ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan
bagiannya dari keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur. Sasaran keperawatan
keluarga yaitu individu, family atau keluarga dan community atau masyarakat. Prinsip
utama dalam perawatan kesehatan masyarakat mengatakan bahwa keluarga adalah unit atau
kesatuan dari pelayanan kesehatan.
Berbagai ilmu ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu gerontologi, geriatri
serta keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatric. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisisk yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin buruk gerakan lambat, dn
figur tubuh yang tidak proporsional.
Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa
(satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan
mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertambahan populasi/penduduk lansia telah
diantisipasi sejak awal abad ke 20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih
2. siap menghadapi pertambahan populasi lansia dengan aneka tantangannya. Namun, saat ini
negara berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama.
Fenomena diatas jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya
masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan,
terutama kelainan degeneratif. Sering kali keberadaan lansia dipersepsikan secra negatif,
dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitar. Lansia cenderung dipandang
masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Kurangnya perhatian
yang memadai terhadap populasi lansia ini menciptakan ruang kosong, yang kemudian diisi
oleh dunia medis. Disatu sisi, perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut
secara positif oleh dunia keperawatan sehingga masalah kesehatan lansia dapat teratasi.
Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan lansia.
Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang daya tahan fisik mereka. Dalam
kaitan ini, kelompok kami tertarik mengambil judul makalah Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Keluarga Lansia.
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami, dan menguasai konsep dasar keperawatan keluarga
dengan lansia.
2 Tujuan Khusus
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :
a. Konsep dasar keperawatan kesehatan keluarga
b. Konsep keperawatan keluarga lansia
c. Asuhan keperawatan keluarga lansia
d. Memahami masalah keperawatan keluarga lansia
3. C. Metode penulisan
Penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran
masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi keperpustakaan dari literatur yang ada
baik di perpustakaan maupun dimedia internet sebagai pelengkap.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari IV Bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut
Bab I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar keperawatan keluarga, konsep
dasar keperawatan keluarga lansia
Bab III : Laporan Kasus
Bab IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
4. BAB II
TINJUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda,
tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan menjelaskan
yang penulis dari untuk menghubungkan keluarga. Burgess dkk (2005) membuat definisi
yang berorientasi pada tradisi dan dingunakan sebagai referensi secara luas:
Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga,
atau jika mereka hidup secra berpisah, mereka tetap menggangap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran peran
sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara
dan saudari
Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang di ambil dari
masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri.
Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun terbatas kepada kemapuan
aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja tentang keluarga harus
menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada sekarang, dan definis tradisional seperti
diats bisa memberikan gambaran tentang definisi yang dimaksud.
Whall (2006) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat
dalam perawatan, ia mendefiniskan keluarga sebagai ”kelompok yang mendefinisikan diri”
5. dengan anggota sendiri terdiri dua individu atau lebih, yang asosiasinya dicirikan oleh
istilah istilah khusus, yang boleh jadi tidak di ikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi
yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menggagap diri meraka sebagai sebuah
keluarga (hal 241). Mengingat siapakah individu-individu yang diindetifikasikan sebagai
anggota keluarga merupaka sebuah komponen yanh sangat penting dari definisi ini.
Bozett (2005) menyatukan definisi individu dengan merujuk keluarga sebagai “siapa
yang disebut pasien itulah keluarga” (hal 4). Family service Amerika (tahun
2000) mendefisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif-yaitu sebagai
“2orang” atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman ( hal 7).
2. Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang
mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu:
Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek/nenek, paman/bibi)
Tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman
terhadap literatur tentang kelurga. (friedman, 2005 hal: 12)
Keluarga inti (konjugal) merupakan keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau
pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn ank mereka-anak kandung,
anak adopsi atau keduanya.
Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga yang di dalamnya seseorang
dilahirkan
Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah)
yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga
inti, berikut ini termasuk “sanak keluarga” seperti kakek atau nenek, tante, paman, dan
sepupu.
6. Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,
pengelompokn tipe keluarga selain tipe diatas berkembang menjadi:
Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adlah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di indonesia juga
menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang
sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau ditinggal pasangan cenderung
hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.
Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone). Kecenderungan di indonesia juga meningkat dengan dalih tidak
mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah.
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital heterosexual
cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi
pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota)
meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknya.
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).
3. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. (friedman, 1998, hal 349-401)
fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu sebagai
perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan
tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi
anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai
dari tahun-tahun awal kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang hidupnya.
Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari
unit keluarga (stair, 1972)
7. Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini,. Maka keluarga
menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-sifat
kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan
menjalin berhubungan secara lebih akrab dan harga diri.
Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dn menjaga kelangsungan keluarga.
Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas
tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
4. Dimensi struktur dasar keluarga
Struktur keluarga dapat menggambar bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan caplan (2005) yang diadopsi oleh friedman
mengatakan ada empat struktur keluarga yaitu:
Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-
ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain
(pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan.
8. Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan
psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya dan aktualisasi keluarga dimasyarakat,
serta memperhatikan perkembangan negara indonesia menuju negara industri, indonesia
menginginkan keluarga dikelompokan menjadi lima tahap yaitu sebagai berikut .
Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
Keluarga Sejahtera Tahap I.
Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan liungkungan tempat tinggal, dan transportasi.
Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan
untuk menabung dan memperoleh informasi.
Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, dan kebutuhan pengembangan,
tetapi belum dapat memberikan sumbangan (konstribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat secara teratur(dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan
untuk sosial kemasyarkatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus
lembaga kemasyarakatan atau yayasasn sosial, keagamaan, kesenian, olahraga,
pendidikan dan lain sebagaianya.
Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun
pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan
bagi masyarakat.
9. 5. Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang, keluarga sudah
dianggap sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan. Perananan perawat keluarga
membantu keluarga untuk mengatasi dengan baik masalah-masalah kesehatan dengan
meningkatkan kesanggupan mereka untuk melaksanakan tugas-tugs kesehatan. Proses
membantu keluarga meningkatkan kesanggupan untuk menyelesaikan masalah kesehatan,
perawat dapat berperan sebagai :
Pengenal kesehatan (health monitor)
Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
Facilitator
Educator
Advocat
B. Konsep Keperawatan Keluarga Lansia
1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia pada Bab I Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
yang berakhir dengan kematian.
Dalam buku ajar geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono (2004)
mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
10. perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaikikeruskan yang diderita. Dari pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan
fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lansia, termasuk
kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara alamiah
dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Proses menua merupakan kombinasi
bermacam-macam faktor yang sling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori
yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua
didefinisikan sebagai perubahan yang terkit waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif,
dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup berikut akan dikemukakan
bermacam-macam teori proses menua yang penting.
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller,
1985). Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang
definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang
Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang
yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih
dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang
berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai
sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia.
Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan
tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung pada sumber-
sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang memuaskan, dan
11. status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit, umumnya memiliki
moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering merupakan anteseden penyakit
mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang menjaga kesehatan
mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai menggambarkan
proporsi orang-orang yang lebih tua dan substansial dan senantiasa berpikir positif terhadap
kehidupan ini.
2. Teori proses menua
Proses menua bersifat individual
Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
a. Teori biologis
1) Teori genetik
Teori genetic lock. Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan.
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/ jam biologis
sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati. Manusia
mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara teoritis,
memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh
dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian
obat-obatan atau tindakan tertentu.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini penuaan terjadi krena adanya mutasi somatik
akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsiu DNA
atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus
menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel
menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
12. contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel (Suhana, 1994: Constantinides, 1994)
2) Teori nongenetik
Auto-immune theory. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi
yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pad lansia
(Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus pada usi dewasa
berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan auto-imun.
Free radical theory. Dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena
adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang
tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau peruibahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi
(Halliwel, 19944). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan
fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti: asap kendaraan bermotor,
asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinal ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
Cross link theory. Menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam
nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi
jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan
terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
13. Teori fisiologis. Teori ini merupakan teori instrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stres, dan teori dipaki-aus (wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal)
b. Teori sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
1) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalin
interaksi sosial meruipakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan
kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok social exchange theory antara lain:
Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing.
Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu
Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor mengeluarlkan biaya
2) Teori aktivitas atau kegiatan
Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-serta
dalam kegiatan sosial
Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin.
Pola hidup dilanjutkan pada cara hidup lansia
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan sampai lansia.
3) Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini merupakan
gabungan teori yang disebabkan pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personalisa yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
14. merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lansia.
4) Teori pembebasan penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori yang pertama diajukan oleh Cumming
dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lansia, apalagi ditambah
dengan adanya kemiskinan, lansia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering lansia mengalami kehilangan ganda (triple loss) :
Kehilangan peran (loss of role)
Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship)
Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).
3. Tipe Lansia
Mangkunego IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.L Widyapratama
menyebutkn bahwa (lansia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi dua golongan, yaitu :
Wong sepuh : orang tua yang sepi hawa nfsu, menguasai ilmu”dwi tunggal”, yakni
mampu membedakan antra baik dan buruk, sejati dan palsu, gusti (Tuhan) dan kaula nya
atau hambanya.
Wong Sepah : Lansia yang kosong, tidak tau rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi,
tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar
(kehilangan romantika dan dinamika hidup).
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
lansia, antara lain :
Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
15. Tipe mandiri : lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan
apa saja yang dilakukan.
Tipe bingung : lansia yng kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini
antara lain :
Tipe optimis : lansia santai dan periang, penyesuain cukup baik, mereka memandang
masalah lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesemptan untuk
menuruti kebutuhan pasifnya. Tipen ini sering disebut juga lansia tipe kursi goyang (the
rock king chairman)
Tipe konstruktif : lnsia ini mempunyai intregits baik, dapat meniukamti hidup, mempunyi
tolernsi yang tinggi, humoristik, fleksibel dan tahu diri. Biasanya, sift ini terlihat sejak
muda. Mekeka dengan tenang menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.
Tipe ketergantungan : lansia ini masih dapat diterim ditengah msyarakat, tetapi selalu
pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyi inisitif dn bila bertindak yang
tidak praktis. Ia senang pensiun tidak suka berkerja dan senang berlibur, banyak makan,
banyak minum.
Tipe defensif : lansia biasnya mempunyai riwayat pekerjaan tau jbatn yang tidak
terkontrol, memegang teguh kebiasan, bersifat komplusif, anehnya mereka tkut
menghadapi menjadi tua dan menyenangi masa pensiun.
Tipe militan dan serius : lansia yang tidak mudah menyerah, serius senang berjuang, bisa
menjadi pnutan.
16. Tipe pemarah frustasi: lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang buruk. Lansia sering
mengekspresikan kepahitan hidupnya.
Tipe bermusuhan: lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga. Biasanya, pekerjaan saat ia
muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati
pada orang yang muda, senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang
buruk.
Tipe putus asa: membenci dan menyalahkan diri sendiri. Lansia ini bersifat kritis dan
menyalahkan diri sendiri. Tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosio-
ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Lansia tidak hanya mengalami kemerahan,
tetapi juga depresi, memandang lansia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak
menarik. Biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci
diri sendiri dan ingin cepat mati.
Ciri-ciri Lansia
Adanya periode penurunan atau kemunduran yang disebabkan oleh faktor fisik dan
psikologis.
Perbedaan individu dalam efek penuaan ada yang menganggap periode ini sebagai
waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah
menyenangkan.
Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia
lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga
masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap
berjasa bagi masyarakat sekitar
Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia
lanjut.
Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih
muda.
17. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang
disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat
penuaan.
.
Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Keluarga Lansia
Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan,
maka ada berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh
mayoritas lansia dan pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini
meliputi :
Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial, mungkin
kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi (ketergantungan pada
keluarga atau subsidi pemerintah).
Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa
pindah ke tatanan institusi.
Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.
Pekerjaan ; keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan
produktifitas.
Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan perawatan bagi
pasangan yang kurang sehat.
4. Perkembangan Lansia
a. Perkembangan Fisik
Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan
mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia
yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
dan terhadap kondisi psikologis. Kebanyakan perubahan fisik pada lansia mengalami hal
yang sama, misalnya rambut yang memutih, kulit keriput, dan gigi yang tunggal. Pada
periode ini penurunan fungsi organ tampak jelas.
18. Sistem peredaran darah
Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung
dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.
Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah
yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa. Kenyataannya
para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama
kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun (Fozard, 1992).
Meningkatnya tekanan darah yang terjadi akibat bertambah kerasnya dinding
pembuluh arteri aorta dan pusat merupakan gejala umum bagi orang yang berusia lanjut.
Sistem pernafasan
Kapasitas paru-paru akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun tanpa
penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah.
Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki
fungsi paru paru dengan latihan-latihan memperkuat diafragma.
Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas
manusia, dan terdapat perubahan yang lebih banyak pada laki laki dari pada perempuan.
Rubin (Harlock) mengatakan bahwa hubungan seksual tidak mungkin berhenti secara
otomatis pada usia berapapun. Mereka yang tidak melakukan hubungan seksual pada usia
lanjut, biasanya disebabkan oleh penyakit yang diderita pasangannya.
b. Perkembangan Psikis dan Intelektual
Otak dan Sistem syaraf berubah dengan tanda adanya penurunan kecepatan belajar
sesuatu yang diikuti dengan menurunnya kemampuan intelektual. Beberapa peneliti
memperkirakan 5 sampai 10% neuron akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70
tahun, setelah itu hilangnya neuron menjadi dipercepat. Aspek yang signifikan dari proses
penuaan adalah pada neuron-neuron yang tidak mengganti dirinya sendiri yang
menyebabkan hilangnya sebagian kecil kemampuan pada masa dewasa akhir.
19. c. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi
masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri
dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak
dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak
kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan
yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia,
terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut
usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa
lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri
pada masa-masa selanjutnya.
d. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.
Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah,
khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali
penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya
terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
Masalah-Masalah Kesehatan.
Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-sumber finansial
yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak kehilangan lainnya yang dialami
oleh lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia (Kelley et al, 1977).
Oleh karena itu, terdapat masalah-masalah kesehatan yang multipel. Pasangan atau
individu lansia dalam semua fase sakit kronis mulai dari fase akut hingga fase rehabilitasi
sangat membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait secara medis (pengkajian
fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi keperawatan (mengkaji respons klien
terhadap sakit dan pengobatan serta kemampuan koping) adalah relevan disini. Promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang sangat penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan,
20. pecegahan cidera, penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan
berhenti merokok.Semakin tua, kemungkinan terkena beberapa penyakit atau penurunan
kondisi tubuh semakin meningkat. Penyakit yang biasanya menyerang usia lanjut adalah
radang sendi dan osteoporosis.
Keseahtan mental tidak hanya dilihat dari ketidak hadiran gangguan-gangguan
mental, berbagai kesulitan dan frustasi, tetapi juga merefleksikan kemampuan seseorang
untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan dengan cara efektif dan memuaskan.
Depresi yang dimaksud adalah suatu gangguan suasana hati dimana individu merasa sangat
tidak bahagia., kehilangan semangat, dan bosan. Orang yang menderita depresi seperti ini
mudah kehilangan stamina, tidak merasa sehat, nafsu makan kurang, lesu, dan kurang
bergairah. Gangguan kecemasan adalah gangguan psikologis yang dicirikan dengan
ketegangan motorik (seperti gelisah dan gemetar), hiperaktivitas (pusing, jantung berdebar,
atau berkeringat), dan pikiran yang mencemaskan. Penelitian membuktikan bahwa orang
usia lanjut memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan
daripada depresi (George dkk, 1988)
Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan dengan sejumlah
masalah termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-masalah psikologis adalah masalah
kesehatan yang serius, khususnya bila bersama-sama dengan sakit fisik. Pengkajian dan
penggunaan sistem dukungan sosial keluarga atau individu harus menjadi bagian integral
dari perawatan kesehatan keluarga.
Proses menua dan menurunnya kesehatan menyebabkan betapa pentingnya
pasangan menikah saling menolong satu sama lain. Karena wanita hidup lebih lama dari
pada pria, dan biasanya mereka orang yang membantu suami yang sakit atau yang tidak
berdaya. Dalam kebanyakan kasus, penyakit bersifat kronis dan berkembang menjadi tak
berdaya, sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan terhadap situasi terakhir. Suami
menemukan tugas merawat istri sebagai suatu tugas yang lebih sulit, karena peran merawat,
memelihara dan menjadi ibu rumah tangga semata-mata masih sebagai peran wanita.
Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi secara luas dan menimbulkan banyak masalah
21. yang berkaitan dengan penuaan (lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa
lagi).
5. Tugas perkembangan lansia
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
mendukung kesejahteraan lansia missal : perpindahan tempat tinggal lansia.
b. Penyesuaian terhadap pendapatan menurun
Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan semakin tidak
memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan
berkurang.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan
mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari
pasangan. Contoh: mitos tentang aseksualitas
d. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari
bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian
tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara total.
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun keluarga
menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.
6. Mitos lansia dan kenyataanya
a. Mitos konservatif
Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya:
Konservaatif
Tidak kreatif
Menolak inovasi
Berorientasi ke masa silam
Merindukan masa lalu
22. Kembali ke masa kanak-kanak
Susah menerima ide baru
Susah berubah
Keras kepala
Cerewet
Faktanya : tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku demikian.
b. Mitos berpenyakit dan kemunduran
Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (lansia
merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran). Faktanya : memang proses menua
disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap
penyakit. Akan tetapi, saat ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.
c. Mitos senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel otak.
Faktanya: banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar, daya pikirnya masih
jernih dan cenderung cemerlang, bnyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
daya ingat.
d. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban
keluarganya. Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai kebenaran,
kematangan, kemantapan, serta produktifitas mental dan material dimas lanjut usia.
e. Mitos asektualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks
menurun. Faktanya: kehidupan seks pada lansia berlangsung normal, dan frekuensi
hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.
23. f. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada lkawan jenis.
Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa, perasaan cinta tidak
berhenti hanya karena menjadi lansia.
g. Mitos kedamaian dan ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan
dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan telah berhasil
dilewatinya. Faktanya: lebih sering ditemukan stres karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran, depresi, paranoid,
dan psikotik.
Jadi, ada keanekaragaman yang besar dalam proses menua, oleh karena itu secara
tipologi, lansia dikelompokan dalam berbagai tipe dalam menghadapi atau menerima
proses menua.
24. BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANJUT USIA
A. Konsep dasar teoritis
1. Konsep asuhan keperawatan pada lanjut usia
Asuhan keperawatan lansia atau gerontik diberikan berupa bantuan kepada klien lanjut
usia karena adanya :
a. Kelemahan fisik, mental dan social
b. Keterbatasan pengetahuan
c. Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
mandiri
Tujuan asuhan keperawatan pada lanjut usia :
a. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan, sehingga
memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hayatnya.
b.Mempertahankan kesehatan dan kemampuan mereka yang usianya telah lanjut dengan
perawatan dan pencegahan.
c.Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien
lanjut usia.
d.Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu.
e.Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis yang
tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu.
f. Mencari upaya semaksimal mungkin agar klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit
/ gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
25. Fokus asuhan keperawatan pada lanjut usia :
a. Peningkatan kesehatan
b. Pencegahan penyakit (preventif)
c. Mengoptimalkan fungsi mental
d. Mengatasi gangguan kesehatan secara umum
2. Pengkajian
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada
proses menua yang meliputi seluuh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian perawat
memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua
system, status gizinya, dan aspek psikososialnya.
Hal-hal yang dapat ditemukan pada pengkajian lanjut usia :
a. Mulut dan gigi
Gigi menjadi ompong yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit periodontal
sehingga gusi menjaadi atrofi secara progresif. Mulut kering sehingga air ludah mudah
mengental. Selain itu dapat menimbulkan risiko mukosa mudah mulut mudah pecah
sehingga timbul stomatitis dan perasaan tidak nyaman.
b. Kulit
Akan sering ditemukan data subjektif dari lanjut usia gatal-gatal dan nampak kulit kering
serta mudah terluka.
c.Ekstermitas atas dan bawah
Terjadi penebalan pada kulit yang tertekan terutama pada telapak kaki, mata kaki
termasuk telapak tangan. Beberapa kulit di daerah ekstermitas bahkan menipis, kulit
terkelupas, pecah-pecah dan mudah tergores. Terjadi pula kelainan pada kuku seperti
lapisan tanduk yang semakin mengeras, hipertrofi kuku atau kuku yang merusak jaringan
lunak di bawahnya.
d Mobilitas
Terdapat keterbatasan pergerakan yang terjadi akibat beratnya penyakit atau
kompleksitas dari gangguan fungsi tubuhnya, sehingga dapat menimbulkan masalah
mobilitas. Untuk itu perlu dikaji kemampuan lama dan jenis aktivitas yang dapat
26. dilakukan serta waktu yang digunakan untuk beristirahat setelah menjalani aktivitas
tertentu.
e.Eliminasi
Konstipasi, inkontinensia urin dan atau fekal, diare merupakan keluhan utama klien lanjut
usia yang paling menonjol. Perlu dilakukan pengkajian frekuensi dan pola defekasi, pola
diet, masukan dan keluaran cairan, aktivitas klien, integritas kulit sekitar anus dan
kemaluan serta mengidentifikasi factor penyebab munculnya masalah eliminasi.
f. Penglihatan
Klien lanjut usia akan sering mengalami gangguan penglihatan diantaranya akan
ditemukan glaucoma dan katarak. Perlu dikaji jenis alat bantu penglihatan yang
digunakan serta pemeriksaan fisik pada mata sesuai dengan masalah yang muncul.
g. Pendengaran
Ketahuilah tentang penggunaan alat bantu pendengaran yang digunakan klien,
keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari atau terjadi gangguan hubungan social
akibat gangguan pendengaran.
h.Jantung dan pembuluh darah
Terjadi peningkatan tekanan darah, hipotensi orthostasis, penyakit jantung koroner atau
bahkan gagal jantung merupakan penyakit yang lazim terjadi pada lanjut usia. Perubahan
hemodinamik, pola diet, nyeri dada, kembung, bingung, sesak nafas, palpitasi, vertigo
bahkan sinkop akan sering dijumpai pada pemeriksaan fisik.
i. Pernafasan
Pneumonia dan obstruksi paru menahun juga merupakan masalah kesehatan pada system
respirasi yang menonjol pada lanjut usia. Akan ditemukan adanya data batuk, kesulitan
mengeluarkan dahak, mudah lelah, lemah, berat badan menurun, tidak nafsu makan dan
lain-lain.
j. Endokrin
Diabetes mellitus dan penyakit-penyakit tiroid kerap merupakan masalah kesehatan yang
banyak ditemui pada lanjut usia. Maka perawat perlu mengidentifikasi adanya tanda-
tanda dan gejala terhadap kehilangan atau meningkatnya berat badan, hilangnya atau
meningkatnya nafsu makan, sesak nafas, palpitasi, tremor, kelemahan atau adanya
intoleransi terhadap perubahan cuaca dingin atau panas.
27. k. Nyeri
Nyeri pada lanjut usia dirasakan dua kali lebih berat dibandingkan pada usia muda. Data-
data yang dapat ditemukan antara lain adanya temuan skala nyeri, menangis, mengerang
kesakitan, agitasi, lemah dan tampak tertekan disamping adanya perubahan tanda-tanda
vital.
l. Depresi
Perasaan tidak berdaya muncul akibat hilangnya berbagai fungsi organ tubuh oleh karena
bertambahnya usia. Sulit berkonsentrasi, merasa sedih dan pesimis, kesulitan atau terlalu
banyak tidur, kelebihan atau kehilangan berat badan, hilangnya minat melakukan
motivasi serta energy merupakan tanda-tanda bagi klien yang mengalami depresi.
m.Demensia
Kehilangan daya ingat terutama ingatan jangka pendek, gangguan dalam memberikan
alasan yang abstrak, sangat tergantung dengan bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari serta tidak mampu berkomunikasi dengan jelas secara lengkap dan
ekspresif.
28. Format pengkajian keperawatan keluarga
A. Identitas kepala keluarga
Nama : Tn.T
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Pendidikan: Sarjana
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl. Kom.Yos Sudarso, Gg Bunga No 15
1. Komposisi Keluarga
No Nama L / P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan
1.
2.
Tn.T
Ny.S
L
P
70 Thn
60 Thn
Ayah
Ibu
Wirausaha
IRT
Sarjana
SMA
a. Genogram
b. Tipe Keluarga :
1) Jenis tipe keluarga : Nuclear Family
2) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : tidak pernah ada masalah dalam keluarga
tersebut.
c. Suku Bangsa :
1) Asal suku bangsa : Melayu
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : tidak ada budaya yang berhubungan
dengan kesehatan dalam keluarga tersebut.
d. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Islam
29. e. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
1) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Ayah
2) Penghasilan : minimal 6 juta / bulan
3) Upaya lain : tidak ada
4) Harta benda yang dimiliki : Tn.T memiliki 1 buah rumah pribadi, 1 buah rumah
kosan, 3 buah rumah kontrakan, 1 buah sepeda motor
5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : 3 juta
f. Aktifitas Rekreasi Keluarga : Tn.T mengatakan jarang mengadakan aktifitas rekreasi
keluarga.
2.. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ( ditentukan dengan anak tertua ) : keluarga
dengan lanjut usia
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini : Tn.T menderita penyakit Diabetes Melitus
2) Riwayat penyakit keturunan : -
3) Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga
No Nama BB
Keadaan
Kesehatan
Imunisasi
(BCG/Polio/DPT/HB/Campak
Masalah
Kesehatan
Tindakan
yang
telah
dilakukan
1. Ayah 80
Kg
Klien
mudah
capek,
sering
berkemih
di malam
hari
Terpenuhi DM Pergi ke
dokter
praktek
setiap
bulan
30. 2. Ibu
65
Kg
Baik dan
Sehat
Terpenuhi
4) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Rumah sakit dan Dokter praktik
5) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Tn.M mengatakan di keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit seperti yang dideritanya.
2. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah :
1) Luas rumah : 15 x 12 m persegi
2) Type rumah : permanen
3) Kepemilikan : Milik Sendiri
4) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : Kamar : 4, Ruang Depan, Tengah, Dan Dapur
5) Ventilasi / Jendela : 14/ 8
6) Pemanfaatan ruangan : dimanfaatkan dengan baik
7) Septic tank : ada
8) Sumber air minum : Air Galon
9) Kamar mandi / WC : 1 / 1(WC jongkok)
10) Sampah : Buang ketempat pembuangan sampah
11) Kebersihan lingkungan : Bersih
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
1) Kebiasaan : klien mengatakan orang-orang di sekitar tempatnya mempunyai
kebiasaan menyabung ayam dan jarang diadakan kegiatan gotong royong.
2) Aturan / kesepakatan : jika ada pendatang baru wajib lapor RT
3) Budaya : tedapat banyak kebudayaan di daerah setempat
31. c. Mobilitas Geografis Keluarga : keluarga baru berpindah tempat tinggalsebanyak 1
kali
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Keluarga hanya berkumpul setahun sekali pada saat idul fitri dengan anak-anaknya.
Klien jarang berinteraksi dengan masyarakat, hanya sesekali ngobrol-ngobrol dengan
tetangga didepan rumah.
e. Sistem pendukung keluarga : Tn.T dan Ny.S selalu merawat satu sama lain apabila
ada yang sakit.
3. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola / cara Komunikasi Keluarga : keluarga berkomunikasi menggunakan bahasa
melayu
b. Struktur Kekuatan Keluarga : pada ayah
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) : Ayah : KK, Ibu : IRT
d. Nilai dan Norma Keluarga : keluarga Tn.T beragam islam dan Tn.T menanamkan
kepada keluarganya tidak boleh meninggalkan shalat.
4. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif :
Ayah berperan dalam mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga sekaligus
mengatur keuangan, sesekali ibu ikut berperan dalam mengatur keuangan.
b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan hidup dalam keluarga : keluarga hidup dengan kurang harmonis karena
Tn.T lebih sering tinggal di rumah kontrakannya yang sekarang ditempati oleh
adiknya dengan alasan tidak nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya dan Tn.T
mengatakan ia ingin meninggal di kamar yang dulunya di tempati orang tuanya di
rumah kontrakan tersebut.
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga : setiap anggota berinteraksi dengan baik
tetapi lebih sering berkomunikasi melalui telfon.
3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan : Ayah(Tn.T)
32. 4) Kegiatan keluarga waktu senggang : Kumpul dengan keluarga tetapi Tn.T dan Ny.S
lebih sering berkumpul dengan anak-anaknya hanya di waktu lebaran meskipun
sesekali anak-anaknya mengunjungi mereka.
5) Partisipasi dalam kegiatan sosial : di lingkungan keluarga Tn.T jarang diadakan
kegiatan social
c. Fungsi perawatan kesehatan : ibu berperan penting dalam perawatan kesehatan
keluarga
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak : klien tidak merencanakan untuk mempunyai anak lagi
2) Akseptor : tidak
e. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan : terpenuhi
5. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek : Tn.T mengatakan cemas dengan penyakit yang dideritanya
b. Stressor jangka panjang : Tn.T mengatakan sangat tidak menyukai kebiasaan
tetangagnya yaitu menyabung ayam.
c. Respon keluarga terhadap stressor : Tn.T mengatasi cemasnya dengan membiasakan
untuk rutin cek gula darah
d. Strategi koping : beribadah dan sering membaca dzikir.
e. Strategi adaptasi disfungsional : Tn.T lebih sering tinggal dirumah yang ditempati
adiknya.
6. KEADAAN GIZI KELUARGA
Pemenuhan gizi : Makan 2 x sehari, dengan pagi sarapan kue, siang makan nasi
sedikit dengan menu bervariasi dan malam lebih sering makan buah-buahan.
Upaya lain : tidak ada.
33. 7. HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatannya : kadar gula darahnya dapat dikontrol sehingga tidak
memperburuk kondisi klien.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Puskesmas lebih ditingkatkan lagi pelayanan
kesehatannya jadi klien bisa berobat ke puskesmas dan tidak perlu ke dokter praktik
lagi.
8. PEMERIKSAAN FISIK
NO VARIABEL
NAMA ANGGOTA KELUARGA
Tn.T Ny.S
1 Riwayat penyakit saat ini Diabetes Melitus -
2 Keluhan yg dirasakan Mudah capek, pusing,
sering kesemutan dan ngilu
pada kaki, tremor, sering
berkemih di malam hari.
Tidak ada keluhan yang
dirasakan
3 Tanda dan gejala Klien tampak gelisah,
lemah, nafas terengah-
engah, kulit tampak kering
da turgor tidak elastis.
Tidak ada tanda dan gejala
yang timbul
4 Riwayat penyakit
sebelumnya
Klien mengatakan
sebelumnya mengira
terkena asam urat tetapi
setelah diperiksa ternyata
klien menderita DM
-
5 Tanda – tanda Vital TD: 130/100 RR: 26x/m
N:75x/m S: 370 C
- TD: 120/70 RR:
24x/m N: 60x/m S: 370C
6 System CardioVaskuler
7 System respirasi
8 System GI Tract
9 System persarafan
34. 10 System muskuloskeletal Kekuatan otot : 5 Kekuatan otot : 5
TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
NO DAFTAR MASALAH KESEHATAN
1 ANCAMAN
- Tidak dapat mempertahankan keakraban suami istri
- Tn.T mengaggap lingkungan tempat tinggalnya merupakan ancaman
karena kebiasaan tetangga yang bertentangan dengan nilai dan norma yang
dianutnya.
2 KURANG/TIDAK SEHAT
- Tn.T merasa tidak sehat akibat penyakit DM yang dideritanya.
3 DEFISIT
-
PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA
NO KRITERIA PENGKAJIAN
1 Mengenal masalah Keluarga mengatakan sudah mengetahui bahwa Tn.T
menderita penyakit Diabetes Melitus.
2 Mengambil keputusan
yang tepat
Tn.T mengatakan keputusan yang diambil adalah rutin
periksa gula darah dan pergi ke dokter.
3 Merawat anggota
keluarga yang sakit atau
punya masalah
Keluarga saling merawat apabila ada anggota keluarga
yang sakit.
4 Memodifikasi
lingkungan
Keluarga mengatakan belum mampu memodifikasi
lingkungan sekitar tempat tinggalnya termasuk
kebiasaan buruk yang dilakukan oleh tetangga Tn.T
5 Memanfaatkan sarana
kesehatan
Keluarga memanfaatkan sarana kesehatan berupa rumah
sakit dan dokter praktik untuk mengobati penyakit DM.
35. DAFTAR MASALAH
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds:
- Tn.T mengatakan jarang
berkomunikasi dengan anggota
keluarganya kecuali melalui telepon
- Tn.T mengatakan lebih sering
berada di rumah kontrakan yang
ditempati adiknya
Do:
- kurang keakraban antara Tn.T
dan istrinya
- Tn.T sering tinggal di rumah
kontrakan yang ditempati adiknya
Modifikasi dalam
status sosial keluarga
Proses keluarga,
perubahan
2 DS :
- Tn.T mengatakan merasa tidak
nyaman dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
Do :
- klien tampak jarang berkumpul
dengan masyarakat sekitar.
Ketidakefektifan
komunikasi di antara
subkelompok atau
komunitas
Penatalaksanaan
program terapeutik :
Komunitas
3 Ds:
- klien mengatakan mengetahui
menderita DM sejak 1 tahun yang
lalu,
- klien mengatakan mudah capek
dan sering pusing
- klien mengatakan sering
kesemutan dan ngilu pada kaki,
Diuresis osmotik Kekurangan volume
cairan
36. tremor
- klien mengatakan sering berkemih
di malam hari.
Do:
- klien tampak gelisah, lemah dan
nafas terengah-engah.
- Kulit tampak kering dan turgor
tidak elastis
SKORING
Dx 1 : Perubahan proses keluarga b.d Modifikasi dalam status sosial keluarga
KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN
SIFAT MASALAH
o Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
o Krisis atau keadaan
sejahtera
3
2
1
1 2/3X1= 2/3
Sifat masalah ini
adalah ancama
kesehatan karena
Tn.T mengatakan
sudah jarang
berkumpul dengan
keluarganya.
KEMUNGKINAN
MASALAH DAPAT
DIUBAH
o Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o Tidak dapat
2
1
0
2 1/2x2= 1
Kemungkinan
masalah dapat diubah
hanya sebagian
karena Tn.T
mengatakan masih
kesulitan untuk
POTENSIAL
MASALAH DAPAT
DICEGAH
o Tinggi
o Cukup
3
2
1
2/3x1= 2/3
Potensial masalah
dapat dicegah adalah
cukup karena Tn.T
sesekali pulang ke
rumahnya
37. o Rendah 1
MENONJOLNYA
MASALAH
o Masalah berat,
harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi
tidak perlu segera
ditangani
o Masalah tidak
dirasakan
2
1
0
1 2/2x1= 1 Menonjolnya
masalah adalah
masalah berat, harus
segera ditangani
karena apabila
dibiarkan maka akan
berpengaruh pada
keharmonisan rumah
tangga Tn.T
2/3+1+2/3+1 =3 1/3
Dx 2 : Penatalaksanaan program terapeutik : Komunitas b.d Ketidakefektifan komunikasi
di antara subkelompok atau komunitas
KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN
SIFAT MASALAH
o Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
o Krisis atau keadaan
sejahtera
3
2
1
1 2/3X1= 2/3 Sifat masalah adalah
ancaman kesehatan
karena dengan
ketidakefektifan
komunikasi antara
Tn. T dan masyarakat
sehingga
menyebabkan Tn. T
tidak merasa nyaman
dengan masyarakat
sekitar dan menjadi
pikiran buat Tn. T
baik tentang dirinya,
dengan masyarakat
sekitar maupun
38. keluarganya. Tn.
T meninggalkan
istrinya karena tidak
merasa nyaman
dengan lingkungan
sekitar.
KEMUNGKINAN
MASALAH DAPAT
DIUBAH
o Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o Tidak dapat
2
1
0
2 1/2x2= 1 Kemungkinan
masalah dapat diubah
hanya sebagian
karena untuk
mengubah masalah
tersebut diperlukan
kerjasama dari semua
anggota masyarakat
POTENSIAL
MASALAH DAPAT
DICEGAH
o Tinggi
o Cukup
o Rendah
3
2
1
1
2/3x1= 2/3 Potensial masalah
dapat dicegah adalah
cukup karena
masalah tersebut
masih bisa diatasi
apabila Tn.T dan
masyarakat mampu
mengungkapkan
permasalahan
tersebut
MENONJOLNYA
MASALAH
o Masalah berat,
harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi
tidak perlu segera
ditangani
2
1
0
1 2/2x1= 1 Menonjolnya
masalah adalah
masalah berat, harus
segera ditangani
karena apabila
masalah tersebut
dibiarkan maka
39. o Masalah tidak
dirasakan
masyarakat
khususnya Tn.T akan
merasa semakin tidak
nyaman dengan
lingkungannya
2/3+1+2/3+1=2 1/3
Dx 3 : Hiperglikemi b.d peningkatan kadar gula darah
KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN
SIFAT MASALAH
o Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
o Krisis atau keadaan
sejahtera
3
2
1
1 3/3X1= 1
Sifat masalah adalah
tidak sehat karena
Tn.T mengatakan
merasa tidak sehat
akibat penyakit DM
yang dideritanya
KEMUNGKINAN
MASALAH DAPAT
DIUBAH
o Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o Tidak dapat
2
1
0
2 0
Kemungkinan
masalah tidak dapat
diubah karena
penyakit DM
merupakan penyakit
yang sulit
disembuhkan
POTENSIAL
MASALAH DAPAT
DICEGAH
o Tinggi
o Cukup
o Rendah
3
2
1
1 1/3x1= 1/3 Potensial masalah
dapat dicegah adalah
rendah karena Tn.T
mengatakan hanya
bisa mengatasi
penyakitnya dengan
mengontrol
makanannya dan
40. sekali-sekali minum
obat
MENONJOLNYA
MASALAH
o Masalah berat,
harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi
tidak perlu segera
ditangani
o Masalah tidak
dirasakan
2
1
0
1 2/2x1= 1
Menonjolnya
masalah adalah
masalah berat, harus
seger ditangani
karena Tn.T
mengatakan harus
selalu mengontrol
makanannya dan
harus segera minum
obat apabila merasa
tidak sehat
1+0+1/3+1=2 1/3
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses keluarga b.d Modifikasi dalam status sosial keluarga
2. Penatalaksanaan program terapeutik : Komunitas b.d Ketidakefektifan komunikasi di
antara subkelompok atau komunitas
3. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik
C. Rencana Tindakan
No Dx keperawatan Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil
Tindakan
keperawatan
Rasional
1 Perubahan proses
keluarga b.d
modifikasi dalam
status sosial
keluarga yang
Keluarga dapat
menyesuaikan diri
dengan perubahan
proses keluarga
dengan KH :
- Pantau hubungan
keluarga saat ini
- Kaji interaksi
antara Tn.T dan
- Untuk mengetahui
keharmonisan di
keluarga tersebut
- Untuk mengetahui
apakah Tn. T dalam
41. ditandai dengan :
Ds:
- Tn.T
mengatakan jarang
berkomunikasi
dengan anggota
keluarganya kecuali
melalui telepon
- Tn.T
mengatakan lebih
sering berada di
rumah kontrakan
yang ditempati
adiknya
Do:kurang
keakraban antara
Tn.T dan istrinya
- Keluarga dapat
memahami
perubahan peran
dalam keluarga
- Keluarga dapat
meningkatkan
komunikasi antara
anggota keluarga
- Keluarga dapat
meningkatkan
keharmonisan
keluarga
keluarga
- Kaji keterbatasan
anak
- Dukung keluarga
untuk menyatakan
perasaan dan
masalahnya secara
verbal
berinteraksi dengan
keluarga lainnya lancar
dan baik aatau ada
masalah dalam interaksi
dengan keluarga
lainnya.
- Untuk memberikan
kebebasan yang positif
terhadap anak.
- Agar interaksi antara
klien dan kelurga
menjadi harmonis dan
komunikasi lancar antar
keluarga.
2. Penatalaksanaan
program terapeutik :
Komunitas b.d
Ketidakefektifan
komunikasi di
antara subkelompok
atau komunitas
yang ditandai
dengan :
DS : - Tn.T
mengatakan merasa
tidak nyaman
dengan lingkungan
Penatalaksanaan
program terapeutik:
komunitas efektif
dengan KH :
- Keluarga
khususnya Tn.T
dapat
berkomunikasi
dengan baik dengan
masyarakat
sekitarnya.
-
- Kaji pola interaksi
- Lakukan
penapisan faktor
risiko yang
berpengaruh pada
- Mengetahui
kebiasaan klien dalam
berinteraksi antar
masyarakat sekitar dan
mencari apakah ada
masalah dalam
berinteraksi antar
masyarakat sekitar atau
tidak.
- Untuk mencegah
agar faktor resiko tidak
sampai terjadi baik
pada klien maupun
42. tempat tinggalnya.
Do : klien tampak
jarang berkumpul
dengan masyarakat
sekitar.
kesehatan dari
lingkungan
- Berkolaborasi
dalam program
tindakan
pengembangan
masyarakat
- Bekerja sama
dalam memodifikasi
lingkungan, yaitu
dengan
meningkatkan
kesadaran anggota
masyarakat
pada kesehatan
lingkungannya.
- Untuk
mengupayakan agar
klien tidak hanya
berinteraksi dengan
keluarga tetapi juga
berinteraksi dengan
masyarakat sekitar.
- Agar klien maupun
masyarakat dapat
berinteraksi dengan
baik, tidak ada
perselisihan tentang
kepercayaan lagi antara
klien dan masyarakt
sekitar, dan tujuan nya
agar klien mau
berinteraksi dengan
masyarakat sekitar.
3. Kekurangan volume
cairan b.d diuresis
osmotik yang
ditandai dengan :
Ds:
- klien mengatakan
telah menderita DM
sejak 1 tahun yang
lalu,
- klien mengatakan
Kebutuhan cairan
atau hidrasi
terpenuhi dengan
KH :
- Klien
menunjukkan
hidrasi yang
adekuat dibuktikan
oleh tanda vital
stabil, nadi perifer
- Pantau TTV
- Pantau masukan
dan pengeluaran
cairan
- Perubahan tekanan
darah akan dapat
mempengaruhi
kesehatan klien dan
menjadi faktor resiko.
- Untuk memantau
nutrisi klien apakah
sudah cukup dari
kebutuhan tubuh atau
kurang.
43. mudah capek dan
sering pusing
- klien mengatakan
sering kesemutan
dan ngilu pada kaki,
tremor
- klien mengatakan
sering berkemih di
malam hari.
Do:
- klien tampak
gelisah, lemah dan
nafas terengah-
engah.
- Kulit tampak
kering dan turgor
tidak elastis
dapat diraba, turgor
kulit dan pengisian
kapiler baik,
haluaran urin dan
elektrolit tepat
dalam batas normal
- Observasi adanya
kelelahan yang
meningkat, edema,
peningkatan BB
- Kaji nadi perifer,
pengisian kapiler,
turgor kulit dan
membran mukosa
- Memantau adanya
tanda dan gejala edema
saat kelelahan
meningkat dan
peningkatan BB akan
mempengaruhi
kesehatan klien.
- Untuk memantau
turgor kulit tetap elastis
dan membran mukosa
tidak kering.
44. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga merupakan kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan
aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 2005).
Dimana keluarga juga bagian atau unit terkecil dari masyarakat yang beranggotakan dua
orang ataupun lebih dan masing – masing mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan
darah, mempunyai kepala dalam rumah tangga, mempunyai peran masing – masing serta
menganut suatu budaya yang keluarga itu yakini. Keluarga mempunyai beberapa tipe dan
memiliki fungsi. Keluarga juga mempunyai struktur yang dapat digambarkan bagaimana
keluarga menjalankan peran dan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Dalam
hal ini, perawat mempunyai peran juga untuk membantu keluarga untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga dengan tahap usia lanjut merupakan salah satu dari
proses keperawatan dimana dalam hal ini dapat mengoptimalkan peran dan fungsi lansia.
Jadi, semakin tinggi tingkat pengetahuan lansia terhadap masalah-masalah yang terjadi,
maka dapat diminimalisir masalah itu terjadi.
B. Saran
1. Perawat
Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan, perawat harus lebih
tanggap dalam mengidentifikasi masalah – masalah apa saja yang terkait dengan keluarga
lanjut usia, sehingga dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan tahap lanjut usia serta
perawat menjadi fasilitator dalam membantu penyelesaian masalah.
45. 2. Pasien dan keluarga
Pasien diharapkan agar menjalankan tugas perkembangan sesuai dengan tahap lanjut
usia, dapat menjaga keharmonisan keluarga, juga menjaga kesehatan dengan menkonsumsi
makanan-makanan yang bernutrisi tinggi serta mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki.
3. Masyarakat
Sebagai masyarakat juga harus memahami tentang masalah-masalah yang sering
terjadi pada lansia serta perawatannya pada masing-masing masalah tersebut dengan
mengikuti pendidikan kesehatan yang diadakan oleh perawat sehingga apabila dikeluarga
masyarakat terdapat keluarga dengan tahap lanjut usia, masyarakat dapat memberikan
saran-saran yang bermanfaat pada lansia-lansia yang ada disekitar masyarakat itu sendiri.