SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENGUKURAN
BAGIAN 2
KETIDAKPASTIAN PADA
PENGUKURAN
A. KESALAHAN
Kesalahan dapat dilakukan oleh orang yang
mengukur ataupun alat ukur itu sendiri. Dengan
kata lain, tidah mungkin diperoleh nilai benar xo
melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
Ketidakpastian disebabkan oleh kesalahan dalam
pengukuran. Kesalahan (error) adalah
penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar xo.
Ada tiga macam kesalahan : (1) kesalahan umum
(keteledoran), (2) kesalahan acak, (3) kesalahan
sistematis.
JENIS KESALAHAN
 Kesalahan umum (keteledoran)
Keteledoran umumnya disebabkan oleh keterbatasan
pengamat, di antaranya kekurangterampilan memakai
alat ukur, terutama untuk alat ukur canggih yang
melibatkan banyak komponen yang harus diatur, atau
kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang
kecil.
 Kesalahan acak
Kesalahan acak disebabkan adanya fluktuasi-fluktuasi
yang halus pada kondisi-kondisi pengukuran. Fluktuasi-
fluktuasi halus dapat disebabkan oleh gerak Brown
molekul udara, fluktuasi tegangan listrik PLN atau
baterai, landasan yang bergetar, dan bising.
JENIS KESALAHAN
 Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematis menyebabkan kumpulan
acak bacaan hasil ukur didistribusi secara
konsisten di sekitar nilai rata-rata yang cukup
berbeda dengan nilai sebenarnya.
PENYEBAB KESALAHAN DALAM PENGUKURAN
 Kesalahan kalibrasi, yaitu penyesuaian pembubuhan nilai
pada garis skala pada saat pembuatannya. Ini mengakibatkan
pembacaan terlalu besar atau terlalu kecil sepanjang seluruh
skala. Kesalahan tersebut diatasi dengan mengkalibrasi ulang
instrument terhadap instrument standar.
 Kesalahan titik nol, seperti titik nol skala tidak berimpit dengan
titik nol jarum penunjuk atau kegagalan mengembalikan jarum
penunjuk ke nol sebelum melakukan pengukuran. Kesalahan
tersebut diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan
hasil pengukuran.
 Kesalahan komponen lain, seperti melemahnya pegas yang
digunakan atau terjadi gesekan antara jarum dengan bidang
skala.
 Kesalahan arah pendang membaca nilai skala jika ada jarak
antara jarum dan garis-garis skala.
B. MELAPORKAN HASIL PENGUKURAN
 Hasil pengukuran suatu besaran dilaporkan
sebagai
 Dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai
benar xo dan Δx adalah ketidakpastiannya.
Menentukan nilai benar xo dan ketidakpastian Δx
bergantung pada cara pengukuran, yaitu
pengukuran tunggal atau pengukuran berulang.
PENGUKURAN TUNGGAL
Pengukuran tunggal adalah pengukuran
yang dilakukan satu kali saja. Adapun
ketidakpastian pada pengukuran tunggal
ditetapkan sama dengan setengah skala
terkecil.
PENGUKURAN BERULANG
Jika memungkinkan, suatu percobaan hendaknya
dilakukan melalui pengukuran berulang (lebih dari
satu kali), misalnya 5 kali atau 10 kali. Nilai benar
xo dapat didekati dengan nilai rata-rata . Misalnya,
suatu besaran fisika diukur N kali pada kondisi
yang sama, dan diperoleh hasil-hasil pengukuran
x1, x2, x3,……., xN (disebut sebagai sampel). Nilai
rata-rata sampel didefinisikan sebagai
Berdasarkan analisis statistik ternyata nilai terbaik
sebagai penggan nilai benar xo adalah nilai rata-
rata . Ketidakpastian Δx dapat dinyatakan oleh
simpangan baku nilai rata-rata sampel.
Banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan
berulang dapat mengikuti aturan berikut.
 Ketidakpastian relatif sekitar 10% berhak atas 2 angka;
 Ketidakpastian relatif sekitar 1% berhak atas 3 angka;
 Ketidakpastian relatif sekitar 0,1% berhak atas 4 angka.
 Ketidakpastian relatif dihitung dengan persamaan berikut.
Ketidakpastian relatif =
ANGKA PENTING
A. NOTASI ILMIAH
Dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran dinyatakan
sebagai
dengan a adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai
dengan 9, n disebut eksponen dan merupakan
bilangan bulat. disebut bilangan penting,
disebut orde besar.
B. ATURAN ANGKA PENTING
 Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran, yang terdiri dari angka eksak dan satu angka
terakhir yang ditaksir (atau diragukan). Aturan angka penting :
 Semua angka bukan nol adalah angka penting.
 Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol
termasuk angka penting.
 Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari
angka-angka yang ditulis di belakang koma desimal termasuk
angka penting.
 Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik
desimal adalah bukan angka penting.
 Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya
yang memiliki angka-angka nol pada deretan akhir harus
dituliskan dalam notasi ilmiah agar jelas apakah angka-angka
nol tersebut termasuk angka penting atau bukan.
Bilangan penting berbeda dengan bilangan eksak.
Bilangan penting adalah bilangan yang diperoleh
dari hasil pengukuran, yang terdiri dari angka-
angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat
ukur) dan satu angka terakhir yang ditaksir atau
diragukan. Bilangan eksak adalah bilangan yang
sudah pasti (tidak diragukan nilainya), yang
diperoleh dari kegiatan membilang. Contoh :
menghitung (membilang) jumlah telur di keranjang.
Anda menyatakan bahwa ada 100 butir telur.
Bilangan 100 ini adalah bilangan eksak.
BERHITUNG DENGAN ANGKA PENTING
 Pembulatan bilangan, jika satu angka disebelah
kanannya 4 atau lebih kecil, angka penting tetap
dipertahankan. Jika 5 atau lebih besar maka bertambah
satu.
 Aturan penjumlahan dan pengurangan
Dalam penjumlahan (juga berlaku pengurangan),
hasilnya hanya boleh mengandung satu angka taksiran.
 Aturan perkalian dan pembagian
Dalam operasi hitung perkalian atau pembagian yang
melibatkan beberapa bilangan penting, hasil akhirnya
hanya boleh mengandung angka penting paling sedikit
dari operasi hitung perkalian atau pembagian tersebut.
KETIDAKPASTIAN PADA
HASIL PERCOBAAN
A. ASPEK-ASPEK PENGUKURAN
 Ketelitian (akurasi) adalah suatu aspek yang
menyatakan tingkat pendekatan dari nilai hasil
pengukuran alat ukur terhadap nilai benar xo.
 Ketepatan (presisi) adalah suatu aspek
pengukuran yang menyatakan kemampuan alat
ukur untuk memberikan hasil pengukuran sama
pada pengukuran berulang.
KETIDAKPASTIAN MUTLAK DAN RELATIF
 Hasil pengukuran dilaporkan sebagai ,
dimana Δx dinamai ketidakpastian mutlak, dengan
satuan sama dengan satuan besaran x. Ketidakpastian
mutlak berhubungan dengan ketepatan pengukuran.
Makin kecil ketidakpastian mutlak, makin tepat
pengukuran tersebut.
 Cara lain untuk menyatakan ketidakpastian suatu
besaran adalah menggunakan ketidakpastian relatif,
yaitu Δx/x. yang tidak memiliki satuan. Ketidakpastian
relatif sering dinyatakan dalam persen dengan
mengalikan Δx/x dengan 100%. Ketidakpastian relative
berhubungan dengan ketelitian pengukuran. Makin
kecil ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian
pengukuran tersebut.

More Related Content

What's hot

Contoh Laporan Praktikum Hukum OHM
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHMContoh Laporan Praktikum Hukum OHM
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHMdenson siburian
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1RifkaNurbayti
 
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)umammuhammad27
 
Laporan Fisika - lensa cembung
Laporan Fisika - lensa cembungLaporan Fisika - lensa cembung
Laporan Fisika - lensa cembungDayana Florencia
 
Laporan fisika menentukan restitusi
Laporan fisika menentukan restitusiLaporan fisika menentukan restitusi
Laporan fisika menentukan restitusiatikapprinda
 
Laporan Praktikum Rangkaian Seri Paralel
Laporan Praktikum Rangkaian Seri ParalelLaporan Praktikum Rangkaian Seri Paralel
Laporan Praktikum Rangkaian Seri ParalelAnnisa Icha
 
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeLaporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeYunan Malifah
 
FISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANAFISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANAPRAMITHA GALUH
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoffumammuhammad27
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Rezki Amaliah
 
Laporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiLaporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiWidya arsy
 
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Dandi Ardiansyah Putra
 
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasioLaporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasioTifa Fauziah
 
Laporan Praktikum Fisika Medan Magnet (Solenoida/Paku)
Laporan Praktikum Fisika Medan Magnet (Solenoida/Paku)Laporan Praktikum Fisika Medan Magnet (Solenoida/Paku)
Laporan Praktikum Fisika Medan Magnet (Solenoida/Paku)emildaemiliano
 

What's hot (20)

JURNAL OSILOSKOP
JURNAL OSILOSKOPJURNAL OSILOSKOP
JURNAL OSILOSKOP
 
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHM
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHMContoh Laporan Praktikum Hukum OHM
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHM
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1
 
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
 
FISIKA - VEKTOR
FISIKA - VEKTORFISIKA - VEKTOR
FISIKA - VEKTOR
 
Laporan Fisika - lensa cembung
Laporan Fisika - lensa cembungLaporan Fisika - lensa cembung
Laporan Fisika - lensa cembung
 
Laporan fisika menentukan restitusi
Laporan fisika menentukan restitusiLaporan fisika menentukan restitusi
Laporan fisika menentukan restitusi
 
Laporan Praktikum Rangkaian Seri Paralel
Laporan Praktikum Rangkaian Seri ParalelLaporan Praktikum Rangkaian Seri Paralel
Laporan Praktikum Rangkaian Seri Paralel
 
Percobaan gerak melingkar
Percobaan gerak melingkarPercobaan gerak melingkar
Percobaan gerak melingkar
 
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeLaporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
 
FISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANAFISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANA
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
BAB V GAYA LORENTZ
BAB V GAYA LORENTZBAB V GAYA LORENTZ
BAB V GAYA LORENTZ
 
Laporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiLaporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas Resonansi
 
Percobaan hukum hooke
Percobaan hukum hookePercobaan hukum hooke
Percobaan hukum hooke
 
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
 
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasioLaporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
 
Laporan Praktikum Fisika Medan Magnet (Solenoida/Paku)
Laporan Praktikum Fisika Medan Magnet (Solenoida/Paku)Laporan Praktikum Fisika Medan Magnet (Solenoida/Paku)
Laporan Praktikum Fisika Medan Magnet (Solenoida/Paku)
 

Similar to angka penting

vdocuments.net_uji-normalitas-dan-validitas.ppt
vdocuments.net_uji-normalitas-dan-validitas.pptvdocuments.net_uji-normalitas-dan-validitas.ppt
vdocuments.net_uji-normalitas-dan-validitas.pptAnggaPratama111616
 
13. Normalitas dan regresi matriks.pdf
13. Normalitas dan regresi matriks.pdf13. Normalitas dan regresi matriks.pdf
13. Normalitas dan regresi matriks.pdfGizcaYolandaSitumean
 
Analisis data statistik oleh sudibyo supardi
Analisis data statistik oleh sudibyo supardiAnalisis data statistik oleh sudibyo supardi
Analisis data statistik oleh sudibyo supardiDedi Mukhlas
 
Penuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarPenuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarHelvyEffendi
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxKranaSanz1
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxHjMuliati
 
Modul 1 prinsip_dasar_perancangan
Modul 1 prinsip_dasar_perancanganModul 1 prinsip_dasar_perancangan
Modul 1 prinsip_dasar_perancangantisazha
 
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.pptPengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.pptPPG20221
 
Angka penting dan pengukuran`.ppt
Angka penting dan pengukuran`.pptAngka penting dan pengukuran`.ppt
Angka penting dan pengukuran`.pptssusereb02e6
 
Pengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingPengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingLhiya XiaoLing
 
Fisika-besaran-dan-satuan.pptx
Fisika-besaran-dan-satuan.pptxFisika-besaran-dan-satuan.pptx
Fisika-besaran-dan-satuan.pptxriski197593
 
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdfSalmonRen1
 
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-pentingFISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-pentingEko Efendi
 
Pengukuran..pdf
Pengukuran..pdfPengukuran..pdf
Pengukuran..pdfSalmonRen1
 

Similar to angka penting (20)

pengukuran
pengukuranpengukuran
pengukuran
 
Statistika_Inferensial.pptx
Statistika_Inferensial.pptxStatistika_Inferensial.pptx
Statistika_Inferensial.pptx
 
vdocuments.net_uji-normalitas-dan-validitas.ppt
vdocuments.net_uji-normalitas-dan-validitas.pptvdocuments.net_uji-normalitas-dan-validitas.ppt
vdocuments.net_uji-normalitas-dan-validitas.ppt
 
13. Normalitas dan regresi matriks.pdf
13. Normalitas dan regresi matriks.pdf13. Normalitas dan regresi matriks.pdf
13. Normalitas dan regresi matriks.pdf
 
Analisis data statistik oleh sudibyo supardi
Analisis data statistik oleh sudibyo supardiAnalisis data statistik oleh sudibyo supardi
Analisis data statistik oleh sudibyo supardi
 
Penuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarPenuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasar
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
 
Modul 1 prinsip_dasar_perancangan
Modul 1 prinsip_dasar_perancanganModul 1 prinsip_dasar_perancangan
Modul 1 prinsip_dasar_perancangan
 
fisika
 fisika fisika
fisika
 
statistik tugas 4 pdf.pdf
statistik tugas 4 pdf.pdfstatistik tugas 4 pdf.pdf
statistik tugas 4 pdf.pdf
 
I009219326
I009219326I009219326
I009219326
 
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.pptPengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
 
Angka penting dan pengukuran`.ppt
Angka penting dan pengukuran`.pptAngka penting dan pengukuran`.ppt
Angka penting dan pengukuran`.ppt
 
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.pptPengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
 
Pengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingPengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka penting
 
Fisika-besaran-dan-satuan.pptx
Fisika-besaran-dan-satuan.pptxFisika-besaran-dan-satuan.pptx
Fisika-besaran-dan-satuan.pptx
 
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
 
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-pentingFISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
 
Pengukuran..pdf
Pengukuran..pdfPengukuran..pdf
Pengukuran..pdf
 

More from hizba dina hafiyyana (6)

Archaebacteria & Eubacteria
Archaebacteria & EubacteriaArchaebacteria & Eubacteria
Archaebacteria & Eubacteria
 
Pertemuan i
Pertemuan iPertemuan i
Pertemuan i
 
keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayatikeanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati
 
GLBB
GLBBGLBB
GLBB
 
GLBB
GLBBGLBB
GLBB
 
vektor fisika
vektor fisikavektor fisika
vektor fisika
 

Recently uploaded

MEKANIKA TANAH JILID I - BRAJA M DAS (2).pdf
MEKANIKA TANAH JILID I - BRAJA M DAS (2).pdfMEKANIKA TANAH JILID I - BRAJA M DAS (2).pdf
MEKANIKA TANAH JILID I - BRAJA M DAS (2).pdfKangKarebeth
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UPnadyahermawan
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...ProfesorCilikGhadi
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2LEESOKLENGMoe
 
cara untuk membunuh gulma dengan pestisida seperti kontak dan sistemik
cara untuk membunuh gulma dengan pestisida seperti kontak dan sistemikcara untuk membunuh gulma dengan pestisida seperti kontak dan sistemik
cara untuk membunuh gulma dengan pestisida seperti kontak dan sistemikvalentinorossi39
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...athayaahzamaulana1
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxemiliawati098
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptxemiliawati098
 
Ppt sistem pencernaan pada manusia kelas XI
Ppt sistem pencernaan pada manusia kelas XIPpt sistem pencernaan pada manusia kelas XI
Ppt sistem pencernaan pada manusia kelas XInurulspd912
 
AKSI NYATA TOPIK IKLIM SEKOLAH AMAN MENCEGAH INTOLERANSI MALAIKAT KEBAIKAN.pdf
AKSI NYATA TOPIK IKLIM SEKOLAH AMAN MENCEGAH INTOLERANSI MALAIKAT KEBAIKAN.pdfAKSI NYATA TOPIK IKLIM SEKOLAH AMAN MENCEGAH INTOLERANSI MALAIKAT KEBAIKAN.pdf
AKSI NYATA TOPIK IKLIM SEKOLAH AMAN MENCEGAH INTOLERANSI MALAIKAT KEBAIKAN.pdfhandarlukito811
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxalmiraulimaz2521988
 

Recently uploaded (11)

MEKANIKA TANAH JILID I - BRAJA M DAS (2).pdf
MEKANIKA TANAH JILID I - BRAJA M DAS (2).pdfMEKANIKA TANAH JILID I - BRAJA M DAS (2).pdf
MEKANIKA TANAH JILID I - BRAJA M DAS (2).pdf
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
cara untuk membunuh gulma dengan pestisida seperti kontak dan sistemik
cara untuk membunuh gulma dengan pestisida seperti kontak dan sistemikcara untuk membunuh gulma dengan pestisida seperti kontak dan sistemik
cara untuk membunuh gulma dengan pestisida seperti kontak dan sistemik
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
Ppt sistem pencernaan pada manusia kelas XI
Ppt sistem pencernaan pada manusia kelas XIPpt sistem pencernaan pada manusia kelas XI
Ppt sistem pencernaan pada manusia kelas XI
 
AKSI NYATA TOPIK IKLIM SEKOLAH AMAN MENCEGAH INTOLERANSI MALAIKAT KEBAIKAN.pdf
AKSI NYATA TOPIK IKLIM SEKOLAH AMAN MENCEGAH INTOLERANSI MALAIKAT KEBAIKAN.pdfAKSI NYATA TOPIK IKLIM SEKOLAH AMAN MENCEGAH INTOLERANSI MALAIKAT KEBAIKAN.pdf
AKSI NYATA TOPIK IKLIM SEKOLAH AMAN MENCEGAH INTOLERANSI MALAIKAT KEBAIKAN.pdf
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 

angka penting

  • 3. A. KESALAHAN Kesalahan dapat dilakukan oleh orang yang mengukur ataupun alat ukur itu sendiri. Dengan kata lain, tidah mungkin diperoleh nilai benar xo melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian disebabkan oleh kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar xo. Ada tiga macam kesalahan : (1) kesalahan umum (keteledoran), (2) kesalahan acak, (3) kesalahan sistematis.
  • 4. JENIS KESALAHAN  Kesalahan umum (keteledoran) Keteledoran umumnya disebabkan oleh keterbatasan pengamat, di antaranya kekurangterampilan memakai alat ukur, terutama untuk alat ukur canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur, atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.  Kesalahan acak Kesalahan acak disebabkan adanya fluktuasi-fluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi pengukuran. Fluktuasi- fluktuasi halus dapat disebabkan oleh gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik PLN atau baterai, landasan yang bergetar, dan bising.
  • 5. JENIS KESALAHAN  Kesalahan sistematis Kesalahan sistematis menyebabkan kumpulan acak bacaan hasil ukur didistribusi secara konsisten di sekitar nilai rata-rata yang cukup berbeda dengan nilai sebenarnya.
  • 6. PENYEBAB KESALAHAN DALAM PENGUKURAN  Kesalahan kalibrasi, yaitu penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala pada saat pembuatannya. Ini mengakibatkan pembacaan terlalu besar atau terlalu kecil sepanjang seluruh skala. Kesalahan tersebut diatasi dengan mengkalibrasi ulang instrument terhadap instrument standar.  Kesalahan titik nol, seperti titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk atau kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke nol sebelum melakukan pengukuran. Kesalahan tersebut diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran.  Kesalahan komponen lain, seperti melemahnya pegas yang digunakan atau terjadi gesekan antara jarum dengan bidang skala.  Kesalahan arah pendang membaca nilai skala jika ada jarak antara jarum dan garis-garis skala.
  • 7. B. MELAPORKAN HASIL PENGUKURAN  Hasil pengukuran suatu besaran dilaporkan sebagai  Dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar xo dan Δx adalah ketidakpastiannya. Menentukan nilai benar xo dan ketidakpastian Δx bergantung pada cara pengukuran, yaitu pengukuran tunggal atau pengukuran berulang.
  • 8. PENGUKURAN TUNGGAL Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Adapun ketidakpastian pada pengukuran tunggal ditetapkan sama dengan setengah skala terkecil.
  • 9. PENGUKURAN BERULANG Jika memungkinkan, suatu percobaan hendaknya dilakukan melalui pengukuran berulang (lebih dari satu kali), misalnya 5 kali atau 10 kali. Nilai benar xo dapat didekati dengan nilai rata-rata . Misalnya, suatu besaran fisika diukur N kali pada kondisi yang sama, dan diperoleh hasil-hasil pengukuran x1, x2, x3,……., xN (disebut sebagai sampel). Nilai rata-rata sampel didefinisikan sebagai
  • 10. Berdasarkan analisis statistik ternyata nilai terbaik sebagai penggan nilai benar xo adalah nilai rata- rata . Ketidakpastian Δx dapat dinyatakan oleh simpangan baku nilai rata-rata sampel.
  • 11. Banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan berulang dapat mengikuti aturan berikut.  Ketidakpastian relatif sekitar 10% berhak atas 2 angka;  Ketidakpastian relatif sekitar 1% berhak atas 3 angka;  Ketidakpastian relatif sekitar 0,1% berhak atas 4 angka.  Ketidakpastian relatif dihitung dengan persamaan berikut. Ketidakpastian relatif =
  • 13. A. NOTASI ILMIAH Dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran dinyatakan sebagai dengan a adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9, n disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat. disebut bilangan penting, disebut orde besar.
  • 14. B. ATURAN ANGKA PENTING  Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran, yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang ditaksir (atau diragukan). Aturan angka penting :  Semua angka bukan nol adalah angka penting.  Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka penting.  Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang ditulis di belakang koma desimal termasuk angka penting.  Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal adalah bukan angka penting.  Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya yang memiliki angka-angka nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah agar jelas apakah angka-angka nol tersebut termasuk angka penting atau bukan.
  • 15. Bilangan penting berbeda dengan bilangan eksak. Bilangan penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran, yang terdiri dari angka- angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Bilangan eksak adalah bilangan yang sudah pasti (tidak diragukan nilainya), yang diperoleh dari kegiatan membilang. Contoh : menghitung (membilang) jumlah telur di keranjang. Anda menyatakan bahwa ada 100 butir telur. Bilangan 100 ini adalah bilangan eksak.
  • 16. BERHITUNG DENGAN ANGKA PENTING  Pembulatan bilangan, jika satu angka disebelah kanannya 4 atau lebih kecil, angka penting tetap dipertahankan. Jika 5 atau lebih besar maka bertambah satu.  Aturan penjumlahan dan pengurangan Dalam penjumlahan (juga berlaku pengurangan), hasilnya hanya boleh mengandung satu angka taksiran.  Aturan perkalian dan pembagian Dalam operasi hitung perkalian atau pembagian yang melibatkan beberapa bilangan penting, hasil akhirnya hanya boleh mengandung angka penting paling sedikit dari operasi hitung perkalian atau pembagian tersebut.
  • 18. A. ASPEK-ASPEK PENGUKURAN  Ketelitian (akurasi) adalah suatu aspek yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai hasil pengukuran alat ukur terhadap nilai benar xo.  Ketepatan (presisi) adalah suatu aspek pengukuran yang menyatakan kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran sama pada pengukuran berulang.
  • 19. KETIDAKPASTIAN MUTLAK DAN RELATIF  Hasil pengukuran dilaporkan sebagai , dimana Δx dinamai ketidakpastian mutlak, dengan satuan sama dengan satuan besaran x. Ketidakpastian mutlak berhubungan dengan ketepatan pengukuran. Makin kecil ketidakpastian mutlak, makin tepat pengukuran tersebut.  Cara lain untuk menyatakan ketidakpastian suatu besaran adalah menggunakan ketidakpastian relatif, yaitu Δx/x. yang tidak memiliki satuan. Ketidakpastian relatif sering dinyatakan dalam persen dengan mengalikan Δx/x dengan 100%. Ketidakpastian relative berhubungan dengan ketelitian pengukuran. Makin kecil ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian pengukuran tersebut.