KAB. MUNA

1. ANALISIS JURNAL
1. Judul jurnal
Hypothalamo-pituitary dysfunction in patients with chronic subdural hematoma (Hipotalamus-
hipofisis disfungsi pasien hematoma subdural kronis).
2. Kata kunci
Hipopituitarisme * hematoma subdural * Cedera otak * kekurangan hormon pertumbuhan.
3. Penulis Jurnal
Hana, V; Kosak, M, Masopust, V; Netuka, D, Lacinová, Z; Krsek, M, Marek, J, Pecen, L.
4. Abstrak
Kekurangan hormon hipofisis sering diamati setelah cedera otak traumatis (TBI) dan perdarahan
subarachnoid (SAH). Dalam penelitian ada 59 pasien (49 laki-laki, usia rata-rata 68 tahun, 36-88
tahun) setelah dievakuasi mengalami hematoma subdural (SDH) dievaluasi fungsi hipotalamus-
hipofisis satu minggu setelah operasi, setelah tiga bulan dan setelah satu tahun. Hipogonadisme
hadir di 26% dari pasien dalam fase akut, tetapi mayoritas hanya sementara.Kurang dari separuh
pasien adalah GH kekurangan (GHD) sesuai dengan GHRH + tes arginin Kesimpulannya, pada
beberapa pasien dengan defisiensi hormon pertumbuhan SDH atau hipogonadisme pasti ada.
5. Pendahuluan
Kekurangan hormon hipofisis relatif sering diamati setelah cedera otak traumatis (TBI) dan
perdarahan subarachnoid (SAH) dan menurut penelitian yang diterbitkan dalam consequenses
neuroendokrin dari cedera otak traumatis yang kurang terdiagnosis. Dari 59 pasien yang diteliti
(49 laki-laki, usia rata-rata 68,3 tahun, 36-88 tahun) setelah dievakuasi mengalami hematoma
subdural (SDH) dan dievaluasi fungsi hipotalamus-hipofisis satu minggu setelah operasi, setelah
tiga bulan dan setelah satu tahun.
Hipogonadisme terjadi di 26% dari pasien dalam fase akut, tetapi mayoritas memiliki karakter
sementara. Kurang dari separuh pasien adalah GH kekurangan (GHD) sesuai dengan GHRH +
arginin tes. Kami tidak menemukan kasus serius hypocortisolism, hipotiroidisme, diabetes
insipidus centralis atau sindrom sekresi ADH (SIADH). Hypocortisolism parsial Transient hadir
dalam dua kasus, tetapi diselesaikan. Kami tidak menemukan hubungan antara perpanjangan
SDH atau keparahan klinis dan pengembangan hipopituitarisme. Kesimpulannya, pada beberapa
pasien dengan defisiensi hormon pertumbuhan SDH atau hipogonadisme hadir. Tidak ada
hypocortisolism, hipotiroidisme, diabetes insipidus serius atau SIADH diamati. Kemungkinan
disfungsi neuroendokrin harus dipertimbangkan pada pasien dengan SDH, meskipun defisit
kurang sering dibandingkan pada pasien setelah TBI atau SAH.

2. 6. Latar belakang masalah
Jurnal ini melatar belakangi tentang defisiensi atau kekurangan pada fungsi kelenjar pituitary
atau hipofisis dimana trauma pada subdural dan kebanyakan minum alkohol yang menyebabkan
hematoma dan pada tahap akhir setelah trauma cedera otak menyebabkan edema otak, pada
tahap akhir setelah trauma cedera otak proses autoimun di hipofisisi sebagai penyebab
hypopituarisme, studi difokuskan pada fungsi neuroendokrin pada pasien yang dioperasi untuk
subdural kronis hematom. tidak ada yang menunjukan hipokortisolisme, hipotiroidisme, diabetes
insipidus serius atau SIADH. kemungkinan disfungsi neuroendokrin dipertimbangkan pada
pasien dengan SDH meskipun deficit kurang dibandingkan pada pasien Trauma Brain
Intrakranial (TBI) dan Subaracnoid Hematom (SAH).
7. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari gangguan kelenjar pituitary yang
disebabkan karena beberapa faktor yang diantaranya adalah karena Trauma Brain Intrakranial
dan Subaracnoid Hematom, yang menyebabkan gangguan fungsi neuroendokrin.
8. Metodelogi penelitian
Pada penelitian tersebut melakukan beberapa metode dalam menentukan hasil dari penelitian
tersebut yaitu :
a. Status neuroendokrin.
b. Perkembangan pada evaluasi sebelum dan setelah operasi untuk SDH.
c. Ct-scan pada SDH.
d. Tes biokimia dasar (mineral, fungsi ginjal, ast, alt, alp, ggt, bilirubin, dan glikemia).
e. Tes faal endokrin.
f. Tes ACTH.
g. Tes hormone pertumbuhan + uji arginine.
h. Analisis statistik.
9. Hasil penelitian
Hasil dari penelitian tersebut antara lain :
a. Ketebalan maksimum SDH adalah 33 mm, ketebalan minimal 9 mm berarti 20 ± 6 (SD) mm,
20,5 mm median.
b. Evaluasi individual status hormonal menunjukan tidak ada bukti hipokortisolisme,
hipotiroidisme atau diabetes insipidus.
10. Diskusi
Bagaimana menjelaskan disfungsi hipofisispada pasien SDH dalam kaitannya dengan TBI dan
SAH? Sebagai SDH kronis khas untuk orang-orang yang lebih tua, beberapa atrofi otak
mengurangi tekanan SDH pada struktur otak. Kita juga harus mengakui bahwa tidak semua
penelitian yang diterbitkan membuktikan frekuensi tinggi hipopituitarisme setelah penghinaan
otak. Klose dkk. (2010) tidak menemukan hipopituitarisme kronis pada 62 pasien setelah
perdarahan subarachnoid dan studi baru ini diterbitkan mengevaluasi fungsi neuroendokrin pada

3. anak-anak setelah TBI struktural pada anak usia dini tidak menemukan hipopituitarisme
permanen di hampir 200 anak-anak (Heather et al. 2012).
Kesimpulannya, hasil penelitian jurnal menunjukkan tidak ada hypocortisolism, hipotiroidisme,
diabetes insipidus serius atau SIADH pada pasien dioperasikan untuk hematoma subdural kronis.
GHD parah hadir dalam waktu kurang dari setengah dari pasien. Hipogonadisme Central
didiagnosis pada seperempat pasien dalam fase akut, tetapi pulih di sebagian besar dari mereka
selama tindak lanjut. Kemungkinan disfungsi neuroendokrin harus dipertimbangkan pada pasien
dengan SDH, meskipun defisit kurang sering dibandingkan pada pasien setelah TBI atau SAH.
11. Kelemahan penelitian yang di dapat pada jurnal ini, yaitu:
a. Pada evaluasi individual status hormonal, pasien bermasalah dengan tidak mematuhi studi
yang akan ditindak lanjuti.
b. Beberapa pasien beralasan sudah tidak merasa bermasalah dengan kesehatannya dan
menolak pemeriksaan setelah 3 sampai 12 bulan selanjutnya.
c. Pada diskusi jurnal evaluasi gonadotropin terutama sekresi hipofisi sulit dievaluasi pada
usia 68 tahun berhubungan dengan usia yang lanjut mempengaruhi hasil daripada evaluasi
gonadotropin sebagaimana nilai normalnya.
d. Tidak semua hasil penelitian membuktikan frekuensi yang tinggi pada hipopituitarisme
setelah trauma otak.
12. Kelebihan penelitian yang di dapat pada jurnal ini, yaitu:
a. Evaluasi pada individual status hormonal berhasil pada dua orang pasien setelah 4 bulan
menunjukkan respon normal dalam uji ACTH.
b. Pengukuran seberapa parah disfungsi kelenjar pituitary terhadap hematoma subdural kronis
dengan metode penelitian yang cukup sistematis.
13. Manfaat penelitian yang di dapat pada jurnal ini bagi kesehatan, yaitu
a. Membantu pembaca untuk menambah pengetahuan tentang disfungsi hipofisis- kelenjar
pituitary akibat hematom subdural kronis.
b. Hasil riset yang diberikan penulis menjadi acuan untuk menciptakan penelitian yang baru
atau menjadi pelengkap jurnal-jurnal sebelumnya tentang hipofisis- kelenjar pituitary akibat
hematom subdural kronis.
c. Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan bagi perawat apabila mendapat kasus
disfungsi hipofisis- kelenjar pituitary akibat hematom subdural kronis.
d. Hasil riset sebagai acuan untuk pemberian terapi dan implementasi dalam tindak lanjut pada
disfungsi hipofisis- kelenjar pituitary akibat hematom subdural kronis.
Referensi
http://search.proquest.com/docview/1019027953?accountid=38628