SlideShare a Scribd company logo
AGAMA ISLAM MEMANDANG AGAMA LAIN
Dialog Antar Umat Beragama:
AGAMA ISLAM MEMANDANG AGAMA LAIN
Oleh : Chrisnov M. Tarigan Sibero
II. Pembahasan
2.1. Sekilas Mengenai Agama Islam
Kata Islam berasal dari kata ‘as la ma – yus li mu – Is la man’ artinya, tunduk,
patuh, menyerahkan diri. Kata Islam terambil dari kata dasar “sa la ma” atau “sa li ma” yang
artinya selamat, sejahtera, tidak cacat, tidak tercela. Dari akar kata “sa la ma” itu juga terbentuk
kata “salmon”, “silmun” artinya damai patuh dan menyerahkan diri. Sedangkan kata agama,
menurut bahasa Al-Qur’an banyak digunakan kata din, istilah yang lain juga digunakan oleh
Al-Qur’an misalnya millah, shalat. Orang-orang Muslim sepakat bahwa ada lima pilar
kepercayaan:
 Percaya hanya kepada satu Allah
 Percaya kepada nabi-nabi Allah
 Percaya kepada kitab-kitab Allah
 Percaya kepada malaikat-malaikat
 Percaya kepada hari penghakiman[1]
2.2. Agama Islam Memandang Agama Lain
Alquran mengariskan bahwa perbedaan adalah kehendak Ilahi yang berlaku dalam
kehidupan ini, demi kelangsungan hidup manusia. Karena itu, seorang Muslim memahami,
bahwa perbedaan agama adalah kenyataan yang dikehendaki Allah. Dalam Alquran ada
tertulis:
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah
menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu
menyangkut anugerah-Nya kepadamu, maka berlomba-lomba berbuat kebajikan (Q.s.5: 48).
Ayat di atas menegaskan bahwa seorang muslim akan memahami bahwa perbedaan
agama dan karenanya pula perbedaan pendapat adalah kehendak Allah. Untuk menjamin
terwujudnya persaudaraan di antara sesama umat manusia, Allah memberikan beberapa
petunjuk sesuai dengan jenis setiap persaudaraan. Al-Qur’an menganjurkan kita (umat Islam)
untuk mencari titik singgung dan titik temu antar-agama.[2]
Menurut Nurcholish, agama Islam memandang agama lain adalah: Pertama, Islam
mengajarkan bahwa agama Tuhan adalah universal, karena Tuhan telah mengutus Rasul-Nya
kepada setiap umat manusia. Kedua, Islam mengajarkan pandangan tentang kesatuan
nubuwwah (kenabian) dan umat yang percaya kepada Tuhan. Ketiga, agama yang dibawa Nabi
Muhammad adalah kelanjutan langsung agama-agama sebelumnya, khususnya yang secara
“genealogis” paling dekat ialah agama-agama Semitik-Abrahamik. Keempat, umat Islam
diperintahkan untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang beragama lain,
khususnya para penganut kitab suci (Ahl al-Kitab). Semua prinsip itu mengarah pada ajaran
“tidak boleh ada paksaan dalam agama”. [3]
Dalam ayat lain juga dikemukan bahwa “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu
Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat” (Q.
11:118). Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kalau Tuhan mau, dengan sangat mudah akan
menciptakan manusia dalam satu group, monolitik, dan satu agama, tetapi Allah tidak
menghendaki hal-hal tersebut. Tuhan malah menunjukkan kepada realita, bahwa pada
hakikatnya manusia itu berbeda-beda dan atas dasar inilah orang berbicara tentu keberagaman
agama. Dalam Q. 2:213, disebutkan “Manusia itu adalah satu umat (setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa kabar berita dan pemberi
peringatan, dan beserta mereka Dia turunkan kitab-kitab dengan benar, supaya Dia bisa
memberi keputusan antara manusia tentang pekara yang mereka perselisihkan”. Dalam ayat
ini muncul 3 fakta yaitu kesatuan umat dibawah satu Tuhan; kekhususan agama-agama yang
dibawa oleh para nabi; dan peranan wahyu (kitab suci) dalam mendamaikan perbedaan diantara
berbagai umat beragama. Ketiganya adalah konsepsi fundamental Al-Qur’an tentang
keberagaman agama. Disatu sisi, konsepsi itu tidak mengingkari kekhususan berbagai agama,
disisi lain konsepsi itu juga menekankan kebutuhan untuk mengakui titik temu atau kesatuan
manusia dan kebutuhan untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antar umat
beragama. Kemajemukan sangat dihargai dalam ajaran Islam, karena Islam sebagai Al-din
merupakan agama Allah yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Salah satu fitrah itu adalah
kemajemukan yang hakikatnya bersumber dari ajaran agama.[4]
2.2.1. Sikap Ekslusif Islam terhadap Agama Lain
Dalam Surah Ali Imran 3:85 berbunyi: Barang siapa yang mencari agama selain
agama Islam maka sekali-kali tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang merugi. Dan surah Ali Imran 3:19 berbunyi: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi
Allah hanyalah Islam.[5]
Ciri sikap ekslusif dalam Islam -- yang menganggap bahwa kebenaran dan
keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Sementara
agama lain, diberlakukan bahkan ditetapkan standar lain yang sama sekali berbeda; “salah dan
karenanya tersesat ditengah jalan”. Hal ini sudah masuk ke wilayah state of mind kita. Cara
pandang suatu komunitas agama (religious community) terhadap agama lain, dengan
menggunakan cara pandang agamanya sendiri. Teologi Ekslusif; tanpa menyisakan ruang
toleransi untuk berempati, apalagi simpati; “bagaimana orang lain memandang agamanya
sendiri”.[6]
Yang utama dalam agama Islam adalah beriman kepada Allah Yang Mahakuasa,
yang dengan kuat ditegakkan oleh Nabi Muhammad saw. Keselamatan dicapai oleh semua
orang yang tunduk kepada Allah, yaitu hidup menurut aturanNya sebagaimana dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw. Alquran diterima sebagai wahyu yang langsung dari Allah hingga
Nabi Muhammad saw (melalui Malaikat Jibril) dan karenanya hal itu menjadi dasar bagi semua
ajaran Islam.[7] S
Sikap ini ekslusif sudah dimulai dari masa Khalifah Umar Ibnul-Khatthab pada
masa awal pemerintahannya. Ia mengutus Ya’laa bin Umayyah ke Najran untuk memindahkan
kaum Nasrani dari negeri itu. Alasannya ialah karena Rasulullah saw telah bersabda: “Di
Jazirah Arabia jangan sampai ada dua agama berkumpul (di satu tempat). Karena itu tidak
dikhendaki adanya percampuran mereka dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani.[8]
2.2.2. Sikap Inklusif Islam terhadap Agama Lain
Dari segi teologis, Islam memberikan landasan agamawi bagi para pemeluknya
untuk menerima keberadaan agama-agama lain dan untuk mengadakan hubungan baik dengan
agama-agama lain. Sikap umat Islam terhadap agama lain dan pola hubungan mereka dengan
umat agama-agama lain dijelaskan oleh Kitab Suci Al-quran dan sesuai dengan konteks
zamannya diterjemahkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana
terabadikan dalam sunnah nabawi atau tradisi kenabian.[9]
Ide utama dari teologi inklusif adalah pemahamannya untukmemahami pesan Tuhan.Semua kitab
suci (Injil, Zabur, Taurat dan Al-Quran) itu pesan Tuhan, diantaranya pesan Taqwa (QS, 4:131). Taqwa disini
bukan sekedar tafsiran klasik, seperti sikap patuh kehadirat Tuhan. Sebagaimana Cak Nur paparkan bahwa :
“Pesan Tuhan itu bersifat universal dan merupakan kesatuan esensial semua agama
samawi, yang mewarisi Abrahamic Religion, yakni Yahudi (Nabi Musa), Kristen (Nabi Isa),
dan Islam (Nabi Muhammad). Lewat firman-Nya Tuhan menekankan agar kita berpegang
teguh kepada agama Itu, karena hakikat dasar agama-agama itu (sebagai pesan Tuhan) adalah
satu dan sama . Agama Tuhan, pada esensinya sama, baik yang diberikan kepada Nabi Nuh,
Musa, Isa atau kepada Nabi Muhammad.”[10]
Penafsir-penafsir modern juga menunjukkan keragaman pandangan dalam
sikapnya yang inklusif. Muhammad Abduh berpendapat bahwa syarat pertama, yakni beriman
kepada Allah, tidak harus dibatasi dengan keimanan menurut cara Islam. Selanjutnya, Rasyid
Ridha, murid Abduh, ikut memperkuat pendapat gurunya. Ia mengakui bahwa keimanan sejati
kepada Allah dapat juga ditemukan diluar Islam. Lain halnya dengan Al-Thabathabai, yang
mengatakan bahwa Allah tidak memandang pada agama tertentu, tapi yang penting adalah
substansi dan esensi yang terkandung dalam agama itu. Selama tiga syarat (beriman, percaya
akan hari kemudian dan perbuatan baik) terpenuhi janji Tuhan akan terlaksana.[11]
2.2.3. Sikap Pluralis Menurut Agama Islam
Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan
"agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "al-ta'addudiyyah al-diniyyah"6 dan dalam
bahasa Inggris "religious pluralism". Oleh karena istilah pluralisme agama berasal dari bahasa
Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa
tersebut. Pluralism berarti "jama'" atau lebih dari satu.[12]
Al-Qur'an (Q.S. al-Baqarah [2]: 148), mengakui masyarakat terdiri berbagai
macam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri-sendiri. Manusia harus menerima
kenyataan keragaman budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada masing-masing
komunitas dalam menjalankan ibadahnya. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai
kebebasan untuk meyakini agama yang dipilihnya dan beribadat menurut keyakinan tersebut.
Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang berbicara tentang penerimaan petunjuk atau agama Allah.
Penerimaan terhadap sebuah keyakinan agama adalah pilihan bebas yang bersifat personal.
Barang siapa yang sesat berarti ia menyesatkan dirinya sendiri (QS. al-Isra’[17]:15). Orang
yang mendapat petunjuk yang benar tidak akan ada yang menyesatkannya (QS. al-Zumar [39]:
37) dan orang yang sesat dari jalan yang benar tidak akan ada yang dapat menunjukinya selain
Allah (Qs. al-Zumar [39]: 9). Selain prinsip tidak ada paksaan dalam agama (QS al-Baqarah
[2]: 256), juga dikenal prinsif "untuk kalian agama kalian, dan untukku agamaku". (QS al-
Kafirun [109]: 6).[13]
Secara normatif, dalam Al-Qur’an teradapat bebeapa ayat yang isinya mengarah
pada nilai-nilai pluralisme. Misalnya ayat 13 dari surat Al-Hujarat : “Hai manusia,
sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sekalian dari laki-laki dan perempuan serta
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suka supaya kamu saling mengenal.
Sesunguhnya orang yang paling mulia di antar kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa di antara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS.
49 : 13). Ayat ini dapat dipahami sebagai konsep kemajemukan umat manusia secara univeral
dalam Islam. Selanjutnya dalam hal kehidupan keberagamaan manusia, Al-Qur’an juga telah
menerapkan beberapa prinsip kebebasan, dan toleransi beragama, antara lain dapat digali dari
ayat-atat berikut : “Tidak ada paksaan untuk(memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar dari jalan yang salah” (QS. 2 : 256) “Dan jika Tuhanmu menghendaki
tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya, maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. 10 :
99). “ Dan katakanlah :”Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin
beriman silakan beriman, dan barang siapa yang ingin ingkar silahkan ingkar” (QS. 109 :
6). Juga firman Allah yang artinya “Bagimu agamamu, dan bagiku agama ku” (QS :109 :
6). [14]
Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita
mejemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralism. Pluralism juga tidak boleh dipahami
sekedar sebagai “kebaikan negative”, hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan
fanatisme. Pluralisme harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-
ikatan keadaban”. Bahkan pluralism adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat
manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya.
Dalam Kitab Suci justru disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan
pengimbangan antara sesame manusia guna memelihara keutuhan bumi, dan merupakan salah
satu wujud kemurahan Tuhan yang melimpah kepada umat manusia (lih. Al-quran, QS Al-
Baqarah 2:251).[15]
2.2.4. Etika Islam Terhadap Agama Lain (Kafir)[16]
Orang Islam berkeyakinan bahwa selain agama Islam, seluruh agama itu batil, para
penganutnya adalah kafir. Islam adalah agama yang hak, begitu juga kebenaran mengikutinya
karena sesungguhnya yang benar-benar mengikutinya termasuk orang-orang beriman dan
berserah diri. (Al-Dzariyat: 56; Ali Imran: 85; Al-Maidah: 3). Dengan adanya berita-berita
yang benar dari Allah, maka orang Islam berkeyakinan bahwa agama-agama yang datang
sebelum Islam terhapus oleh Islam. Islam itu sendiri merupakan agama bagi seluruh manusia
yang bersifat universal. Allah tidak akan menerima agama seseorang selain agama Islam, dan
tidak meridai selain syariatNya. Dari sini orang Islam berkeyakinan bahwa orang yang tidak
beragama dengan agama Allah adalah kafr, kepada mereka diperlakukan etika bersama orang-
orang kafir:
1. Tidak menyokong kekafiran, tidak meridai karena jika meridainya, berarti dia sendiri telah
kafir.
2. Membencinya dan mencintainya karena Allah.
3. Tidak boleh mengangkatnya sebagai pemimpin (Al-Imran:28; Al-Mujadilah:22).
4. Diperlakukan dengan adil dan baik-baik (Al-Mumthahanah: 8)
5. Mengasihinya dengan bentuk kasih sayang yang bersifat umum.
6. Tidak diperkenankan menyakitinya baik menyangkut harta, darah, atau kehormatannya.
7. Jika orang kafir seperti orang Yahudi dan Nasrani, boleh diberi hadiah.
8. Tidak menyerupai orang kafir dalam hal yang tidak penting.
2.2.5. Dialog Antar Umat Beragama Dalam Agama Islam
2.2.4.1. Landasan Historis Dialog Antar Agama
Persoalan dialog agama[17], bukanlah sesuatu yang baru bagi umat Islam. Pada
masa awal Islam telah banyak berbagai peristiwa yang memberikan petunjuk
kepada kita bahwa praktek-praktek persentuhan umat Islam dengan umat non-Islam telah
dipraktekkan secara riil dalam kehidupan bermasyarakat dan bemegara. Peristiwa penting yang
dapat dijadikan landasan kesejarahan adalah Perjanjian Kaum Muslimin dengan kaurn Yahudi
di Madinah.
Masyarakat Madinah pada awal berdirinya Negara Islam adalah masyarakat yang
plural. Disamping orang-orang Islam yang secara politis adalah elit politik terdapat pula
masyarakat Yahudi dan penganut-penganut agama nenek moyang. Karena pluralis me
masyarakat inilah maka
untuk mewujudkan stabilitas yang tentram dan aman, maka Nabi Muhammad SAW
mengadakan suatu perjanjian dengan masyarakat non-muslim yaitu Piagam Madinah. Suatu
piagam yang menjamin hak dan kebebasan beragama bagi orang-orang Yahudi dan kelompok-
kelompok non muslim lainnya. Kemerdekan dan kebebasan beragama dijamin, dan seluruh
masyarakat baik muslim ataupun non-muslim berkewajiban untuk mempertahankan keamanan
Negara dari serangan luar.[18]
2.2.4.2. Pandangan Islam terhadap Dialog Antar Agama
Disamping redaksi Al-Qur’an yang pluralis, kandungan ayat Al-Qur’an sendiri
menginsyaratkan nilai-nilai keberagaman, bahkan Al-Qur’an telah menanamkan kaidah-kaidah
mendasar bagi keberagaman agama, diantaranya:
1. Kebebasan beragama. Setiap manusia oleh Islam diberikan kebebasan untuk
menentukan agama apa yang dianut. Disamping memberikan kebebasan, Islam juga melarang
adanya pemaksaan dalam agama. Prinsip ini merupakan dalil paling jelas bagi dialog antar
umat beragama, dan dalam banyak ayat Al-Qur’an menjelaskan prinsip ini dengan tegas (Q.
22:256; 10:108; 17:15; 18:29).
2. Al-Qur’an menegaskan sikap penerimaannya terhadap agama-agama selain
Islam untuk hidup berdampingan. Yahudi, Kristen, agama-agama lain diakui sepenuhnya
eksistensinya oleh Al-Qur’an (Q. 2:62).
Al-Qur’an mendorong kaum Muslim untuk bekerjasama dengan orang lain demi
menengakkan keadilan dan kebenaran. Al-Qur’an dan teladan nabi mendukung kerja sama dan
solidaritas antar iman untuk keadilan dan kebenaran. Solidaritas ini dilandasi oleh kehendak
yang sama untuk perdamaian dan ketentraman, dan perjuangan menentang ketidakadilan demi
menciptakan dunia yang aman, bagi umat manusia. Sikap Islam terhadap keberadaan agama
lain berdiri diatas prinsip kesejajaran, toleransi dan saling melengkapi. Inilah pilihan yang
paling baik karena keberagaman agama yang lebih baik dari pada satu agama. Dengan satu
agama kondisi saling berlomba dalam berbagai kebajikan tidak akan tercipta. Satu agama tidak
akan mampu merespon dinamika kemanusian. Sikap toleran dan melengkapi jelas lebih baik
daripada sikap saling berseberangan dari puluhan agama.[19]
III. Daftar Pustaka
Amin, Ahmad, Islam dari Masa Ke Masa, Bandung: Remaja Rosdakarya: 1993.
Anwar, Syafi’I, Agama dan Pluralitas Masyarakat Bangsa, Jakarata : P3M, 1994
Darmaputera, Eka, Strugglin in Hope, Jakarta: BPK-GM, 2004.
Esack, Farid, Al-Quran, Liberalisme, Pluralisme: Membebaskan Yang Tertindas, Bandung: Mizan,
2000
Hilikal, Husain, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Utera Antamusa, 1990
Jabir El-Jazair, Abu Bakar, Pola Hidup Muslim (Etika), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990
Ka'bah, Riyal, Nilai-Nilai Pluralisme Dalam Islam, Bingkai gagasan yang berserak, (Ed.) Suruin,
Bandung : Penerbit Nuansa, 2005
Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Tealaah Kritis Tentang Masalah
Keimanan Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina, 1992.
Madjid, Nurcholis, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Jakarta: Mizan, 1987.
Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1981.
Munawar, Budhy, Argumen Islam Untuk Pluralisme “Islam Progresif dan Perkembangan
Diskursusnya”, Jakarta: Gransindo, 2008
Munawar,Budhy, Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta: Srigunting, 2004.
Shenk, David W., Ilah-Ilah Global (Menggali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat
Modern), Jakarta: BPK-GM, 2006
Shibab, Alwi, Islam Inklusif, Jakarta: Mizan, 1998.
Stokhof , W.A.L., Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Permasalahan), Jakarta :
INIS, 1990
Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-Agama Di Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2007
[1] David W. Shenk, Ilah-Ilah Global (Menggali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat Modern), Jakarta:
BPK-GM, 2006, hlm. 341
[2] Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-Agama Di Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2007,hlm. 9
[3]W.A.L. Stokhof, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Permasalahan), Jakarta : INIS, 1990,
hlm. 108-109
[4] Budhy Munawar, Argumen Islam Untuk Pluralisme “Islam Progresif dan Perkembangan
Diskursusnya”, Jakarta: Gransindo, 2008, hlm. 92-93
[5] Alwi Shibab, Islam Inklusif,Jakarta: Mizan, 1998, hlm. 78
[6] Norcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan,Jakarta: Mizan, 1987, hlm. 70
[7] Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1981, hlm. 3
[8] Ahmad Amin, Islam dari Masa Ke Masa, Bandung: Remaja Rosdakarya: 1993, hlm. 169
[9] Eka Darmaputera, Strugglin in Hope, Jakarta: BPK-GM, 2004, hlm. 507
[10] Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban;Sebuah Tealaah Kritis Tentang Masalah Keimanan
Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina, 1992, hlm. 226
[11] Alwi Shibab, Op.cit., hlm. 79-80
[12] Riyal Ka'bah, Nilai-Nilai Pluralisme Dalam Islam, Bingkai gagasan yang berserak,(Ed.) Suruin, Bandung :
Penerbit Nuansa, 2005, hlm. 68.
[13] Ibid, hlm. 69-70
[14] Syafi’i Anwar, Agama dan PluralitasMasyarakat Bangsa, Jakarata : P3M, 1994, hlm. 223
[15] Budhy Munawar, Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta: Srigunting, 2004, hlm. 39
[16] Abu Bakar Jabir El-Jazair, Pola Hidup Muslim (Etika), Bandung:Remaja Rosdakarya, 1990, hlm.
[17] Dialog antar umat beragama bermanfaat dalam memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
perspektif-prespektif yang berbeda. David W. Shenk, Op.cit, hlm. 346
[18] Husain Hilikal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Utera Antamusa, 1990, hlm. 205.
[19] Farid Esack, Al-Quran, Liberalisme, Pluralisme: Membebaskan Yang Tertindas, Bandung: Mizan, 2000,
hlm. 232

More Related Content

What's hot

manusia dan agama
manusia dan agamamanusia dan agama
manusia dan agama
mkazree
 
PPT Perilaku Terpuji
PPT Perilaku TerpujiPPT Perilaku Terpuji
PPT Perilaku Terpuji
Vienna_Maulee
 
sunnah dan bidaah
sunnah dan bidaahsunnah dan bidaah
sunnah dan bidaah
Nur Hidayah
 
Al Mutazilah
Al MutazilahAl Mutazilah
Bab 6 akidah
Bab 6 akidahBab 6 akidah
Syariat ppt
Syariat pptSyariat ppt
Syariat ppt
Nur Hasanah
 
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Felixsiauw   bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalismeFelixsiauw   bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Rizky Faisal
 
PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...
PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...
PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...
UNESA
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Dodyk Fallen
 
Pengantar Aqidah Islamiyah
Pengantar Aqidah IslamiyahPengantar Aqidah Islamiyah
Pengantar Aqidah Islamiyah
ekoheru
 
AQIDAH ISLAM
AQIDAH ISLAMAQIDAH ISLAM
AQIDAH ISLAM
kreasi_cerdik
 
Syirik dan bahaya bagi manusia
Syirik dan bahaya bagi manusiaSyirik dan bahaya bagi manusia
Syirik dan bahaya bagi manusia
feggyernes
 
Penyakit Penyakit Hati
Penyakit Penyakit HatiPenyakit Penyakit Hati
Penyakit Penyakit Hati
shofichofifah
 
Kisah teladan nabi ulul azmi
Kisah teladan nabi ulul azmiKisah teladan nabi ulul azmi
Kisah teladan nabi ulul azmi
fahira_ila
 
PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...
PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...
PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...
Risal Fadhil Rahardiansyah
 
Tauhid bagian 2
Tauhid bagian 2Tauhid bagian 2
Tujuan dan manfaat dakwah
Tujuan dan manfaat dakwahTujuan dan manfaat dakwah
Tujuan dan manfaat dakwah
LBB. Mr. Q
 
Apa ertinya saya menganut islam dfy
Apa ertinya saya menganut islam   dfyApa ertinya saya menganut islam   dfy
Apa ertinya saya menganut islam dfy
ummuhani85
 

What's hot (20)

manusia dan agama
manusia dan agamamanusia dan agama
manusia dan agama
 
Worldview Slide Lengkap
Worldview Slide LengkapWorldview Slide Lengkap
Worldview Slide Lengkap
 
PPT Perilaku Terpuji
PPT Perilaku TerpujiPPT Perilaku Terpuji
PPT Perilaku Terpuji
 
sunnah dan bidaah
sunnah dan bidaahsunnah dan bidaah
sunnah dan bidaah
 
Al Mutazilah
Al MutazilahAl Mutazilah
Al Mutazilah
 
Bab 6 akidah
Bab 6 akidahBab 6 akidah
Bab 6 akidah
 
Syariat ppt
Syariat pptSyariat ppt
Syariat ppt
 
Model penelitian agama
Model penelitian agamaModel penelitian agama
Model penelitian agama
 
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Felixsiauw   bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalismeFelixsiauw   bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalisme
 
PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...
PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...
PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Pengantar Aqidah Islamiyah
Pengantar Aqidah IslamiyahPengantar Aqidah Islamiyah
Pengantar Aqidah Islamiyah
 
AQIDAH ISLAM
AQIDAH ISLAMAQIDAH ISLAM
AQIDAH ISLAM
 
Syirik dan bahaya bagi manusia
Syirik dan bahaya bagi manusiaSyirik dan bahaya bagi manusia
Syirik dan bahaya bagi manusia
 
Penyakit Penyakit Hati
Penyakit Penyakit HatiPenyakit Penyakit Hati
Penyakit Penyakit Hati
 
Kisah teladan nabi ulul azmi
Kisah teladan nabi ulul azmiKisah teladan nabi ulul azmi
Kisah teladan nabi ulul azmi
 
PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...
PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...
PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...
 
Tauhid bagian 2
Tauhid bagian 2Tauhid bagian 2
Tauhid bagian 2
 
Tujuan dan manfaat dakwah
Tujuan dan manfaat dakwahTujuan dan manfaat dakwah
Tujuan dan manfaat dakwah
 
Apa ertinya saya menganut islam dfy
Apa ertinya saya menganut islam   dfyApa ertinya saya menganut islam   dfy
Apa ertinya saya menganut islam dfy
 

Similar to Agama islam memandang agama lain

2969958-2.ppt
2969958-2.ppt2969958-2.ppt
2969958-2.ppt
SantikaSanSandra
 
Mastering Studi Islam
Mastering Studi IslamMastering Studi Islam
Mastering Studi Islam
Fiqih Sastrawinata
 
Aqidah agama.islam-1 a-pbi
Aqidah agama.islam-1 a-pbiAqidah agama.islam-1 a-pbi
Aqidah agama.islam-1 a-pbiHendun Budiyani
 
IDE SESAT SEKULARISME.docx
IDE SESAT SEKULARISME.docxIDE SESAT SEKULARISME.docx
IDE SESAT SEKULARISME.docx
Mohd Lokman
 
Makalah agama islam
Makalah agama islamMakalah agama islam
Makalah agama islam
MJM Networks
 
Tafsir( islam dalam tinjauan al qur'an)
Tafsir( islam dalam tinjauan al qur'an)Tafsir( islam dalam tinjauan al qur'an)
Tafsir( islam dalam tinjauan al qur'an)Taufik Rahman
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
Andika427987
 
Membumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup.pdf
Membumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup.pdfMembumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup.pdf
Membumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup.pdf
2310631160058
 
Hubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusiaHubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusia
afkarunia
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islamHar Tono
 
Prinsip kaidah agama
Prinsip kaidah agama Prinsip kaidah agama
Prinsip kaidah agama
Pandi Yusup
 
PPT KERUKUKAN UMAT BERAGAMA
PPT KERUKUKAN UMAT BERAGAMAPPT KERUKUKAN UMAT BERAGAMA
PPT KERUKUKAN UMAT BERAGAMA
Hanifa Zulfitri
 
Agama
AgamaAgama
Agama Islam
Agama IslamAgama Islam
Agama Islam
Iin Dina
 
PLURALISME AGAMA VS TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAAN
PLURALISME AGAMA  VS  TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAANPLURALISME AGAMA  VS  TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAAN
PLURALISME AGAMA VS TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAAN
desaheuleut
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
Agama islamAgama islam

Similar to Agama islam memandang agama lain (20)

2969958-2.ppt
2969958-2.ppt2969958-2.ppt
2969958-2.ppt
 
Mastering Studi Islam
Mastering Studi IslamMastering Studi Islam
Mastering Studi Islam
 
Aqidah agama.islam-1 a-pbi
Aqidah agama.islam-1 a-pbiAqidah agama.islam-1 a-pbi
Aqidah agama.islam-1 a-pbi
 
IDE SESAT SEKULARISME.docx
IDE SESAT SEKULARISME.docxIDE SESAT SEKULARISME.docx
IDE SESAT SEKULARISME.docx
 
Makalah agama islam
Makalah agama islamMakalah agama islam
Makalah agama islam
 
Tafsir( islam dalam tinjauan al qur'an)
Tafsir( islam dalam tinjauan al qur'an)Tafsir( islam dalam tinjauan al qur'an)
Tafsir( islam dalam tinjauan al qur'an)
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Membumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup.pdf
Membumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup.pdfMembumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup.pdf
Membumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup.pdf
 
Hubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusiaHubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusia
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Prinsip kaidah agama
Prinsip kaidah agama Prinsip kaidah agama
Prinsip kaidah agama
 
PPT KERUKUKAN UMAT BERAGAMA
PPT KERUKUKAN UMAT BERAGAMAPPT KERUKUKAN UMAT BERAGAMA
PPT KERUKUKAN UMAT BERAGAMA
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Agama Islam
Agama IslamAgama Islam
Agama Islam
 
PLURALISME AGAMA VS TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAAN
PLURALISME AGAMA  VS  TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAANPLURALISME AGAMA  VS  TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAAN
PLURALISME AGAMA VS TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAAN
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 

Recently uploaded

AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 

Agama islam memandang agama lain

  • 1. AGAMA ISLAM MEMANDANG AGAMA LAIN Dialog Antar Umat Beragama: AGAMA ISLAM MEMANDANG AGAMA LAIN Oleh : Chrisnov M. Tarigan Sibero II. Pembahasan 2.1. Sekilas Mengenai Agama Islam Kata Islam berasal dari kata ‘as la ma – yus li mu – Is la man’ artinya, tunduk, patuh, menyerahkan diri. Kata Islam terambil dari kata dasar “sa la ma” atau “sa li ma” yang artinya selamat, sejahtera, tidak cacat, tidak tercela. Dari akar kata “sa la ma” itu juga terbentuk kata “salmon”, “silmun” artinya damai patuh dan menyerahkan diri. Sedangkan kata agama, menurut bahasa Al-Qur’an banyak digunakan kata din, istilah yang lain juga digunakan oleh Al-Qur’an misalnya millah, shalat. Orang-orang Muslim sepakat bahwa ada lima pilar kepercayaan:  Percaya hanya kepada satu Allah  Percaya kepada nabi-nabi Allah  Percaya kepada kitab-kitab Allah  Percaya kepada malaikat-malaikat  Percaya kepada hari penghakiman[1] 2.2. Agama Islam Memandang Agama Lain Alquran mengariskan bahwa perbedaan adalah kehendak Ilahi yang berlaku dalam kehidupan ini, demi kelangsungan hidup manusia. Karena itu, seorang Muslim memahami, bahwa perbedaan agama adalah kenyataan yang dikehendaki Allah. Dalam Alquran ada tertulis: Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu menyangkut anugerah-Nya kepadamu, maka berlomba-lomba berbuat kebajikan (Q.s.5: 48). Ayat di atas menegaskan bahwa seorang muslim akan memahami bahwa perbedaan agama dan karenanya pula perbedaan pendapat adalah kehendak Allah. Untuk menjamin terwujudnya persaudaraan di antara sesama umat manusia, Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis setiap persaudaraan. Al-Qur’an menganjurkan kita (umat Islam) untuk mencari titik singgung dan titik temu antar-agama.[2] Menurut Nurcholish, agama Islam memandang agama lain adalah: Pertama, Islam mengajarkan bahwa agama Tuhan adalah universal, karena Tuhan telah mengutus Rasul-Nya kepada setiap umat manusia. Kedua, Islam mengajarkan pandangan tentang kesatuan nubuwwah (kenabian) dan umat yang percaya kepada Tuhan. Ketiga, agama yang dibawa Nabi Muhammad adalah kelanjutan langsung agama-agama sebelumnya, khususnya yang secara “genealogis” paling dekat ialah agama-agama Semitik-Abrahamik. Keempat, umat Islam diperintahkan untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang beragama lain, khususnya para penganut kitab suci (Ahl al-Kitab). Semua prinsip itu mengarah pada ajaran “tidak boleh ada paksaan dalam agama”. [3] Dalam ayat lain juga dikemukan bahwa “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat” (Q. 11:118). Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kalau Tuhan mau, dengan sangat mudah akan menciptakan manusia dalam satu group, monolitik, dan satu agama, tetapi Allah tidak
  • 2. menghendaki hal-hal tersebut. Tuhan malah menunjukkan kepada realita, bahwa pada hakikatnya manusia itu berbeda-beda dan atas dasar inilah orang berbicara tentu keberagaman agama. Dalam Q. 2:213, disebutkan “Manusia itu adalah satu umat (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa kabar berita dan pemberi peringatan, dan beserta mereka Dia turunkan kitab-kitab dengan benar, supaya Dia bisa memberi keputusan antara manusia tentang pekara yang mereka perselisihkan”. Dalam ayat ini muncul 3 fakta yaitu kesatuan umat dibawah satu Tuhan; kekhususan agama-agama yang dibawa oleh para nabi; dan peranan wahyu (kitab suci) dalam mendamaikan perbedaan diantara berbagai umat beragama. Ketiganya adalah konsepsi fundamental Al-Qur’an tentang keberagaman agama. Disatu sisi, konsepsi itu tidak mengingkari kekhususan berbagai agama, disisi lain konsepsi itu juga menekankan kebutuhan untuk mengakui titik temu atau kesatuan manusia dan kebutuhan untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antar umat beragama. Kemajemukan sangat dihargai dalam ajaran Islam, karena Islam sebagai Al-din merupakan agama Allah yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Salah satu fitrah itu adalah kemajemukan yang hakikatnya bersumber dari ajaran agama.[4] 2.2.1. Sikap Ekslusif Islam terhadap Agama Lain Dalam Surah Ali Imran 3:85 berbunyi: Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. Dan surah Ali Imran 3:19 berbunyi: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.[5] Ciri sikap ekslusif dalam Islam -- yang menganggap bahwa kebenaran dan keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Sementara agama lain, diberlakukan bahkan ditetapkan standar lain yang sama sekali berbeda; “salah dan karenanya tersesat ditengah jalan”. Hal ini sudah masuk ke wilayah state of mind kita. Cara pandang suatu komunitas agama (religious community) terhadap agama lain, dengan menggunakan cara pandang agamanya sendiri. Teologi Ekslusif; tanpa menyisakan ruang toleransi untuk berempati, apalagi simpati; “bagaimana orang lain memandang agamanya sendiri”.[6] Yang utama dalam agama Islam adalah beriman kepada Allah Yang Mahakuasa, yang dengan kuat ditegakkan oleh Nabi Muhammad saw. Keselamatan dicapai oleh semua orang yang tunduk kepada Allah, yaitu hidup menurut aturanNya sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Alquran diterima sebagai wahyu yang langsung dari Allah hingga Nabi Muhammad saw (melalui Malaikat Jibril) dan karenanya hal itu menjadi dasar bagi semua ajaran Islam.[7] S Sikap ini ekslusif sudah dimulai dari masa Khalifah Umar Ibnul-Khatthab pada masa awal pemerintahannya. Ia mengutus Ya’laa bin Umayyah ke Najran untuk memindahkan kaum Nasrani dari negeri itu. Alasannya ialah karena Rasulullah saw telah bersabda: “Di Jazirah Arabia jangan sampai ada dua agama berkumpul (di satu tempat). Karena itu tidak dikhendaki adanya percampuran mereka dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani.[8] 2.2.2. Sikap Inklusif Islam terhadap Agama Lain Dari segi teologis, Islam memberikan landasan agamawi bagi para pemeluknya untuk menerima keberadaan agama-agama lain dan untuk mengadakan hubungan baik dengan agama-agama lain. Sikap umat Islam terhadap agama lain dan pola hubungan mereka dengan umat agama-agama lain dijelaskan oleh Kitab Suci Al-quran dan sesuai dengan konteks
  • 3. zamannya diterjemahkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana terabadikan dalam sunnah nabawi atau tradisi kenabian.[9] Ide utama dari teologi inklusif adalah pemahamannya untukmemahami pesan Tuhan.Semua kitab suci (Injil, Zabur, Taurat dan Al-Quran) itu pesan Tuhan, diantaranya pesan Taqwa (QS, 4:131). Taqwa disini bukan sekedar tafsiran klasik, seperti sikap patuh kehadirat Tuhan. Sebagaimana Cak Nur paparkan bahwa : “Pesan Tuhan itu bersifat universal dan merupakan kesatuan esensial semua agama samawi, yang mewarisi Abrahamic Religion, yakni Yahudi (Nabi Musa), Kristen (Nabi Isa), dan Islam (Nabi Muhammad). Lewat firman-Nya Tuhan menekankan agar kita berpegang teguh kepada agama Itu, karena hakikat dasar agama-agama itu (sebagai pesan Tuhan) adalah satu dan sama . Agama Tuhan, pada esensinya sama, baik yang diberikan kepada Nabi Nuh, Musa, Isa atau kepada Nabi Muhammad.”[10] Penafsir-penafsir modern juga menunjukkan keragaman pandangan dalam sikapnya yang inklusif. Muhammad Abduh berpendapat bahwa syarat pertama, yakni beriman kepada Allah, tidak harus dibatasi dengan keimanan menurut cara Islam. Selanjutnya, Rasyid Ridha, murid Abduh, ikut memperkuat pendapat gurunya. Ia mengakui bahwa keimanan sejati kepada Allah dapat juga ditemukan diluar Islam. Lain halnya dengan Al-Thabathabai, yang mengatakan bahwa Allah tidak memandang pada agama tertentu, tapi yang penting adalah substansi dan esensi yang terkandung dalam agama itu. Selama tiga syarat (beriman, percaya akan hari kemudian dan perbuatan baik) terpenuhi janji Tuhan akan terlaksana.[11] 2.2.3. Sikap Pluralis Menurut Agama Islam Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan "agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "al-ta'addudiyyah al-diniyyah"6 dan dalam bahasa Inggris "religious pluralism". Oleh karena istilah pluralisme agama berasal dari bahasa Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa tersebut. Pluralism berarti "jama'" atau lebih dari satu.[12] Al-Qur'an (Q.S. al-Baqarah [2]: 148), mengakui masyarakat terdiri berbagai macam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri-sendiri. Manusia harus menerima kenyataan keragaman budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada masing-masing komunitas dalam menjalankan ibadahnya. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebebasan untuk meyakini agama yang dipilihnya dan beribadat menurut keyakinan tersebut. Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang berbicara tentang penerimaan petunjuk atau agama Allah. Penerimaan terhadap sebuah keyakinan agama adalah pilihan bebas yang bersifat personal. Barang siapa yang sesat berarti ia menyesatkan dirinya sendiri (QS. al-Isra’[17]:15). Orang yang mendapat petunjuk yang benar tidak akan ada yang menyesatkannya (QS. al-Zumar [39]: 37) dan orang yang sesat dari jalan yang benar tidak akan ada yang dapat menunjukinya selain Allah (Qs. al-Zumar [39]: 9). Selain prinsip tidak ada paksaan dalam agama (QS al-Baqarah [2]: 256), juga dikenal prinsif "untuk kalian agama kalian, dan untukku agamaku". (QS al- Kafirun [109]: 6).[13] Secara normatif, dalam Al-Qur’an teradapat bebeapa ayat yang isinya mengarah pada nilai-nilai pluralisme. Misalnya ayat 13 dari surat Al-Hujarat : “Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sekalian dari laki-laki dan perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suka supaya kamu saling mengenal. Sesunguhnya orang yang paling mulia di antar kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. 49 : 13). Ayat ini dapat dipahami sebagai konsep kemajemukan umat manusia secara univeral dalam Islam. Selanjutnya dalam hal kehidupan keberagamaan manusia, Al-Qur’an juga telah
  • 4. menerapkan beberapa prinsip kebebasan, dan toleransi beragama, antara lain dapat digali dari ayat-atat berikut : “Tidak ada paksaan untuk(memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah” (QS. 2 : 256) “Dan jika Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya, maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. 10 : 99). “ Dan katakanlah :”Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin beriman silakan beriman, dan barang siapa yang ingin ingkar silahkan ingkar” (QS. 109 : 6). Juga firman Allah yang artinya “Bagimu agamamu, dan bagiku agama ku” (QS :109 : 6). [14] Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita mejemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralism. Pluralism juga tidak boleh dipahami sekedar sebagai “kebaikan negative”, hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme. Pluralisme harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan- ikatan keadaban”. Bahkan pluralism adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. Dalam Kitab Suci justru disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara sesame manusia guna memelihara keutuhan bumi, dan merupakan salah satu wujud kemurahan Tuhan yang melimpah kepada umat manusia (lih. Al-quran, QS Al- Baqarah 2:251).[15] 2.2.4. Etika Islam Terhadap Agama Lain (Kafir)[16] Orang Islam berkeyakinan bahwa selain agama Islam, seluruh agama itu batil, para penganutnya adalah kafir. Islam adalah agama yang hak, begitu juga kebenaran mengikutinya karena sesungguhnya yang benar-benar mengikutinya termasuk orang-orang beriman dan berserah diri. (Al-Dzariyat: 56; Ali Imran: 85; Al-Maidah: 3). Dengan adanya berita-berita yang benar dari Allah, maka orang Islam berkeyakinan bahwa agama-agama yang datang sebelum Islam terhapus oleh Islam. Islam itu sendiri merupakan agama bagi seluruh manusia yang bersifat universal. Allah tidak akan menerima agama seseorang selain agama Islam, dan tidak meridai selain syariatNya. Dari sini orang Islam berkeyakinan bahwa orang yang tidak beragama dengan agama Allah adalah kafr, kepada mereka diperlakukan etika bersama orang- orang kafir: 1. Tidak menyokong kekafiran, tidak meridai karena jika meridainya, berarti dia sendiri telah kafir. 2. Membencinya dan mencintainya karena Allah. 3. Tidak boleh mengangkatnya sebagai pemimpin (Al-Imran:28; Al-Mujadilah:22). 4. Diperlakukan dengan adil dan baik-baik (Al-Mumthahanah: 8) 5. Mengasihinya dengan bentuk kasih sayang yang bersifat umum. 6. Tidak diperkenankan menyakitinya baik menyangkut harta, darah, atau kehormatannya. 7. Jika orang kafir seperti orang Yahudi dan Nasrani, boleh diberi hadiah. 8. Tidak menyerupai orang kafir dalam hal yang tidak penting. 2.2.5. Dialog Antar Umat Beragama Dalam Agama Islam 2.2.4.1. Landasan Historis Dialog Antar Agama Persoalan dialog agama[17], bukanlah sesuatu yang baru bagi umat Islam. Pada masa awal Islam telah banyak berbagai peristiwa yang memberikan petunjuk kepada kita bahwa praktek-praktek persentuhan umat Islam dengan umat non-Islam telah
  • 5. dipraktekkan secara riil dalam kehidupan bermasyarakat dan bemegara. Peristiwa penting yang dapat dijadikan landasan kesejarahan adalah Perjanjian Kaum Muslimin dengan kaurn Yahudi di Madinah. Masyarakat Madinah pada awal berdirinya Negara Islam adalah masyarakat yang plural. Disamping orang-orang Islam yang secara politis adalah elit politik terdapat pula masyarakat Yahudi dan penganut-penganut agama nenek moyang. Karena pluralis me masyarakat inilah maka untuk mewujudkan stabilitas yang tentram dan aman, maka Nabi Muhammad SAW mengadakan suatu perjanjian dengan masyarakat non-muslim yaitu Piagam Madinah. Suatu piagam yang menjamin hak dan kebebasan beragama bagi orang-orang Yahudi dan kelompok- kelompok non muslim lainnya. Kemerdekan dan kebebasan beragama dijamin, dan seluruh masyarakat baik muslim ataupun non-muslim berkewajiban untuk mempertahankan keamanan Negara dari serangan luar.[18] 2.2.4.2. Pandangan Islam terhadap Dialog Antar Agama Disamping redaksi Al-Qur’an yang pluralis, kandungan ayat Al-Qur’an sendiri menginsyaratkan nilai-nilai keberagaman, bahkan Al-Qur’an telah menanamkan kaidah-kaidah mendasar bagi keberagaman agama, diantaranya: 1. Kebebasan beragama. Setiap manusia oleh Islam diberikan kebebasan untuk menentukan agama apa yang dianut. Disamping memberikan kebebasan, Islam juga melarang adanya pemaksaan dalam agama. Prinsip ini merupakan dalil paling jelas bagi dialog antar umat beragama, dan dalam banyak ayat Al-Qur’an menjelaskan prinsip ini dengan tegas (Q. 22:256; 10:108; 17:15; 18:29). 2. Al-Qur’an menegaskan sikap penerimaannya terhadap agama-agama selain Islam untuk hidup berdampingan. Yahudi, Kristen, agama-agama lain diakui sepenuhnya eksistensinya oleh Al-Qur’an (Q. 2:62). Al-Qur’an mendorong kaum Muslim untuk bekerjasama dengan orang lain demi menengakkan keadilan dan kebenaran. Al-Qur’an dan teladan nabi mendukung kerja sama dan solidaritas antar iman untuk keadilan dan kebenaran. Solidaritas ini dilandasi oleh kehendak yang sama untuk perdamaian dan ketentraman, dan perjuangan menentang ketidakadilan demi menciptakan dunia yang aman, bagi umat manusia. Sikap Islam terhadap keberadaan agama lain berdiri diatas prinsip kesejajaran, toleransi dan saling melengkapi. Inilah pilihan yang paling baik karena keberagaman agama yang lebih baik dari pada satu agama. Dengan satu agama kondisi saling berlomba dalam berbagai kebajikan tidak akan tercipta. Satu agama tidak akan mampu merespon dinamika kemanusian. Sikap toleran dan melengkapi jelas lebih baik daripada sikap saling berseberangan dari puluhan agama.[19] III. Daftar Pustaka Amin, Ahmad, Islam dari Masa Ke Masa, Bandung: Remaja Rosdakarya: 1993. Anwar, Syafi’I, Agama dan Pluralitas Masyarakat Bangsa, Jakarata : P3M, 1994 Darmaputera, Eka, Strugglin in Hope, Jakarta: BPK-GM, 2004. Esack, Farid, Al-Quran, Liberalisme, Pluralisme: Membebaskan Yang Tertindas, Bandung: Mizan, 2000 Hilikal, Husain, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Utera Antamusa, 1990 Jabir El-Jazair, Abu Bakar, Pola Hidup Muslim (Etika), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990 Ka'bah, Riyal, Nilai-Nilai Pluralisme Dalam Islam, Bingkai gagasan yang berserak, (Ed.) Suruin, Bandung : Penerbit Nuansa, 2005
  • 6. Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Tealaah Kritis Tentang Masalah Keimanan Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina, 1992. Madjid, Nurcholis, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Jakarta: Mizan, 1987. Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1981. Munawar, Budhy, Argumen Islam Untuk Pluralisme “Islam Progresif dan Perkembangan Diskursusnya”, Jakarta: Gransindo, 2008 Munawar,Budhy, Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta: Srigunting, 2004. Shenk, David W., Ilah-Ilah Global (Menggali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat Modern), Jakarta: BPK-GM, 2006 Shibab, Alwi, Islam Inklusif, Jakarta: Mizan, 1998. Stokhof , W.A.L., Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Permasalahan), Jakarta : INIS, 1990 Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-Agama Di Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2007 [1] David W. Shenk, Ilah-Ilah Global (Menggali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat Modern), Jakarta: BPK-GM, 2006, hlm. 341 [2] Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-Agama Di Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2007,hlm. 9 [3]W.A.L. Stokhof, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Permasalahan), Jakarta : INIS, 1990, hlm. 108-109 [4] Budhy Munawar, Argumen Islam Untuk Pluralisme “Islam Progresif dan Perkembangan Diskursusnya”, Jakarta: Gransindo, 2008, hlm. 92-93 [5] Alwi Shibab, Islam Inklusif,Jakarta: Mizan, 1998, hlm. 78 [6] Norcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan,Jakarta: Mizan, 1987, hlm. 70 [7] Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1981, hlm. 3 [8] Ahmad Amin, Islam dari Masa Ke Masa, Bandung: Remaja Rosdakarya: 1993, hlm. 169 [9] Eka Darmaputera, Strugglin in Hope, Jakarta: BPK-GM, 2004, hlm. 507 [10] Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban;Sebuah Tealaah Kritis Tentang Masalah Keimanan Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina, 1992, hlm. 226 [11] Alwi Shibab, Op.cit., hlm. 79-80 [12] Riyal Ka'bah, Nilai-Nilai Pluralisme Dalam Islam, Bingkai gagasan yang berserak,(Ed.) Suruin, Bandung : Penerbit Nuansa, 2005, hlm. 68. [13] Ibid, hlm. 69-70 [14] Syafi’i Anwar, Agama dan PluralitasMasyarakat Bangsa, Jakarata : P3M, 1994, hlm. 223 [15] Budhy Munawar, Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta: Srigunting, 2004, hlm. 39 [16] Abu Bakar Jabir El-Jazair, Pola Hidup Muslim (Etika), Bandung:Remaja Rosdakarya, 1990, hlm. [17] Dialog antar umat beragama bermanfaat dalam memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai perspektif-prespektif yang berbeda. David W. Shenk, Op.cit, hlm. 346 [18] Husain Hilikal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Utera Antamusa, 1990, hlm. 205. [19] Farid Esack, Al-Quran, Liberalisme, Pluralisme: Membebaskan Yang Tertindas, Bandung: Mizan, 2000, hlm. 232