SlideShare a Scribd company logo
A. Definisi 
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. 
Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat 
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali 
pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan 
(Asuhan Persalinan Normal, 2007). 
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan 
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini 
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah 
bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan 
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan 
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 
1999) 
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia 
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah 
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam 
rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. 
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru 
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini: 
1. Faktor ibu 
• Preeklampsia dan eklampsia 
• Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) 
• Partus lama atau partus macet 
• Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) 
• Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) 
2. Faktor Tali Pusat 
• Lilitan tali pusat 
• Tali pusat pendek 
• Simpul tali pusat 
• Prolapsus tali pusat 
3. Faktor Bayi
• Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) 
• Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi 
forsep) 
• Kelainan bawaan (kongenital) 
• Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) 
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan 
asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan 
ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya 
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia 
tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap 
pertolongan persalinan. 
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis 
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. 
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan 
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila 
tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu 
disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak 
dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan 
penurunan TD. 
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada 
tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh 
bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga 
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan 
terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : 
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. 
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung. 
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi 
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan 
mengalami gangguan. (Rustam, 1998). 
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia 
• Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
• Warna kulit kebiruan 
• Kejang 
• Penurunan kesadaran 
D. Diagnosis 
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. 
Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda 
gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 
1. Denyut jantung janin 
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila 
frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, 
hal itu merupakan tanda bahaya 
2. Mekonium dalam air ketuban 
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala 
mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam 
air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila 
hal itu dapat dilakukan dengan mudah. 
3. Pemeriksaan pH darah janin 
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit 
kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis 
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai 
tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. 
(Wiknjosastro, 1999) 
E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir 
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan 
tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi 
yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan 
keputusan dan tindakan lanjutan. 
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu : 
• Penafasan 
• Denyut jantung 
• Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan 
mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak 
bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan 
untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP). 
F. Persiapan Alat Resusitasi 
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan 
siap pakai, yaitu : 
1. 2 helai kain / handuk. 
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, 
digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi. 
3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet. 
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal. 
5. Kotak alat resusitasi. 
6. Jam atau pencatat waktu. 
(Wiknjosastro, 2007). 
G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir 
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC 
resusitasi, yaitu : 
1. Memastikan saluran terbuka 
- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm. 
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. 
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka. 
2. Memulai pernafasan 
- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan 
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut 
(hindari paparan infeksi). 
3. Mempertahankan sirkulasi 
- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara 
- Kompresi dada. 
- Pengobatan 
Detail Cara Resusitasi
Langkah-Langkah Resusitasi 
1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh 
bayi untuk mengurangi evaporasi. 
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar. 
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor). 
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian 
lanjutkan ke hidung. 
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap 
punggung bayi. 
6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil 
kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan 
observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan 
positif. 
1. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif. 
2. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, 
masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag 
beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit. 
3. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. 
1. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan. 
2. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV. 
3. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung. 
4. 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan. 
9. Jika denyut jantung 0 atau 100 x / menit hentikan obat. 
11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 
menit. 
12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas 
dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. 
(Wiknjosastro, 2007) 
Persiapan resusitasi 
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama 
yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa 
diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan 
meninjau riwayat antepartum dan intrapartum. 
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara 
lain : 
- Alat pemanas siap pakai – Oksigen 
- Alat pengisap 
- Alat sungkup dan balon resusitasi 
- Alat intubasi 
- Obat-obatan 
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif : 
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim 
yang hadir pada setiap persalinan. 
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, 
tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien 
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim 
yang terkoordinasi. 
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan 
khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien. 
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai. 
(Dari berbagai sumber) 
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUM 
Share : 
Share27 
ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM 
A. PENGERTIAN 
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara 
spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989) 
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga 
dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998) 
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan 
teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000) 
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini 
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat 
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001) 
Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), 
dan asidosis (penurunan PH). 
B. JENIS ASFIKSIA 
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu : 
1. Asfiksia livida (biru) 
2. Asfiksia pallida (putih) 
C. KLSIFIKASI ASFIKSIA 
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR 
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 
D. ETIOLOGI 
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah : 
1. Asfiksia dalam kehamilan 
a. Penyakit infeksi akut 
b. Penyakit infeksi kronik 
c. Keracunan oleh obat-obat bius 
d. Uraemia dan toksemia gravidarum 
e. Anemia berat 
f. Cacat bawaan 
g. Trauma 
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2. 
• Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri) 
• Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah 
ke uri. 
• Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. 
• Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul. 
• Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. 
• Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta. 
• Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. 
b. Paralisis pusat pernafasan 
• Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps 
• Trauma dari dalam : akibat obet bius. 
Penyebab asfiksia Stright (2004) 
1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan, 
obat-obatan iinfeksi. 
2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal. 
3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta. 
4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat. 
5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran. 
E. MANIFESTASI KLINIK 
1. Pada Kehamilan 
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler 
serta adanya pengeluaran mekonium. 
• Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia 
• Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia 
• Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat 
2. Pada bayi setelah lahir 
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan 
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia 
d. Asidosis metabolik atau respiratori 
e. Perubahan fungsi jantung 
f. Kegagalan sistem multiorgan 
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, 
dan menangis kurang baik/ tidak menangis. 
F. PATOFISIOLOGI 
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus 
vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus 
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari 
nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin 
akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air 
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, 
alveoli tidak berkembang. 
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun 
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode 
apneu primer. 
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , 
tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin 
lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, 
denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang 
tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara 
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak 
dimulai segera. 
G. PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM 
Untuk Melihat Pathway klik DI SINI 
Untuk Mendownload Pathway klik DI SINI 
H. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL 
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak 
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi 
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan 
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat 
menimbulkan perdarahan otak. 
2. Anuria atau oliguria 
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah 
disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada 
keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. 
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan 
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit. 
3.Kejang 
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 
sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat 
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif. 
4. Koma 
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena 
beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak. 
I. PENATALAKSANAAN 
Telah Di bahas sebelumnya di daLam PROSEDUR PENATALAKSANAAN ASFIKSIA 
NEONATORUM 
ASUHAN KEPERWATAN 
PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA 
A. PENGKAJIAN 
1. Sirkulasi 
• Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg 
(sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik). 
• Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari 
mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
• Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan. 
• Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena. 
2. Eliminasi 
• Dapat berkemih saat lahir. 
3. Makanan/ cairan 
• Berat badan : 2500-4000 gram 
• Panjang badan : 44-45 cm 
• Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi) 
4. Neurosensori 
• Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. 
• Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah 
kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma). 
• Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, 
hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang) 
5. Pernafasan 
• Skor APGAR : 1 menit……5 menit……. skor optimal harus antara 7-10. 
• Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat. 
• Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago 
xifoid menonjol, umum terjadi. 
6. Keamanan 
• Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada 
usia gestasi). 
• Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau 
kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan 
forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan 
peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi 
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama 
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan 
elektroda internal)
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 
• PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah 
menunjukkan asfiksia bermakna. 
• Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%. 
• Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi 
pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik. 
C. PRIORITAS KEPERAWATAN 
• Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif. 
• Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh. 
• Mencegah cidera atau komplikasi. 
• Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi. 
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. 
II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi 
III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. 
IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada 
agen-agen infeksius. 
V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. 
VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. 
E. INTERVENSI 
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. 
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan 
nafas lancar. 
NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas 
Kriteria Hasil : 
1. Tidak menunjukkan demam. 
2. Tidak menunjukkan cemas. 
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal. 
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas tambahan. 
NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas 
Kriteria Hasil : 
1. Mudah dalam bernafas. 
2. Tidak menunjukkan kegelisahan. 
3. Tidak adanya sianosis. 
4. PaCO2 dalam batas normal. 
5. PaO2 dalam batas normal. 
6. Keseimbangan perfusi ventilasi 
Keterangan skala : 
1 : Selalu Menunjukkan 
2 : Sering Menunjukkan 
3 : Kadang Menunjukkan 
4 : Jarang Menunjukkan 
5 : Tidak Menunjukkan 
NIC I : Suction jalan nafas 
Intevensi : 
1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal. 
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction . 
3. Beritahu keluarga tentang suction. 
4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan. 
5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah 
suction. 
NIC II : Resusitasi : Neonatus 
1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan. 
2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik. 
3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi. 
4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium. 
5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah. 
6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.
7. Monitor respirasi. 
8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat. 
DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi. 
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola 
nafas menjadi efektif. 
NOC : Status respirasi : Ventilasi 
Kriteria hasil : 
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif. 
2. Ekspansi dada simetris. 
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan. 
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal. 
Keterangan skala : 
1 : Selalu Menunjukkan 
2 : Sering Menunjukkan 
3 : Kadang Menunjukkan 
4 : Jarang Menunjukkan 
5 : Tidak Menunjukkan 
NIC : Manajemen jalan nafas 
Intervensi : 
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender. 
2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan. 
3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi. 
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu nafas 
5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu. 
6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan. 
DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. 
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan 
pertukaran gas teratasi. 
NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas 
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas 
2. Fungsi paru dalam batas normal 
Keterangan skala : 
1 : Selalu Menunjukkan 
2 : Sering Menunjukkan 
3 : Kadang Menunjukkan 
4 : Jarang Menunjukkan 
5 : Tidak Menunjukkan 
NIC : Manajemen asam basa 
Intervensi : 
1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum. 
2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri 
3) Pantau hasil Analisa Gas Darah 
DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada 
agen-agen infeksius. 
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko 
cidera dapat dicegah. 
NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak 
Kriteria hasil : 
1. Bebas dari cidera/ komplikasi. 
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak. 
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama. 
Keterangan Skala : 
1 : Tidak sama sekali 
2 : Sedikit 
3 : Agak 
4 : Kadang 
5 : Selalu 
NIC : Kontrol Infeksi 
Intervensi :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi. 
2. Pakai sarung tangan steril. 
3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali 
pusat dan adanya anomali. 
4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan 
kesehatan. 
5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila 
serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs 
Ag) atau antigen E (Hbe Ag). 
DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. 
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu 
tubuh normal. 
NOC I : Termoregulasi : Neonatus 
Kriteria Hasil : 
1. Temperatur badan dalam batas normal. 
2. Tidak terjadi distress pernafasan. 
3. Tidak gelisah. 
4. Perubahan warna kulit. 
5. Bilirubin dalam batas normal. 
Keterangan skala : 
1 : Selalu Menunjukkan 
2 : Sering Menunjukkan 
3 : Kadang Menunjukkan 
4 : Jarang Menunjukkan 
5 : Tidak Menunjukkan 
NIC I : Perawatan Hipotermi 
Intervensi : 
1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat. 
2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna 
kulit dll.
3. Monitor temperatur dan warna kulit. 
4. Monitor TTV. 
5. Monitor adanya bradikardi. 
6. Monitor status pernafasan. 
NIC II : Temperatur Regulasi 
Intervensi : 
1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil. 
2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat. 
3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu. 
DP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. 
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping 
keluarga adekuat. 
NOC I : Koping keluarga 
Kriteria Hasil : 
1. Percaya dapat mengatasi masalah. 
2. Kestabilan prioritas. 
3. Mempunyai rencana darurat. 
4. Mengatur ulang cara perawatan. 
Keterangan skala : 
1 : Tidak pernah dilakukan 
2 : Jarang dilakukan 
3 : Kadang dilakukan 
4 : Sering dilakukan 
5 : Selalu dilakukan 
NOC II : Status Kesehatan Keluarga 
Kriteria Hasil : 
1. Status kekebalan anggota keluarga. 
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. 
3. Akses perawatan kesehatan. 
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.
Keterangan Skala : 
1 : Selalu Menunjukkan 
2 : Sering Menunjukkan 
3 : Kadang Menunjukkan 
4 : Jarang Menunjukkan 
5 : Tidak Menunjukkan 
NIC I : Pemeliharaan proses keluarga 
Intervensi : 
1. Tentukan tipe proses keluarga. 
2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga. 
3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada. 
4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi. 
NIC II : Dukungan Keluarga 
Intervensi : 
1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat yang terbaik. 
2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga. 
3. Beri harapan realistik. 
4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga. 
E. EVALUASI 
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. 
NOC I 
Kriteria Hasil : 
1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3) 
2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3) 
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3) 
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3) 
5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3) 
NOC II 
Kriteria Hasil : 
1. Mudah dalam bernafas.(skala 3)
2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3) 
3. Tidak adanya sianosis.(skala 3) 
4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3) 
5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3) 
DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi. 
Kriteria hasil : 
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3) 
2. Ekspansi dada simetris.(skala 3) 
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3) 
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3) 
DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. 
Kriteria hasil : 
1. Tidak sesak nafas.(skala 3) 
2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3) 
DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada 
agen-agen infeksius. 
1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4) 
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.(skala 4) 
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4) 
DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. 
NOC I 
Kriteria Hasil : 
1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3) 
2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3) 
3. Tidak gelisah. (skala 3) 
4. Perubahan warna kulit. (skala 3) 
5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3) 
NOC II 
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3) 
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3) 
3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3) 
4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3) 
DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada 
agen-agen infeksius. 
NOC I 
Kriteria Hasil : 
1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3) 
2. Kestabilan prioritas. (skala 3) 
3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3) 
4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3) 
NOC II 
Kriteria Hasil : 
1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3) 
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3) 
3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3) 
4. Kesehatan fisik anggota keluarga. 
DAFTAR PUSTAKA 
Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC 
Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas 
Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika 
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media 
Aesculapius. 
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : 
Prima Medika. 
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil 
NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC 
Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta :
EGC 
Mochtar. R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC 
Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka 
Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC 
terdapat pada

More Related Content

What's hot

Resusitasi neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Resusitasi neonatus AKPER PEMKAB MUNA Resusitasi neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Resusitasi neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah asfiksia
Makalah asfiksiaMakalah asfiksia
Makalah asfiksia
Warnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah asfiksia
Makalah asfiksiaMakalah asfiksia
Makalah asfiksia
Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangOperator Warnet Vast Raha
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
pjj_kemenkes
 

What's hot (9)

Resusitasi neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Resusitasi neonatus AKPER PEMKAB MUNA Resusitasi neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Resusitasi neonatus AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
 
Makalah asfiksia
Makalah asfiksiaMakalah asfiksia
Makalah asfiksia
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Makalah asfiksia
Makalah asfiksiaMakalah asfiksia
Makalah asfiksia
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
 

Similar to Asfiksia

Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Warnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Warnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangSeptian Muna Barakati
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Septian Muna Barakati
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksiaWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Warnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Warnet Raha
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
Warnet Raha
 

Similar to Asfiksia (20)

Bab i8
Bab i8Bab i8
Bab i8
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 

Recently uploaded

Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 

Recently uploaded (20)

Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 

Asfiksia

  • 1. A. Definisi Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007). Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999) B. Etiologi / Penyebab Asfiksia Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini: 1. Faktor ibu • Preeklampsia dan eklampsia • Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) • Partus lama atau partus macet • Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) • Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) 2. Faktor Tali Pusat • Lilitan tali pusat • Tali pusat pendek • Simpul tali pusat • Prolapsus tali pusat 3. Faktor Bayi
  • 2. • Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) • Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) • Kelainan bawaan (kongenital) • Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan. C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD. Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : 1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. 2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung. 3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998). Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia • Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
  • 3. • Warna kulit kebiruan • Kejang • Penurunan kesadaran D. Diagnosis Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1. Denyut jantung janin Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya 2. Mekonium dalam air ketuban Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah. 3. Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999) E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu : • Penafasan • Denyut jantung • Warna kulit
  • 4. Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP). F. Persiapan Alat Resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu : 1. 2 helai kain / handuk. 2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi. 3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet. 4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal. 5. Kotak alat resusitasi. 6. Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007). G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu : 1. Memastikan saluran terbuka - Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm. - Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. - Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka. 2. Memulai pernafasan - Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan - Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi). 3. Mempertahankan sirkulasi - Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara - Kompresi dada. - Pengobatan Detail Cara Resusitasi
  • 5. Langkah-Langkah Resusitasi 1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi. 2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar. 3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor). 4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung. 5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi. 6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif. 1. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif. 2. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit. 3. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. 1. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan. 2. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV. 3. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung. 4. 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan. 9. Jika denyut jantung 0 atau 100 x / menit hentikan obat. 11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit. 12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007) Persiapan resusitasi Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
  • 6. 1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum. 2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain : - Alat pemanas siap pakai – Oksigen - Alat pengisap - Alat sungkup dan balon resusitasi - Alat intubasi - Obat-obatan Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif : 1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan. 2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien 3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi. 4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien. 5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai. (Dari berbagai sumber) ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUM Share : Share27 ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM A. PENGERTIAN Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989) Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
  • 7. kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998) Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000) Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001) Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). B. JENIS ASFIKSIA Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu : 1. Asfiksia livida (biru) 2. Asfiksia pallida (putih) C. KLSIFIKASI ASFIKSIA Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 D. ETIOLOGI Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah : 1. Asfiksia dalam kehamilan a. Penyakit infeksi akut b. Penyakit infeksi kronik c. Keracunan oleh obat-obat bius d. Uraemia dan toksemia gravidarum e. Anemia berat f. Cacat bawaan g. Trauma 2. Asfiksia dalam persalinan
  • 8. a. Kekurangan O2. • Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri) • Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri. • Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. • Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul. • Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. • Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta. • Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. b. Paralisis pusat pernafasan • Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps • Trauma dari dalam : akibat obet bius. Penyebab asfiksia Stright (2004) 1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi. 2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal. 3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta. 4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat. 5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran. E. MANIFESTASI KLINIK 1. Pada Kehamilan Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium. • Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia • Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia • Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat 2. Pada bayi setelah lahir a. Bayi pucat dan kebiru-biruan b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
  • 9. c. Hipoksia d. Asidosis metabolik atau respiratori e. Perubahan fungsi jantung f. Kegagalan sistem multiorgan g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis. F. PATOFISIOLOGI Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. G. PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Untuk Melihat Pathway klik DI SINI Untuk Mendownload Pathway klik DI SINI H. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
  • 10. 1. Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak. 2. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit. 3.Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif. 4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak. I. PENATALAKSANAAN Telah Di bahas sebelumnya di daLam PROSEDUR PENATALAKSANAAN ASFIKSIA NEONATORUM ASUHAN KEPERWATAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA A. PENGKAJIAN 1. Sirkulasi • Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik). • Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
  • 11. • Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan. • Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena. 2. Eliminasi • Dapat berkemih saat lahir. 3. Makanan/ cairan • Berat badan : 2500-4000 gram • Panjang badan : 44-45 cm • Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi) 4. Neurosensori • Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. • Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma). • Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang) 5. Pernafasan • Skor APGAR : 1 menit……5 menit……. skor optimal harus antara 7-10. • Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat. • Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi. 6. Keamanan • Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi). • Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
  • 12. B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK • PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna. • Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%. • Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik. C. PRIORITAS KEPERAWATAN • Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif. • Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh. • Mencegah cidera atau komplikasi. • Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi. D. DIAGNOSA KEPERAWATAN I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. E. INTERVENSI DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar. NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas Kriteria Hasil : 1. Tidak menunjukkan demam. 2. Tidak menunjukkan cemas. 3. Rata-rata repirasi dalam batas normal. 4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
  • 13. 5. Tidak ada suara nafas tambahan. NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas Kriteria Hasil : 1. Mudah dalam bernafas. 2. Tidak menunjukkan kegelisahan. 3. Tidak adanya sianosis. 4. PaCO2 dalam batas normal. 5. PaO2 dalam batas normal. 6. Keseimbangan perfusi ventilasi Keterangan skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC I : Suction jalan nafas Intevensi : 1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction . 3. Beritahu keluarga tentang suction. 4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan. 5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction. NIC II : Resusitasi : Neonatus 1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan. 2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik. 3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi. 4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium. 5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah. 6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.
  • 14. 7. Monitor respirasi. 8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat. DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif. NOC : Status respirasi : Ventilasi Kriteria hasil : 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif. 2. Ekspansi dada simetris. 3. Tidak ada bunyi nafas tambahan. 4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal. Keterangan skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC : Manajemen jalan nafas Intervensi : 1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender. 2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan. 3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi. 4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu nafas 5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu. 6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan. DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi. NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas Kriteria hasil :
  • 15. 1. Tidak sesak nafas 2. Fungsi paru dalam batas normal Keterangan skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC : Manajemen asam basa Intervensi : 1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum. 2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri 3) Pantau hasil Analisa Gas Darah DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah. NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak Kriteria hasil : 1. Bebas dari cidera/ komplikasi. 2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak. 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama. Keterangan Skala : 1 : Tidak sama sekali 2 : Sedikit 3 : Agak 4 : Kadang 5 : Selalu NIC : Kontrol Infeksi Intervensi :
  • 16. 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi. 2. Pakai sarung tangan steril. 3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali. 4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan. 5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag). DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal. NOC I : Termoregulasi : Neonatus Kriteria Hasil : 1. Temperatur badan dalam batas normal. 2. Tidak terjadi distress pernafasan. 3. Tidak gelisah. 4. Perubahan warna kulit. 5. Bilirubin dalam batas normal. Keterangan skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC I : Perawatan Hipotermi Intervensi : 1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat. 2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll.
  • 17. 3. Monitor temperatur dan warna kulit. 4. Monitor TTV. 5. Monitor adanya bradikardi. 6. Monitor status pernafasan. NIC II : Temperatur Regulasi Intervensi : 1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil. 2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat. 3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu. DP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat. NOC I : Koping keluarga Kriteria Hasil : 1. Percaya dapat mengatasi masalah. 2. Kestabilan prioritas. 3. Mempunyai rencana darurat. 4. Mengatur ulang cara perawatan. Keterangan skala : 1 : Tidak pernah dilakukan 2 : Jarang dilakukan 3 : Kadang dilakukan 4 : Sering dilakukan 5 : Selalu dilakukan NOC II : Status Kesehatan Keluarga Kriteria Hasil : 1. Status kekebalan anggota keluarga. 2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. 3. Akses perawatan kesehatan. 4. Kesehatan fisik anggota keluarga.
  • 18. Keterangan Skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC I : Pemeliharaan proses keluarga Intervensi : 1. Tentukan tipe proses keluarga. 2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga. 3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada. 4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi. NIC II : Dukungan Keluarga Intervensi : 1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat yang terbaik. 2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga. 3. Beri harapan realistik. 4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga. E. EVALUASI DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. NOC I Kriteria Hasil : 1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3) 2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3) 3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3) 4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3) 5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3) NOC II Kriteria Hasil : 1. Mudah dalam bernafas.(skala 3)
  • 19. 2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3) 3. Tidak adanya sianosis.(skala 3) 4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3) 5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3) DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi. Kriteria hasil : 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3) 2. Ekspansi dada simetris.(skala 3) 3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3) 4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3) DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Kriteria hasil : 1. Tidak sesak nafas.(skala 3) 2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3) DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. 1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4) 2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.(skala 4) 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4) DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. NOC I Kriteria Hasil : 1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3) 2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3) 3. Tidak gelisah. (skala 3) 4. Perubahan warna kulit. (skala 3) 5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3) NOC II Kriteria Hasil :
  • 20. 1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3) 2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3) 3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3) 4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3) DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. NOC I Kriteria Hasil : 1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3) 2. Kestabilan prioritas. (skala 3) 3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3) 4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3) NOC II Kriteria Hasil : 1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3) 2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3) 3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3) 4. Kesehatan fisik anggota keluarga. DAFTAR PUSTAKA Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius. Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika. Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta :
  • 21. EGC Mochtar. R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC terdapat pada