Auditing adalah suatu hal yang tak dapat lepas dari dunia bisnis. Auditing itu sendiri adalah penghimpunan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria yang ditetapkan. Bukti yang dimaksud adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit tersebut sesuai dengan kriteria yang ada.
SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, MEMBANDINGKAN KERANG...
Auditor di Tengah Disrupsi Teknologi
1. Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Razikun, CPA.
Auditor di Tengah Disrupsi Teknologi
Oleh: Suci Wulandari (2106753624)
Auditing adalah suatu hal yang tak dapat lepas dari dunia bisnis. Auditing
itu sendiri adalah penghimpunan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria
yang ditetapkan. Bukti yang dimaksud adalah segala informasi yang digunakan
oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit tersebut sesuai
dengan kriteria yang ada.
Proses auditing dikerjakan oleh auditor yang kompeten dan juga
independen. Mengutip dari Dr. Muhammad Razikun, CPA, “Dibutuhkan etika
profesional yang tinggi dari auditor sehingga dia bisa melaksanakan seluruh
proses audit.” Seorang auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami
kriteria dari proses auditing dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta
jumlah bukti yang harus dihimpun untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah
bukti tersebut selesai diperiksa. Independensi juga sangat dibutuhkan oleh seorang
auditor agar audit yang dilaporkan tidak bias atau dapat disetir oleh pihak tertentu.
Menurut Dr. Razikun, CPA:
“Maka di dalam profesi akuntan publik, standar dan aturan dibuat ketat.
Kemudian, ada pendidikan berkelanjutan, ada training-training yang terus
harus diikuti oleh seorang auditor meskipun ia sudah menjadi akuntan
publik, tetapi ia tetap harus mengikuti pelatihan, misalkan, dalam setahun
ada delapan pelatihan pelatihan, dalam rangka memelihara ilmunya .”
Di dunia yang sedang berada pada era Revolusi Industri 4.0, peran auditor
dan auditing juga mengalami berbagai tantangan yang tak dapat dianggap sepele.
Sebelum itu, mari pahami apa maksud dari Revolusi Industri itu sendiri, terutama
Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri adalah sebuah perubahan secara masif
yang terjadi pada bidang manufaktur, pertanian, pertambangan, dan lain-lain yang
sifatnya meningkatkan jumlah produksi dan juga efisiensi dan efektivitas kerja.
Dunia yang kita kenal sejatinya telah mengalami tiga Revolusi Industri.
Revolusi Industri keempat sendiri ditandai dengan hadirnya internet di tengah
masyarakat. Kehadiran internet ini kemudian membawa banyak sekali perubahan
dan menghubungkan antara belahan dunia yang satu dengan yang lainnya. Pada
Revolusi Industri 4.0, internet yang hadir juga terus didorong oleh perkembangan
teknologi yang sangat masif. Perkembangan yang tak terbendung dari teknologi
ini lah yang membuat disrupsi teknologi. Disrupsi teknologi di sini bermakna
sebagai perubahan atau inovasi yang terjadi secara fundamental karena kemajuan
teknologi.
Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan internet dan teknologi membuat
banyak sekali perusahaan dengan inovasi-inovasi yang sebelumnya mungkin tak
terbayang muncul dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir. Disrupsi ini juga
membentuk pasar baru sekaligus mematikan beberapa pasar yang telah ada
2. Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Razikun, CPA.
sebelumnya. Terciptanya pasar baru di satu sisi dapat meningkatkan kebutuhan
akan tenaga audit.
Meski begitu, munculnya inovasi seperti blockchain menjadi sebuah
tantangan bagi auditor. Blockchain adalah sistem penyimpan data digital yang
dibuat untuk merekam transaksi yang dilakukan berbagai pihak dalam sebuah
jaringan, blockchain juga kerap kali disebut sebagai buku besar digital. Teknologi
ini digunakan sekarang marak digunakan untuk transaksi cryptocurrency.
Transaksi yang direkam oleh blockchain bersifat permanen dan tidak dapat
diubah.
Beberapa sumber telah menyiratkan bahwa blockchain mungkin saja
menggantikan posisi auditor dalam hal pembuatan laporan keuangan. Selaras
dengan blockchain, peran Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan juga
telah lama dianggap oleh sebagian orang mengancam posisi auditor dan akuntan.
Akan tetapi, peranan auditor dalam menilai apakah transaksi yang dicatat tersebut
didukung oleh bukti yang relevan, andal, objektif, akurat, dan dapat diverifikasi
masih sulit untuk digantikan oleh blockchain. Pencatatan transaksi dalam
blockchain mungkin saja tidak memberikan bukti audit yang cukup yang
berkaitan dengan transaksi.
Laporan keuangan sejatinya mencerminkan pernyataan manajemen,
termasuk perkiraan, banyak di antaranya tidak dapat dengan mudah diringkas,
dihitung, atau dijawab oleh blockchain. Dalam hal ini, peran auditor masih sangat
dibutuhkan. Mengingat krusialnya peran laporan keuangan dalam dunia bisnis,
peran auditor dalam menggunakan skeptisisme profesional mereka sangat
diharapkan oleh para pengguna laporan keuangan. Meski begitu, auditor juga
harus tetap memantau perkembangan blockchain dan peluang untuk mengadopsi
teknologi blockchain demi meningkatkan efisiensi pengumpulan data selama
audit. Efisiensi yang dihadirkan oleh blockchain juga harus diseimbangkan
dengan cara untuk mengatasi risiko kesalahan yang mungkin saja terjadi.