Sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah disusun berdasarkan pedoman umum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. Pedoman umum ini mengatur penyusunan laporan keuangan, bagan akun standar, dan hubungan antara standar akuntansi dengan sistem akuntansi pemerintah.
5. 5
SISTEM AKUNTANSI
Lap. Keuangan
- LRA
- Neraca
- LAK
- CaLK
Proses Akuntansi
- Analisa Transaksi
- Jurnal / Entries
- Posting
Transaksi
- Keuangan
- Kekayaan
- Kewajiban
Relevan
Andal
Dpt dibandingkan
Dpt dipahami
Input Process Output
Formulasi
Prosedur
Transaksi
Bagan
Akun
Standar
Pengaturan
Kelembagaan
Hardware
Dan
Software
Personil
Terampil
Standar Akuntansi
HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI
6. • Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat dan Sistem Akuntansi Pemerintah daerah
disusun dengan mengacu pada pedoman umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan.
• Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
PUSAP
(PASAL 6)
PMK No 238/PMK.05/2011
Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
7. PMK 238/2011 - PUSAP
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
disusun dalam rangka mewujudkan konsolidasi
fiskal dan statistik keuangan Pemerintah secara
nasional.
Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai
dengan SAP.
Laporan keuangan disusun melalui suatu sistem
akuntansi pemerintahan yang mengacu pada
pedoman umum sistem akuntansi pemerintahan.
8. PMK 238/2011 - PUSAP
• Pemerintah pusat menyusun laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN.
• Pemerintah daerah menyusun laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBD.
• Laporan keuangan dari:
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
• Neraca
• Laporan Operasional
• Laporan Arus Kas
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Catatan atas Laporan Keuangan
9. SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Menteri Keuangan menyusun sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah pusat yang mengacu pada Pedoman
umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
• Gubernur/bupati/walikota menyusun sistem akuntansi
pemerintah daerah yang mengacu pada Pedoman umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan.
• Sistem akuntansi pemerintah daerah diatur dengan Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota.
• Sistem akuntansi pemerintah daerah mengacu pada peraturan
daerah dan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengelolaan keuangan daerah.
11. PUSAP
• PENDAHULUAN
• LAPORAN KEUANGAN
• BAGAN AKUN STANDAR
• PENDAHULUAN
• KLASIFIKASI ANGGARAN DAN PELAPORAN
• PEDOMAN UMUM BAGAN AKUN STANDAR BERBASIS
AKRUAL
• BAGAN AKUN STANDAR PEMERINTAH PUSAT
• BAGAN AKUN STANDAR PEMERINTAH DAERAH
• BAGAN AKUN STANDAR UNTUK KONSOLIDASI
• KERANGKA STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH
12. LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM
» UU 17 Tahun 2003 :
» Pengakuan dan pengukuran dengan basis akrual
» bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP
» PP no 71 TAHUN 2010 Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintah
» Lampiran I tentang SAP berbasis akrual dan harus dilaksanakan
selambat-lambatnya tahun 2015.
» Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan
Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan mengacu
pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
13. TUJUAN PUSAP
» Menjadi acuan yang harus dipenuhi oleh para
penyusun dan pengembang sistem akuntansi baik di
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
» Namun keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam
Pedoman Umum tidak menghalangi masing-masing entitas
pelaporan keuangan pemerintah untuk memberikan informasi
yang relevan bagi pengguna laporan keuangan sesuai kondisi
masing-masing entitas
» Menciptakan keseragaman dalam penerapan
perlakuan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan, sehingga meningkatkan daya banding di
antara laporan keuangan entitas pemerintah.
14. RUANG LINGKUP
• PUSAP berlaku untuk penyusunan sistem
akuntansi dan pelaporan keuangan :
– pemerintah pusat
– pemerintah daerah
– konsolidasian.
15. ACUAN PENYUSUNAN PUSAP
1. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dan Interpretasi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (ISAP).
2. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah di bidang
akuntansi dan pelaporan keuangan.
3. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
laporan keuangan.
4. Jika PSAP memberikan pilihan atas perlakuan akuntansi,
maka diwajibkan untuk mengikuti ketentuan pemerintah.
19. KEBIJAKAN AKUNTANSI
• Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehati-
hatian dan mencakup semua hal yang material dan sesuai
dengan ketentuan dalam PSAP.
• Apabila PSAP belum, maka pemerintah harus menetapkan
kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
menyajikan informasi:
– Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk
pengambilan keputusan; dan
– Dapat diandalkan, dengan pengertian:
• mencerminkan kejujuran,
• menggambarkan substansi ekonomi dari dan tidak semata-mata
bentuk hukumnya;
• netral, yaitu bebas dari keberpihakan;
• dapat diverifikasi;
• mencerminkan kehati-hatian; dan
• mencakup semua hal yang material.
20. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Pemerintah menggunakan pertimbangannya untuk
menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan informasi
bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.
Dalam melakukan pertimbangan tersebut pemerintah
memperhatikan:
a. persyaratan dan pedoman PSAP yang mengatur hal-hal yang
mirip dengan masalah terkait;
b. definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban,
pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, dan
penerimaan/pengeluaran pembiayaan yang ditetapkan dalam
Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan dan
PSAP; dan
c. peraturan perundangan terkait pengelolaan keuangan
pemerintah pusat/daerah sepanjang konsisten dengan huruf a
dan b.
21. PENYAJIAN
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar
Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas,
sedangkan kewajiban menurut urutan jatuh temponya
Laporan Operasional menggambarkan pendapatan dan beban yang
dipisahkan menurut karakteristiknya dari kegiatan utama/operasional
entitas dan kegiatan yang bukan tugas dan fungsinya.
Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis dengan urutan
penyajian sesuai komponen utamanya dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan
Menjelasan atas pos-pos laporan keuangan tidak diperkenankan
menggunakan ukuran kualitatif.
• Perubahan akuntansi wajib memperhatikan perubahan estimasi
akuntansi, perubahan estimasi dan kesalahan mendasar
• Pada setiap lembar LK harus diberi pernyataan bahwa “catatan atas
laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan”.
22. FORMAT UMUM LAPORAN KEUANGAN
• Format laporan keuangan untuk pemerintah pusat
mengikuti ketentuan yang diatur Menteri Keuangan.
• Format laporan keuangan pemerintah daerah mengikuti
ketentuan yang diatur Menteri Dalam Negeri dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri.
• Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam
yang mengatur mengenai format laporan keuangan
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan
ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan
keuangan pemerintah pusat dan daerah
23. NERACA
Neraca merupakan komponen laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu
• FORMAT ketentuan umum
• Pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur
Menteri Keuangan.
• Pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur
Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri.
• Format Neraca mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan
24. LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)
LRA menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-
LRA, belanja, transfer, surplus/defisit LRA dan pembiayaan
suatu entitas diperbandingkan dengan anggarannya.
Informasi ini berguna untuk mengevaluasi alokasi sumber
daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan terhadap anggaran
• FORMAT
• Pendapatan-LRA;
• Belanja;
• Transfer;
• surplus/Defisit-LRA;
• Penerimaan pembiayaan;
• Pengeluaran pembiayaan;
• Pembiayaan neto;
• Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).
25. LAPORAN OPERASIONAL
LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan
dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional
dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya.
• FORMAT
• Pendapatan-LO;
• Beban;
• Surplus/Defisit dari operasi;
• Kegiatan Non Operasional;
• Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;
• Pos Luar Biasa;
• Surplus/Defisit-LO.
26. LAPORAN ARUS KAS (LAK)
LAK memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan.
Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan.
Bagian dari laporan financial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu
yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan dan trnsitoris
• FORMAT – ketentuan umum
27. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)
LPE menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos ekuitas awal,
surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; koreksi-
koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan
ekuitas akhir.
• FORMAT
• Ekuitas awal;
• Surplus/defisit – LO pada periode bersangkutan;
• Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi
ekuitas,
• Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya;
• Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
• Ekuitas akhir.
28. LAPORAN PERUBAHAN SAL (LPSAL)
PSAL menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut Saldo Anggaran
• FORMAT
• Saldo Anggaran Lebih Awal;
• Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
• Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
• Koreksi kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya;
• Lain-Lain;
• Saldo Anggaran Lebih Akhir.
29. LAPORAN CATATAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN (CALK)
LO meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas
nilai suatu pos yang disajikan dalam lapaoran keuangan.
Penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh
Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi
dan komitmen-komitmen lainnya.
• FORMAT
• Penjelasan Umum
• Penjelasan Atas Pos-Pos LRA
• Penjelasan Atas Pos-Pos Neraca
• Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Arus Kas
• Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Operasional
• Penjelasan Atas Laporan Perubahan Ekuitas
• Penjelasan Atas Laporan Perubahan SAL
32. PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
PRESIDEN
Pemegang kekuasaan PKN
MENTERI………
PENGGUNA
ANGGARAN
MENTERI……
PENGGUNA
ANGGARAN
MENTERI KEUANGAN
PENGGUNA
ANGGARAN
MENTERI KEUANGAN
SELAKU PENGELOLA FISKAL
(BUN)
UTANG
DAN HIBAH
PENERUSAN
PINJAMAN
INVESTASI
SUBSIDI
BELANJA
LAIN-LAIN
TRANSFER
KE DAERAH
BADAN
LAINNYA
TRANSAKSI
KHUSUS
33. Pengelolaan Fungsi
Bendahara Umum Negara
Menteri Keuangan
Selaku Pimpinan
Departemen
Keuangan
Dilaksanakan oleh
Setjen Depkeu
Selaku
Bendahara Umum Negara
(SA-BUN)
Pengelola BAPP
Pengelola Utang
Pemerintah & Hibah
Dilaksanakan oleh
DJPU
061, 096, 097, 101, 102
(SA-UP&H)
Pengelola
Investasi Pemerintah
Dilaksanakan oleh
DJKN
099
(SA-IP)
Pengelola
Penerusan Pinjaman
Dilaksanakan oleh
DJPBN
098
(SA-PP)
Pengelola
Transfer ke Daerah
Dilaksanakan oleh
DJPK
070, 071
(SA-TD)
Pengelola
Belanja Subsidi dan
Belanja Lain-lain)
Dilaksanakan oleh
DJA
062, 069
(SA-BSBL)
Pengelola
Badan Lain
Dilaksanakan oleh
DJPBN
Pengelola
Transaksi Khusus
(SA-TK)
Dilaksanakan oleh
masing-masing
Eselon 1 Depkeu
(SA-TK)
Pengelola Barang
“BUN”
(SiAP)
(A-BL)
UA-BUN
-PPh Migas
-PNBP Migas dan
PNBP Migas Lainnya
-Penerimaan Laba BUMN
Perbankan dan Non-Perbankan
35. 1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP)
Unit pemrosesan data SiAP:
• KPPN selaku UAKBUN-D ;
• Kanwil DJPBN selaku UAKKBUN;
• Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara (DPKN) selaku UAKBUN-
P;
• Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (DAPK) selaku
UABUN .
Laporan SiAP:
• Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan
Laporan Arus Kas (LAK) dan Neraca KUN;
• Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran dan Neraca SAU.
36. Pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran s/d pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan pada
Kementerian Keuangan selaku BUN
PMK No.171/PMK.05/2007
PMK No.233/PMK.05/2011
DJPBN
Dit. PKN
KPPN
Kanwil
DJPBN
UAKBUN Pusat
UAKBUN Daerah
UAKKBUN
SiAP
PELAKSANAAN & PELAPORAN
SAU
SAKUN
LRA
NERACA
LAK
CALK
37. 2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah &
Hibah (SAUP&SIKUBAH)
Unit pemroresan data:
SA-UP&H dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
sebagai UAPBUN. Laporan disampaikan ke UABUN
1. Laporan Realisasi Anggaran, berupa:
– Laporan Realisasi Penerimaan Pembiayaan;
– Laporan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan;
– Laporan Realisasi Penerimaan Hibah;
– Laporan Realisasi Pembayaran Bunga Utang;
2. Neraca;
3. Catatan atas Laporan Keuangan;
4. Laporan Posisi Utang (managerial report).
38. 3. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP)
• Menghasilkan neraca dan LRA
• Dilaksanakan oleh DJKN DepKeu selaku UAPBUN, melaporkan hasil
laporan ke UABUN.
39. SA-IP
Pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran s/d pelaporan
posisi investasi pemerintah,
penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan terkait investasi
(PMK No.190/PMK.05/2011)
PELAKSANAAN & PELAPORAN
DJKN
UAPBUN
UNIT/
INSTANSI
PENGELOLA
DANA ERGULIR
UAKPA
BKF
UAKPA
KEMEN
T-BUMN
UAKPA
UNIT/
INSTANSI
PENGELOLA
IP-JK PANJANG
UAKPA
LRA
NERACA
CALK
LAP.INVESTASI
PEMERINTAH
40. 4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP)
Unit pemrosesan data:
SA-PP dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q.
Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman (Dit.PPP) selaku
UAPBUN.
Laporan yg dihasilkan:
1. Laporan Realisasi Penerusan Pinjaman;
2. Neraca;
3. Catatan atas Laporan Keuangan.
• Pengiriman Laporan Keuangan ke DAPK disertai dengan
”Pernyataan Tanggung Jawab” yang ditandatangani oleh Direktur
PPP selaku kepala UAPBUN Dit.PPP
• Dit.PPP melakukan rekonsiliasi data dengan DJPBN c.q DPKN
setiap triwulan
41. 5. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SATD)
Laporan yang dihasilkan:
• Laporan Realisasi Transfer ke Daerah
• Neraca
• CaLK
SA-TD dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
(DJPK) selaku UAPBUN memproses data transaksi dokumen anggaran,
dokumen pengeluaran, dokumen penerimaan, dan dokumen lain yang
dipersamakan untuk transfer ke PemDa yang berupa Belanja Dana
Perimbangan dan Belanja Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.
42. 6. SISTEM AKUNTANSI BELANJA SUBSIDI DAN BELANJA
LAIN-LAIN (SA-BSBL)
Unit Pemroses Data SA-BSBL:
SBL tingkat UAPA dilaksanakan oleh Departemen Keuangan c.q
Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
• DJA mengirimkan laporan keuangan beserta ADK kepada Dit.APK
setiap semester dan tahunan.
• Pengiriman Laporan Keuangan ke Dit.APK disertai dengan
”Pernyataan Tanggung Jawab” yang ditandatangani oleh Direktur
DJA selaku kepala UAPBUN DJA
• DJA melakukan rekonsiliasi data dengan DJPBN c.q KPPN/Dit.PKN
setiap bulan
43.
44. 7. SISTEM AKUNTANSI TRANSAKSI KHUSUS
(SA-TK)
LAPORAN SA-TK
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Neraca;
3. Catatan atas Laporan Keuangan.
45. Unit Pemroses Data SA-TK
• Akuntansi -Transaksi khusus dilaksanakan oleh unit-unit eselon 1 di
lingkup Departemen Keuangan yang diberikan kewenangan oleh
Menteri Keuangan
• Unit-unit eselon 1 di lingkup Departemen Keuangan memproses data
transaksi tersebut dan menyampaikan laporan beserta ADK kepada
DAPK.
46. 8. AKUNTANSI BADAN LAINNYA (A-BL)
• Pengiriman Laporan Keuangan ke DAPK disertai dengan ”Pernyataan
Tanggung Jawab” yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan selaku
kepala UAPBUN TK.
• Unit-unit eselon 1 di lingkup Departemen Keuangan yang diberikan
kewenangan oleh Menteri Keuangan melakukan rekonsiliasi data
dengan DJPBN Dit.PKN setiap triwulan.
47. Unit Pemroses Data SA-BL
• Akuntansi Badan Lainnya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan c,q, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
• Proses akuntansi dilakukan dengan menggabungkan laporan keuangan
badan lainnya tersebut ke dalam LKPP.
48. Pengiriman Laporan Keuangan ke DAPK disertai dengan ”Pernyataan
Tanggung Jawab” yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan selaku
kepala UAPBUN BL.
49. Format Laporan Keuangan
Format Berita Acara Rekonsiliasi
Format Pernyataan Telah Direviu Masa
Kerja
Format Pertanggungjawaban
50. Format Laporan Keuangan
• Laporan Realisasi APBN
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
• Neraca
• Laporan Operasional
• Laporan Arus Kas
• Laporan Perubahan Ekuitas
• CALK
60. Suplemen Laporan
Keuangan
• Laporan Keuangan dilampiri dengan laporan keuangan BLU bentuk
ringkas.
• Laporan Keuangan dapat dilampirkan ikhtisar dan/atau informasi
tambahan non-keuangan yang relevan.
62. Laporan Keuangan dan Kinerja
Interim
• Kepala satuan kerja sebagai kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan
Kementerian Negara/Lembaga menyampaikan Laporan Keuangan dan
Kinerja interim sekurang-kurangnya setiap triwulan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga.
• Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Laporan Keuangan dan Kinerja
interim Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan Laporan Keuangan
dan Kinerja interim kuasa Pengguna Anggaran menyampaikannya
kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
• Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai Pengguna
Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan Laporan
Keuangan dan Kinerja interim sekurang-kurangnya setiap triwulan
kepada gubernur/bupati/walikota, dilampiri dengan Laporan Keuangan
dan Kinerja interim atas pelaksanaan kegiatan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.
63. Laporan Keuangan atas Pelaksanaan
Kegiatan Dana Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan
SKPD
Menteri/Pimpinan
Lembaga Terkait
Gubernur
Menteri/Pimpinan
Lembaga Terkait
Presiden melalui
Menteri
Keuangan
Laporan Keuangan
dan Kinerja atas
pelaksanaan kegiatan
Dana
Dekonsentrasi/Tugas
Perbantuan
(Lampiran PPA)
Laporan
Keuangan dan
Kinerja
gabungan
Laporan
Keuangan dan
Kinerja K/L
65. Laporan Manajerial di Bidang Keuangan
• Laporan manajerial di bidang keuangan dapat dihasilkan dari Sistem
AkuntansiPemerintahan.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, isi, dan tata cara
pelaporan manajerial diatur dengan peraturan Menteri/Pimpinan
Lembaga/gubernur/bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk.
66. Pengendalian Intern
• Untuk meningkatkan keandalan Laporan Keuangan dan Kinerja, setiap
Entitas Pelaporan dan Akuntansi wajib menyelenggarakan Sistem
Pengendalian Intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait.
• Dalam Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara data transaksi keuangan yang
diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran
dengan data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Bendahara
Umum Negara/Daerah.
• Aparat pengawasan intern pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga/
pemerintah daerah melakukan review atas Laporan Keuangan dan Kinerja
dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum
disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/gubernur/bupati/walikota
kepada pihak-pihaksebagaimana diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 11 (BPK).
• Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menunjuk
apparat pengawasan intern pemerintah untuk melakukan evaluasi efisiensi
dan efektivitas pelaksanaan kegiatan Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan serta Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan pada
Pengguna Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran yang bersangkutan.
67. Sanksi Administratif
• Setiap keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan oleh Pengguna
Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat yang
disebabkan oleh kesengajaan dan/atau kelalaian, Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara dapat memberi sanksi berupa penangguhan
pelaksanaan anggaran atau penundaan pencairan dana.
• Setiap keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan oleh Pengguna
Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah daerah
yang disebabkan oleh kesengajaan dan/atau kelalaian, kepala satuan kerja
pengelola keuangan daerah selaku Bendahara Umum Daerah dapat
memberi sanksi berupa penangguhan pelaksanaan anggaran atau
penundaan pencairan dana.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota
dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri.
• Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
membebaskan kuasa Pengguna Anggaran dari kewajiban penyampaian
Laporan Keuangan.
69. Ruang Lingkup Keuangan Daerah
Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman
Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga
Penerimaan daerah
Pengeluaran daerah
Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan daerah
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
KETENTUAN UMUM
70. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini
meliputi kekuasaan
pengelolaan :
Ruang Lingkup Keuangan Daerah
KETENTUAN UMUM
• keuangan daerah
• azas umum dan struktur APBD
• penyusunan rancangan APBD
• penetapan APBD
• penyusunan dan penetapan
APBD bagi daerah yang belum
memiliki DPRD
• pelaksanaan APBD
• perubahan APBD
• pengelolaan kas
• Penatausahaan keuangan
daerah
• akuntansi keuangan daerah
• pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
• pembinaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah
• kerugian daerah
• pengelolaan keuangan BLUD
71. Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
TERTIB TAAT EFEKTIF EFISIEN
EKONOMIS TRANSPARAN
BERTANGGUNG
JAWAB
KEADILAN
KEPATUTAN MANFAAT
KETENTUAN UMUM
72. Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Kewenangan:
menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;
menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang
daerah;
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah;
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau
seluruh kekuasaannya kepada:
sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
kepala SKPKD selaku PPKD
kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
73. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Sekretaris daerah
• Membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
• menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
• menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
• melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
• melaksanakan fungsi BUD;
• menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
• melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
• melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD
• secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
74. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
Penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan
bernegara.
APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah.
APBD mempunyai fungsi:
AZAS UMUM DAN STRUKTUR APBD
OTORISASI PERENCANAAN PENGAWASAN ALOKASI DISTRIBUSI STABILISASI
AZAS UMUM APBD
75. AZAS UMUM DAN STRUKTUR APBD
STRUKTUR APBD
Pendapatan Daerah
Belanja Daerah
Pembiayaan Daerah
76. Pendapatan Daerah
Dikelompokan atas:
Pendapatan Asli Daerah
- Pajak daerah
- Retribusi daerah
- Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
(bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD, BUMN atau Swasta
- Lain lain
(jasa giro, pendapatan Bungan, pendapatan denda, pendapatan retribusi dll)
Dana Perimbangan
- Dana bagi hasil (bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak)
- Dana alokasi umum
- Dana alokasi khusus.
Pendapatan lain lain yang sah
- Hibah
- Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban akibat bencana
alam;
- Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
- Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan
- Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
77. Belanja Daerah
Dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan.
Klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup:
o pendidikan;
o kesehatan;
o pekerjaan umum;
o perumahan rakyat;
o penataan ruang;
o perencanaan pembangunan;
o perhubungan;
o lingkungan hidup;
o pertanahan;
o kependudukan dan catatan sipil;
o pemberdayaan perempuan;
o keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
o sosial;
o tenaga kerja;
o koperasi dan usaha kecil dan menengah;
o penanaman modal;
o kebudayaan;
o pemuda dan olah raga;
o kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
o pemerintahan umum;
o kepegawaian;
o pemberdayaan masyarakat dan desa;
o statistik;
o arsip; dan
o komunikasi dan informatika.
78. Belanja Daerah
Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup:
o pertanian;
o kehutanan;
o energi dan sumber daya mineral;
o pariwisata;
o kelautan dan perikanan;
o perdagangan;
o perindustrian; dan
o transmigrasi.
Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang
dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan
ketentuan perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dikiasifikasikan
menurut urusan wajib dan urusan pilihan.
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan
pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
o pelayanan umum;
o ketertiban dan ketentraman;
o ekonomi;
o lingkungan hidup;
o perumahan dan fasilitas umum;
o kesehatan;
o pariwisata dan budaya;
o pendidikan; dan
o perlindungan sosial.
79. Belanja Daerah
Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari:
Belanja tidak langsung
belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja langsung
belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
80. Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja
daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.
Surplus APBD
terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari
anggaran belanja daerah.
Defisit anggaran
terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari
anggaran belanja daerah.
81. Pembiayaan Daerah
Penerimaan pembiayaan
• Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA);
• Pencairan dana cadangan;
• Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
• Penerimaan pinjaman daerah;
• Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
• Penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan
• Pembentukan dana cadangan;
• Penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah;
• Pembayaran pokok utang; dan
• Pemberian pinjaman daerah.
Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan
dengan pengeluaran pembiayaan.
82. Azas Umum
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas
beban APBD.
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban APBN.
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya dilimpahkan kepada
kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD provinsi.
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang penugasannya dilimpahkan kepada
desa, didanai dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.
Rencana Kerja Pemerintah daerah
• Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari
RP3MD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang
mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.
• RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
PENYUSUNAN RANCANGAN APBD
83. Kebijakan Umum APBD
• Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD
yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
• Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai
dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan
yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
• Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS dengan
tahapan sebagai berikut:
1. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;
2. menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan
3. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.
• KUA serta PPA yang telah disepakati, masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan
yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD
PENYUSUNAN RANCANGAN
APBD
84. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKASKPD
sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
Penyiapan Raperda APBD
• RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut
oleh TAPD.
• RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai
bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD.
• Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh PPKD disampaikan kepada
kepala daerah sebelum disampaikan kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat.
PENYUSUNAN RANCANGAN
APBD
85. Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD
• Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampirannya
kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun
anggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan
bersama.
• Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan
Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
• Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan
rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling
lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
• Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan gubemur tentang penjabaran APBD
sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebih
tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan
peraturan gubemur.
PENETAPAN APBD
86. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
• Semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah.
• Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
• Setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensifkan pemungutan
pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
• SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan
daerah.
Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah
• Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang
lengkap dan sah.
• Bukti harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.
PELAKSANAAN APBD
87. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Sebelumnya
- menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi
belanja;
- mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;
- mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan.
Dana cadangan
Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain diluar yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan.
Investasi
Investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada rekening penyertaan modal (investasi) daerah.
Pengurangan, penjualan, dan/atau pengalihan ivestasi dicatat pada rekening penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan (divestasi modal).
Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
PELAKSANAAN APBD
88. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
Piutang Daerah
- Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu.
- PPK-SKPD melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang
menjadi tanggung jawab SKPD.
- Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah.
- Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada kepala daerah.
PELAKSANAAN APBD
89. Dasar Perubahan APBD
(Permendagri No.13 Tahun 2006)
Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:
a) perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
b) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran
antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;
c) keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya
harus digunakan dalam tahun berjalan;
d) keadaan darurat; dan
e) keadaan luar biasa.
90. Dasar Perubahan APBD
Perkembangan yang Tidak Sesuai dengan Asumsi KUA
Rancangan kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan
APBD
kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD
Dituang kedalam nota kesepakatan
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan
RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang
dapat diubah untuk dianggarkan dalam perubahan APBD sebagai acuan bagi kepala
SKPD.
91. Dasar Perubahan APBD
Pergeseran Anggaran
Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis
belanja serta pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja dan antar
rincian obyek belanja diformulasikan dalam DPPA-SKPD.
Pergeseran anggaran dilakukan dengan cara mengubah peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD sebagai dasar pelaksanaan, untuk
selanjutnya dianggarkan dalam rancangan peraturan daerah tentang
perubahan APBD.
92. Dasar Perubahan APBD
Penggunaan SAL Tahun Sebelumnya
Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan
dalam tahun anggaran berjalan dapat berupa:
a) membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui
anggaran yang tersedia mendahului perubahan APBD
b) melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;
c) mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah;
d) mendanai kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan Pasal 138;
e) mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai
dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan
f) mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang
telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat
diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun
anggaran berjalan.
DPPA-SKPD DPAL-SKPD RKA-SKPD
93. Dasar Perubahan APBD
Pendanaan Keadaan Darurat
Keadaan darurat sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah
dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka
pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.
94. Dasar Perubahan APBD
Pendanaan Keadaan Luar Biasa
Keadaan Iuar biasa sebagaimana dimaksud dalam merupakan
keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau
pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih
besar dari 50% (lima puluh persen).
Kenaikan :
Penambahan kegiatan baru terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.
Penjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan
kegiatan diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
Penurunan:
Penjadwalan ulang/pengurangan capaian target diformulasikan ke
dalam DPPA-SKPD.
95. Pengelolaan Kas Daerah
Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Kas
1. BUD bertanggung jawab terhadap pengelolaan penerimaan dan
pengeluaran kas daerah.
2. Untuk mengelola kas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BUD membuka rekening kas umum daerah pada bank yang sehat.
3. Penunjukan bank yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan
kepada DPRD
Untuk mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran kas kepada SKPD atau masyarakat, BUD dapat
membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran pada bank
yang ditetapkan oleh kepala daerah.
96. Pengelolaan Kas Daerah
Pengelolaan Kas Non Anggaran
Pengelolaan kas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintah
daerah.
Penerimaan kas sebagaimana dimaksud seperti:
a. potongan Taspen;
b. potongan Askes;
c. potongan PPh;
d. potongan PPN;
e. penerimaan titipan uang muka;
f. penerimaan uang jaminan; dan
g. penerimaan lainnya yang sejenis.
Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud seperti:
a. penyetoran Taspen;
b. penyetoran Askes;
c. penyetoran PPh;
d. penyetoran PPN;
e. pengembalian titipan uang muka;
f. pengembalian uang jaminan; dan
g. pengeluaran lainnya yang sejenis.
97. Penatausahaan Keuangan Daerah
Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah
Untuk pelaksanaan APBD, kepala daerah menetapkan:
a. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
b. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
c. pejabat yang diberi wewenang mengesahkan SPJ;
d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;
e. bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;
f. bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja
subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi basil,
belanja bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan pengeluaran
pembiayaan pada SKPKD;
g. bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran
pembantu SKPD; dan
h. pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
98. Penatausahaan Keuangan Daerah
Penatausahaan Penerimaan
1. Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada
bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa
BUD menerima nota kredit.
2. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan-dengan cara:
a. disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
b. disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan
dan/atau
kantor pos oleh pihak ketiga; dan
c. disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.
3. Benda berharga seperti karcis retribusi sebagai tanda bukti
pembayaran oleh pihak ketiga kepada bendahara penerimaan
diterbitkan dan disahkan oleh PPKD
99. Penatausahaan Keuangan Daerah
Penatausahaan Pengeluaran - Penyediaan Dana – Permintaan
Pembayaran – Perintah Membayar
Setelah penetapan anggaran
kas,
SPP sebagaimana dimaksud terdiri dari:
a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP);
b. SPP Ganti Uang (SPP-GU);
c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan
d. SPP Langsung (SPP-LS).
PPKD Menerbitkasn SPD
Mengajukan SPP melalui PPK -
SKPD
Menerbitkan SPM
Penerbitan SP2D
100. Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi pemerintahan daerah ditetapkan dengan peraturan
kepala daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok
pengelolaan keuangan daerah.
Sistem akuntansi pemerintahan daerah meliputi serangkaian prosedur
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer.
entitas pelaporan menyusun laporan
keuangan yang meliputi:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca;
c. laporan arus kas; dan
d. catatan atas laporan keuangan.
entitas akuntansi menyusun laporan
keuangan yang meliputi:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca; dan
c. catatan atas laporan keuangan
101. Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi:
a. prosedur akuntansi penerimaan kas;
b. prosedur akuntansi pengeluaran kas;
c. prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah; dan
d. prosedur akuntansi selain kas.
Sistem akuntansi pemerintahan daerah disusun dengan berpedoman
pada prinsip pengendalian intern sesuai dengan peraturan pemerintah
yang mengatur tentang pengendalian internal dan peraturan
pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan
102. Akuntansi Keuangan Daerah
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas Pada SKPD
Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian
proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan
secara manual atau menggunakan aplikasi komputer
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan
kas sebagaimana dimaksud mencakup:
a. surat tanda bukti pembayaran;
b. STS;
c. bukti transfer; dan
d. nota kredit bank
Prosedur akuntansi penerimaan kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD
103. Akuntansi Keuangan Daerah
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Pada SKPD
Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian
proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan
secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi:
a. sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-langsung; dan
b. sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-uang persediaan/ganti
uang persediaan/tambahan uang persediaan
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran
kas mencakup:
a. SP2D; atau
b. nota debet bank; atau
c. bukti transaksi pengeluaran kas Iainnya
Prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD
104. Akuntansi Keuangan Daerah
Laporan Keuangan SKPD
SKPD menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD secara periodik yang meliputi:
a. laporan realisasi anggaran SKPD;
b. neraca SKPD; dan
c. catatan atas laporan keuangan SKPD
105. Akuntansi Keuangan Daerah
Pertanggung Jawaban Pelaksanaan APBD
Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD
Disampaikan kepada PPKD
PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD
Disampaikan Kepada Sekretaris Daerah
Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya disampaikan kepada
DPRD
107. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
Kebijakan akuntansi pemerintah daerah terdiri atas:
a. kebijakan akuntansi pelaporan keuangan; dan
b. kebijakan akuntansi akun
Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan memuat penjelasan atas unsur-unsur laporan
keuangan yang berfungsi sebagai panduan dalam penyajian pelaporan keuangan.
108. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan
identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting kedalam buku besar,
penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan.
Penyajian laporan keuangan terdiri atas:
a. laporan realisasi anggaran;
b. laporan perubahan saldo anggaran lebih;
c. neraca;
d. laporan operasional;
e. laporan arus kas;
f. laporan perubahan ekuitas; dan
g. catatan atas laporan keuangan.
SAPD sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. sistem akuntansi PPKD; dan
b. sistem akuntansi SKPD
109. Bagan Akun Standar
BAS merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam melakukan
kodefikasi akun yang menggambarkan struktur laporan keuangan secara
lengkap.
BAS digunakan dalam pencatatan transaksi pada buku jurnal,
pengklasifikasian pada buku besar, pengikhtisaran pada neraca saldo, dan
penyajian pada laporan keuangan
110. TUJUAN
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
a. Menjaga aset Pemerintah Daerah dan instansi-instansinya
melalui pencatatan, pemrosesan dan pelaporan transaksi
keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek
akuntansi yang diterima secara umum.
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang
anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Daerah, baik
secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar
penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap
otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas.
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi
keuangan suatu instansi dan Pemerintah Daerah secara
keseluruhan.
d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan
keuangan pemerintah secara efisien
111. Ciri - ciri Pokok
• Dasar Kas untuk Pendapatan dan Belanja
• Dasar Akrual untuk Neraca
• Sistem pembukuan berpasangan
• Sistem yang terpadu dan dikomputerisasi
• Dana Tunggal
• Desentralisasi pelaksanaan akuntansi
• Penggunaan standar akuntansi
• Penggunaan bagan perkiraan standar
112. Laporan Keuangan Pokok
• Laporan Realisasi
Anggaran
• Neraca
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas
Laporan Keuangan
113. Basis Akuntansi
Yang digunakan dalam Laporan Keuangan Pemerintah adalah Basis Kas
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran
Basis Akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca
114. Basis Kas
• Berarti pendapatan diakui pada saat kas
diterima oleh Kas Umum Negara/Daerah atau
entitas pelaporan.
• Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah
laba
• Penentuan sisa perhitungan anggaran baik lebih
maupun kurang untuk setiap periode tergantung
pada selisih realisasi penerimaan dan realisasi
pembiayaan dengan seluruh belanja yang telah
dibayar
115. Basis Akrual
Aset, Kewajiban dan Ekuitas dana diakui
pada saat terjadinya transaksi, atau pada
saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah,
tanpa memperhatikan saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar
116. Dekonsentrasi
Pemimpin proyek menyampaikan laporan
pertanggungjawaban keuangan bulanan kepada
Gubernur
Gubernur menyampaikan laporan
pertanggungjawaban keuangan proyek dekonsentrasi
di wilayahnya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
terkait setiap bulan
Gubernur membentuk UAW dekonsentrasi/tugas
pembantuan.
UAW dekonsentrasi/tugas pembantuan
menyampaikan ADK ke UAE-I/UAKPI dan KAR
setempat setiap bulan.
UAW dekonsentrasi/tugas pembantuan dan KAR
setempat melakukan rekonsiliasi data transaksi
117. Tugas Pembantuan
• Pemimpin proyek menyampaikan laporan
pertanggungjawaban keuangan bulanan kepada
gubernur/bupati/walikota
• Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan
pertanggungjawaban keuangan proyek tugas
pembantuan di wilayahnya kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga setiap bulan
• Pemimpin proyek wajib menyampaikan ADK data
transaksi kepada UAW dekonsentrasi/tugas
pembantuan setiap bulan.
• UAW dekonsentrasi/tugas pembantuan menyampaikan
ADK ke UAE-I /UAKPI dan KAR setempat setiap bulan.
• UAW dekonsentrasi/tugas pembantuan dan KAR
setempat wajib melakukan rekonsiliasi data transaksi
akuntansi setiap bulan.
118. 118
Dwi Martani - 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
119. PP No. 8 Tahun 2006
Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
120. Pelaporan Keuangan dan
Kinerja
• Menyediakan Laporan Keuangan & Kinerja
• Pemerintah pusat, pemerintah daerah, K/L, BUN merupakan
entitas pelaporan
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Komponen LK
PUSAT/DAERAH
• Laporan realisasi
anggaran
• Neraca
• Laporan arus kas
• CALK
K/L
• Laporan realisasi
anggaran
• Neraca
• CALK
BUN
• Laporan realisasi
anggaran
• Neraca
• Laporan arus kas
• CALK
121. Penyusunan LK
• Memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD/pengelolaan perbendaharaan daerah
• Disampaikan selambat-lambatnya 2 bulan setelah tahun anggaran
berakhir
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Laporan Kinerja
• Ringkasan keluaran dari masing-masing kegiatan
• Hasil yang dicapai dari program
122. PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
LK atas pelaksanaan kegiatan dana
dekonsentrasi / tugas pembantuan
• SKPD sebagai pelaksana menyelenggarakan akuntansi
dan menyusun LK
Laporan keuangan dan kinerja
interim
• Dibuat setiap triwulan kepada menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota
123. Laporan pertanggungjawaban
bendahara
• Menyajikan saldo awal, penambahan, penggunaan, dan saldo
akhir uang persediaan yang dikelola
• Disampaikan kepada BUN/BUD atau kuasanya
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Pengendalian Intern
• Untuk meningkatkan keandalan LK dan Lap Kinerja
• Rekonsiliasi transaksi yang dicatat pengguna anggaran
dan BUN/BUD
• Menteri keuangan berwenang menunjung APIP
124. Sanksi Administratif
Keterlambatan penyampaian LK diberi sanksi berupa
• penagguhan pelaksanaan anggaran
• penundaan pencairan dana
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
125. Proses Penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah
Kuasa
Pengguna
Anggaran
membuat
LKKL
LKKL
diberikan kpd
Menteri/Pimpi
nan Lembaga
BUN dan
Menteri/
Pimpinan
Lembaga
Merkonsiliasik
an LKKL dan
LK BUN
Menteri
Keuangan
membuat
LKPP
LKPP diberikan
kpd Pemerintah
(Presiden)
BPK
mengaudit
LKPP
Temuan
ditanggapi dan
disesuaikan oleh
BUN dan
Menteri/Pimpinan
Lembaga
BPK mereviu
hasil
penyesuaian
LHP dan LKPP
Audited
diberikan pada
Menteri
Keuangan,
Pemerintah
(Presiden), dan
DPR
Menteri
Keuangan
menyusun
RUU P2
APBN
RUU P2 APBN
dibahas dan
disahkan oleh
DPR dan
menjadi UU P2
APBN
126. Proses Penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Provinsi
Kuasa
Pengguna
Anggaran
membuat
LK SKPD
LK SKPD
diberikan
kepada
Pengguna
Anggaran
Pengguna Anggaran
dan Pejabat
Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD)
merekonsiliasikan
LK SKPD dan LK
BUD
PPKD
membuat
LKPD dari
hasil
rekonsiliasi
LKPD
diberikan
kpd
Gubernur
LKPD diaudit
oleh BPK
Temuan BPK
ditanggapi
dan
disesuaikan
oleh PPKD
dan Gubernur
BPK mereviu dan
membahas hasil
temuan dan
penyesuaian
LKPD Audited
diberikan
kepada PPKD,
Gubernur, dan
DPRD
PPKD
menyusun
RAPERDA
PP2APBD
RAPERDA
P2APBD
dibahas dan
disetujui oleh
DPRD
RAPERDA
P2APBD yg
telah disetujui
dievaluasi
oleh Mendagri
127. Proses Penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten /
Kota
Kuasa
Pengguna
Anggaran
membuat
LK TP
LK TP
disampaika
n ke
Pengguna
Anggaran,
Bupati/Wali
kota, dan
Gubernur
Pengguna
Anggaran
membuat
LK SKPD
dan PPKD
membuat
LK BUD
LK SKPD
direkonsilia
sikan
dengan LK
BUD
PPKD
membuat
LKPD
BPK
mengaudit
LKPD
Temuan
BPK
ditanggapi
dan
dilakukan
penyesuaia
n oleh
PPKD dan
Bupati/
Walikota
BPK
mereviu
penyesuaia
n
LKPD
Audited
disampaika
n ke
Walikota/B
upati,
PPKD, dan
DPRD
PPKD
menyusun
RAPERDA
PP2APBD
Walikota/Bupati
menyusun
RAPERDA P2
APBD
DPRD membahas
dan menyetujui
RAPERDA P2 APBD
Gubernur
mengevaluasi
RAPERDA P2
APBD
128. Hubungan Laporan Kinerja dan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat
Kuasa Pengguna Anggaran pd Kementerian
Negara/Lembaga mengikhtisarkan Laporan
Kinerja menjadi LKj KPA
LKj KPA dikompilasi menjadi LKj KL oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga
LKj KL disusun menjadi LKPP oleh Menteri
Keuangan dan MENNEG PAN dan dimonitor
oleh Menteri Perencanaan
LK PP Audited diberikan kepada
Pemerintah (Presiden)
LK PP Audited dan RUU P2 APBN
disampaikan ke DPR
129. Hubungan Laporan Kinerja dan
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi
Satuan Kerja Perangkat Daerah
mengikhtisarkan Laporan Kinerja
menjadi LKj SKPD
LKj SKPD disampaikan kpd Gubernur dan
MENNEG PAN
Gubernur menyusun SKPD dan
mengkompilasi LKj SKPD
LKPD dan LKj PD audited dan RAPERDA
P2 APBD disampaikan ke DPRD
130. Hubungan Laporan Kinerja dan
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota
SKPD mengikhtisarkan Laporan Kinerja
menjadi LKj SKPD
LKj SKPD disampaikan kpd
Bupati/Walikota dan MENNEG PAN
Bupati / Walikota menyusun SKPD dan
mengkompilasi LKj SKPD
LKPD dan LKj PD audited dan RAPERDA
P2 APBD disampaikan ke DPRD