Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang pedagang bakso di Indonesia dan Kota Makassar. Pedagang bakso dapat dikategorikan sebagai UKM yang berperan penting dalam perekonomian. Dokumen ini juga menjelaskan karakteristik dan masalah yang dihadapi pedagang bakso mangkal dan keliling di Kota Makassar serta tujuan dan manfaat dari penelitian ini.
Dalam Tulisan Ini kita dapat mengetahui persaingan โkuatโ dimana persaingan yang terjadi antara format ritel tradisional dan modern serta persaingan antara peritel lokal dan asing, pembeli juga mempunyai posisi yang โkuatโ karena banyaknya pilihan gerai-gerai ritel yang ditawarkan dan perubahan pola konsumsi, ancaman produk atau jasa sustitusi โcukup kuatโ .
Dalam Tulisan Ini kita dapat mengetahui persaingan โkuatโ dimana persaingan yang terjadi antara format ritel tradisional dan modern serta persaingan antara peritel lokal dan asing, pembeli juga mempunyai posisi yang โkuatโ karena banyaknya pilihan gerai-gerai ritel yang ditawarkan dan perubahan pola konsumsi, ancaman produk atau jasa sustitusi โcukup kuatโ .
assalamualaikum wr,wb saya suzila sapika nim 21102011 prodi ilmu pemerintahan, semester 2, ingin mengumpulkan powerpoint saya dengan mata kuliah teori pembangunan
This study aimed to analyze aspects of the social environment of street vendors between before and after relocating to Pratistha Harsa. Collecting data using the techniques of interview, observation and literature. The respondents were selected is Pratistha Harsa Chief Manager, Chairman of the Society Pratistha Harsha, traders culinary Pratistha Harsa. The population of merchants who relocated to Pratistha Harsa number of 65 traders and a sample of 40 traders. Selection of the sample using simple random sampling. This study uses Wilxocon analysis test. The results showed that an increase in the average of the perception of traders about the safety, cleanliness, lighting and ease of relocation time before and after the relocation.
Keyword: five feets relocation, informal sector, pratistha harsa.
BE-GG, Yuwan Ditra krahara, Hapzi Ali, Analisis Etika Bisnis dan manajemen kinerja terhadap Keberlanjutan Ritel Tradisional di Banten, Universitas Mercu Buana, 2019.PDF
BE-GG, Yuwan Ditra krahara, Hapzi Ali, Analisis Etika Bisnis dan manajemen kinerja terhadap Keberlanjutan Ritel Tradisional di Banten, Universitas Mercu Buana, 2019.PDF
Mata kuliah Manajemen Strategi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang berada di semester 4. Pada praktikum ini kami menganalisis bagaimana strategi yang diterapkan pada traditional market yang berada di sekitar wilayah karasidenan Surakarta
Pengaruh keberadaan minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang pasa...ROJIKIN AISH
ย
Berdasarkan arti diatas maka pasar tradisional adalah tempat orang barjual beli yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan kebiasaan. Di Indonesia keberadaan pasar Tradisional bukan semata merupakan urusan ekonomi tetapi lebih jauh kepada norma ranah budaya, sekaligus peradaban yang berlangsung sejak lama di berbagai wilayah di Indonesia.Ditengah arus modernitas, keberadaan pasar tradisional sebagai suatu budaya bangsa saat ini mencoba untuk bertahan dan mengembangkan diri agar bisa besaing ditengah arus tersebut. Liberalisasi investasi yang semakin tidak terbendung telah membuat pasar tradisional semakin terdesak dengan bermunculannya pasar modern yang menawarkan lebih banyak komoditi, harga serta kenyamanan. Kenyataan tersebut telah membuat masyarakat indonesia berpaling dari bagian kebudayaan dan beralih kepada kehidupan modern yang serba praktis dengan intensitas intraksi yang minim.Pasar itu sendiri terdiri dari dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah tempat berjual beli dimana konsumen masih bisa melakukan tawar menawar, salah satu contoh dari pasar tradisional yang sering terlihat di pinggir jalan atau di pemukiman penduduk yang biasa disebut pedagang kelontong. Sedangkan pasar modern tempat dimana konsumen dapat membeli barang-barang yang diinginkan tapi di tempat ini tidak dapat lagi melakukan tawar-menawar seperti pasar tradisional karena harganya sudah terpatok. Salah satu contoh dari pasar modern ini adalah minimarket seperti alfamart, alfamidi, indomart dan sebagainya
Program MAPAN (Mandiri Terdepan) dilakukan melalui dukungan modal kerja dan pembinaan spiritual bagi pelaku ekonomi lemah (kaum dhu'afa), merupakan program yang digulirkan dalam upaya membantu mengangkat ekonomi lemah, Hingga menjadi alternatif dan solusi mengatasi masalah para pedagang kecil khususnya di pasar-pasar tradisional.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
ย
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
assalamualaikum wr,wb saya suzila sapika nim 21102011 prodi ilmu pemerintahan, semester 2, ingin mengumpulkan powerpoint saya dengan mata kuliah teori pembangunan
This study aimed to analyze aspects of the social environment of street vendors between before and after relocating to Pratistha Harsa. Collecting data using the techniques of interview, observation and literature. The respondents were selected is Pratistha Harsa Chief Manager, Chairman of the Society Pratistha Harsha, traders culinary Pratistha Harsa. The population of merchants who relocated to Pratistha Harsa number of 65 traders and a sample of 40 traders. Selection of the sample using simple random sampling. This study uses Wilxocon analysis test. The results showed that an increase in the average of the perception of traders about the safety, cleanliness, lighting and ease of relocation time before and after the relocation.
Keyword: five feets relocation, informal sector, pratistha harsa.
BE-GG, Yuwan Ditra krahara, Hapzi Ali, Analisis Etika Bisnis dan manajemen kinerja terhadap Keberlanjutan Ritel Tradisional di Banten, Universitas Mercu Buana, 2019.PDF
BE-GG, Yuwan Ditra krahara, Hapzi Ali, Analisis Etika Bisnis dan manajemen kinerja terhadap Keberlanjutan Ritel Tradisional di Banten, Universitas Mercu Buana, 2019.PDF
Mata kuliah Manajemen Strategi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang berada di semester 4. Pada praktikum ini kami menganalisis bagaimana strategi yang diterapkan pada traditional market yang berada di sekitar wilayah karasidenan Surakarta
Pengaruh keberadaan minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang pasa...ROJIKIN AISH
ย
Berdasarkan arti diatas maka pasar tradisional adalah tempat orang barjual beli yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan kebiasaan. Di Indonesia keberadaan pasar Tradisional bukan semata merupakan urusan ekonomi tetapi lebih jauh kepada norma ranah budaya, sekaligus peradaban yang berlangsung sejak lama di berbagai wilayah di Indonesia.Ditengah arus modernitas, keberadaan pasar tradisional sebagai suatu budaya bangsa saat ini mencoba untuk bertahan dan mengembangkan diri agar bisa besaing ditengah arus tersebut. Liberalisasi investasi yang semakin tidak terbendung telah membuat pasar tradisional semakin terdesak dengan bermunculannya pasar modern yang menawarkan lebih banyak komoditi, harga serta kenyamanan. Kenyataan tersebut telah membuat masyarakat indonesia berpaling dari bagian kebudayaan dan beralih kepada kehidupan modern yang serba praktis dengan intensitas intraksi yang minim.Pasar itu sendiri terdiri dari dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah tempat berjual beli dimana konsumen masih bisa melakukan tawar menawar, salah satu contoh dari pasar tradisional yang sering terlihat di pinggir jalan atau di pemukiman penduduk yang biasa disebut pedagang kelontong. Sedangkan pasar modern tempat dimana konsumen dapat membeli barang-barang yang diinginkan tapi di tempat ini tidak dapat lagi melakukan tawar-menawar seperti pasar tradisional karena harganya sudah terpatok. Salah satu contoh dari pasar modern ini adalah minimarket seperti alfamart, alfamidi, indomart dan sebagainya
Program MAPAN (Mandiri Terdepan) dilakukan melalui dukungan modal kerja dan pembinaan spiritual bagi pelaku ekonomi lemah (kaum dhu'afa), merupakan program yang digulirkan dalam upaya membantu mengangkat ekonomi lemah, Hingga menjadi alternatif dan solusi mengatasi masalah para pedagang kecil khususnya di pasar-pasar tradisional.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
ย
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
ย
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
ย
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
ย
Analisis_Keuntuangan_Pendapatan_Antara_P.docx
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah
gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan
pola konsumsi masyarakat ini melatar belakangi berkembangnya produsen pemasar
makanan siap saji khususnya pedagang makanan salah satunya adalah pedagang
bakso. Pedagang bakso adalah seseorang yang menjual baksodengan gerobak yang
dilakukan secara keliling atau mangkal. Pelaku usaha baksotidak hanya bertindak
sebagai penjual, tetapi terlibat dalam proses produksi atau pengadaan barang
dagangan. Pedagang bakso dapat dikategorikan ke dalamUsaha Kecil Menengah
(UKM). Menurut keputusan Presiden RI No.99 tahun1998 Pengertian usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecildengan bidang usaha secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perludilindungi untuk mencegah
persaingan usaha tidak sehat.
Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah menjadi sangat strategis,karena
potensi yang dimiliki besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat
dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraannya. Eksistensi dalam unit usaha tersebut juga
berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja, sehingga kesempatan kerja terbuka
untuk mereka yang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. UKM memiliki
keterkaitan usaha dalam perkembangan pertumbuhan perekonomian dan
perkembangan pelaku usaha.
1
2. 2
Pada tahun 2011 jumlah UKM mencapai 54,5 juta unit, meningkat 2,54
persen dari tahun sebelumnya (BPS, 2011). Usaha kecil dan usaha rumah tangga
yang terdapat disemua kategori lapangan usaha ekonomi selain kategori lapangan
usaha pertanian merupakan usaha yang banyak memberikan peluang tersedianya
lapangan kerja atau usaha tanpa harus mempunyai jenjang pendidikan maupun
keahlian khusus, sehingga usaha tersebut memberikan sumbangan yang besar
terhadap pertumbuhan ekonomi baik secara nasional maupun regional.
Kota Makassar memiliki keadaan ekonomi yang relatif stabil dengan
pertumbuhannya yang cukup baik, hal tersebut dikarenaka n struktur ekonomi kota
Makassar yang didominasi oleh sektor Industri, Perdagangan dan Pariwisata
sebesar 30,04% dan sektor sektor industri pengolahan sebesar 28,07 % dimana
sektor ini sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya beli masyarakat
(BPS, 2011). Potensi strategis ini mendukung pertumbuhan ekonomi dalam
mengembangkan Kota Makassar sebagai Kota jasa, perdagangan, pemukiman,
pendidikan dan pariwisata. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota
Makassar memiliki potensi yang baik sesuai dengan perkembangan jumlah UKM
yang ada di Kota Makassar.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2011), pada tahun 2011, dari
54,5 juta UKM di Indonesia, 20 persen atau sekitar 10 juta diantaranya adalah
pedagang usaha mi Bakso. Dari jumlah tersebut jika 60 persen saja yang aktif,
berarti ada sekitar 6 juta pelaku usaha Bakso di Indonesia. Dengan kata lain usaha
Bakso merupakan mata pencarian yang menjanjikan jika dikaitkan dengan pola
3. 3
konsumsi serta kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Berdasarkan Dinas
Peridustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Makassar jumlah pelaku pedagang
bakso yang tercatat dan yang ada di data oleh dinas sekitar 200 orang pada tahun
2011.
Pelaku usaha bakso yang terdapat dalam penelitian ini adalah pedagang
bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Dalam proses penyampaian barang
dari produsen kepada konsumen akhir, pedagang eceran merupakan peranta ra yang
terdekat dengan konsumen, sehingga respon konsumen sehingga respon konsumen
sangat ditentukan oleh kemampuan pedagang eceran dalam menyalurkan barang.
Agar dapat menjangkau sebanyak mungkin konsumen, para pedagang dituntut
untuk dapat memilih lokasi dan waktu yang strategis untuk berjualan. Dalam
pemilihan lokasi dan waktu tersebut dapat dibedakan menurut cara berdagang,
yaitu pedagang mangkal dan pedagang keliling. Pedagang bakso mangkal
merupakan pedagang bakso yang berjualan secara mangkal yang s ifatnya mangkal
di rumah sendiri atau bersifat kontrakan, sedangkan pedagang bakso keliling
adalah pedagang bakso yang menjual bakso dengan berkeliling, mengunjungi
langsung konsumennya. Keberadaan pedagang bakso diperlukan oleh masyarakat.
Dengan keberadaan pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling yang
memang diperlukan oleh masyarakat ternyatadapat menciptakan lapangan usaha
bagi para pedagang bakso sebagai usaha di sektor informal yang cukup
berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Pedagang bakso tidak hanya sekedar sebagai penjual tetapi juga terlibat
dalam proses produksi atau pengadaan barang. Hal ini menggambarkan
4. 4
aktivitasproduksi dan penjualan merupakan cerminan kegiatan ekonomi yang tidak
dapatberdiri sendiri tetapi senantiasa menunjukkan adanya saling ketergantungan
satusama lainnya. Pedagang bakso berperan langsung antara produsen
sebagaipedagang menyalurkan langsung ke konsumen akhir. Pedagang bakso
dalammelakukan aktivitas usahanya beroperasi di daerah -daerah yang dianggap
strategisdan ramai dikunjungi konsumen. Kadangkala pedagang tidak
menghiraukantempat-tempat yang dilarang untuk berjualan, sehingga seringkali
pedagang baksodan umumnya pedagang keliling mendapat peringatan dan
ancaman gusuran daripetugas keamanan, karena memanfaatkan fasilitas umum
untuk berjualan sepertijalan, trotoar, dan areal parkir. Sektor usaha ini kurang
mendapat perhatian daripemerintah, sehingga pengembangan potensi, fungsi dan
mekanisme kegiatanusaha kurang produktif dan berdayaguna. Namun alasan
ekonomi menjadi lebihpenting jika pendapatan menjadi sasaran utama bagi
pedagang bakso tersebut danhingga saat ini keberadaan para pedagang bakso masih
tetap bertahan dan masihbegitu banyak ditemui dalam sejumlah tempat.
Salah satu komponen utama dalam penyeimbangan struktur usaha
nasionaladalah mengembangkan pengusaha kecil yang berorientasi produksi
menjadipengusaha kecil yang berorientasi bisnis atau berwawasan yang mampu
mengikutipeluang dan perubahan situasi sebagai faktor penentu kegiatan
usahanya.Pengusaha kecil akan selalu dihadapkan pada berbagai kendala
keterbatasan,khususnya keterbatasan skala usaha, manajemen usaha, modal,
teknologi,keterampilan berusaha dan pemasaran produk. Salah satu pelaku usaha
yangterlibat tersebut adalah para pedagang bakso yang ada di Kota Makassar.
5. 5
Pedagangbakso yang ada ditemui di Kota Makassar ini adalah pedagang bakso
yang berjualansecara keliling dan pedagang bakso mangkal. Tetapi dalam
menjalankan usahatersebut nampaknya pedagang bakso mangkal dan pedagang
bakso kelilingdengan segala kesederhanaan dan keterbatasannya masih tetap bisa
bertahandalam situasi perekonomian yang sulit dengan alasan ekonomi merupakan
halyang sangat penting bagi pedagang bakso tersebut.
Sehubungan dengan keadaan pedagang bakso mangkal dan pedagangbakso
keliling yang ada di Kota Makassar juga dilihat mengenai kondisi dan situasiusaha
bakso, yakni yang mencerminkan keterkaitan berbagai potensi dan aktivitasusaha
yang dialami dan yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal maupunpedagang
bakso keliling. Sehingga untuk melihat kegiatan maupun aktivitasnyatersebut maka
berdasarkan gambaran di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik para pedagang bakso mangkal dan pedagang
baksi keliling di Kota Makassar?
2. Bagaimana pendapatan dan efisiensi usaha dari pedangang bakso mangkal
dan pedangang bakso di Kota Makassar?
C. Tujuan
1. Menganalisis karakteristik para pedagang bakso ma ngkal dan pedagang
bakso keliling di Kota Makassar.
2. Menganalisis pendapatan dan efisiensi usaha dari pedagang bakso mangkal
dan pedagang bakso keliling di Kota Makassar.
6. 6
D. Manfaat
1. Bagi pelaku usaha bakso sebagai masukan dalam pengelolahan usaha
khususnya dalam menjalankan usaha.
2. Bagi penulis sebagai sarana penerepan ilmu dari teori yang telah diperoleh
semasa kuliah.
3. Bagi kalangan umum untuk dapat menjadi tambahan bahan informasi
untuk pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai bahan perbandingan
untuk penelitian.
a. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah meliputi mengidentifikasi
karakteristik pribadi responden pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso
mangkal dan pedagang bakso keliling. Mengidentifikadi karakteristik usaha
pedagang bakso mangkal danpedagang bakso keliling, menganalisis pendapatan
yang diperoleh pedagangbakso mangkal dan pedagang bakso keliling dan melihat
tingkat efisiensi darimasing-masing usaha bakso yang ada di Kota Makassar serta
fokus hanya padapelaku usaha bakso sapi yang bertempat dipusat keramaia n Kota
Makassar, yakni di kawasan perdagangan, terminal, pendidikan dan pemukiman.
7. 7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bakso
Bisnis makanan adalah bisnis yang tidak akan pernah mati, karena
bersifatcepat habis dan dibutuhkan orang banyak. Semua orang pasti
membutuhkanmakan dan juga hampir rata -rata bisa membuat makanan, apalagi
denganperkembangan saat ini dapat dengan mudah mendapatkan resep-resep dan
cara- cara dari media komunikasi. Hal tersebut merupakan pendukung untuk
memulaibisnis makanan walaupun tidak sedikit yang gagal, tetapi banyak juga
yangkemudian sukses. Apalagi jika konsep usahanya disesuaikan dengan
kemampuanpermodalan dengan menjual beberapa produk saja, dan ditangani
sendiri. Salahsatunya adalah usaha bakso. Bakso adalah makanan berupa bola
daging danberbahan utama daging, baik sapi, ikan, udang, maupun cumi-cumi.
Bentuknyayang menyerupai bola kecil, sehingga orang barat menyebutnya dengan
meat ball.
Cita rasa yang khas dan tekstur yang kenyal menyebabkan bakso banyak
disukai, dari anak-anak hingga orang dewasa. Bakso dalam perkembangannya
menjadi popular di seluruh belahan bumi, termasuk Indonesia, dan dipercaya bakso
awalnya berasal dari Republik Rakyat Cina. Sehingga kondisi ini membuka
peluang bisnis bakso yang menjanjikan bagi yang bergerak dalam bisnis tersebut.
Bisnis bakso adalah usaha yang membutuhkan modal yang relatif kecil dan tidak
memerlukan modal terlalu besar. Peralatan yang diperlukan sederhana, proses
pembuatan mudah, dan resiko kegagalan rendah. Hal tersebut memungkinkan siapa
7
8. 8
saja bisa melakukannya, baik skala besar maupun industri rumahan. Bisnis bakso
bukanlah bisnis makanan baru, tetapi kebanyakan seperti usaha kuliner lainnya,
prospek usaha bakso sangat popular.
Bakso merupakan produk pangan yang dibuat dari daging yang dihaluskan,
dicampur tepung berkarbohidrat tinggi, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau
lebih besar dan dimasak dalam air panas untuk mengkonsumsinya. Bakso yang
paling populer di indonesia adalah bakso yang terbuat dari daging sapi.
Bahan-bahan dasar bakso adalah daging, bahan pengisi, garam
dapur,bumbu penyedap dan es atau air es. Daging sapi digunakan karena
dagingnya lebih mudah dibentuk menjadi butiran-butiran kenyal karena kandungan
dan struktur proteinnya lebih kenyal dan kuat. Bakso pada mulanya hanya dikenal
dan dijual didaerah pemukiman orang cina dan dijual di restoran-restoran cina.
Namun akhir-akhir ini setelah tahun 1980, bakso mulai berkembang dan mulai
popular dimasyarakat selain dikota besar juga kota kecil, terutama di pelosok dan
daerah wisata. Bakso dapat dijumpai di restoran mewah, hotel berbintang, warung
makan sederhana, pedagang kaki lima, dan pedagang keliling. Konsumen berasal
dari golongan elit sampai golongan berpenghasilan rendah (Yuliadini, 2000).
1. Bahan-bahan pembuatan bakso
Ada beberapa metode yang dikenal dalam pembuatan bakso, namun secara
garis besar prinsipnya sama, yaitu meliputi tahap penghancuran daging,
pembentukan adonan dan pemasakan. Penghancuran daging dapat dilakukan
dengan mencacah dan mencincang (chopping) ataupun menggiling (grinding).
Bahan-bahan baku bakso terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan
9. 9
utamanya adalah daging. Daging yang digunakan tergantung dari selera, yaitu
daging sapi, daging ayam, daging ikan atau udang. Sedangkan bahan tambahan
terdiri dari bahan pengisi berupa tepung, es, garam dan bumbu (Sutom o, 2009).
a. Daging
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil
pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Untuk membuat bakso
sapi dapat digunakan semua bagian dari karkas sapi, namun karena kandungan
lemak dari jaringan ikat daging berbeda-beda untuk setiap karkas maka
penggunaannya disesuaikan dengan mutu yang diinginkan. Daging yang digunakan
untuk membuat bakso adalah daging yang sesegar mungkin yaitu segera setelah
pemotongan tanpa mengalami proses penyimpanan sehingga dapat menghasilkan
mutu yang baik.
b. Bahan Pengisi
Bahan pengisi (fillers) merupakan bahan bukan daging yang ditambahkan dalam
pembuatan bakso. Bahan pengisi yang biasa digunakan pada pembuatan bakso
adalah tepung yang mengandung karbohidrat tinggi misalnya tepung tapioka, dan
pati aren. Tepung-tepung tersebut mempunyai kandungan protein yang rendah.
Penambahan tepung dilakukan sebesar 50 sampai 100 persen dari berat daging.
Tujuan ditambahkan bahan pengisi seperti dalam pembuatan bakso adalah
memperbaiki sifat dan mereduksi penyusutan selama pemasakan, memperbaiki
sifat fisik dan cita rasa dan menurunkan biaya produksi. Jumlah penambahan
tepung pati tergantung pada harga bakso yang dijual, semakin banyak tepung pati
10. 10
yang digunakan maka harga bakso semakin murah.
c. Garam Dapur dan Bumbu
Garam merupakan bahan baku yang umumnya ditambahkan pada pembuatan
bakso, yang fungsinya untuk memberi rasa, mengawetkan dan melarutkan protein
dalam daging. Selain garam dapur, bumbu yang biasa digunakan dalam pembuatan
bakso adalah MSG (Monosodium Glutamat),bawang putih dan bawang merah
kadang-kadang juga ditambahkan merica yang dapat meningkatkan rasa pada
produk bakso. Pemakaian garam dapur pada pembuatan bakso tidak terlalu
bervariasi, umumnya berkisar antara 5 sampai 10 persen dari berat daging. Dalam
fungsinya sebagai pemberi rasa bakso, maka penambahan tepung yang tinggi
memerlukan pemakaian garam yang lebih banyak sedangkan pemakaian MSG
dalam adonan bakso berkisar antara 1,0 sampai 2,5 persen dari berat daging.
Bawang putih mengandung antioksidan yang kuat dan dapat memperpanjang daya
tahan bakso. Bawang putih dapat dipakai sebagai pengawet karena bersifat
bakteriastatik yang disebabkan oleh adanya zat aktifallicin yang sangat efektif
terhadap bakteri.
d. Es atau Air Es
Fungsi air adalah untuk meningkatkan keempukan dan juice (sari
minyak)daging, melarutkan protein yang mudah larut dalam air, membentuk
larutan garam yang diperlukan untuk melarutkan protein larut garam, berperan
sebagai fasekontinu dari emulsi daging dan menjaga temperature produk.
Penambahan air.
Dalam bentuk es bertujuan untuk melarutkan garam dan mendistribusikan
11. 11
secara merata ke seluruh bagia n masa daging, memudahkan ekstraksi protein
serabut otot, membantu pembentukan emulsi dan mempertahankan suhu adonan.
Air dalam bakso terutama dipengaruhi oleh jumlah es yang ditambahkan ke dalam
adonan. Jika jumlah es yang ditambahkan ke dalam adonan besa r maka jumlah air
yang terdapat dalam bakso pun akan besar pula. Air juga akan mempengaruhi
tekstur dari bakso. Bakso yang terlalu banyak mengandung air akan terlihat basah
dan lembek, sedangkan bakso yang mengandung sedikit air akan terlihat kering
dan keras.
e. Rasa
Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecapan
yang terletak pada papilla. Faktor yang mempengaruhi rasa yaitu senyawa kimia,
suhu, konsentrasi dan interaksi pangan dengan komponen rasa yang lain. Atribut
rasa banyak ditentukan oleh formulasi yang digunakan dan kebanyakan tidak
dipengaruhi oleh pengolahan suatu produk pangan. Warna pada bakso berasal dari
bahan utamanya yaitu daging, bahan pengisi dan bahan pengikat serta bahan -bahan
yang ditambahkan. Aroma pada bakso sebagia n besar dipengaruhi oleh bahan-
bahan yang ditambahkan selama proses pembuatan dan pemasakan produk
terutama penam bahan bumbunya.
f. Pembuatan Bakso
Daging segar dipotong-potong, daging kemudian digiling dalam food
processor bersama garam, STPP, dan ยฝ bagian es batu. Bumbu-bumbu seperti
merica dan bawang putih, tepung tapioca, dan sisa ยฝ bagian es ditambahkan
kedalam adonan. Adonan kembali digiling sampai tercampur rata dan menjadi
12. 12
legit. Adonan tersebut lalu dibentuk bulat-bulat dan dimasukkan ke dalam air
panas, setelah mulai mengambang bakso direbus sampai matang.
B. Usaha Sektor Informal
Berdasarkan kriteria Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan
Biro Pusat Statistik yang termasuk kedalam kelompok sektor informal adalah
mereka yang bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, bekerja dengan bantuan
buruh tidak tetap, bekerja dengan bantuan pekerja keluarga, dan mereka yang
bekerja sebagai pekerja keluarga, sedangkan yang termasuk kedalam sektor formal
adalah diluar kriteria yang telah disebutkan. Berdasarkan surat keputusan Menteri
Perindustrian dan perdagangan Republik Indonesia no.23/MPP/Kep/1/1998 pasal 4
tentang lembaga-lembaga usaha perdagangan, dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Termasuk perdagangan informal adalah ; pedagang keliling, pedagang kaki
lima, pedagang asongan, pedagang kelontong, bakul gendong, kedai,
warung, los pasar, jasa reparasi, jasa pertukangan dan jasa-jasa informal
lainnya.
2. Pedagang inform al harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Memiliki modal usaha diluar tanah dan bangunan tempat usaha
tidak lebih dari lima juta rupiah.
b. Dikerjakan sendiri oleh beberapa orang
c. Jenis kegiatan usaha yang dijalankan umumnya tidak tetap.
Dalam perdagangan eceran yang langsung berhadapan dengan konsumen,
terutama bagi pedagang me netap adalah pemilihan tempat dan waktu berjualan.
Karena menurut wahyudin (1993) masalah lokasi usaha pedagang eceran
13. 13
dihadapkan pada keterbatasan lahan (space) yang selain dipakai untuk kegiatan
perdagangan eceran, juga diperuntukkan bagi pemukiman, gedu ng-gedung dan
prasarana lainnya. sementara itu untuk masalah waktu merupakan penyesuaian
antara waktu berdagang dan waktu pengadaan barang. Dari segi waktu jualan
(berdagang), pekerja sektor informal menjajakan barangnya dalam rentang waktu
yang bervariasi. Waktu berdagang dipilih didasarkan pada pertimbangan waktu
calon pembeli ke luar rumah. Pokoknya dimana banyak calon pembeli
membutuhkan mereka, pedagang akan menyesuaikannya. Secara umum rentangan
waktu pedagang menetap berkisar antara jam 06. 00 sampai jam 12.00. kemudian
jam 15.30 sampai jam 21.00. Jika perdagangan informal yang berjualan secara
keliling adalah pada awalnya berjualan dilokasi tertentu di jalan umum, ketika
mereka telah menentukan pilihan pada tempat tertentu, mulailah diadakan
pendudukan tempat umum tersebut sebagai tempat berjualan.
C. Prospek Usaha Informal
Sektor informal dapat dipandang sebagai suatu lapangan kerja yang
dibangun atas dasar konsep pemasaran yang kehadirannya didasarkan pada adanya
kebutuhan akan barang dan jasa yang berkembang di masyarakat, dan kebutuhan
itu menuntut untuk segera dilayani (Wahyudin, 1993). Sektor informal merupakan
sektor yang sesungguhnya cukup mampu untuk menghadapi persoalan dan
tantangan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat. Ini dapat dipa hami karena
sektor informal memiliki tingkat penyesuaian yang baik untuk menghadapi
berbagai perubahan yang terjadi. Sektor informal adalah lapangan kerja yang
menuntut kreativitas dan kemampuan untuk bertahan. Hal ini dapat dilihat dari
14. 14
kemampuan mereka untuk mencari pasar, menawarkan, mengelola modal usaha
dan menanggung resiko serta melakukan hubungan yang saling menguntungkan.
Menurut Didik Wahyudin(1993) dalam mengemukakan bahwa penanganan
masalah sektor informal di perkotaan masih tidak beranjak dari pola lam, yakni
usir dan gusur demi kebersihan, keamanan dan kenyamanan kota. Pembangunan
itu pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan struktur dalam bidang
sosial dan ekonomi( Wahyudin, 1993). Oleh karena itu dalam rangka rangka
pengembangan sektor informal di Indonesia ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan, yaitu permodalan, teknologi, sumber day aalam, sumber daya
manusia dan kelembagaan. Sektor informal dengan segala keberadaannya akan
senantiasa terus bertahan dan berkembang. Disamping itu, dalam melakukan
aktivitasnya sektor informal disadari atau tidak akan selalu berhubungan dengan
pemerintah setempat. Hubungan ini terutama pada pemakaian lokasi usaha dan
ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan usaha sektor
informal.
D. Karakteristik Sektor Informal
Kajian mengenai kehidupan usaha pedagang bakso, merupakan suatu
tinjauan tentang kondisi dan situasi usaha sektor informal, yang mencerminkan
adanya keterikatan dan keterikatan potensi dan aktivitas usaha sektor informal
yang berlangsung secara dinamis. Beberapa hal penting dalam memahami tumbuh
dan berkembangnya sektor inform al, yaitu :
1. Pertambahan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan lapangan kerja yang
tersedia. Keadaan ini tidak hanya menimbulkan pengangguran, tetap i Investasi
15. 15
dan pertumbuhan cenderung lambat. Bahkan kondisi ini dapat menimbulkan
ketegangan-ketegangan dan mengguncang stabilitas politik nasional.
2. Pemanfaatan modal (capital) dan keterampilan. Industrialisasi yang
berkembang di Indonesia, menurut pemanfaatan modal yang besar dengan
penggunaan teknologi modern, misalnya bahwa sistem padat modal dijadikan
sebagai alternatif pemecahan persoalan industrialisasi. Hal ini memungkinkan
manusia-manusia Indonesia yang tidak punya modal dan pengetahuan serta
keterampilan canggih belum dapat diserap oleh lapangan kerja tersebut.
3. Keterbatasan sektor pertanian. Sektor pertanian dapat dikatakan sebagai
lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Akan tetapi
dengan adanya pertambahan penduduk dan pe nyebar luasan teknologi
pertanian, mengakibatkan lapangan kerja pertanian tidak lagi mampu menyerap
tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Sifat tradisional yang masih melekat pada
sebagian masyarakat pertanian dan alih usaha kepada non pertanian belum dapat
dijembatani dengan baik. Tampaknya disatu pihak dituntut adanya pemanfaatan
lahan pertanian yang terbatas secara tepat guna.Namun disis lain keterbatasan
keterampilan masih menguasai sebagian besar petani (masyarakat) Indonesia.
4. Dampak keterbatasan sektor formal dan variabel tingkat upah. Sektor formal,
yang meliputi pemerintah (pegawai), swasta (perbankan, perusahaan-
perusahaan dan pabrik) dengan persyaratan dan kemampuan daya serapnya,
ternyata tidak mampu mengantisipasi pertambahan angkatan kerja. Oleh karena
itu, sektor informal dengan segala kesederhanaan dan elastisitas merupakan
terobosan dan alternatif yang tepat.
16. 16
5. Tuntutan bekerja bagi setiap angkatan kerja. Berbagai kondisi angkatan kerja
Indonesia yang relatif rendah pendidikan, minim pengetahuan teknologi dan
berbagai kelemahan lainnya, maka bagi mereka yang termasuk dalam angkatan
kerja harus bekerja keras, dan apabila tidak mampu bekerja maka penduduk
yang belum pantas bekerja pun harus bekerja. Sementara pemerintah sampai
saat ini belum mampu untuk memberikan kompensasi bagi penganggur.
Jelaslah, bahwa tumbuh dan berkembangnya sektor infor mal merupakan
akibat dari arah pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa keseluruhan.
Dengan sektor informal memungkinkan masyarakat (pelaku usaha sektor informal)
dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Sektor informal dipandang sebagai
usaha berskala kecil yang beroperasi dalam kegiatan produksi atau distribusi yang
sedang berada dalam tahap pertumbuhan. Jenis usaha berskala kecil yang
dimaksud dikelola oleh mereka yang miskin modal dan berpendidikan rendah atau
sama sekali tidak berpendidikan yang tujuan utamanya untuk mencari pekerjaan
dan memperoleh pendapatan. Sedangkan yang dimaksud dengan sektor formal
adalah pekerja bergaji dengan jangka waktu te rtentu (harian, mingguan, atau
bulanan) dalam pekerjaan permanen, seperti dalam perusahaan industri, kantor
pemerintah dan perusahaan-perusahaan lainnya. Sektor informal mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
2. Kegiatan usaha yang dilakukan tidak terorganisir secara baik. Hal ini dapat
dilihat dari faktor munculnya usaha tersebut tanpa menggunakan fasilitas atau
kelem bagaan yang ada pada perekonomian modern.
3. Karena kebijaksanaan pemerintah umumnya tidak sampai pada sektor ini,
17. 17
maka sektor informal tidak me mpunyai hubungan langsung dengan
pemerintah.
4. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha dari pemerintah.
5. Pola kegiatan tidak teratur, baik dalam arti tempat maupun mengenai jamkerja.
6. Unit usaha bisa dengan mudah beralih dari suatu sub sektor ke sub
sektorlainnya.
7. Teknologi yang digunakan termasuk ke dalam teknologi yang sederhana.
8. Perputaran modal usaha relatif kecil dan skala usahanya terbatas.
9. Karena usahanya kecil dan tingkat teknologi sangat sederhana, maka untuk
mengelola usaha ini tidak menuntut pendidikan tertentu, bahkan keahliannya
didapat dari sistem pendidikan non formal dan pengalaman sambil
berkeluarga.
10. Kebanyakan dari unit usahanya dimiliki oleh seseorang pengusaha dan tenaga
kerja yang digunakan berasal dari anggota keluarga.
11. Sumber dana untuk modal tetap atau modal kerja kebanyakan berasal dari
tabungan sendiri dan dari sumber-sum ber keuangan tidak resmi lainnya.
E. Usaha Kecil Menengah (UKM)
Meliputi usaha industri dan usaha perdagangan. Defenisi usaha mencakup
paling tidak dua aspek, ya itu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek
pengelompokan. Usaha ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam
gugusan atau kelompok usaha tersebut. Menurut undang-undang tentang usaha
mikro, kecil dan menengah tahun 2008, yang dimaksud dengan Usaha mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan
18. 18
yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan. Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah pasal 3 menyatakan bahwa usaha mikro, kecil, dan
menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan.
Usaha Kecil Menengah memiliki kendala -kendala dalam mempertahankan
dan pengembangan usaha (bisnis) baik yang bersifat internal maupun eksternal,
permasalahan-permasalahannya diantaranya adalah kurangnya penge tahuan
pengelolaan usaha (manajemen), kurang modal, teknologi, lemah di bidang
pemasaran dan adanya pungutan. Usaha kecil menengah memegang peranan
penting dan strategis baik di lingkungan domestik, regional maupun internasional.
Usaha kecil menengah mempunyai potensi yang besar dalam menggerakkan
kegiatan ekonomi masyarakat sehingga perlu diberdayakan dan dikembangkan
agar mampu memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
20. 20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap pedagang bakso mangkal dan pedagang
bakso keliling di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan
dengan alasan bahwa usaha bakso di Kota Makassar mudah ditemui diberbagai
tempat sehingga memiliki prospek yang baik bagi iklim usaha makanan dengan
melihat banyaknya para pelaku usaha yang bergerak dalam usaha ini baik masih
dalam usaha kecil, menengah dan skala besar, sehingga peneliti berkeinginan
mengetahui karakteristik yang dimiliki pedagang bakso mangkal dan pedagang
bakso keliling serta pendapatan yang dihasilkan oleh pedagang bakso di Kota
Makassar khususnya yang termasuk kriteria Usaha Kecil Menengah. Pengambilan
data dilapang dilakukan pada bulan Januari โ Maret 2015.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif. Data primer diperoleh dari observasi langsung,
pengisian wawancara dengan pedagang bakso. Pedagang bakso disini terbagi dua,
yakni pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Data yang
dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan melakukan pengamatan di lapang, wawancara kepada pihak yang
berkepentingan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan tersebut dapat disifatkan sebagai proses interaksi dan komunikasi,
20
21. 21
dimana beberapa unsur yang terkait dengan wawancara dapat mempengaruhi atau
menentukan hasil wawancara. Wawancara yang dilakukan menggunakan
wawancara secara lisan, terbuka, dengan harapan bahwa responden dapat secara
terus-menerus dapat mengungkapkan hal-hal yang ditanyakan serta dengan
beberapa pertanyaan tertutup. Data sekunder diperoleh dari pustaka, literatur,
skripsi, dan buku yang relevan dengan penelitian ini, juga dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Makassar,
Internet, LSI serta literatur yang relevan dengan penelitian.
C. Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah pedagang bakso di daerah Kota Makassar khususnya daerah
yang ramai dijadikan lokasi berjualan pedagang bakso. Jika pemilihan individu
dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi, maka sampel tersebut
dinamakan Judgment sample (Nazir, 2005). Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara sengaja de ngan metode Judgnemt sample, karena mempertimbangkan
kegiatan usaha disektor informal banyak berkembang, khususnya kegiatan usaha
dagang bakso didaerah dilakukan di kawasan pusat perdagangan terminal, daerah
pemukim an dan pendidikan didaerah Makassar.
Responden dalam penelitian ini dipilih secara sengaja sebanyak 30
pedagang bakso, terdiri dari 15 orang pedagang bakso keliling dan 15 orang
pedagang mangkal (menetap). Jumlah ini dipandang cukup atas dasar
pertimbangan jumlah pedagang di lapangan yang tidak ada, dan kualitas informasi
yang dipentingkan, serta jumlah responden tersebut telah memenuhi batas minimal
jumlah responden dalam penelitian yaitu 30 responden yang mana jumlah
22. 22
responden tersebut dikategorikan sudah cukup besar. Responden tersebut untuk
dianalisis karakteristik pedagang bakso dan mengetahui berapa pendapatan dari
usaha tersebut, dan menganalisis masalah atau tantangan yang dihadapi pedagang
dalam usaha ini.
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini aka n diolah dan dianalisis,
sehingga memberikan penjelasan yang terperinci. Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan metode analisis tabulasi deskriptif, analisis total penerimaan
usaha, analisis biaya total yang dikeluarkan, dan R/C rasio. Analisis penerimaan
digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian yaitu analisis pendapatan.
Metode pengolahan data yang akan digunakan untuk menjawab tujuan
dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian
No Tujuan Penelitian Data Metode
Analisis
Jenis Sumber
1 Identifikasi karakteristik
Pedagang
Waktu
berdirinya
usaha,umur
pedagang, pasar,
bahan baku,
tenaga kerja,
modal,
manajemen.
Survei Tabulasi &
Deskriptif
2 Analisis pendapatan
Usaha
Jumlah produksi,
biaya produksi,
penerimaan
usaha
Survei - Analisis
Penerim aan
- Total biaya
- R/C rasio
- Mann-
Whithney
23. 23
1. Tabulasi dan Deskriptif
Pengukuran karakteristik responden pedagang bakso mangkal dan
pedagang bakso keliling dilakukan dengan menggunakan tabulasi deskriptif.
Tabulasi deskriptif berisikan data mengenai karakteristik usaha bakso, lama usaha,
proses produksi, pasar, penyediaan bahan baku, tenaga kerja, permodalan dan
manajemen usaha serta a nalisis karakteristik responden. Data tentang karakteristik
responden dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama, ditabulasikan
kemudian dipersentasikan. Persentase terbesar merupakan faktor-faktor yang
dominan dari masing-masing atribut yang dimiliki.
2. Analisis Biaya
Biaya merupakan faktor yang sangat penting karena setiap rupiah biaya
yang dikeluarkan akan mengurangi laba usaha. Biaya-biaya yang dianalisis
dalam usaha ini antara lain biaya tetap dan biaya variabel.
a) Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam
satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah output
yang diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi.
Komponen biaya tetap yang dianalisis pada usaha bakso antara lain
gerobak/tempat, kompor, dandang, mangkok, sendok, garpu, ember, tempat
bumbu dan lap.
b) Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya sangat
tergantung kepada biaya skala usaha produksi. Komponen biaya variabel
yang dianalisis pada usaha bakso adalah mie, bihun, bumbu, biaya minyak
tanah/gas, biaya pemeliharaan, biaya transportasi, plastik dan karet. Biaya
24. 24
penyusutan peralatan yang digunakan dalam suatu usaha dihitung
berdasarkan metode garis lurus (Stright Line Method) atau rata-rata, yaitu
nilai pembelian dikurangi tafsiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis.
Nilai akhir dianggap nol jika barang tersebut tidak laku lagi dijual.
3. Analisis Pendapatan Usaha
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh dari usaha ya ng dilakukan. Analisis pendapatan dilakukan dengan
mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran usaha bakso sesuai dengan kapasitas
produksi perpedagang. Analisis pendapatan ini untuk menganalisis pendapatan
pedagang bakso keliling dan pendapatan pedagang bakso mangkal. Khusus untuk
pedagang mangkal dianalisis berdasarkan tiga kategori yaitu pedagang bakso
mangkal dengan pendapatan di bawah 25 juta rupiah, pendapatan pedagang bakso
mangkal dari 25 juta hingga 50 juta rupiah dan pendapatan pedagang bakso
mangkal di atas 50 juta. Total penerimaan adalah nilai produk total dalam jangka
waktu tertentu. Pengeluaran total adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam
proses produksi. Perhitungan keuntungan usaha atas biaya totalsecara matematis
adalah sebagai berikut:
ฯ = TR โ TB
Keterangan :
๏ฐ = keuntungan
TR = Penerim aan
TB = Total biaya (total biaya variabel dan total biaya tetap)
25. 25
Menurut Hernanto, analisis keuntungan usaha selalu disertai dengan pengukuran
efisiensi. Untuk mengetahui efisiensi suatu usaha terhadap penggunaan suatu unit
input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan
perbandingan antara penerimaan yangditerima usaha bakso dari setiap rupiah yang
dikeluarkan dalam proses produksi.
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung
Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas)
Jika total penerimaan < total biaya, usaha tersebut rugi.
4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)
Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi
karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang
berlebihan, oleh karena itu analisis pendapatan selalu disertai dengan pengukuran
efisiensi. Efisiensi suatu usaha a tau kegiatan produksi terhadap penggunaan satu
unit input digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan
perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima dari setiap rupiah yang
dikeluarkan dalam proses produksi.Analisis imbangan antara jumlah penerimaan
dengan jumlah biaya merupakan suatu pengujian keuntungan suatu jenis usaha.
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) didapat berdasarkan
pembagian antara total penerimaan dengan total biaya. Rumus yang digunakan
dalam analisis ini adalah
R/C rasio =
๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
๐๐๐ก๐๐ ๐ต๐๐๐ฆ๐
26. 26
Kriteria yang digunakan:
R/C > 1 maka usaha bakso tersebut menguntungkan
R/C < 1 maka usaha bakso tersebut tidak menguntungkan
R/C = 1, Usaha tidak untung dan tidak rugi (impas)
E. Definisi Operasional
1. Bakso adalah daging sapi yang dihaluskan, dicampur bumbu dan tepung,
dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau lebih besar. Bakso yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk penyajiannya dan spesifik hanya bakso sapi.
2. Usaha sektor informal adalah usaha berskala kecil yang kegiatannya mencakup
aspek produksi atau hanya pemasaran barang dan jasa dengan tujuan pokok
menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan keluarga.
3. Dunia usaha ada lah usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar
yang melakukan kegiatan ekonom i di Indonesia.
4. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
undang-undang
5. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang.
6. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
27. 27
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur undang-
undang.
7. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro,kecil, dan
menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan,dan bantuan
perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing
usaha mikro, kecil dan menengah.
8. Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan pemerintah dan pemerintah daerah
untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis melalui
penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan diberbagai aspek
kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memperoleh
pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang
seluas-luasnya.
9. Bahan baku adalah input yang digunakan untuk membuat bakso.
10. Tenaga kerja, jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja
yangdiperkerjakan dalam usaha bakso per periode. Jumlah tenaga kerja tersebut
diukur dalam satuan orang.
11. Pedagang bakso sapi keliling adalah pedaganga bakso sapi di Kota Makassar
yang menjajakan dagangannya dengan berkeliling, mengunjungi langsung
konsumennya dan merupakan usaha sendiri. Alat yang digunakan untuk berjualan
28. 28
berupa gerobak dorong.
12. Pedagang bakso sapi mangkal adalah peda gang bakso sapi di Kota Makassar
yang berjualan secara mangkal. Sifatnya kaki lima atau mangkal di rumah sendiri
atau kontrakan.
13. Pendapatan pedagang bakso sapi adalah selisih antara total penerimaan yang
diterima oleh pedagang bakso sapi dengan total pengeluaran yang dikeluarkannya
untuk berdagang bakso sapi. Total penerimaan dihitung berdasarkan jumlah uang
tunai yang diperolehnya. Sedangkan total pengeluaran diperoleh dari semua
pengeluaran yang dikeluarkan oleh pedagang bakso sapi yang meliputi
pengeluaran untuk membeli peralatan, bahan baku bakso, gas dan lainnya, juga
pengeluaran untuk transportasi membeli bahan dari pemasok/pasar. Satuan yang
digunakan untuk menghitung pendapatan ini adalah rupiah/bulan.
14. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau konstan tidak dipengaruhi
oleh perubahan intensitas volume kegiatan. Komponen biaya tetap antara lain sewa
tempat, penyusutan alat, biaya pemeliharaan alat, gaji tenaga kerja.
15. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada
skala produksi. Komponen biaya variabel antara lain adalah biaya bahan baku,
bahan pelengkap, pembungkus, biaya gas dan biaya transportasi.
16. R/C rasio adalah perbandingan antara biaya usaha yang dikeluarkan dengan
penerimaan yang dihasilkan usaha.
17. Pendidikan pedagang bakso adalah lamanya pendidikan formal (sekolah)yang
dijalani pedagang bakso sapi selama hidupnya, yang digunakan dalam
perhitungannya adalah tahun.
29. 29
18. Pengalaman usaha adalah lamanya pedagang baks o sapi tersebut pernah
bekerja di bidang pekerjaan yang sama yaitu berdagang bakso sapi, satuan yang
digunakan dalam perhitungan adalah tahun.
19. Lokasi usaha adalah tempat dimana pedagang bakso sapi menjual
dagangannya.
30. 30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis pendapatan pedagang bakso dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara penerimaan usaha bakso dengan biaya -biaya usaha bakso yang
dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan
keragaan usaha yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal maupun pedagang
bakso keliling. Usaha ini dianalisis dengan cara mengidentifikasi penggunaan input
beserta biayanya hingga output atau besar penerimaan yang dihasilkan oleh
masing-masing pedagang bakso mangkal dan pedagang baks o keliling. Kemudian
analisis dilanjutkan dengan menghitung tingkat pendapatan masing -masing
pedagang baik pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling serta
menghitung efisiensi pendapatan pedagang bakso yang diperoleh dari hasil analisis
perbandingan penerimaan dan biaya (R/C Rasio). Sedangkan untuk menganalisis
hipotesa yang telah disebutkan pada pendugaan hipotesa maka di uji dengan
menggunakan Mann-Whithney.
A. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso
keliling pada umumnya sama, hanya terdapat sedikit perbedaan dari segi
perbandingan penggunaan bahan pengisi dan bumbu. Pedagang bakso sapi yang
mangkal menggunakan perbandingan tepung sebagai bahan pengisi lebih sedikit,
yaitu antara 10 hingga 25 persen perkilogram daging sapi yang digunakan,
sedangkan pedagang bakso sapi keliling relatif lebih banyak yaitu mencapai 20 -50
30
31. 31
persen perkilogram daging sapi yang digunakan. Penggunaan bumbu dan garam
relatif hampir sama tergantung selera dan keinginan pedagang pembuat bakso.
Setiap pedagang memperoleh bahan bahan baku sendiri-sendiri. Bahan baku
tersebut dapat diperoleh pedagang di pasar makassar, pasar sentral dan pasar
warung lainnya. Penanganan semua bahan baku dilakukan ketika pemilik sudah
tiba dari pasar, maka semua bahan diolah oleh para pekerja. Tujuan akhir produsen
(pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling) yaitu memperoleh
pendapatan dari hasil produksi usaha bakso yang dilakukannya.
Analisis pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya
yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan bertujuan
untuk melihat pendapatan yang didapatkan usaha bakso sapi yang sedang berjalan,
dalam hal ini analisis pendapatan usaha bakso sapi menunjukka n struktur biaya
yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usaha bakso sapi.
Penghitungan analisis pendapatan ini dilakukan selama satu periode usaha
perbulan dan perhari.
B. Analisis Pendapatan
1. Analisis Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal
Secara umum pendapatan dari kegiatan pedagang bakso mangkal ini
diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (dalam
jangka waktu tertentu). Penerimaan pedagang bakso diperoleh dari perkalian antara
jumlah yang dijual dengan harga per por si bakso (mangkok), dengan demikian
besar kecilnya nilai penerimaan usaha bakso sangat ditentukan oleh harga jual dan
jumlah produksi bakso yang dihasilkan oleh pedagang bakso mangkal. Analisis
32. 32
rata-rata pendapatan pedagang bakso mangkal dapat dilihat pada lampiran 4.
a. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal
Penerimaan usaha adalah perkalian antara total produk yang dihasilkan
dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi, 1986). Faktor penentu besarnya
penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk yang
dihasilkan tersebut. Jika dilihat secara umum rata-rata penerimaan pedagang bakso
mangkal sebesar Rp 56.160.000 perbulan, akan tetapi peneliti membuat
pengelompokan penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso tersebut, yakni
pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan di bawah 25 juta (skala
mikro), penerimaan pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan sebesar
25 juta sampai 100 juta (skala kecil) dan penerimaan pedagang bakso mangkal di
atas 100 juta (skala menengah). Adapun pengelompokannya dapat dilihat pada
Tabel 4.1 sebagai berikut:
Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%)
< 20 Juta (skala mikro) 7 47
20 Juta โ 50 Juta (skala kecil) 5 33
> 100 Juta (skala menengah) 3 20
Total 15 100
Berdasarkan Tabel di atas tersebut pedagang bakso mangkal memiliki
jumlah perbedaan yang bervariasi antara pedagang yang satu dengan yang lainnya.
Dari segi karakteristik pribadi responden pedagang bakso juga mempengaruhinya,
seperti umur pelaku usaha mangkal yang menggeluti usaha ini. Jika umur pelaku
usaha semakin tua maka penerimaan yang didapatkannya juga semakin banyak, hal
ini dikarenakan sudah lamanya pedagang bakso tersebut menjual bakso secara
33. 33
mengkal. Selain itu juga harga yang ditawarkan oleh pedagang mangkal ini juga
memiliki perbedaan serta jumlah yang terjual setiap harinya juga bervariasi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.2 Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal < 10 Juta Rupiah Per Bulan Pada
Tahun 2015
No Responden
Pedagang
Jumlah
Terjual/hari
(mangkok)
Harga Per
Porsi (Rp)
Jumlah
(Rp)
1 Mangkal 1 46 8.000 11 040.000
2 Mangkal 2 40 7.000 8.400.000
3 Mangkal 6 65 8.000 15.600.000
4 Mangkal 7 80 9.000 21.600.000
5 Mangkal 9 45 8.000 10.800.000
6 Mangkal 13 65 9.000 18.000.000
Pedagang bakso mangkal yang mendapatkan penerimaan di bawah 25 juta
ini kebanyakan memiliki umur usaha yang masih belum lama, dari umur usaha satu
hingga lima tahun, sehingga jumlah yang di produksi perharinya juga masih sedikit
dan jumlah porsi yang terjual juga masih di bawah 100 porsi perhari, selain itu juga
harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso mangkal juga berkisar dari Rp 5.000
hingga Rp 9.000 per porsinya. Sedangkan untuk pedagang bakso yang memiliki 25
juta sampai 100 juta perbulannya dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal 25 Juta โ 100 Juta Rupiah Per
Bulan Pada Tahun 2015.
No Responden
Pedagang
Jumlah
Terjual/hari
(mangkok)
Harga Per
Porsi (Rp)
Jumlah
(Rp)
1 Mangkal 4 100 9.000 27.000.000
2 Mangkal 5 70 12.000 25.200.000
3 Mangkal 10 80 12.000 28.800.000
34. 34
4 Mangkal 12 250 12.000 90.000.000
5 Mangkal 15 135 10.000 40.000.000
Berdasarkan Tabel di atas pedagang bakso mangkal yang mendapatkan
penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta rupiah lebih sedikit dibanding dengan
yang dibawah 25 juta. Hal tersebut juga terkait dengan lamanya usaha yang
dilakukan oleh pedagang bakso mangkal tersebut dan harga yang ditawarkannya
juga. Semakin lama usaha yang digelutinya berlangsung semakin banyak
penerimaan yang didapatkannya, seperti yang didapatkan oleh ketiga pedagang
bakso yang ada pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal di atas 100 Juta Rupiah Per Bulan
Pada Tahun 2015.
No Responden
Pedagang
Jumlah
Terjual/hari
(mangkok)
Harga Per
Porsi (Rp)
Jumlah
(Rp)
1 Mangkal 3 450 13.000 216.000.000
2 Mangkal 8 400 12.000 144.000.000
3 Mangkal 11 500 12.000 180.000.000
b. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal
Untuk analisis pendapatan, pengeluaran untuk usaha bakso ini d igolongkan
menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang
dikeluarkan pedagang selama kegiatan produksi berlangsung sedangkan biaya tetap
adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah, jumlahnya tidak
tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Pendapatan
merupakan hasil dari pengurangan penerimaan dengan pengeluaran biaya perbulan,
adapun pengeluaran dan total pendapatan yang iperoleh pedagang bakso mangkal
35. 35
per bulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Skala Mikro
Pada Tahun 2015
No Responden
Pedagang
Pengeluaran Pendapatan
1 Mangkal 1 5.845.767 1.054.233
2 Mangkal 2 4.407.433 1.592.567
3 Mangkal 6 6.874.350 8.725.650
4 Mangkal 7 15.600.183 5.999.817
5 Mangkal 9 9.473.517 1.326.483
6 Mangkal 13 15.213.017 2.786.983
7 Mangkal 14 9.399.100 2.600.900
Berdasarkan pengeluaran yang terdapat pada pedagang bakso mangkal
tersebut memiliki perbedaan antara pedagang bakso yang satu dengan yang lainnya
hal tersebut dikarenakan lama berusaha yang berbeda. Untuk pendapatan yang
didapatkan juga memiliki perbedaan dikarenakan jumlah produksi yang dimiliki
oleh pedagang berpengaruh terhadap pendapatan yang dimilikinya, selanjutnya
dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 4.6. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Skala Kecil
Pada Tahun 2015
No Responden
Pedagang
Pengeluaran Pendapatan
1 Mangkal 4 23.180.217 3.819.783
2 Mangkal 5 22.007.100 3.192.900
3 Mangkal 10 22.834.117 5.965.883
4 Mangkal 12 41.449.317 48.550.683
5 Mangkal 15 28.291.183 12.208.817
36. 36
Pada Tabel 4.6 juga memiliki perberdaan dengan tabel diatas, pedagang
bakso mangkal yang memiliki pendapatan 5 juta hingga 50 juta memiliki jumlah
produksi yang semakin banyak serta harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso
ini juga berbeda dengan pedagang yang mendapatkan pendapatan dibawah 5 juta.
Selanjutnya pendapatan yang paling tinggi terdapat pada tabel dibawah. Hal
tersebut adalah harga yang ditawarkan tinggi serta pedagang bakso ini juga sudah
memiliki brand tersendiri dan sudah banyak orang yang mengetahui nama
pedagang bakso ini, yakni pedagang bakso Bantolo, Seuseupan serta Boboho.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah.
Tabel 4.7. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangka l Skala
Menengah Pada Tahun 2015
No Responden
Pedagang
Pengeluaran Pendapatan
1 Mangkal 3 163.971.483 52.028.517
2 Mangkal 8 80.510.800 80.510.300
3 Mangkal 11 72.621.417 107.378.983
2. Analisis Pendapatan Pedagang Bakso Keliling
Penerimaan, pengeluaran dan pendapatan yang di dapatkan oleh pedagang
bakso keliling memiliki perbedaan dengan perdagang bakso mangkal, hal tersebut
dapat dilihat pada Tabel di bawah.
Tabel 4.8. Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Keliling
Pada Pedagang Bakso Keliling Pada Tahun 2010
37. 37
No Responden
Pedagang
Penerim aan
(Rp)
Pengeluaran
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
1 Keliling 1 17.400.000 14.567.100 2832900
2 Keliling 2 7.500.000 4.216.517 3283483
3 Keliling 3 6.700.000 5.808.517 941483
4 Keliling 4 5.400.000 3.378.517 2021483
5 Keliling 5 5.040.000 4.090.017 949983
6 Keliling 6 9.450.000 8.496.767 953233
7 Keliling 7 7.800.000 6.285.600 1514400
8 Keliling 8 6.000.000 5.185.017
814983
9 Keliling 9 7.560.000 6.725.600
834400
10 Keliling 10 4.500.000 3.844.016 655983
11 Keliling 11 10.500.000 7.598.016
2901983
12 Keliling 12 9.600.000 8.423.766 1176233
13 Keliling 13 5.200.000 4.24.517 1003483
14 Keliling 14 9.000.000 7.052.100 1947900
15 Keliling 15 6.300.000 6.167.100 132900
Pedagang bakso keliling tidak memiliki banyak perbedaan dalam hal
pendapatan yang didapatkannya sehingga penerimaan, pengeluaran yang
didapatkan oleh pedagang bakso keliling tersebut dirata-ratakan dan dapat dilihat
pada Tabel 4.9 berikut :
Uraian Satuan Jumlah Harga Perhari Perbulan
Biaya Variabel:
โ Bahan Baku
ยท Daging Sapi Kg 2.4 54.819 131.600 3.947.000
ยท Tepung Tapioka/Aci +
Bumbu
Paket
18.450 554.000
โ Bahan Pelengkap
ยท Mie Kg 1,52 5.000 7.600 227.000
ยท Bihun Kg 1,07 7.000 7.500 224.000
ยท Sayur Toge Kg 1,45 4.000 5.800 174.000
ยท Sawi Kg 1,4 4.000 5.600 168.000
38. 38
ยท Minyak Goreng Kg 0,17 10.000 1.750 51.667
ยท Bawang Goreng Jadi Bungkus 0,7 5.000 3.500 104.000
ยท Seledri Kg 0,16 8.000 1.350 40.000
ยท kecap manis Bungkus 1,1 3.000 3.300 99.000
ยท Saos Bungkus 2,45 2.000 4.900 147.000
ยท Cuka Botol 1,3 1.000 1.300 38.200
ยท Garam Kg 0,32 2000 650 19.000
ยท Penyedap Rasa Kg 0,09 20.000 1.800 53.000
ยท Sambel Kg 0,26 16.000 4.200 124.000
โ Pembungkus
ยท Plastik + Karet Paket 1.800 1.800 54.000
โ Biaya Gas Tabung 0,48 13.000 6.250 187.000
โ Biaya Transportasi Rupiah 2.800 2.800 84.000
Total Biaya Variabel 209.850 6.294.866
Biaya Tetap:
โ Sewa Tempat Rp 0 0 0
โ Listrik,air,keamanan
dan kebersihan
Rp 0 0
0
โ Biaya Tenaga Kerja Orang 20.000
โ Biaya Penyusutan
ยท Gerobak Rp 2.800 2.800 83.333
ยท Kompor Rp 125 125 3.750
ยท Dangdang Rp 50 50 1.167
ยท Centong Rp 25 25 778
ยท Tabung Gas Rp 25 25 433
ยท Ember Rp 45 45 1.350
Total Biaya Tetap 3.700 110.811
Jumlah Total Biaya 213.600 6.405.678
Pada Tabel di atas dapat dilihat rata-rata biaya total variabel yang
dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling sebanyak Rp 209.850 per hari dan untuk
per bulannya sebanyak Rp 6.294.866. Hal ini disebabkan karena dalam produksi
biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel ini sesuai dengan jumlah atau
kapasitas yang diproduksi. Biaya bahan baku yang digunakan oleh pedagang bakso
keliling per hari sebesar Rp 131.600, dengan rincian harga perkilogram daging sapi
yang digunakan oleh pedagang bakso adalah dari Rp 45.000 hingga Rp 50.000 dan
rata- rata para pedagang bakso membeli daging tersebut sebanyak 1,5 kilogram
hingga 2,5 kilogram per hari. Biaya bahan baku lainnya yang digunakan adalah
39. 39
tepung tapioka atau aci dan bumbu untuk pengolahan bahan baku yang digunakan
pedagang bakso keliling perhari sebesar Rp.18.450 dan perbulannya Rp. 554.000
tepung serta bumbu untuk pengolahan bahan baku tersebut digunakan sesuai
dengan keiinginan pelaku usaha bakso. Perbandingan yang seharusnya digunakan
dalam mengolah bakso mulai dari 0,2 gram banding satu kilogram daging. Tetapi
bagi pelaku usaha bakso keliling jika hal tersebut dilakukan maka mereka tidak
dapat menjual produk mereka dengan harga murah. Sehingga kebanyakan mereka
memakai perbandingan dengan 0,25 gram hingga setengah kilogram tepung
banding satu kilogram daging.
Biaya bahan pelengkap yang digunakan sehari oleh pedagang bakso
keliling bervariasi, biaya rata-rata per hari untuk mie adalah sebesar Rp 7.600
dimana setiap pedagang bervariasi menggunakan jumlah mie setiap harinya.
Pedagang bakso keliling biasanya mengggunakan mie kiloan, yang dibeli langsung
ke pasar tradisional terdekat dengan pemukiman pedagang. Jumlah mie yang
digunakan sehari sebanyak satu kilogram hingga dua kilogram perhari, dimana
harga rata-rata per kilogram mie sebesar Rp 5.000. Biaya rata-rata untuk bihun
yang dikeluarkan per hari sebesar Rp 7.500, jumlah yang digunakan oleh pedagang
per harinya berkisar setengah hingga dua kilogram per hari dengan harga bihun per
kilogram sebesar Rp 8.000.
Bahan pelengkap lainnya yang digunakan sehari-hari adalah sayuran,
sayuran yang digunakan oleh pedagang bakso keliling terdiri dari sayur toge dan
sawi. Biaya rata -rata yang dikeluarkan per hari untuk sayur toge adalah sebesar Rp
5.800 dan biasanya para pelaku usaha ini menggunakan toge per harinya sebesar
40. 40
satu hingga dua kilogram per hari dengan harga per kilogram Rp 4000. Sayur sawi
yang digunakan per hari juga berkisar antara satu hingga dua kilogram per hari
dengan harga per kilogram Rp 3.000 dan biaya rata -rata yang dikeluarkan oleh
pedagang setiap harinya sebesar Rp 5.600. Bahan pelengkap lain yang digunakan
adalah seledri, biaya rata-rata per hari untuk seledri sebesar Rp 1.350. Dimana para
pedagang biasanya membeli seledri mulai dari harga Rp 500 hingga Rp 2.000
perhari. Karena kapasitas produksi pada penjualan bakso keliling sedikit maka
jumlah seledri yang digunakan juga tidak banyak, sehingga membeli dengan harga
Rp 500 hingga Rp 2.000 per hari sudah mencukupi untuk kebutuhan pedagang per
harinya.
Bahan pelengkap yang digunakan juga adalah bawang goreng jadi yang
dibeli langsung dari pasar dengan biaya rata-rata sebesar Rp 3.500 per hari. Para
pedagang menggunakan bawang goreng jadi yang dibeli langsung di pasar dengan
alasan untuk lebih praktis dalam penyajiannya serta tidak membutuhkan waktu
untuk mengolah atau menggoreng lagi jika membeli bawang mentah, dan dari segi
kualitas dan penampilan juga bawang goreng jadi yang dibeli dipasar lebih kriuk
dibanding dengan buatan mereka sendiri. Minyak goreng yang digunakan
perharinya oleh pelaku usaha bakso tidak membutuhkan banyak, sehingga biaya
rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 1.700 perhari.
Biaya rata-rata yang dibutuhkan pedagang bakso untuk kecap manis per
hari sebesar Rp 3.300 dengan menggunakan kecap yang dibeli di pasar tradisional,
dan pelaku usaha tersebut tidak menghiraukan merek yang digunakan dalam
penjualannya. Para pedagang bakso memilih kecap yang murah dan seringnya
41. 41
dikemas dalam botolan. Sama seperti saos yang digunakan setiap harinya dibeli di
pasar tradisional dengan tanpa memperhatikan merek atau kualitas yang digunakan
dan biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari oleh pedagang bakso keliling sebesar
Rp 4.900. Biaya rata-rata cuka yang digunakan per hari sebesar Rp 1.300 dan biaya
rata-rata garam yang digunakan per hari sebesar Rp 650, dan penyedap rasa yang
digunakan bervariasi dengan biaya rata- rata sebesar Rp 1.800. Kebutuhan sambel
yang digunakan sehari-hari sebesar Rp 4.200 per hari.
Biaya rata-rata untuk pembungkus per hari yang dikeluarkan oleh pedagang
bakso keliling adalah sebesar Rp 1.800, dengan rincian plastik dan karet yang
digunakan per harinya. Kebutuhan pembungkus tidak diperlukan banyak
dikarenakan pedagang bakso keliling tidak membutuhkan banyak pembungkus,
biasanya para konsumen langsung membawa mangkok sendiri atau makan
langsung di tempat. Biaya rata-rata gas yang digunakan per hari sebesar Rp 6.250,
dan biaya rata-rata transportasi sebesar Rp 2.800. pelaku usaha bakso biasanya
belanja dekat dengan pemukiman mereka, sehingga sebagian pelaku usaha tidak
mengeluarkan biaya transportasi. Sehingga rata-rata jumlah total biaya variabel
dalam usaha bakso keliling sebesar Rp 209.850 per hari dan jika dikalikan dengan
jumlah satu periode yaitu perbulan maka rata-rata jumlah total biaya variabel
sebesar Rp 6.294.850.
Biaya tetap yang digunakan per bulannya adalah terkait dengan biaya
penyusutan. Biaya penyusutan alat seperti gerobak biaya rata-rata yang dikeluarkan
per bulannya adalah sebesar Rp 83.500, hal ini dengan perhitungan bahwa satu
buah gerobak dibeli dengan harga Rp 2.500.000 kemudian nilai sisa yang dimiliki
42. 42
sebesar Rp 500.000 dengan asumsi ketahanan gerobak selama dua tahun kemudian
dibagi 12 bulan. Selanjutnya penyusutan rata-rata biaya kompor sebesar Rp 3.750
perbulan, biaya rata -rata penyusutan dangdang Rp 1.167 perbulan, biaya rata -rata
penyusutan centong sebesar Rp 778 perbulan, biaya rata - rata ember Rp 1.350
perbulan. Dan dalam biaya tetap lainnya yang digunakan oleh pedagang bakso
keliling terdapat satu pedagang yang menggunakan seorang tenaga kerja yang
dibayar Rp 300.000 perbula n, sehingga dari jumlah tersebut maka biaya rata-rata
yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja sebesar Rp 20.000 perbulan.
Total biaya rata-rata untuk biaya tetap pedagang bakso keliling sebesar Rp
110.811 perbulan. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya tetap lain yang harus
dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling, seperti penyewaan tempat sebagaimana
yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal, serta pembayaran biaya listrik, air,
keamanan dan kebersihan. Perbedaan dalam biaya tetap yang dikeluarkan oleh
pedagang bakso keliling dengan pedagang bakso mangkal adalah dalam biaya sewa
tempat usaha, biaya listrik, air, keamanan dan kebersihan serta biaya tenaga kerja
yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut. Biaya rata-rata sewa tempat oleh
pedagang mangkal per bulannya sebesar Rp 858.900 sedangkan bagi pedagang
bakso keliling tidak perlu mengeluarkan biaya sewa tempat per bulannya karena
pedagang bakso keliling menggunakan gerobak dorong untuk menjajakan hasil
jualannya, dan biaya rata -rata yang dikeluarkan oleh pedagang bakso mangkal
untuk listrik, air, keamanan dan kebersihan sebesar Rp 240.700 perbulannya dan
biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp 5.443.350 per
bulannya.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian biaya yang dikeluarkan oleh
43. 43
pedagang bakso keliling pada lampiran 5.
C. Perbandingan Pedagang Bakso Mangkal Dengan Pedagang Bakso
Keliling
Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso kemudian dirata -
ratakan dengan melihat rata-rata pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso
keliling. Hasil penjualan bakso sapi sebagai hasil produksi dari total jumlah yang
terjual selama satu periode dengan asumsi waktu analisis adalah 30 hari dalam satu
bulan. Penghitungan penerimaan yang diperoleh pedagang yang dianalisis adalah
penerimaan pedagang bakso mangkal dan penerimaan pedagang bakso keliling.
Adapun hasil analisis yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 4.10. Rata-rata Penerimaan Pedagang Bakso di Kota Makassar Pada tahun
2015.
Pedagang Penerimaan
per Hari (Rp)
Penerimaan per
Bulan (Rp)
Pedagang Mangkal Skala Mikro
Pedagang Mangkal Skala Kecil
Pedagang Mangkal Skala Menengah
Pedagang Keliling
432.857
2.344.000
6.000.000
263.000
12.985.714
70.333.333
180.000.000
7.870.000
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh pedagang
bakso mangkal lebih besar dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Hal tersebut
karena jumlah produksi dari masing-masing pedagang berbeda. Jumlah produksi yang
dihasilkan serta harga yang ditawarkan oleh pedagang juga mempengaruhi penerimaan
yang diperoleh oleh pedagang. Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal
skala mikro setiap harinya sebanyak Rp 12.985.714 hal ini dikarenakan lama usaha yang
digeluti oleh pedagang bakso masih relatif lebih awal dibandingkan dengan pedagang
44. 44
bakso mangkal skala kecil. Adapun penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso
mangkal skala kecil per bulannya adalah sebesar Rp 70.333.333 sedangkan
pedagang mangkal skala menengah mendapatkan lebih besar penerimaannya yakni
sebesar Rp 180.000.000.
Pedagang bakso mangkal skala menengah ini sudah memiliki nama yang
cukup terkenal kemana-mana, sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk
mencoba produk tersebut, seperti boboho dan seseupan merupakan bakso yang
sangat terkenal di Makassar. Selain antusias dari konsumen yang ingin
mengunjungi tempat tersebut juga dikarenakan letak berjualannya juga sangat
strategis, dekat dengan pusat keramaian dan akses ke tempat tersebut juga mudah.
Selain itu pedagang skala menengah ini juga memiliki ke khasan yang dimiliki
dalam produk dan kualitas serta tempat lokasi berjualan yang nyaman bagi
pengunjung. Sementara bagi pelaku pedagang bakso yang skala mikro dan kecil
jarang yang memiliki keunikan dalam hal produk yang ditawarkan. Rata -rata
penerimaan yang didapatkan pedagang bakso keliling setiap hari sebanyak Rp
263.000 dan per bulannya sebesar Rp 7.870.000. Harga yang ditawarkan oleh
pedagang bakso mangkal lebih mahal dibandingkan pedagang bakso keliling.
Harga per porsi yang ditawarkan pedagang bakso mangkal sebesar Rp 6.000
hingga Rp 12.000 sedangkan harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso keliling
lebih murah yakni sebesar Rp 5.000 hingga Rp 8.000 per porsi. Kapasitas yang
dihasilkan dalam produksi dan jumlah penjualan per harinya juga lebih banyak
pedagang bakso mangkal sehingga jumlah penerimaan yang didapatkan oleh
pedagang bakso mangkal cenderung lebih banyak dibandingkan dengan pedagang
45. 45
bakso keliling.
Perbedaan pendapatan antara pedagang bakso mangkal dengan pe dagang
bakso keliling adalah dari jumlah penerimaan yang didapatkan oleh pelaku usaha
bakso. Modal harian yang digunakan oleh pedagang bakso mangkal maupun
pedagang bakso keliling juga berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima
oleh masing-masing pedagang. Modal harian yang digunakan berbeda, hal ini
dikarenakan pengalaman dalam berusaha, kebijakan dari pedagang serta pola
pengeluaran para pedagang yang berbeda setiap harinya. Pedagang mangkal
memiliki modal hariannya lebih besar daripada pedagang bakso keliling, sehingga
memungkinkan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Semakin besar
modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh
(Wahyudin,1993). Tetapi dengan modal yang besar belum tentu memperoleh
pendapatan yang besar pula, dan ada yang modalnya kecil memperoleh keuntungan
yang lebih besar. Harga yang ditawarkan oleh pelaku usaha tersebut juga memiliki
perbedaan. Pedagang bakso mangkal menawarkan harga kepada konsumen mulai
dari harga per mangkok Rp 6.000 hingga Rp 12. 000 per porsi. Sedangkan
pedagang bakso keliling menawarkan harga per mangkok lebih murah dibanding
dengan pedagang bakso mangkal. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 5.000 per
mangkok hingga Rp.8.000. Harga kapasitas yang diproduksi juga berbeda sehingga
memiliki perbedaan jumlah yang terjual dalam satu hari tersebut juga berbeda.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 4.12 Rata-rata Penerimaan, Total Biaya, dan Pendapatan Bersih Pedagang
Bakso di Kota Makassar Pada Tahun 2015.
46. 46
Uraian
Pedagang
Keliling
(rupiah/bulan)
Pedagang Bakso Mangkal
(Skala)
Mikro Kecil Menengah
Penerimaan
Jumlah Total Biaya
7.870.000
6.405.678
12.985.714
9.544.766
70.333.333
27.552.386
180.000.000
105.701.233
Pendapatan Bersih 1.464.322 3.440.948 42.780.947 74.298.767
R/C Rasio 1,23 1,66
Selain dilihat dari nilai pendapatannya, usaha ini juga dapat dilihat
efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan yakni R/C rasionya. Bila
dilihat dari keuntungan usaha tersebut, usaha tersebut untung jika dilakukan yaitu
nilai R/C lebih besar dari satu. R/C rasio pedagang bakso mangkal lebih besar dari
pedagang bakso sapi keliling, dengan rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal
sebesar 1,66 dan pedagang bakso sapi keliling sebesar 1,23. Artinya setiap satu
rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso mangkal akan menghasilkan tambahan
penerimaan sebesar 1,66 dan setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso
sapi keliling akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 1,23. Dapat
disimpulkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan.
Rata-rata usaha pedagang bakso mangkal mencapai R/C rasio sebesar 1,66
dan rata-rata usaha pedagang bakso keliling mencapai R/C rasio sebesar 1,23.
Dengan nilai rasio usaha bakso sebesar 1,66 dan 1,23 termasuk kedalam usaha
yang memberikan tingkat keuntungan usaha yang tinggi. Menurut Sihite (1998)
menyatakan R/C rasio < 1,00 tergolong tingkat R/C rasio yang rendah dan tidak
menguntungkan, R/C rasio 1,00 โ 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang sedang
sehingga usaha tersebut masih layak untuk dijalankan, R/C rasio > 1,21 tergolong
47. 47
tingkat R/C rasio yang tinggi sehingga usaha yang dijalankan tersebut sa ngat
menguntungkan. Dengan nilai R/C rasio sebesar 1,66 pada pedagang bakso
mangkal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu
rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 66 persen.
Sedangkan nilai R/C rasio pedagang bakso keliling sebesar 1,23 menunjukkan
bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang
digunakan akan menghasilkan keuntungan 23 persen. Skala usaha yang dijalankan
pedagang bakso akan mempengaruhi besarnya penerimaan dan besarnya biaya
usaha, sehingga akan menyebabkan adanya perbedaan R/C rasio usaha pada
pedagang bakso yang dilaksanakan. Pengelompokan perbedaan R/C rasio tersebut
dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 4.13 Pengelompokan Pedagang Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat
R/C Rasio yang Diperoleh Pada Tahun 2015.
Tingkat R/C Rasio Pedagang
Mangkal
Persentase
(%)
Pedagang
Keliling
Persentase
(%)
Rendah < 1,00 0 0 0 0
Sedang 1,00 โ 1,21 5 33,3 8 53,3
Tinggi > 1,21 10 66,7 7 46,7
Jumlah 15 100,0 15 100,0
Persentase pedagang yang memiliki kriteria tingkat R/C rasio rendah pada
pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling sebanyak nol persen.
Pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki R/C rasio
memiliki R/C rasio lebih dari satu atau termasuk ke dalam kriteria tingkat R/C
sedang dan tinggi. Untuk R/C rasio sedang bagi pedagang bakso mangkal berkisar
sebesar 33,3 persen dan R/C rasio tinggi sebanyak 66,7 persen. Pedagang bakso
48. 48
keliling yang memiliki kriteria R/C rasio sedang sebesar 53,3 persen dan kriteria
R/C rasio tinggi sebanyak 46,7 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari
kedua usaha bakso tersebut para pedagang bakso mendapatkan keuntungan sebesar
R/C rasio masing-m asing yang didapatkan oleh pedagang.
Pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki kegiatan
dan peran yang berbeda dalam penjualan maupun pelayanannya kepada konsumen
yang membeli sehingga pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing pedagang
juga memiliki perbedaan. Pengaruh modal harian terhadap pendapatan dalam
kegiatan perdagangan pada umumnya, merupakan suatu hal yang mudah dipahami,
karena semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang
diperoleh (Wahyudin, 1993). Dari hasil analisis yang didapatkan bahwa pedagang
bakso mangkal menggambarkan bahwa pedagang bakso mangkal memperoleh
pendapatan lebih besar daripada pedagang bakso keliling sehingga efisiensinya
juga mengikuti. Dari perbandingan itu tampak ada kecenderungan bahwa
keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal lebih besar dan
berbeda dengan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso keliling. Maka
peneliti melakukan analisis perbandingan keuntungan yang didapatkan oleh
pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling dengan membandingkan
dari R/C rasio yang didapatkan. Untuk menilai perbedaan antara R/C rasio yang
didapatkan oleh pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling
dilakukan analisis perbandingan R/C rasio dengan membandingkan R/C rasio yang
didapatkan oleh masing-masing pedagang dengan uji Mann-Whithney.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whithney
49. 49
menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat R/C rasio pedagang
bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling. Nilai tersebut ditunjukan dengan
nilai
๐ด๐ ๐ฆ๐ ๐ .๐๐๐ (2โ๐ก๐๐๐๐๐ )
2
sebesar 0,56 yang lebih kecil dari ฮฑ 5% (1.645) rata-rata
R/C rasio pedagang bakso mangkal sebesar 1.66 dan rata-rata R/C rasio pedagang
keliling sebesar 1,23. Dengan uji tersebut menunjukkan pedagang bakso mangkal
mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada pedagang bakso keliling.
Maka dari hipotesis yang telah disebutkan sebelumnya maka dinyatakan tolak H0
pada taraf nyata ฮฑ. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Software SPSS V.15
diperoleh hasil :
Ranks
Pedagang N
Mean
Rank Sum of Ranks
R/C Mangkal
Rasio
Keliling
Total
15
15
30
18.57
12.43
278.50
186.50
Test Statistis (b)
R/C Rasio
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
66.500
186.500
-1.910
.056
.056(a)
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Pedagang
Gambar 2. Kutipan Hasil Olahan Data Dengan Software SPSS V.15.
50. 50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaku usaha bakso di Kota Makassar
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pedagang bakso di kota Makassar umumnya adalah laki-laki yang berumur 20
sampai 60 tahun. Usia tersebut termasuk kedalam usia produktif untuk bekerja.
Pedagang bakso yang ada di kota Makassar terbagi dua yaitu pedagang bakso
mangkal (menetap/kios) dan peda gang bakso keliling. Pedagang bakso tidak
memerlukan pendidikan khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut, tetapi hanya
dilakukan dengan belajar sendirinya.
2. Rata-rata pendapatan yang didapatkan pedagang bakso mangkal per bulan
dikelompokkan menjadi tiga skala berdasarkan penerimaannya yakni pedagang
bakso mangkal yang memiliki penerimaan di bawah 25 juta (skala mikro),
penerimaan pedagang bakso mangkal sebesar 25 juta hingga 100 juta (skala kecil)
dan penerimaan di atas 100 juta (skala menengah). Adapun pendapatan yang
didapatkan oleh pedagang skala mikro sebesar Rp 3.440.948, pendapatan skala
kecil Rp 42.780.947 dan skala menengah Rp 74.298.767 dengan R/C Rasio yang
diperoleh sebesar 1,66. Sedangkan rata-rata pendapatan pedagang bakso keliling
sebesar Rp 1.464.322 per bulan dengan R/C rasio 1,23.
B. Saran
1. Kenyataan menunjukkan untuk menjadi pedagang bakso peluangnya mudah
51. 51
dimasuki dan murah dilakukan, oleh karena itu bagi yang berkeinginan menggeluti
usaha ini dapat memanfaatkan keluarga dan teman untuk memulai usaha tersebut.
2. Pedagang perlu memperhatikan keberadaannya melalui pembentukan suatu
organisasi dikalangan mereka agar turut serta dalam organisasi yan dapat
memberikan manfaat bagi pedagang bakso.
3. Bagi para pedagang bakso mangkal dapat me mperbanyak unit usaha atau
membuka cabang jika unit usaha yang di buka juga sama di tempat yang dianggap
strategis untuk pengembangan usaha, sedangkan untuk pedagang keliling dapat
memperbesar usaha melalui dari pedagang keliling menjadi pedagang mangkal
atau memiliki kios.