SlideShare a Scribd company logo
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA
MENGGUNAKAN OPEN SOURCE GRASS
Angga Yuda Prawira1
, Ketut Wikantika1
, dan Firman Hadi1
1
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Teknologi Bandung - ITB, Jl. Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia
Telp. + 62 22 2530701, Fax. + 62 22 2530702
email: wirayuda@telkom.net
Abstrak
Land Rehabilitation and Land Conservation include many aspects which has to do, such as: (1) Damage or Critical
Land Rehabilitation, (2) Increasing Land Productivity with Land Reclamation, and (3) Flood Controlling, Ravine
Controlling, and Slope Controlling. One of main objective in RTL-RLKT (Rencana Teknik Lapangan dan Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah); which are Land Conservation rules and formed on Government Regulation, are
determine the location, width, and Level of Critical Land. In this paper will be discussed about Damage or Critical Land
Rehabilitation with determine Critical Land in North Bandung city. To determine critical land, we are using the method
which needs remote sensing data and all supporting data. With value process in Open Source GRASS, the distributed of
critical land in North Bandung city is detected.
Keywords: North Bandung City, Open Source GRASS, Critical Land.
1. PENDAHULUAN
Kawasan Bandung Utara dari tahun ke tahun telah
berkembang sedemikian rupa, sehingga fungsi
utamanya sebagai kawasan serapan air semakin
berkurang. Hal ini disebabkan berubahnya fungsi
kawasan resapan air menjadi lahan pertanian,
sementara luas kawasan pertanian berubah juga
fungsinya (terkonversi) menjadi areal pemukiman.
Di sisi lain masalah jumlah penduduk di kawasan
Bandung Utara semakin meningkat. Dari fenomena
tersebut kita dapat melihat bahwa kebutuhan akan
lahan untuk beraktivitas maupun untuk bermukim
akan semakin tinggi seiring makin tingginya
pertambahan jumlah penduduk. Perubahan
penggunaan lahan yang disebabkan oleh fenomena
alam dan aktifitas manusia tersebut akan
menyebabkan degradasi lahan. Tanpa adanya usaha
perbaikan, lahan yang ada akan semakin menurun
kualitasnya dan pada akhirnya akan menjadi lahan
kritis di Kawasan Bandung Utara. Berdasarkan
kondisi lahan di atas, maka perlu diupayakan
identifikasi dan pemetaan lahan kritis agar dapat
diketahui luas dan sebarannya sehingga dapat
disusun rekomendasi prioritas penanganan lahan
yang diperlukan di Kawasan Bandung utara. Untuk
mencapai tujuan ini, salah satu teknologi
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
lahan kritis Kawasan Bandung utara adalah
penginderaan jauh yang diintegrasikan
dengan sofware GIS under linux GRASS.
2. DASAR TEORI
Lahan (tanah) merupakan bagian dari ruang
sehingga pemanfaatan lahan harus sesuai
dengan perencanaan tata ruang. Yang
dimaksud dengan pemanfaatan lahan
merupakan penggunaan lahan pada fungsi
waktu tertentu. Penggunaan lahan merupakan
suatu keadaan dimana suatu areal lahan
ditempati oleh vegetasi, bangunan, atau
objek/ kegiatan lain, baik yang ditata maupun
yang tidak ditata.
Lahan kritis merupakan lahan atau tanah
yang saat ini tidak produktif karena
pengelolaan dan penggunaan tanah yang
tidak atau kurang memperhatikan syarat-
syarat konservasi tanah dan air, sehingga
lahan mengalami kerusakan, kehilangan atau
berkurang fungsinya sampai pada batas yang
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 100
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
telah ditentukkan atau diharapkan. Secara umum
lahan kritis merupakan salah satu indikator adanya
degradasi (penurunan kualitas) lingkungan sebagai
dampak dari berbagai jenis pemanfaatan sumber
daya lahan yang kurang bijaksana.
Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan
gersang dan bahkan muncul batu-batuan di
permukaan tanah dan pada umumnya terletak di
wilayah dengan topografi lahan berbukit atau
berlereng curam (Hakim dkk., 1991). Tingkat
produksi rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat
keasaman, rendahnya unsur hara (P, K, Ca, dan Mg),
rendahnya kapasitas tukar kation, kejenuhan basa
dan kandungan bahan organik, serta tingginya kadar
Al dan Mn yang dapat meracuni tanaman dan peka
terhadap erosi. Selain itu pada umumnya lahan kritis
ditandai dengan vegetasi alang-alang dan memiliki
pH tanah relatif lebih rendah yaitu sekitar 4.8 hingga
5.2 karena mengalami pencucian tanah yang tinggi
serta ditemukan rhizoma dalam jumlah banyak yang
menjadi hambatan mekanik dalam budidaya
tanaman.
2.1 Ruang Lingkup Kajian
Lingkupan bahasan yang dikaji adalah pemanfaatan
open source GRASS mengidentifikasi lahan kritis.
Lingkupan Wilayah yang dikaji sebatas
Bandung kawasan Utara. Batas wilayah
Bandung Utara ditetapkan dalam SK
Gubernur Jabar No.181.1/SK.1624-
Bapp/1982 tentang Peruntukan Lahan di
Wilayah Inti Bandung Raya Bagian Utara.
Batas wilyah Bandung Utara adalah sebagai
berikut (Bapeda Jabar, 2002):
¾ Sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh
garis punggung topigrafi yang
menghubungkan puncak-puncak Gunung
Burangrang, Masigit, Gedogan, Sunda,
Tangkuban Perahu dan Manglayang
¾ Sebelah Barat dan Selatan dibatasi oeh
garis kontur 750m di atas permukaan laut
(dpl)
Tabel 1. Ruang Lingkup Wilayah Studi
Koordinat Geodetik
Batas
Lintang Bujur
Kiri Atas 6° 48’ 8.02’’
S
107° 32’
3.72’’ T
Kanan
Bawah
7° 00’ 46.31 S 107° 44’
51.02’’ T
Gambar 1. Wilayah Studi
7 8 6 5 0 0
7 8 6 5 0 0
7 9 2 0 0 0
7 9 2 0 0 0
7 9 7 5 0 0
7 9 7 5 0 0
8 0 3 0 0 0
8 0 3 0 0 0
9 0 0 0 9 2 2 9
4 5 0 0 9 2 3 4
0 0 0 0 9 2 4 0
Wilayah Bandung Utara
Kotamadya Bandung
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 101
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
2.2 Kriteria yang digunakan
Pendekatan metode yang digunakan dalam penilaian
lahan kritis mengacu kepada dokumen ’Standar dan
Kriteria Rehabilitasi hutan dan Lahan’, yang
merupakan Lampiran dari SK menteri kehutanan No.
20/Kpts-II/2001 tentang Pola umum dan Standar serta
kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Sasaran
kegiatan RHL adalah lahan- lahan dengan fungsi lahan
yang ada kaitannya dengan kegiatan rehabilitasi dan
penghijauan, yaitu fungsi kawasan hutan lindung,
fungsi kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan
dan kawasan budidaya untuk usaha pertanian.
Kriteria-kriteria yang menjadi parameter lahan kritis
dalam Lampiran SK. Menhut tersebut adalah
penutupan tajuk, kemiringan lereng, erosi, tipe
kawasan dan atau penutupan batuan. Selanjutnya
kelima kriteria lahan kritis tersebut diberi bobot nilai
sesuai dengan tipe kawasan mana model lahan kritis
tersebut diterapkan
2.3 Identifikasi Data Dasar
Dalam hal pembuatan peta Lahan Kritis, Data-data
dasar yang diidentifikasikan yang berkaitan dengan
kekritisan lahan sebagai berikut;
Tabel 2 Parameter analisis dan kebutuhan data spasial
Parameter Jenis data Sumber,
Proses
Penutupan
tajuk
Persentase
penutupan
tajuk
Landsat TM,
menerapkan
model Forest
Canopy
Density
Kemiringan
lereng
Kemiringan
lereng dalam
persen
DEM,
ekstraksi
informasi dari
DEM dengan
modul
r.slope.aspect
Jenis
kawasan
Peta tataguna
lahan
Citra SPOT,
Land used
Jabar
Erosi Tingkat erosi Peta curah
hujan, peta
jenis tanah,
RBI bandung,
Peta Land use
diproses
menggunakan
metode USLE
Parameter Jenis data Sumber,
Proses
Batuan Persentase
tutupan
batuan
Peta Jenis
Tanah
Manajemen Penerapan
teknologi
konservasi
Tidak ada
Tabel.3 Penamaan data base pada penentuan lahan
kritis di kawasan bandung utara
Location Bandung
Mapset Knopix
Data base /mnt/hda1/GrassDB
Tabel.4 Sistem Proyeksi
Sistem
proyeksi
UTM. Zone : SUTM48
Datum WGS 84
Batas
kordinat
wilayah
studi
7800130.00
E
803570.00E
9247380.00N 9223940.00N
Grid
resolution
30.Pemberian resolusi grid 30,
berdasarkan resolusi citra
terendah yang di pakai, yaitu
citra landsat dengan resolusi
spasial 30 m.
3. Pengolahan Data Menggunakan
GRASS
3.1 Pembuatan Data Base GRASS
Pekerjaan pertama yang dilakukan pada
pengolahan data pada grass yaitu pembuatan
data base, meliputi: Pembuatan Mapset,
Location dan folder data base .Location
adalah wilayah yang mencakup seluruh peta
kerja sedangkan mapset dapat merupakan
sebagian dari atau seluruh wilayah kerja
tersebut. sedangkan folder Data base
menentukkan dimana folder location dan
mapset disimpan.
Kemudian menentukan Sistem proyeksi,
Datum, batas-batas koordinat terluar dari
wilayah kerja serta grid resolution yang di
simpan pada folder Location. Tabel di bawah
merupakan penamaan dan penentuan data
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 102
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
base untuk pengidentifikasian lahan kritis di kawasan
Bandung Utara:
Import Citra
Memasukkan citra SPOT dan Landsat Kawasan
Bandung Utara yang akan diolah pada data base
GRASS dengan cara mengimpor citra dalam bentuk
tiff, yang telah terkoreksi sehingga tidak mengurangi
kandungan informasi yang ada. Proses import citra ini
menggunakan perintah:
File-Import- RasterMap – multiple using GDAL
Persiapan Data spasial
Tahapan persiapan data dimaksudkan untuk membuat
data spasial dapat diproses kemudian dianalisis. Peta-
peta tematik, yaitu: Peta curah hujan kabupaten
Bandung, Peta jenis tanah Kabupaten Bandung dan
Peta tata guna lahan Kabupaten Bandung. Peta-peta
tematik tersebut dipotong menggunakan perintah
”Clip” pada sofware ARC INFO sehingga peta-peta
tematik tersebut hanya mencakup daerah yang
bertampalan dengan daerah studi saja.
Import Data Vektor
Data data dalam format vektor yang digunakan pada
penelitian ini adalah; peta curah hujan, peta jenis
tanah, tata guna lahan, Peta pemanfaatan lahan, peta
kontur seluruh kawasan bandung utara. Data data
tersebut diimpor kedalam data base GRASS dengan
perintah:
File -> Import -> Vector map -> ESRI shapefile
Semua data vektor mengalami proses editing dan
pembuatan topologi agar dapat dikonversikan ke dalam
bentuk Raster, Rasterisasi ini menggunakan perintah:
GIS -> Map type conversions -> Vector to raster
Pengolahan Erosi metode USLE di dalam Grass
Perkiraan penentuan erosi menggunakan rumus USLE
(Universal Soil Loss Equation) dimana tingkat erosi
ditentukkan dengan menghitung perkiraan rata-rata
tanah hilang. Rumus USLE secara matematis dapat
dinyatakan sebagai:
A = R x K x LS x C x P (1)
dimana:
A = jumlah tanah hilang (ton/ha/tahun)
R = erosivitas curah hujan tahunan rata-rata
(biasanya dinyatakan sebagai energi
dampak curah hujan(MJ/ha) x intensitas
hujan maksimal selama 30
menit(mm/jam)
K = indeks erodibilitas tanah (ton x ha x jam)
dibagi oleh (ha x megajoule x mm)
LS = indeks panjang dan kemiringan lereng
C = indeks pengelolaan tanaman
P = indeks upaya konservasi tanah
Peta R dan K yang sudah dalam bentuk
raster, dilakukan proses Reclass agar
memiliki nilai curah hujan dan erodibilitas
yang sebenarnya. Peta kemiringan lereng
(LS) didapatkan dengan melakukan
perhitungan yang menggunakan modul
r.watershed pada GRASS. Dengan modul ini,
peta kemiringan lereng (LS) yang dibutuhkan
pada proses penghitungan tingkat erosi, dapat
dihasilkan secara langsung. Peta C didapat
dari turunan tataguna lahan dengan referensi
foto udara kota Bandung, yang kemudian
bentuk rasternya mengalami Reclass sesuai
nilai indeks pengelolaan tanamannya. Peta P
diberi nilai 1, yang diasumsikan tidak adanya
upaya konservasi, hal ini karena tidak adanya
data.
Pembuatan peta erosi memakai metode
USLE (kehilangan permukaan tanah) pada
GRASS dilakukan dengan perkalian layer
citra Peta R, Peta K, Peta LS, Peta C dan Peta
P. Perkalian ini dilakukan dengan
menggunakan modul r.mapcalc. Hasil
akhirnya berupa peta erosi seperti
ditampilkan gambar di bawah ini
Prakiraan Tutupan Tajuk menggunakan
metode FCD
Model yang dipakai untuk menghitung
persentasi tutupan tajuk yaitu model FCD
(Forest Canopy Density) model ini
dikembangkan untuk memantau status
kesehatan hutan.
Forest canopy indeks (FCD) mempunyai 4
komponen indeks yang mempengaruhinya,
yaitu VI (vegetasi indeks), BI (bare soil
indeks), SI (Shadow indeks) dan TI
(Thermal indeks). Pengolahan tutupan tajuk
dengan pemodelan FCD menggunakan modul
r.mapcal. dengan perintah Raster—Map
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 103
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
calculator. Modul ini dapat melakukan operasi
matematika dan logika, proses perhitungan yang cepat
untuk melakukan pemodelan. Pengolahan FCD ini
dilakukan pada citra Landsat yang memiliki 7 band.
Secara teknis langkah-langkah pembuatan komponen
komponen FCD sbb:
a. Menghitung Nilai Indeks Advanced
Vegetation(AVI)
1. membuat layer peta baru 43.dengan mengurangi
band 4 dengan band 3.
2. Memasukkan rumus (float(A+1)*(256-
B)*C)^1/3 pada kolom formula, dengan kolom
A, B, dan C berturut turut adalah citra landsat
band 4, band 3 dan peta layer 43
3. Mengisi Resulting output map dengan nama
A.hutan.fcd.avi.
b. Menghitung BI (Bare soil indek)
1. Masih menggunakan modul r.calcmap
2. Memasukkan rumus ke kolom Formula seperti
berikut:
(((float(A+B)-(C+D))/((A+B)+(C+D)))*100+100
dimana kolom A, B, C dan D merupakan band citra
5, 3, 4 dan 1
3. Mengisi Resulting output map dengan nama
A.hutan.fcd.bi.
c. Menghitung SI (Shadow Indeks)
1. Proses perhitungan nilai indeks Shadow
menggunakan rumus ke kolom Formula seperti
berikut:
(float(256-A)*(256-B)*(256-C))^1/3
dengan kolom A, B dan C yaitu berturut-turut
band citra landsat 1,2 dan 3
2. Memasukkan nama layer baru pada kolom
Resulting output map dengan nama
A.hutan.fcd.si
d. Menghitung TI(temperature Indeks)
1. Pada proses Temperature indeks,terlebih dahulu
membuat peta layer baru yang memiliki
informasi nilai radiansi. Layer peta baru ini
didapat dari band 6 yang di transformasi nilai
digital ke informasi nilai radiansi. Hal ini
dilakukan dengan penerapan formula berikut di
r.mapcalc:
((Lmax – Lmin)/(QCalMax – QcalMin))*(Kanal 6 – 1)+Lmin
dimana:
nilai Lmax = 12,65
Lmin = 3,2 (Lmax dan Lmin
didapatkan dari metadata)
Qcalmax = 255
Qcalmin = 1
Dengan nama Resulting output map
bandung62.rad
2. Kemudian menghitung nilai indeks
Temperatur dengan penerapan rumus:
T = K2 / ln ((K1/ bandung62.rad) + 1)
dimana nilai K2 = 1282.71 dan K1 =
666.09
Dengan nama Resulting output map
A.hutan.fcd.ti
e. Menghitung VD (vegetasi density)
1.Vegetasi Density merupakan
kombinasi dari indeks AVI dan BI,
dengan menggunakan modul r.cross.
Modul ini merupakan modul dalam
GRAS yang berfungsi untuk
menggabungkan informasi yang
tergabung dalam dua layer atau lebih
citra dengan maksimal 10 citra dan
membuat citra baru yang memberikan
informasi tentang kepadatan vegetasi
(vegetation density = vd) caranya
adalah: Memilih menu Raster ->
Overlay maps -> Cross products
Dengan resulting out put map-nya
A.hutan.fcd.vd
f. Menghitung SSI
1. Mengkombinasikan indeks SI dan SI
dengan menggunakan modul r.cross.
2. Prosedur yang dilakukan sama dengan
tahapan sebelumnya dengan layer peta
yang berbeda yaitu A.hutan.fcd.si dan
A.hutan.fcd.ti dan menghasilkan layer
peta baru dengan nama A.hutan.fcd.ssi
g. Menghitung FCD
1. Nilai FCD diperoleh dari rumus
berikut ini
FCD = (VD rescale + SSI rescale +1)*0.5-1
2. VD rescale merupakan citra baru hasil
proses penyekalaan ulang nilai yang
ada pada layer citra VD ke dalam
rentang 1 hingga 100.
3. SSI rescale merupakan citra baru hasil
proses penyekalaan ulang nilai yang
ada di dalam citra SSI ke dalam
rentang 1 hingga 100.
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 104
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
Kemiringan Lereng
Peta kemiringan lereng diturunkan dari DEM. DEM ini
dibuat dari bahan dasar berupa data kontur. Data
kontur ini didapat dari peta rupa bumi indonesia 1:25
000 Proses pembuatan peta kemiringan lereng di
GRASS menggunakan modul r.slope.aspect
Prosedur yang dilakukan adalah:
1. Memilih menu Raster -> Terrain analysis -> Slope
and aspect
2. Memasukkan citra DEM (SPOT) pada kolom Input
elevation map dan membuat layer baru dengan
nama A.hutan.slope
3. Proses berikutnya adalah merubah peta kemiringan
lereng yang dalam bentuk derajat menjadi bentuk
persen dengan menggunakan modul r.mapcalc.
Adapun caranya menggunakan formula:
(A/90)*100
Dimana A adalah peta kemiringan kelerengan yang
masih dalam bentuk derajat (A.hutan.slope).
Resulting output map nya A.hutan.persen
4. Melakukan reklasifikasi kelerengan sesuai dengan
kriteria yang ada pada SK. Menhut No. 20 dengan
menggunakan r.reclass
Lahan Kritis
Peta lahan krisis didapat dengan meng overlay seluruh
data parameter lahan kritis. Proses perhitungan ini
menggunakan perintah modul r.weight pada
GRASS. Modul ini dapat dipilih dengan
mengklik Raster -> Overlay maps ->
Weighted overlays. Yang kemudian pada
menu selanjutnya memasukkan perintah
untuk pemilihan layer peta yang akan
dianalisis berdasarkan pemberian bobot nilai.
Perintah pemilihan layer peta yang akan
dianalisis tsb:
choose a1 a2 a3 a4 a5
dimana a1, a2, a3, a4 dan a5 merupakan
pemberian nama ulang dengan
memanfaatkan modul map.calct berturut
turut adalah layer: peta erosi, peta
kelerengan, peta manajemen pengelolaan,
peta tutupan tajuk, peta tutupan batuan. Hal
ini dilakukan untuk pemudahan perintah
pengolahan. Kemudian untuk melakukan
proses pembobotan berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan, ketik perintah seperti
berikut :
assign a1 1 50
Perintah di atas berarti memberikan bobot
sebesar 50 pada kelas tutupan tajuk di bawah
20 % (kelas 1). Perintah pembobotan serupa
dilakukan pada semua layer peta berdasarkan
jenis kawasannya. Selanjutnya melakukan
proses perhitungan dengan mengetikkan
perintah ”execute”
Hasil Proses Data Dasar
Erosi Digital Elevation Model
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 105
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
Tutupan Batuan Panjang Lereng
Tutupan Tajuk Kesesuaian Lahan
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 106
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
Hasil Akhir
1:125000
N
Peta Lahan Kritis di Overlay dengan Peta Administrasi Kota bandung
782000
782000
784000
784000
786000
786000
788000
788000
790000
790000
792000
792000
794000
794000
796000
796000
798000
798000
800000
800000
802000
802000
9
22800
0
92
28000
9
23000
0
92
30000
9
23200
0
92
32000
9
23400
0
92
34000
9
23600
0
92
36000
9
23800
0
92
38000
9
24000
0
92
40000
9
24200
0
92
42000
924400
0
92
44000
Legenda
Batas Kota Bandung
Bagian Utara
Sangat Kritis
Kritis
Agak Kritis
Potensial kritis
Tidak Kritis
Administrasi
Kota Bandung
Oleh : Angga Yuda Prawira
15100023
Departemen Teknik Geodesi
Institut Teknologi Bandung
Analisis Terhadap Identifikasi Sebaran
Daerah Lahan Kritis di Kota Bandung Bagian
Utara
Kawasan Bandung Utara dalam Pemetaan Lahan
kritis di bagi ke dalam dua kawasan, yaitu
Kawasan hutan lindung dan kawasan budidaya
pertanian. Walaupun terdapat tiga kawasan yang
tercantum pada SK Menhut no 20, yaitu kawasan
hutan lindung, Kawasan budidaya pertanian,
Kawasan lindung di luar kawasan. Pembagian dua
kawasan ini disebabkan tidak adanya kawasan
lindung di luar kawasan di Kota Bandung Bagian
Utara. Dari statistik dan peta kesesuaian lahan
diketahui bahwa kawasan budidaya pertanian
merupakan penggunaan lahan terbesar di
Kawasan Bandung Utara. Berdasarkan analisis
Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan
opensource GRASS terhadap karakteristik
tutupan lahan, kemiringan lereng, dan tingkat
potensi erosi maka dapat diketahui klasifikasi
lahan kritis dan sebarannya serta luas masing
masing kelas tingkat kekritisan lahan, yaitu:
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 107
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”
Tabel 5. Klasifikasi Lahan Kritis Kota Bandung bagian utara
N
o
Klasifikasi Luas(ha) %
1 Sangatkritis 6.75 0.664
2 Kritis 41.04 4.037
3 Agakkritis 253.53 24.94
4 Potensialkritis 637.83 62.75
5 Tidakkritis 77.22 7.59
TOTAL 1016.37 100
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa poin
kesimpulan sebagai berikut.
1. Separuh wilayah Kota Bandung Bagian Utara
yang di teliti (62,75%) merupakan lahan potensial
kritis, sepertiganya (24.94 %) adalah lahan agak
kritis dan hanya sebagian kecil saja (4.7 %) yang
termasuk ke dalam lahan kritis (kritis & sangat
kritis).
2. Sebagian besar lahan kritis yang berada di
Kawasan Bandung Utara terletak di kawasan
pertanian. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya
tutupan tajuk di kawasan tersebut.
3. Wilayah Kawasan Bandung Utara yang
berpotensi menjadi lahan kritis didominasi oleh
kawasan pertanian. Penyebab dari keadaan ini
adalah bervariasinya kemiringan di daerah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan, 1998. Pedoman Penyusunan
Rencana Teknik Rehabilitasi Lahan dan konservasi
Tanah Daerah Aliran sungai. Direktorat Jenderal
Reboisasi Dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.
Departemen Kehutanan, 2003. Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan di 29 DAS prioritas
Tahun 2003. Direktorat Jenderal Reboisasi Dan
Rehabilitasi Lahan, Jakarta.
Ismail, Mochamad Ashwin, 2003. Identifikasi Areal
Terbangun di Kota Bandung Bagian Utara dengan
Citra Landsat 7 ETM; Dikaitkan dengan Kebijakan
operasional RUTR Kawasan Bandung Utara. Skripsi
Dept Teknik Geodesi FTSP ITB, Bandung
Indarjit, Agung, 2000. Citra Spot Multitemporal Untuk
Pemantauan Perubahan liputan Lahan dan prakiraan
Erosi permukaan Akibat Perubahan Liputan Lahan.
Skripsi Dept Teknik Geodesi FTSP ITB, Bandung
http://www.geog.uni-hannover.de/grass.php
Hijazi, J, 2001. Elevation Extraction from
Satelite Data Using PCI SOFWARE,
makalah disajikan pada simposium ke- 1
space Observation Technologies for Defence
Applications, Abu Dhabi, Uni Arab Emirate.
Klinkenberg, B, 1990. Digital elevation
Models. National Centre for Geograpic
information analisys unit 38.
http//www.geog.ubc.ca./course/klink/gis.note
s/ncgia/u38.html#UNIT38
Lennert, Moritz (2004).Grass Tutorial
http://grass.itc.it/indeks.html
http://grass.itc.it/gdp/indeks.html#tutorials
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 14 – 15 September 2005
TIS - 108

More Related Content

What's hot

Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah adaMetode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Raymond B. Munthe (Dinas Pekerjaan Umum Prov. Babel)
 
2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat beratAhmad Wiratama
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambanganheny novi
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Anindya N. Rafitricia
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
pooja khan
 
Perencanaan geometrik jalan raya
Perencanaan geometrik jalan rayaPerencanaan geometrik jalan raya
Perencanaan geometrik jalan raya
Shaleh Afif Hasibuan
 
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangPertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Wachidatin N C
 
Geoteknik
GeoteknikGeoteknik
Geoteknik
kiky ardinal
 
perancangan geometrik jalan
perancangan geometrik jalanperancangan geometrik jalan
perancangan geometrik jalan
Deri
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
E Sanjani
 
05 peta-topografi
05 peta-topografi05 peta-topografi
05 peta-topografi
mianma123
 
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Joy Irman
 
Tutor civil 3d
Tutor civil 3dTutor civil 3d
Tutor civil 3d
WSKT
 
Panduan pengguna google earth pro
Panduan pengguna google earth proPanduan pengguna google earth pro
Panduan pengguna google earth pro
Maruduts
 
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulangPerencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Afret Nobel
 
Tahapanpenambanganbatubara
TahapanpenambanganbatubaraTahapanpenambanganbatubara
Tahapanpenambanganbatubarayannick99
 
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan ArcgisLaporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laras Kun Rahmanti Putri
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonHendra Supriyanto
 

What's hot (20)

Kegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksiKegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksi
 
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah adaMetode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
 
Persimpangan
PersimpanganPersimpangan
Persimpangan
 
2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambangan
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
 
Perencanaan geometrik jalan raya
Perencanaan geometrik jalan rayaPerencanaan geometrik jalan raya
Perencanaan geometrik jalan raya
 
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangPertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
 
Geoteknik
GeoteknikGeoteknik
Geoteknik
 
perancangan geometrik jalan
perancangan geometrik jalanperancangan geometrik jalan
perancangan geometrik jalan
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
 
05 peta-topografi
05 peta-topografi05 peta-topografi
05 peta-topografi
 
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
 
Tutor civil 3d
Tutor civil 3dTutor civil 3d
Tutor civil 3d
 
Panduan pengguna google earth pro
Panduan pengguna google earth proPanduan pengguna google earth pro
Panduan pengguna google earth pro
 
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulangPerencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
 
Tahapanpenambanganbatubara
TahapanpenambanganbatubaraTahapanpenambanganbatubara
Tahapanpenambanganbatubara
 
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan ArcgisLaporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
 

Similar to ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE GRASS.pdf

Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
infosanitasi
 
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madyaProposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
hadiarnowo
 
Tata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahanTata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahan
nandradr
 
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
Repository Ipb
 
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATEARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
Dede Saputra
 
RENCANA_MUTU_KONTRAK_bendungan_LOGUNG.pptx
RENCANA_MUTU_KONTRAK_bendungan_LOGUNG.pptxRENCANA_MUTU_KONTRAK_bendungan_LOGUNG.pptx
RENCANA_MUTU_KONTRAK_bendungan_LOGUNG.pptx
Jawara2
 
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...
bramantiyo marjuki
 
Data spasial lahan kritis manado
Data spasial lahan kritis manadoData spasial lahan kritis manado
Data spasial lahan kritis manadoAbhy Taridala
 
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
Repository Ipb
 
Andrew hidayat kesesuaian rencana pembangunan pltn muria dengan kawasan lindu...
Andrew hidayat kesesuaian rencana pembangunan pltn muria dengan kawasan lindu...Andrew hidayat kesesuaian rencana pembangunan pltn muria dengan kawasan lindu...
Andrew hidayat kesesuaian rencana pembangunan pltn muria dengan kawasan lindu...
Andrew Hidayat
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
jufrikarim
 
1 presentasi lap pend pemetaan muka air tanah garut
1 presentasi lap pend pemetaan muka air tanah garut1 presentasi lap pend pemetaan muka air tanah garut
1 presentasi lap pend pemetaan muka air tanah garut
Heri Riswandi
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
laboratorium pwkuinam
 
Rpkps pengelolaan tanah 2013
Rpkps pengelolaan tanah 2013Rpkps pengelolaan tanah 2013
Rpkps pengelolaan tanah 2013
Andrew Hutabarat
 
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptxDirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
FitriHariyanti4
 
Materi FGD SDEW Batur Penida 13-10.pdf
Materi FGD SDEW Batur Penida 13-10.pdfMateri FGD SDEW Batur Penida 13-10.pdf
Materi FGD SDEW Batur Penida 13-10.pdf
DonyArifWibowo1
 
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
ssuser8e6e69
 
RDTR Labang dsk.pdf
RDTR Labang dsk.pdfRDTR Labang dsk.pdf
RDTR Labang dsk.pdf
Apriadi Budi
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruBab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruPurwandaru Widyasunu
 
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
fauzanfahcri1
 

Similar to ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE GRASS.pdf (20)

Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
 
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madyaProposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
 
Tata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahanTata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahan
 
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
 
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATEARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
 
RENCANA_MUTU_KONTRAK_bendungan_LOGUNG.pptx
RENCANA_MUTU_KONTRAK_bendungan_LOGUNG.pptxRENCANA_MUTU_KONTRAK_bendungan_LOGUNG.pptx
RENCANA_MUTU_KONTRAK_bendungan_LOGUNG.pptx
 
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...
 
Data spasial lahan kritis manado
Data spasial lahan kritis manadoData spasial lahan kritis manado
Data spasial lahan kritis manado
 
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
 
Andrew hidayat kesesuaian rencana pembangunan pltn muria dengan kawasan lindu...
Andrew hidayat kesesuaian rencana pembangunan pltn muria dengan kawasan lindu...Andrew hidayat kesesuaian rencana pembangunan pltn muria dengan kawasan lindu...
Andrew hidayat kesesuaian rencana pembangunan pltn muria dengan kawasan lindu...
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
 
1 presentasi lap pend pemetaan muka air tanah garut
1 presentasi lap pend pemetaan muka air tanah garut1 presentasi lap pend pemetaan muka air tanah garut
1 presentasi lap pend pemetaan muka air tanah garut
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
 
Rpkps pengelolaan tanah 2013
Rpkps pengelolaan tanah 2013Rpkps pengelolaan tanah 2013
Rpkps pengelolaan tanah 2013
 
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptxDirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
 
Materi FGD SDEW Batur Penida 13-10.pdf
Materi FGD SDEW Batur Penida 13-10.pdfMateri FGD SDEW Batur Penida 13-10.pdf
Materi FGD SDEW Batur Penida 13-10.pdf
 
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
 
RDTR Labang dsk.pdf
RDTR Labang dsk.pdfRDTR Labang dsk.pdf
RDTR Labang dsk.pdf
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruBab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
 
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
 

Recently uploaded

Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
mtsarridho
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
afaturooo
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
MiliaSumendap
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
deamardiana1
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
MhdFadliansyah1
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 

Recently uploaded (14)

Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 

ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE GRASS.pdf

  • 1. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE GRASS Angga Yuda Prawira1 , Ketut Wikantika1 , dan Firman Hadi1 1 Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung - ITB, Jl. Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia Telp. + 62 22 2530701, Fax. + 62 22 2530702 email: wirayuda@telkom.net Abstrak Land Rehabilitation and Land Conservation include many aspects which has to do, such as: (1) Damage or Critical Land Rehabilitation, (2) Increasing Land Productivity with Land Reclamation, and (3) Flood Controlling, Ravine Controlling, and Slope Controlling. One of main objective in RTL-RLKT (Rencana Teknik Lapangan dan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah); which are Land Conservation rules and formed on Government Regulation, are determine the location, width, and Level of Critical Land. In this paper will be discussed about Damage or Critical Land Rehabilitation with determine Critical Land in North Bandung city. To determine critical land, we are using the method which needs remote sensing data and all supporting data. With value process in Open Source GRASS, the distributed of critical land in North Bandung city is detected. Keywords: North Bandung City, Open Source GRASS, Critical Land. 1. PENDAHULUAN Kawasan Bandung Utara dari tahun ke tahun telah berkembang sedemikian rupa, sehingga fungsi utamanya sebagai kawasan serapan air semakin berkurang. Hal ini disebabkan berubahnya fungsi kawasan resapan air menjadi lahan pertanian, sementara luas kawasan pertanian berubah juga fungsinya (terkonversi) menjadi areal pemukiman. Di sisi lain masalah jumlah penduduk di kawasan Bandung Utara semakin meningkat. Dari fenomena tersebut kita dapat melihat bahwa kebutuhan akan lahan untuk beraktivitas maupun untuk bermukim akan semakin tinggi seiring makin tingginya pertambahan jumlah penduduk. Perubahan penggunaan lahan yang disebabkan oleh fenomena alam dan aktifitas manusia tersebut akan menyebabkan degradasi lahan. Tanpa adanya usaha perbaikan, lahan yang ada akan semakin menurun kualitasnya dan pada akhirnya akan menjadi lahan kritis di Kawasan Bandung Utara. Berdasarkan kondisi lahan di atas, maka perlu diupayakan identifikasi dan pemetaan lahan kritis agar dapat diketahui luas dan sebarannya sehingga dapat disusun rekomendasi prioritas penanganan lahan yang diperlukan di Kawasan Bandung utara. Untuk mencapai tujuan ini, salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi lahan kritis Kawasan Bandung utara adalah penginderaan jauh yang diintegrasikan dengan sofware GIS under linux GRASS. 2. DASAR TEORI Lahan (tanah) merupakan bagian dari ruang sehingga pemanfaatan lahan harus sesuai dengan perencanaan tata ruang. Yang dimaksud dengan pemanfaatan lahan merupakan penggunaan lahan pada fungsi waktu tertentu. Penggunaan lahan merupakan suatu keadaan dimana suatu areal lahan ditempati oleh vegetasi, bangunan, atau objek/ kegiatan lain, baik yang ditata maupun yang tidak ditata. Lahan kritis merupakan lahan atau tanah yang saat ini tidak produktif karena pengelolaan dan penggunaan tanah yang tidak atau kurang memperhatikan syarat- syarat konservasi tanah dan air, sehingga lahan mengalami kerusakan, kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 100
  • 2. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” telah ditentukkan atau diharapkan. Secara umum lahan kritis merupakan salah satu indikator adanya degradasi (penurunan kualitas) lingkungan sebagai dampak dari berbagai jenis pemanfaatan sumber daya lahan yang kurang bijaksana. Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan tanah dan pada umumnya terletak di wilayah dengan topografi lahan berbukit atau berlereng curam (Hakim dkk., 1991). Tingkat produksi rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat keasaman, rendahnya unsur hara (P, K, Ca, dan Mg), rendahnya kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan kandungan bahan organik, serta tingginya kadar Al dan Mn yang dapat meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu pada umumnya lahan kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang dan memiliki pH tanah relatif lebih rendah yaitu sekitar 4.8 hingga 5.2 karena mengalami pencucian tanah yang tinggi serta ditemukan rhizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman. 2.1 Ruang Lingkup Kajian Lingkupan bahasan yang dikaji adalah pemanfaatan open source GRASS mengidentifikasi lahan kritis. Lingkupan Wilayah yang dikaji sebatas Bandung kawasan Utara. Batas wilayah Bandung Utara ditetapkan dalam SK Gubernur Jabar No.181.1/SK.1624- Bapp/1982 tentang Peruntukan Lahan di Wilayah Inti Bandung Raya Bagian Utara. Batas wilyah Bandung Utara adalah sebagai berikut (Bapeda Jabar, 2002): ¾ Sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh garis punggung topigrafi yang menghubungkan puncak-puncak Gunung Burangrang, Masigit, Gedogan, Sunda, Tangkuban Perahu dan Manglayang ¾ Sebelah Barat dan Selatan dibatasi oeh garis kontur 750m di atas permukaan laut (dpl) Tabel 1. Ruang Lingkup Wilayah Studi Koordinat Geodetik Batas Lintang Bujur Kiri Atas 6° 48’ 8.02’’ S 107° 32’ 3.72’’ T Kanan Bawah 7° 00’ 46.31 S 107° 44’ 51.02’’ T Gambar 1. Wilayah Studi 7 8 6 5 0 0 7 8 6 5 0 0 7 9 2 0 0 0 7 9 2 0 0 0 7 9 7 5 0 0 7 9 7 5 0 0 8 0 3 0 0 0 8 0 3 0 0 0 9 0 0 0 9 2 2 9 4 5 0 0 9 2 3 4 0 0 0 0 9 2 4 0 Wilayah Bandung Utara Kotamadya Bandung Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 101
  • 3. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” 2.2 Kriteria yang digunakan Pendekatan metode yang digunakan dalam penilaian lahan kritis mengacu kepada dokumen ’Standar dan Kriteria Rehabilitasi hutan dan Lahan’, yang merupakan Lampiran dari SK menteri kehutanan No. 20/Kpts-II/2001 tentang Pola umum dan Standar serta kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Sasaran kegiatan RHL adalah lahan- lahan dengan fungsi lahan yang ada kaitannya dengan kegiatan rehabilitasi dan penghijauan, yaitu fungsi kawasan hutan lindung, fungsi kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan dan kawasan budidaya untuk usaha pertanian. Kriteria-kriteria yang menjadi parameter lahan kritis dalam Lampiran SK. Menhut tersebut adalah penutupan tajuk, kemiringan lereng, erosi, tipe kawasan dan atau penutupan batuan. Selanjutnya kelima kriteria lahan kritis tersebut diberi bobot nilai sesuai dengan tipe kawasan mana model lahan kritis tersebut diterapkan 2.3 Identifikasi Data Dasar Dalam hal pembuatan peta Lahan Kritis, Data-data dasar yang diidentifikasikan yang berkaitan dengan kekritisan lahan sebagai berikut; Tabel 2 Parameter analisis dan kebutuhan data spasial Parameter Jenis data Sumber, Proses Penutupan tajuk Persentase penutupan tajuk Landsat TM, menerapkan model Forest Canopy Density Kemiringan lereng Kemiringan lereng dalam persen DEM, ekstraksi informasi dari DEM dengan modul r.slope.aspect Jenis kawasan Peta tataguna lahan Citra SPOT, Land used Jabar Erosi Tingkat erosi Peta curah hujan, peta jenis tanah, RBI bandung, Peta Land use diproses menggunakan metode USLE Parameter Jenis data Sumber, Proses Batuan Persentase tutupan batuan Peta Jenis Tanah Manajemen Penerapan teknologi konservasi Tidak ada Tabel.3 Penamaan data base pada penentuan lahan kritis di kawasan bandung utara Location Bandung Mapset Knopix Data base /mnt/hda1/GrassDB Tabel.4 Sistem Proyeksi Sistem proyeksi UTM. Zone : SUTM48 Datum WGS 84 Batas kordinat wilayah studi 7800130.00 E 803570.00E 9247380.00N 9223940.00N Grid resolution 30.Pemberian resolusi grid 30, berdasarkan resolusi citra terendah yang di pakai, yaitu citra landsat dengan resolusi spasial 30 m. 3. Pengolahan Data Menggunakan GRASS 3.1 Pembuatan Data Base GRASS Pekerjaan pertama yang dilakukan pada pengolahan data pada grass yaitu pembuatan data base, meliputi: Pembuatan Mapset, Location dan folder data base .Location adalah wilayah yang mencakup seluruh peta kerja sedangkan mapset dapat merupakan sebagian dari atau seluruh wilayah kerja tersebut. sedangkan folder Data base menentukkan dimana folder location dan mapset disimpan. Kemudian menentukan Sistem proyeksi, Datum, batas-batas koordinat terluar dari wilayah kerja serta grid resolution yang di simpan pada folder Location. Tabel di bawah merupakan penamaan dan penentuan data Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 102
  • 4. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” base untuk pengidentifikasian lahan kritis di kawasan Bandung Utara: Import Citra Memasukkan citra SPOT dan Landsat Kawasan Bandung Utara yang akan diolah pada data base GRASS dengan cara mengimpor citra dalam bentuk tiff, yang telah terkoreksi sehingga tidak mengurangi kandungan informasi yang ada. Proses import citra ini menggunakan perintah: File-Import- RasterMap – multiple using GDAL Persiapan Data spasial Tahapan persiapan data dimaksudkan untuk membuat data spasial dapat diproses kemudian dianalisis. Peta- peta tematik, yaitu: Peta curah hujan kabupaten Bandung, Peta jenis tanah Kabupaten Bandung dan Peta tata guna lahan Kabupaten Bandung. Peta-peta tematik tersebut dipotong menggunakan perintah ”Clip” pada sofware ARC INFO sehingga peta-peta tematik tersebut hanya mencakup daerah yang bertampalan dengan daerah studi saja. Import Data Vektor Data data dalam format vektor yang digunakan pada penelitian ini adalah; peta curah hujan, peta jenis tanah, tata guna lahan, Peta pemanfaatan lahan, peta kontur seluruh kawasan bandung utara. Data data tersebut diimpor kedalam data base GRASS dengan perintah: File -> Import -> Vector map -> ESRI shapefile Semua data vektor mengalami proses editing dan pembuatan topologi agar dapat dikonversikan ke dalam bentuk Raster, Rasterisasi ini menggunakan perintah: GIS -> Map type conversions -> Vector to raster Pengolahan Erosi metode USLE di dalam Grass Perkiraan penentuan erosi menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation) dimana tingkat erosi ditentukkan dengan menghitung perkiraan rata-rata tanah hilang. Rumus USLE secara matematis dapat dinyatakan sebagai: A = R x K x LS x C x P (1) dimana: A = jumlah tanah hilang (ton/ha/tahun) R = erosivitas curah hujan tahunan rata-rata (biasanya dinyatakan sebagai energi dampak curah hujan(MJ/ha) x intensitas hujan maksimal selama 30 menit(mm/jam) K = indeks erodibilitas tanah (ton x ha x jam) dibagi oleh (ha x megajoule x mm) LS = indeks panjang dan kemiringan lereng C = indeks pengelolaan tanaman P = indeks upaya konservasi tanah Peta R dan K yang sudah dalam bentuk raster, dilakukan proses Reclass agar memiliki nilai curah hujan dan erodibilitas yang sebenarnya. Peta kemiringan lereng (LS) didapatkan dengan melakukan perhitungan yang menggunakan modul r.watershed pada GRASS. Dengan modul ini, peta kemiringan lereng (LS) yang dibutuhkan pada proses penghitungan tingkat erosi, dapat dihasilkan secara langsung. Peta C didapat dari turunan tataguna lahan dengan referensi foto udara kota Bandung, yang kemudian bentuk rasternya mengalami Reclass sesuai nilai indeks pengelolaan tanamannya. Peta P diberi nilai 1, yang diasumsikan tidak adanya upaya konservasi, hal ini karena tidak adanya data. Pembuatan peta erosi memakai metode USLE (kehilangan permukaan tanah) pada GRASS dilakukan dengan perkalian layer citra Peta R, Peta K, Peta LS, Peta C dan Peta P. Perkalian ini dilakukan dengan menggunakan modul r.mapcalc. Hasil akhirnya berupa peta erosi seperti ditampilkan gambar di bawah ini Prakiraan Tutupan Tajuk menggunakan metode FCD Model yang dipakai untuk menghitung persentasi tutupan tajuk yaitu model FCD (Forest Canopy Density) model ini dikembangkan untuk memantau status kesehatan hutan. Forest canopy indeks (FCD) mempunyai 4 komponen indeks yang mempengaruhinya, yaitu VI (vegetasi indeks), BI (bare soil indeks), SI (Shadow indeks) dan TI (Thermal indeks). Pengolahan tutupan tajuk dengan pemodelan FCD menggunakan modul r.mapcal. dengan perintah Raster—Map Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 103
  • 5. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” calculator. Modul ini dapat melakukan operasi matematika dan logika, proses perhitungan yang cepat untuk melakukan pemodelan. Pengolahan FCD ini dilakukan pada citra Landsat yang memiliki 7 band. Secara teknis langkah-langkah pembuatan komponen komponen FCD sbb: a. Menghitung Nilai Indeks Advanced Vegetation(AVI) 1. membuat layer peta baru 43.dengan mengurangi band 4 dengan band 3. 2. Memasukkan rumus (float(A+1)*(256- B)*C)^1/3 pada kolom formula, dengan kolom A, B, dan C berturut turut adalah citra landsat band 4, band 3 dan peta layer 43 3. Mengisi Resulting output map dengan nama A.hutan.fcd.avi. b. Menghitung BI (Bare soil indek) 1. Masih menggunakan modul r.calcmap 2. Memasukkan rumus ke kolom Formula seperti berikut: (((float(A+B)-(C+D))/((A+B)+(C+D)))*100+100 dimana kolom A, B, C dan D merupakan band citra 5, 3, 4 dan 1 3. Mengisi Resulting output map dengan nama A.hutan.fcd.bi. c. Menghitung SI (Shadow Indeks) 1. Proses perhitungan nilai indeks Shadow menggunakan rumus ke kolom Formula seperti berikut: (float(256-A)*(256-B)*(256-C))^1/3 dengan kolom A, B dan C yaitu berturut-turut band citra landsat 1,2 dan 3 2. Memasukkan nama layer baru pada kolom Resulting output map dengan nama A.hutan.fcd.si d. Menghitung TI(temperature Indeks) 1. Pada proses Temperature indeks,terlebih dahulu membuat peta layer baru yang memiliki informasi nilai radiansi. Layer peta baru ini didapat dari band 6 yang di transformasi nilai digital ke informasi nilai radiansi. Hal ini dilakukan dengan penerapan formula berikut di r.mapcalc: ((Lmax – Lmin)/(QCalMax – QcalMin))*(Kanal 6 – 1)+Lmin dimana: nilai Lmax = 12,65 Lmin = 3,2 (Lmax dan Lmin didapatkan dari metadata) Qcalmax = 255 Qcalmin = 1 Dengan nama Resulting output map bandung62.rad 2. Kemudian menghitung nilai indeks Temperatur dengan penerapan rumus: T = K2 / ln ((K1/ bandung62.rad) + 1) dimana nilai K2 = 1282.71 dan K1 = 666.09 Dengan nama Resulting output map A.hutan.fcd.ti e. Menghitung VD (vegetasi density) 1.Vegetasi Density merupakan kombinasi dari indeks AVI dan BI, dengan menggunakan modul r.cross. Modul ini merupakan modul dalam GRAS yang berfungsi untuk menggabungkan informasi yang tergabung dalam dua layer atau lebih citra dengan maksimal 10 citra dan membuat citra baru yang memberikan informasi tentang kepadatan vegetasi (vegetation density = vd) caranya adalah: Memilih menu Raster -> Overlay maps -> Cross products Dengan resulting out put map-nya A.hutan.fcd.vd f. Menghitung SSI 1. Mengkombinasikan indeks SI dan SI dengan menggunakan modul r.cross. 2. Prosedur yang dilakukan sama dengan tahapan sebelumnya dengan layer peta yang berbeda yaitu A.hutan.fcd.si dan A.hutan.fcd.ti dan menghasilkan layer peta baru dengan nama A.hutan.fcd.ssi g. Menghitung FCD 1. Nilai FCD diperoleh dari rumus berikut ini FCD = (VD rescale + SSI rescale +1)*0.5-1 2. VD rescale merupakan citra baru hasil proses penyekalaan ulang nilai yang ada pada layer citra VD ke dalam rentang 1 hingga 100. 3. SSI rescale merupakan citra baru hasil proses penyekalaan ulang nilai yang ada di dalam citra SSI ke dalam rentang 1 hingga 100. Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 104
  • 6. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” Kemiringan Lereng Peta kemiringan lereng diturunkan dari DEM. DEM ini dibuat dari bahan dasar berupa data kontur. Data kontur ini didapat dari peta rupa bumi indonesia 1:25 000 Proses pembuatan peta kemiringan lereng di GRASS menggunakan modul r.slope.aspect Prosedur yang dilakukan adalah: 1. Memilih menu Raster -> Terrain analysis -> Slope and aspect 2. Memasukkan citra DEM (SPOT) pada kolom Input elevation map dan membuat layer baru dengan nama A.hutan.slope 3. Proses berikutnya adalah merubah peta kemiringan lereng yang dalam bentuk derajat menjadi bentuk persen dengan menggunakan modul r.mapcalc. Adapun caranya menggunakan formula: (A/90)*100 Dimana A adalah peta kemiringan kelerengan yang masih dalam bentuk derajat (A.hutan.slope). Resulting output map nya A.hutan.persen 4. Melakukan reklasifikasi kelerengan sesuai dengan kriteria yang ada pada SK. Menhut No. 20 dengan menggunakan r.reclass Lahan Kritis Peta lahan krisis didapat dengan meng overlay seluruh data parameter lahan kritis. Proses perhitungan ini menggunakan perintah modul r.weight pada GRASS. Modul ini dapat dipilih dengan mengklik Raster -> Overlay maps -> Weighted overlays. Yang kemudian pada menu selanjutnya memasukkan perintah untuk pemilihan layer peta yang akan dianalisis berdasarkan pemberian bobot nilai. Perintah pemilihan layer peta yang akan dianalisis tsb: choose a1 a2 a3 a4 a5 dimana a1, a2, a3, a4 dan a5 merupakan pemberian nama ulang dengan memanfaatkan modul map.calct berturut turut adalah layer: peta erosi, peta kelerengan, peta manajemen pengelolaan, peta tutupan tajuk, peta tutupan batuan. Hal ini dilakukan untuk pemudahan perintah pengolahan. Kemudian untuk melakukan proses pembobotan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, ketik perintah seperti berikut : assign a1 1 50 Perintah di atas berarti memberikan bobot sebesar 50 pada kelas tutupan tajuk di bawah 20 % (kelas 1). Perintah pembobotan serupa dilakukan pada semua layer peta berdasarkan jenis kawasannya. Selanjutnya melakukan proses perhitungan dengan mengetikkan perintah ”execute” Hasil Proses Data Dasar Erosi Digital Elevation Model Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 105
  • 7. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” Tutupan Batuan Panjang Lereng Tutupan Tajuk Kesesuaian Lahan Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 106
  • 8. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” Hasil Akhir 1:125000 N Peta Lahan Kritis di Overlay dengan Peta Administrasi Kota bandung 782000 782000 784000 784000 786000 786000 788000 788000 790000 790000 792000 792000 794000 794000 796000 796000 798000 798000 800000 800000 802000 802000 9 22800 0 92 28000 9 23000 0 92 30000 9 23200 0 92 32000 9 23400 0 92 34000 9 23600 0 92 36000 9 23800 0 92 38000 9 24000 0 92 40000 9 24200 0 92 42000 924400 0 92 44000 Legenda Batas Kota Bandung Bagian Utara Sangat Kritis Kritis Agak Kritis Potensial kritis Tidak Kritis Administrasi Kota Bandung Oleh : Angga Yuda Prawira 15100023 Departemen Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung Analisis Terhadap Identifikasi Sebaran Daerah Lahan Kritis di Kota Bandung Bagian Utara Kawasan Bandung Utara dalam Pemetaan Lahan kritis di bagi ke dalam dua kawasan, yaitu Kawasan hutan lindung dan kawasan budidaya pertanian. Walaupun terdapat tiga kawasan yang tercantum pada SK Menhut no 20, yaitu kawasan hutan lindung, Kawasan budidaya pertanian, Kawasan lindung di luar kawasan. Pembagian dua kawasan ini disebabkan tidak adanya kawasan lindung di luar kawasan di Kota Bandung Bagian Utara. Dari statistik dan peta kesesuaian lahan diketahui bahwa kawasan budidaya pertanian merupakan penggunaan lahan terbesar di Kawasan Bandung Utara. Berdasarkan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan opensource GRASS terhadap karakteristik tutupan lahan, kemiringan lereng, dan tingkat potensi erosi maka dapat diketahui klasifikasi lahan kritis dan sebarannya serta luas masing masing kelas tingkat kekritisan lahan, yaitu: Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 107
  • 9. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” Tabel 5. Klasifikasi Lahan Kritis Kota Bandung bagian utara N o Klasifikasi Luas(ha) % 1 Sangatkritis 6.75 0.664 2 Kritis 41.04 4.037 3 Agakkritis 253.53 24.94 4 Potensialkritis 637.83 62.75 5 Tidakkritis 77.22 7.59 TOTAL 1016.37 100 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa poin kesimpulan sebagai berikut. 1. Separuh wilayah Kota Bandung Bagian Utara yang di teliti (62,75%) merupakan lahan potensial kritis, sepertiganya (24.94 %) adalah lahan agak kritis dan hanya sebagian kecil saja (4.7 %) yang termasuk ke dalam lahan kritis (kritis & sangat kritis). 2. Sebagian besar lahan kritis yang berada di Kawasan Bandung Utara terletak di kawasan pertanian. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya tutupan tajuk di kawasan tersebut. 3. Wilayah Kawasan Bandung Utara yang berpotensi menjadi lahan kritis didominasi oleh kawasan pertanian. Penyebab dari keadaan ini adalah bervariasinya kemiringan di daerah tersebut. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan, 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Lahan dan konservasi Tanah Daerah Aliran sungai. Direktorat Jenderal Reboisasi Dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta. Departemen Kehutanan, 2003. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di 29 DAS prioritas Tahun 2003. Direktorat Jenderal Reboisasi Dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta. Ismail, Mochamad Ashwin, 2003. Identifikasi Areal Terbangun di Kota Bandung Bagian Utara dengan Citra Landsat 7 ETM; Dikaitkan dengan Kebijakan operasional RUTR Kawasan Bandung Utara. Skripsi Dept Teknik Geodesi FTSP ITB, Bandung Indarjit, Agung, 2000. Citra Spot Multitemporal Untuk Pemantauan Perubahan liputan Lahan dan prakiraan Erosi permukaan Akibat Perubahan Liputan Lahan. Skripsi Dept Teknik Geodesi FTSP ITB, Bandung http://www.geog.uni-hannover.de/grass.php Hijazi, J, 2001. Elevation Extraction from Satelite Data Using PCI SOFWARE, makalah disajikan pada simposium ke- 1 space Observation Technologies for Defence Applications, Abu Dhabi, Uni Arab Emirate. Klinkenberg, B, 1990. Digital elevation Models. National Centre for Geograpic information analisys unit 38. http//www.geog.ubc.ca./course/klink/gis.note s/ncgia/u38.html#UNIT38 Lennert, Moritz (2004).Grass Tutorial http://grass.itc.it/indeks.html http://grass.itc.it/gdp/indeks.html#tutorials Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005 TIS - 108