Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa sejatinya qiyas harus tersusun dari tiga qaliyah dan tiga had. Dari tiga had itu antara lain ada yang diulang-ulang pada dua muqaddimah, itulah yang dinamakan haddul ausath. Sejaln dengan dua had lainnya yang masing-masing terihat, sekali pada natijah dan sekali pada muqadimah shugra. Qadhiyyah yang pertama disebut muqaddimah shughra (premis minor), sementara qadhiyyah yang kedua disebut dengan muqaddimah kubra (premis mayor) serta yang ketiga merupakan natijah (konklusi). Natijah adalah pergabungan antara maudhu’ dan mahmul yang sudah tertera di dua muqaddimah, yaitu “kunci” (maudhu’), “akan memuai jika dipanaskan” (mahmul) dan “besi” sebagai had wasath. Hal Yang memiliki peranan terpenting pada qiyas yaitu penghubung antara maudhu’ muqaddimah shughra dan mahmul muqaddimah kubra. Penghubung itu disebut dengan had wasath. Had wasath harus berada pada kedua muqaddimah (shughra dan kubra) tetapi tidak tercantum dalam natijah. Syakal qiyas ditentukan oleh letak had ausath pada dua muqaddimah shughra dan muqaddimah kubra. Kadang-kadang had ausath menjadi mahmul pada kedua muqaddimah, atau menjadi maudhu’ pada keduanya, atau menjadi mahmul pada muqaddimah shughra dan menjadi maudhu’ pada keduanya, atau menjadi mahmul pada muqaddimah shughra dan menjadi maudhu’ pada muqaddimah kubra, atau menjadi maudhu’ pada muqaddimah shughra dan menjadi mahmul pada muqaddimah kubra.