan laboraturium yang
bisa dilihat untuk menilai perilaku fungsi endokrin adalah pengukuran
langsung konsentrasi berbagai hormone dan antibody spesifik, kimia klinik.
Hasil konfirmasi hormone pada plasma, darah, dan urin. Contohnya bioassay
horon tiroid, kortisol, PTH levels. Pengukuran tidak langsung. Pengukuran
konsentrasi hormon, seperti tes urin untuk 17 steroid ketogenic dan test
stimulasi tiroid, dan gula darah pasien
2) Pengkajian stimulus
Pengkajian stimulus fokal dapat dilihat dari faktor yang langsung berpengaruh
terhadap fungsi endokrin. Stimulus kontektual : faktor lain yang berpengaruh
terhadap situasi adaptif, termasuk tahap perkembangan (penderita DM tipe II
rata-rata berusia 30 tahun ke atas, tedapat obesitas), riwayat keluarga (ada atau
tidak keluarga yang menderita DM tipe II), kondisi lingkungan (lingkungan
eksternal dan internal. Perubahan lingkungan internal bisa berdampak
11. terhadap disfungsi glandtiroid), intervensi pelayanan kesehatan, tingkat
pendidikan individu (seberapa paham individu tersebut mengerti hubungan
kondisi dirinya dengan stimulus yang diterima. Apakah individu tersebut
mengerti hubungan diet, olahraga, dan insulin? Apakah dia memahami
pentingnya memonitoring glukosa darah secara konsisten dan berkelanjutan?).
stumulus residual didapatkan data dari riwayat pasien gangguan sistim
endokrin, kebiasaan dan pola makan pasien.
Pengkajian Konsep Diri
a. Pengkajian perilaku
Komponen dari mode konsep diri merupakan dasar perilaku pengkajian fisik
dan integritas spiritual. Sebagai perawat biasanya mengetahui tentang pasien,
karena adanya perilaku berbasis bukti yang mengindikasikan proses diri antara
fisik diri dan personal diri. Perilaku konsep diri merupakan manifestasi
melalui penampilan seperti berpakaian, postur, dan ekspresi wajah. Pernyataan
lebih lanjut yang membuat dirinya lebih penting. Seperti pasien tampak pucat
dan digambarkan memberikan komentar “saya merasa tidak baik”. Kedua
tampilan dan pernyataan perilaku yang berhubungan dengan komponen fisik
diri, sensasi tubuh. Sama dengan individu yang meminjam secara menyilang
atau symbol religious lainnya ke dalam rumah sakit yang menceritakan
tentang moral-etik-dan spiritual.
Perilaku personal diri merupakan ekspresi verbal dari pemikiran dan perasaan
yang dikemas dalam suatu aksi. Perasaan merupakan respon subjektif dari
individu, seperti perasaan baik, buruk, benar, dan salah. Tertawa, menangis,
menggoda, dan gemetar merupakan ekspresi dari perasaan. Perawat
diharapkan menjadi seseorang yang menyampaikan sebuah penerimaan, tidak
menuduh sebagaimana persepsi pribadinya, dan dapat emfasilitasi ekspresi
perasaan dan meningkatkan efektifitas kognator. Kaji juga perilaku non verbal
dari postur, ekspresi wajah, nada bicara, dan kontak mata. Personal diri juga
direfleksikan pada perencanaan, pengembangan nilai moral, dan konsistensi
pembuatan keputusan pada dirinya sendiri.
b. Pengkajian stimulus
12. Stimulus fokal dalam perilaku konsep diri dapat dilihat prilaku yang
menyebakan pasien menolak dirinya, perasaan tidak berguna, perasaan putua
asa pasien. Stimulus kontektual dapat dilihat dari faktor yang menyebabkan
dari stimulus fokal seperti kondisi fisik pasien yang menyebabkan pasien
kehilangan fungsi organ tubuhnya, berduka. Stimulus residual mekanisme
koping pasien, interaksi sosial pasien dengan lingkungan keluarga,
masyarakat.
Pengkajian Fungsi Peran
a. Pengkajian perilaku
Identifikasi peran termasuk peran-peran primer, sekunder, dan tersier yang
terjadi pada pasien dan hubungan orientasi tujuan dan perilaku emosi, bentuk
dasar pengkajian perilaku dari proses pengembangan peran. Pada pengkajian
perilaku, perawat memulai dengan mengidentifikasi usia pasien dan hubungan
peran primer. Dari informasi tersebut, peran sekunder dapat diproyeksikan,
dan menggunakan pertanyaan dengan maksud tertentu, peran sekunder dan
tersier dapat diidentifikasi dengan kepentingan relatif dari individu.
Pengkajian perilaku juga meliputi kebulatan tekad, orientasi tujuan, perasaan,
dan perilaku emosi berhubungan dengan masing-masing peran. Observasi
langsung dari peran spesifik dapat menyediakan informasi lebih lanjut sebagai
proses adaptif dari pengembangan peran. Pada dasarnya, perawat mengkaji
perilaku yang muncul dengan ekspektasi tujuan pada pasien, apakah perilaku
yang muncul menunjukkan kepuasan dari individu.
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal dari perilaku peran dapat dilihat dari perilaku yang
menyebabkan pasien kehilangan perannya, seperti kecacatan, perpisahan,
kehilangan, dan lain lain. Stimulus kontektual perilaku yang menyebabkan
munculnya stimulus fokal seperti kecelakaan, perpisahan dengan orang yang
dicintai, keadaan sosial sedangan stimulus residual dapat diliha dari kebiasaan
mekanisme koping, kehidupan sosial dalam masyarakat atau dalam keluarga.
Pengkajian Fungsi Interdependen
13. a. Pengkajian perilaku
Pengkajian suport sistem diantaranya menyebutkan nama orang yang penting
bagi pasien. siapa dia, bagaimana supportnya dan seberapa tergantungkah
anda pada dia? Selama ini pasien mengikuti perkumpulan, organisasi, asosiasi
dimana? Bagiamana pasien dalam bekerja (komitmen dan tanggung jawab)?
Bagaimana cara pasien dalam bekerja. Pertanyaan ini berhubungan dengan
kemampuan dalam kemandirian. Memberi dan menerima: apakah pasien
sering berbagi? Atau pasien sering menerima? Bagaimana pasien peduli
dengan orang lain? Apakah kepedulian orang lain kepada pasien memberikan
dampak kepada pasien? (kaji tingkah laku nonverbal pasien selama dirawat),
apakah pasien sering berbagi, bercanda, memberi hadiah, atau kontak dengan
orang lain. Pengkajian dapat dilakukan dengan keluarga terdekat pasien.
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal dapat dapat dilihat dari harapan pasien yang tidak terpenuhi,
kemampuan dalam mengasuh. Harga diri pasien sangat mempengaruhi
kemampuan pasien dalam melakukan adaptasi ataupun membina hubungan
dengan orang lain. Kemampuan berkomunikasi: komunikasi fleksibel,
artikulasi jelas, sensitif terhadap perilaku verbal dan nonverbal orang lain.
Kehadiran: kaji adanya kehadiran orang terdekat pasien. Stimulus kontektual
dapat dilihat dari tahap perkembangan perubahan signifikan dalam hidup:
bercerai, sakit kronik, perubahan suport sistem dan lain-lain yang merubah
kehidupan pasien, stimulus residual riwayat perceraian, kebiasaan mekanisme
koping, kehidupan sosial dalam masyarakat atau dalam keluarga.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan keputusan tentang
status adaptasi sistem manusia. Diagnosis keperawatan dirumuskan dengan
mengobservasi tingkah laku klien terhadap pengaruh lingkungan. Ada tiga
alternatif yang dapat digunakan dalam menetapkan diagnosis keperawatan (Roy
& Andrews, 1991):
a. Menggunakan tipologi diagnosis yang dikembangkan dan terkait dengan
empat mode adaptasi contoh syok (mode fisiologis)
14. b. Berdasarkan observasi respon dalam satu cara adaptasi, dengan
memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Respon perilaku sebagai
pernyataan masalah dan stimulus sebagai penyebab. Contoh kestabilan pola
eliminasi urine setelah operasi b.d ambulasi dini dan lingkungan yang
tenang
c. Kumpulan respon dari satu atau lebih mode adaptasi dihubungkan dengan
stimulus contoh klien nyeri dada saat melakukan senam, sedangkan klien
adalah atlet senam akibatnya klien tidak mampu melakukan senam lagi, maka
diagnosis keperawatannya kegagalan peran b.d keterbatasan fisik
Diagnosis dapat berupa diagnosis adatif (potensial), maladaptif (aktual)
maupun risiko maladaptif (risiko). Jenis diagnosis keperawatan yang dikaitkan
dengan empat model adaptasi, adalah (Roy & Andrews, 1991):
a. Fisiologi, terdiri dari sembilan kelompok, yaitu: aktivitas istirahat, nutrisi,
elininasi, cairan dan elektrolit, oksigenasi dan sirkulasi, sistem endokrin,
perlindungan kulit, sensori rasa serta fungsi gerak.
b. Konsep diri, terdiri dari dua, yaitu: physical self dan personal self.
c. Fungsi peran, ditekankan pada psikososial dalam menjalankan peran
individual dan sosial.
d. Interdependen, terkait dengan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Pada pasien stroke,
diagnosa yang muncul berdasarkan model adaptasi Roy dapat dilihat dalam
tabel.1
3. Penentuan tujuan
Tujuan keperawatan didefinisikan sebagai establishment of clear statement
of the behaviour outcome of nursing care. Tujuan terkait dengan kemampuan
klien yang tergambar dari keseluruhan tingkah laku yang menunjukkan resolusi
dari masalah adaptasi, dan diarahkan untuk meningkatkan perilaku adaptif atau
mengubah perilaku yang tidak efektif menjadi adaptif. Tujuan jangka panjang
menggambarkan akhir dari kemampuan adaptasi klien dan kemampuan tersebut
terkait dengan kemampuan klien secara menyeluruh, seperti: kemampuan hidup,
tumbuh, reproduksi, dan kekuasaan. Sedangkan tujuan jangka pendek adalah
15. tujuan yang diharapkan dari tingkah laku klien setelah dilakukan manipulasi
stimulus. Pernyataan tujuan meliputi perilaku yang diobservasi, perilaku yang
diharapkan akan berubah dan mempunyai waktu pencapaiannya (Roy & Andrews,
1991).
Untuk mencapai tujuan ada dua respon adaptasi yang mungkin didapatkan
oleh pasien, diantaranya respon adaptif merupakan keseluruhan yang
meningkatkan itegritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”.
Dan respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi
yang sesuai dengan tujuan “human system”. Dari kemampuan tingkat adaptasi
pasien yang merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga
kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Integrasi
merupakan adaptasi tingkat pertama yang menggambarkan fungsi dari proses
kehidupan untuk memenuhi kebutuhannya. Kompensasi merupakan kognator dan
regulator diaktifasi oleh suatu penolakan dari proses adaptasi. Kompromi
merupakan proses adaptasi dimana proses integrasi dan kompensasi tidak adekuat
(Roy, 2009).
4. Intervensi keperawatan
Intervensi didefinisikan sebagai pemilihan dari pendekatan keperawatan untuk
meningkatkan adaptasi dengan mengubah stimulus atau memperkuat proses
adaptasi. Pelaksanaannya dengan mengubah stimulus, baik fokal, kontekstual
maupun residual, menentukan efek dari perubahan tersebut dan apakah efek
tersebut sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Hal ini dilakukan dengan
mempertimbangkan klien sebagai holistik (Roy & Andrews, 1991). Intervensi
keperawatan pada pasien stroke iskemik dengan mengacu pada diagnosa NANDA
tahun 2012 dengan aktifitas keperawatan yang terdapat dalam NIC dalam
perencanaan intervensi keperawatan pada pasien stroke iskemik dapat dilihat
dalam tabel 1
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan keputusan keefektifan intervensi keperawatan dalam
hubungannya dengan perilaku sistem manusia, terkait dengan kemampuan klien
dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah
16. dialami. Untuk menentukan tujuan adaptif telah tercapai atau tidak digunakan
keterampilan intuisi, observasi, interview dan pengukuran (Master, 2012).
17. Tabel 2 Rencana keperawatan pada pasien stroke dengan Pendekatan Model Adaptasi Roy
Keterangan simbol:
F= stimulus fokal, K= stimulus kontektual, R= stimulus residual
No Mode
Adaptasi
Perilaku Stimulus Diagnosa NOC NIC
1. Adaptasi
`fisiologis
Oksigenisasi F:sekret (+), penurunan
kesadaran,
K:infeksi, immobilisasi, penurunan
reflek menelan,
R: riwayat penyakit paru
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Status respirasi :
jalan nafas paten dan
kontrol aspirasi
aspirasi
Manajemen airway,
suction jalan nafas dan
peningkatan batuk
F: sekret, sesak, infeksi
K: Nyeri, disfungsi neurovaskuler
R: merokok, penyakit paru
Ketidakefektifan
pola nafas
Tanda vital dalam
batas normal, status
respirasi : ventilasi
normal
Manajemen airway, terapi
oksigen dan monitor
respirasi
F: sumbatan pembuluh darah otak,
K: infakr jaringan otak
R: hipertensi, stroke berulang,
kolesterol
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
Status respirasi :
pertukaran gas
normal, kontrol
aspirasi, dan status
respirasi : ventilasi
normal
Manajemen airway,
monitor dan manajemen
asam basa
F: pendarahan,
K: pendarahan jaringan otak,
R:hipertensi, stroke berulang
Penurunan
kapasitas adaptif
intracranial
Monitor oedema
cerebri, monitor
peningkatan TIK,
monitor status
respirasi,
Keseimbangan
Manajemen oedema
serebri, manajemen
peningkatan TIK
18. elektrolit asam basa,
status neurologis:
kesadaran
F: penurunan reflek menelan,
batuk,muntah, penurunan
kesadaran
K: infark, gangguan motorik
R:hipertensi
Resiko aspirasi Pencegahan aspirasi Tindakan pencegahan
aspirasi dan enteral tube
feeding
F: hipoperfusi jaringan otak,
K: infark jaringan otak
R: hipertensi, kurang pengetahuan
Gangguan rasa
nyaman
Mengontrol nyeri Manajemen lingkungan,
terapi musik
Nutrisi F: muntah, intake inadekuat
K: gangguan menelan, penurunan
kesadaran, nyeri
R:
Ketidakseimbang
an nutrisi:
kurang dari
kebutuhan tubuh
Status nutrisi :
asupan makanan dan
cairan
Status nutrisi : intake
nutrien
Pengontrolan berat
badan
Momitor nutrisi,
manajemen nutrisi
F: kerusakan neuromuskular,
gangguan reflem menelan
K: infark serebral dan batang otak,
gangguan nervus IX, X
R: riwayat hipertensi,merokok dan
stroke berulang
Gangguan
menelan
Mencegah aspirasi,
status neurologik
fungsi sensorik dan
motorik
Terapi menelan, tindakan
pencegahan aspirasi
Eliminasi F: immobilisasi, penurunan
kesadaran, sensasi buang BAB
tidak ada
K: infark serebral, kurang serat
R: riwayat hipertensi, merokok
dan pola hidup tidak sehat
Konstipasi Eliminasi defekasi
dan hidrasi
Irigasi bowel, pengelolaan
bowel, bowel training,
diet ataging
19. F: kehilangan reflek berkemih
K: kerusakan motorik, infark
R: hipertensi
Inkontenensia
urin fungsional
Kontenesia urin,
eliminasi urin
Latihan berkemih,
perawatan inkontensia
urine
Aktifitas dan
istirahat
F: nyeri, hipoksia jaringan otak,
inflamasi
K: infark srebral, oedema serebral,
infeksi
R: riwayat hipertensi, lingkungan
dan kebiasaan tidur
Gangguan pola
tidur
Anxiety control,
konntrol nyeri,
kualitas tidur.
Sleep Enchancement,
Manajemen lingkungan
dan terapi musik
F: hemiparise, penurunan kekuatah
otot
K: infak serebral, penurunan
kesadaran
R: riwayat hipertensi,
Hambatan
mobilitas fisik
Mobilitas,
konsekuensi
imobilitas fisiologis,
posisi tubuh:inisasi
diri dan status
neurologis:kontrol
motorik sentral
Terapi aktifitas: ambulasi,
exercise therapy : joint
movement
F: hemiparise, immobilisasi,
penurunan kesadaran
K: infark srebral, pendarahan pada
serebral, oedema serebral
R:hipertensi,
Resiko sindrome
disuse
Status neurologis;
kesadaran,
konsekwensi
imobilisasi dan
mobilitas
Manajemen energi,
manajemen cairan,
manajemen nutrisi,
exercise terapi;mobilisasi
sensasi dan monitor tanda
vital
Proteksi F: immobilisasi, hemiparese,
perawatan diri inadekuat
K: immobilisasi, penurunan
kesadaran
R: infak serebral
Resiko infeksi Status nutrisi,
immune status, tidak
ada infeksi berulang,
suhu tubuh dalam
rentang normal
Pengendalian infeksi,
Perlindungan infeksi dan
Manajemen lingkungan
F: kelemahan anggota gerak,
kekuarangan kekuatan otot,
Resiko jatuh Peersonal safety,
status neurologis,
Pembatasan area,
manajemen energi,
20. K: gangguan motorik, infark
serebral, pendarahan serebral
R:riwayat hipertensi,
deteksi resiko dan
kontrol resiko
pencegahan Jatuh
F: immobilisasi lama, tirah baring
lama
K: hemiparese, penurunan
kekuatan otot
R: infark serebral, hipertensi
Resiko
kerusakan
integritas kulit
Integritas jaringan
kulit dan membran
mukosa,
penyembuhan luka
primer dan sekunder,
status nutrisi
Manajemen tekanan,
pengaturan posisi,
pencegahan tekanan pada
luka,
Sensasi F: gangguan nervus
K:gangguan nervus ix, x
R:infark serebral
Hambatan
komunikasi
verbal
Kemampuan
komunikasi,
kemmpuan
ekspresi,komunikasi:
represif
Pencapaian komunikasi :
defisit bicara, dan defisit
pendengaran
Cairan
elektrolit dan
keseimbanga
n asam basa
F:intake tidak adekuat, gangguan
menelan
K:gangguan nervus ix, x,
R: infark serebral
Kekurangan
cairan elektrolit
Keseimbangan
Elektrolit dan Asam
Basa, hidrasi, Status
Nutrisi : Asupan
Makanan dan Cairan
Monitor cairan,
manajemen cairan,
manajemen elektrolit,
manajemen elektrolit :
Hiperkalsemi, manajemen
syok : volume
Neurologis F: hipoksia, gagguan saraf
K: infark, hipoksia jaringan otak,
R: riwayat hipertensi
Kerusakan
memori
Orientasi kognitif,
memori dan status
neurologis
Pelatihan memori,
stimulasi kognitif dan
orientasi realitas
Funsi
endokrin
F: hiperklikemia
K:stres fisik
R: riwayat diabetes
Resiko glukosa
darah tidak
stabil
Kontrol Gula Darah,
Pengetahuan :
Manajemen
Diabetes, Status
Nutrisi, Kontrol
Resiko
Pengajaran : proses
penyakit Pengajaran :
aktivitas/latihan yang
dianjurkan
Pengajaran : diet yang
dianjurkan
Pengajaran : pengobatan
21. yang dianjurkan
Pengajaran :
prosedur/penanganan
Fisik diri F: hemiparese, pelo, aphasia
K: kerusakan nervus VII,IX,X,
infark serebral, kopping maladaptif
R: persepsi negatif, budaya
Gangguan citra
tubuh
Adaptasi terhadap
keterbatasan fisik,
citra tubuh,
peningkatan koping
Body image enhancement,
peningkatan kesadaran
diri, peningkatan harga
diri, peningkatan support
system
Personal diri F: hemiparese, pelo, aphasia
K: kerusakan nervus VII,IX,X,
infark serebral, kopping maladaptif
R: persepsi negatif, budaya
Harga diri
rendah
situasional
Harga diri, citra
tubuh dan
penerimaan status
kesehatan
Tingkatkan harga diri
F: hemiparese, pelo, aphasia
K: koping maladaptif
R: persepsi negatif, budaya
Ansietas Kontrol kecemasan,
koping adekuat
Penurunan kecemasan
2 Mode
fungsi
peran
F: perubahan status kesehatan
K: ketidakadekuatan sistim
pendukung
R: usia, konsep diri dan
kesejahteraan emosi
Penampilan
peran tidak
efektif
Penampilan peran
dan dukungan
pemberian asuhan
Peningkatan peran dan
dukungan pemberi asuhan
3 Mode
interdepend
ensi
F: kurangnya dukungan dari sistim
sosial
K: Harapan, kemampuan
komunikasi yang tidak adekuat
R: perubahan tahap perkembangan
Kerusakan
interaksi sosial
Keterampilan
interaksi sosial,
keterlibatan sosial
Peningkatan sosialisasi,
peningkatan support
system
22. DAFTAR PUSTAKA
Alligood & Tomey. (2006). “Nursing Theory : Utilization &
Application 4th
edition”. Mosby, Inc. Elsevier’s Health
Sciences Rights Department in Philadelphia : USA.
Alligood, Martha Raille and Ann Marriner Tomey. (2006). “Nursing
Theorists and Their Work”. Elsevier mosby : St.Louis,
Missouri.
Kozier [et.al]. (2002). “Kozier and Erb’s Techniques In Clinical
Nursing 5th
edition”. Pearson Education, Inc. : New Jersey.
Roy, Callista. (1999). “The Roy Adaptation Model 2nd
”. Appleton and
Lange Publisher.
Sitzman, Kathleen L and Lisa Wright Eichelberger. (2011).
“Understanding the Work of Nurse Theorists, A Creative
Beginning 2nd”
. Jones and Bartlett Publishers: Massachusetts.
Smeltzer, S.C dan Brenda, GB. (2007). “Buku Ajar Keeparawatan
Medical Bedah”. EGC: Jakarta
Prihardjo, R. (2007). “Pengkajian Fisik Keperawatan”. EGC: Jakarta
Willms, Janice L. (2005). “Diagnosis Fisik Evaluasi Diagnosis dan
Fungsi di Bangsal”. EGC: Jakarta
23. PROFIL PENULIS
Ns. Jufrika Gusni, M.Kep.Sp.Kep.MB
Ketertarikan penulis terhadap dunia kesehatan khususnya keperawatan
dimulai sejak pada tahun 2000 silam. Hal tersebut membuat penulis
melanjutkan sekolah ke Akademi Keperawatan Ranah Minang pada
tahun tersebut dan berhasil lulus tahun 2003. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dan berhasil
menyelesaikan studi S1 dan profesi Ners di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Andalas pada tahun 2007. Penulis
melanjutkan pendidikan studi S2 keperawatan dan spesialis
keperawatan medical bedah di prodi Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia pada tahun 2013 dan menyelesaikan pendidikan spesialis
keperawatan pada tahun 2016.
Penulis memiliki kepakaran dibidang keperawatan medical bedah.
Saat ini berkarir sebagai dosen keperawatan pada fakultas Psikologi
dan Kesehatan Universitas Negeri Padang. Selain sebagai dosen
penulis juga aktif sebagai pembicara di seminar keperawatan medical
bedah dan instruktur pelatihan BTCLS sejak tahun 20018. Penulis
juga aktif dalam melaksanakan tridarma perguruan tinggi diantaranya
penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Email Penulis: jufrikagusni22@gmail.com // wajib diisi untuk mengirim
buku digital dan sertifikat
Note: Profil ditulis seperti diatas, minimal 150 dan maksimal 200 kata dan
wajib memiliki foto
24. DATA PENGIRIMAN DAN PENGAJUAN HKI
1. Untuk Pengiriman buku cetak, mohon isi data berikut
Nama Penerima : Ns. Jufrika Gusni, M.Kep.Sp.Kep.MB
Alamat (lengkap): Perumahan Duta pratama, RT/RW 03/03 Berok
Rakit Kelurahan Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo. Kota Padang
Sumatera Barat
HP. Aktif : 085263034981
Note: alamat wajib mencantumkan kel./desa, kec., dan kab./kota
--------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------
2. Untuk pengajuan HKI, mohon mengisi data berikut sesuai yang
tertera pada KTP:
Nama Lengkap Ns. Jufrika Gusni,
M.Kep.Sp.Kep.MB
Alamat: Perumahan Duta Pratama, RT/RW
003/003
Kel/DesaKurao Pagang Kec.: Nanggalo
Kota: Padang
Privinsi: Sumatera Barat
Kode Pos: 25147
Email: jufrikagusni22@gmail.com
Hp. Aktif: 085263034981
25. TTD DIATAS MATERAI
Pastikan Bertandatangan diatas MATERAI 10.000
menggunakan kertas putih bersih (tanpa nama
dibawahnya) dan warna pulpen yang jelas (hitam
atau biru)