Agama Islam memandang agama lain dengan dua sikap, yaitu sikap eksklusif dan inklusif. Sikap eksklusif menganggap Islam adalah agama yang benar sedangkan agama lain salah. Namun, sikap inklusif menghargai keberagaman agama karena merupakan kehendak Allah, serta menganjurkan kerukunan antar umat beragama. Islam juga mendukung pluralisme agama yang memberi kebebasan kepada setiap umat untuk memel
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian beriman kepada kitab-kitab Allah, nama-nama kitab suci yang diturunkan-Nya beserta nabi penerimanya, serta perbedaan antara kitab dan suhuf. Ada empat kitab suci utama yakni Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Quran.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan dalam pencarian pengetahuan tentang Tuhan menurut perspektif Al Quran. Terdapat empat pendekatan yang diambil Nabi Ibrahim yaitu pendekatan empiris, rasional, kritis, dan intuitif melalui berdialog dengan Tuhan. Dokumen juga membahas teori perkembangan agama manusia dari dinamisme ke politeisme ke monoteisme serta pandangan agama Hindu dan Buddha tentang konsep Tuhan.
Teks tersebut membahas tentang munculnya berbagai aliran dalam Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Tercatat ada 73 firqah yang muncul, dimana firqah yang selamat adalah Ahlussunnah wal Jamaah. Teks ini juga menjelaskan beberapa aliran utama seperti Syi'ah, Khawarij, Mu'tazilah beserta beberapa doktrin utamanya."
Dokumen ini membahas tentang syirik dan bahayanya bagi manusia. Syirik didefinisikan sebagai mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Syirik modern terjadi tanpa disadari, bahkan oleh intelek dan pendidikan tinggi. Contohnya adalah menganggap manusia sebagai penyembuh penyakit. Bahaya syirik adalah menghancurkan amal, tidak diampuni Allah, tidak masuk surga, kekal di neraka, dan sulit m
Iman kepada kitab allah (Pendidikan Agama Islam)Athiyatul Faiqoh
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan ajaran Injil serta dalil-dalil tentang kebenaran turunnya Injil sebagai kitab suci. Secara ringkas, Injil merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa yang berisi petunjuk dan cahaya serta membenarkan ajaran-ajaran sebelumnya.
Secara terminologis Syî‘ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali . Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali , berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian beriman kepada kitab-kitab Allah, nama-nama kitab suci yang diturunkan-Nya beserta nabi penerimanya, serta perbedaan antara kitab dan suhuf. Ada empat kitab suci utama yakni Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Quran.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan dalam pencarian pengetahuan tentang Tuhan menurut perspektif Al Quran. Terdapat empat pendekatan yang diambil Nabi Ibrahim yaitu pendekatan empiris, rasional, kritis, dan intuitif melalui berdialog dengan Tuhan. Dokumen juga membahas teori perkembangan agama manusia dari dinamisme ke politeisme ke monoteisme serta pandangan agama Hindu dan Buddha tentang konsep Tuhan.
Teks tersebut membahas tentang munculnya berbagai aliran dalam Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Tercatat ada 73 firqah yang muncul, dimana firqah yang selamat adalah Ahlussunnah wal Jamaah. Teks ini juga menjelaskan beberapa aliran utama seperti Syi'ah, Khawarij, Mu'tazilah beserta beberapa doktrin utamanya."
Dokumen ini membahas tentang syirik dan bahayanya bagi manusia. Syirik didefinisikan sebagai mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Syirik modern terjadi tanpa disadari, bahkan oleh intelek dan pendidikan tinggi. Contohnya adalah menganggap manusia sebagai penyembuh penyakit. Bahaya syirik adalah menghancurkan amal, tidak diampuni Allah, tidak masuk surga, kekal di neraka, dan sulit m
Iman kepada kitab allah (Pendidikan Agama Islam)Athiyatul Faiqoh
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan ajaran Injil serta dalil-dalil tentang kebenaran turunnya Injil sebagai kitab suci. Secara ringkas, Injil merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa yang berisi petunjuk dan cahaya serta membenarkan ajaran-ajaran sebelumnya.
Secara terminologis Syî‘ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali . Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali , berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah.
Manusia didefinisikan sebagai makhluk mulia yang dicipta oleh Allah untuk menyembah-Nya dan menjadi khalifah di bumi. Manusia memiliki akal dan tanggung jawab untuk mengikuti agama sebagai panduan hidup. Agama memberikan sistem peraturan yang menyeluruh untuk mengatur kehidupan manusia.
Dokumen tersebut membahas dua akhlak mulia, yaitu qana'ah dan tasamuh. Qana'ah didefinisikan sebagai merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menghindari ketidakpuasan. Tasamuh didefinisikan sebagai sikap toleransi dan menghargai perbedaan pendapat. Dokumen tersebut juga menjelaskan contoh perilaku qana'ah dan tasamuh serta manfaat dari kedua sifat terpuji tersebut.
Sunnah merujuk kepada tradisi Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, atau persetujuannya. Bid'ah adalah memperkenalkan ajaran agama baru yang tidak bersumberkan Nabi atau khulafaur rasyidin. Islam melarang bid'ah karena dapat menyimpangkan agama dan memecah belah umat. Hanya Sunnah saja yang boleh diikuti.
Kaum Mu'tazilah adalah kelompok yang memisahkan diri dari Ahlus Sunnah pada abad ke-2 Hijriyah di Bashrah, Irak. Mereka menolak konsep taqdir Allah dan mengklaim bahwa akal adalah hukum tertinggi. Beberapa khalifah Islam seperti Ma'mun mendukung pandangan Mu'tazilah namun ajaran ini kemudian ditolak oleh ulama.
Syariah Islam merupakan tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia berdasarkan aturan-aturan yang diturunkan Allah SWT melalui Al-Qur'an dan Sunnah Nabi untuk mencapai keridhaan-Nya. Sumber-sumber syariah meliputi Al-Qur'an, Hadist, dan ijtihad para ulama. Tujuan syariah Islam mencakup menjaga agama, akal, harta, keturunan, dan jiwa. Prinsip-prinsip syariah meliputi
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalismeRizky Faisal
Tulisan ini membahas bahaya sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Sekularisme lahir dari kekecewaan cendekiawan Eropa terhadap dominasi agama Katolik pada Abad Pertengahan. Liberalisme dan pluralisme kemudian muncul sebagai ideologi yang memisahkan agama dari negara. Tulisan ini berargumen bahwa kejayaan Islam terjadi ketika Islam tidak hanya sebagai agama ritual tapi juga aturan hidup yang mengatur seluruh aspek ke
PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...UNESA
Dokumen tersebut membahas tentang membangun bangsa melalui perilaku taat pada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja yang baik. Perilaku taat mencakup taat pada perintah Allah dan rasul-Nya serta aturan yang berlaku, sementara kompetisi dalam kebaikan berarti bersaing dalam melakukan amal shaleh semata-mata untuk meraih ridha Allah. Etos kerja yang baik adalah bekerja dengan niat dan prinsip-
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar aqidah Islamiyah dengan menjelaskan istilah-istilah yang terkait seperti tauhid, sunnah, usuluddin, dan sumber-sumber aqidah seperti Al-Quran dan hadis. Dokumen ini juga membahas penyimpangan dalam memahami aqidah seperti ilhad, ta'til, tamtsil, dan penggunaan akal sehat dalam memahami aqidah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis syirik serta bahayanya bagi manusia. Syirik didefinisikan sebagai mempersekutukan Allah dengan yang lain dalam beribadah atau menyamakan sifat-Nya dengan makhluk. Ada dua jenis syirik yaitu syirik akbar dan syirik kecil. Syirik akbar dapat menyebabkan seseorang keluar dari Islam sedangkan syirik kecil merupakan dosa bes
Ulul Azmi adalah gelar kenabian untuk nabi-nabi yang memiliki ketabahan dan kesabaran luar biasa dalam mengajarkan tauhid. Lima nabi yang mendapat gelar ini adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Nabi-nabi ini memiliki sifat memiliki seruan global, agama baru, dan kitab suci masing-masing. Mereka juga menghadapi cobaan besar dalam berdakwah seperti penolakan kaum,
PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...Risal Fadhil Rahardiansyah
Dokumen tersebut memberikan nasihat untuk berpikir sebelum berbagi konten di media sosial, karena konten negatif seperti hoax, ujaran kebencian, dan fitnah dapat menyebabkan dampak buruk. Dokumen tersebut juga mengingatkan untuk selalu memverifikasi informasi, menerapkan etika bermedia sosial, menahan diri dari berbagi konten yang meragukan, serta menguatkan literasi masyarakat.
Tujuan utama dakwah adalah meningkatkan taraf kehidupan bermasyarakat dan beragama yang dilandasi akhlak mulia. Dakwah bertujuan mengeluarkan manusia dari kegelam ke cahaya dan menegakkan fitrah insani. Manfaat dakwah meliputi meningkatkan ilmu dan kesejahteraan umat serta memberantas kebodohan.
Dokumen tersebut membahas tentang arti menganut agama Islam secara utuh. Ada enam poin penting yang disebutkan, yaitu (1) beriman dengan akidah Islam yang benar, (2) melaksanakan ibadah sesuai syariat, (3) bersikap mulia, (4) taat terhadap syariat dalam berkeluarga, (5) mampu mengendalikan diri, dan (6) yakin bahwa masa depan berada di tangan Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep-konsep dasar ajaran Islam seperti tauhid, iman kepada Allah SWT dan malaikat, serta penyakit-penyakit yang merusak aqidah seperti syirik, bidah, dan khurafat.
Manusia didefinisikan sebagai makhluk mulia yang dicipta oleh Allah untuk menyembah-Nya dan menjadi khalifah di bumi. Manusia memiliki akal dan tanggung jawab untuk mengikuti agama sebagai panduan hidup. Agama memberikan sistem peraturan yang menyeluruh untuk mengatur kehidupan manusia.
Dokumen tersebut membahas dua akhlak mulia, yaitu qana'ah dan tasamuh. Qana'ah didefinisikan sebagai merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menghindari ketidakpuasan. Tasamuh didefinisikan sebagai sikap toleransi dan menghargai perbedaan pendapat. Dokumen tersebut juga menjelaskan contoh perilaku qana'ah dan tasamuh serta manfaat dari kedua sifat terpuji tersebut.
Sunnah merujuk kepada tradisi Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, atau persetujuannya. Bid'ah adalah memperkenalkan ajaran agama baru yang tidak bersumberkan Nabi atau khulafaur rasyidin. Islam melarang bid'ah karena dapat menyimpangkan agama dan memecah belah umat. Hanya Sunnah saja yang boleh diikuti.
Kaum Mu'tazilah adalah kelompok yang memisahkan diri dari Ahlus Sunnah pada abad ke-2 Hijriyah di Bashrah, Irak. Mereka menolak konsep taqdir Allah dan mengklaim bahwa akal adalah hukum tertinggi. Beberapa khalifah Islam seperti Ma'mun mendukung pandangan Mu'tazilah namun ajaran ini kemudian ditolak oleh ulama.
Syariah Islam merupakan tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia berdasarkan aturan-aturan yang diturunkan Allah SWT melalui Al-Qur'an dan Sunnah Nabi untuk mencapai keridhaan-Nya. Sumber-sumber syariah meliputi Al-Qur'an, Hadist, dan ijtihad para ulama. Tujuan syariah Islam mencakup menjaga agama, akal, harta, keturunan, dan jiwa. Prinsip-prinsip syariah meliputi
Felixsiauw bahaya sekulerisme, pluralisme dan liberalismeRizky Faisal
Tulisan ini membahas bahaya sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Sekularisme lahir dari kekecewaan cendekiawan Eropa terhadap dominasi agama Katolik pada Abad Pertengahan. Liberalisme dan pluralisme kemudian muncul sebagai ideologi yang memisahkan agama dari negara. Tulisan ini berargumen bahwa kejayaan Islam terjadi ketika Islam tidak hanya sebagai agama ritual tapi juga aturan hidup yang mengatur seluruh aspek ke
PPT Pendidikan Agama Islam: Membangun Bangsa melalui Perilaku Taat, Kompetisi...UNESA
Dokumen tersebut membahas tentang membangun bangsa melalui perilaku taat pada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja yang baik. Perilaku taat mencakup taat pada perintah Allah dan rasul-Nya serta aturan yang berlaku, sementara kompetisi dalam kebaikan berarti bersaing dalam melakukan amal shaleh semata-mata untuk meraih ridha Allah. Etos kerja yang baik adalah bekerja dengan niat dan prinsip-
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar aqidah Islamiyah dengan menjelaskan istilah-istilah yang terkait seperti tauhid, sunnah, usuluddin, dan sumber-sumber aqidah seperti Al-Quran dan hadis. Dokumen ini juga membahas penyimpangan dalam memahami aqidah seperti ilhad, ta'til, tamtsil, dan penggunaan akal sehat dalam memahami aqidah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis syirik serta bahayanya bagi manusia. Syirik didefinisikan sebagai mempersekutukan Allah dengan yang lain dalam beribadah atau menyamakan sifat-Nya dengan makhluk. Ada dua jenis syirik yaitu syirik akbar dan syirik kecil. Syirik akbar dapat menyebabkan seseorang keluar dari Islam sedangkan syirik kecil merupakan dosa bes
Ulul Azmi adalah gelar kenabian untuk nabi-nabi yang memiliki ketabahan dan kesabaran luar biasa dalam mengajarkan tauhid. Lima nabi yang mendapat gelar ini adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Nabi-nabi ini memiliki sifat memiliki seruan global, agama baru, dan kitab suci masing-masing. Mereka juga menghadapi cobaan besar dalam berdakwah seperti penolakan kaum,
PPT Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial, Etika dalam Islam - Risal Fadhil R...Risal Fadhil Rahardiansyah
Dokumen tersebut memberikan nasihat untuk berpikir sebelum berbagi konten di media sosial, karena konten negatif seperti hoax, ujaran kebencian, dan fitnah dapat menyebabkan dampak buruk. Dokumen tersebut juga mengingatkan untuk selalu memverifikasi informasi, menerapkan etika bermedia sosial, menahan diri dari berbagi konten yang meragukan, serta menguatkan literasi masyarakat.
Tujuan utama dakwah adalah meningkatkan taraf kehidupan bermasyarakat dan beragama yang dilandasi akhlak mulia. Dakwah bertujuan mengeluarkan manusia dari kegelam ke cahaya dan menegakkan fitrah insani. Manfaat dakwah meliputi meningkatkan ilmu dan kesejahteraan umat serta memberantas kebodohan.
Dokumen tersebut membahas tentang arti menganut agama Islam secara utuh. Ada enam poin penting yang disebutkan, yaitu (1) beriman dengan akidah Islam yang benar, (2) melaksanakan ibadah sesuai syariat, (3) bersikap mulia, (4) taat terhadap syariat dalam berkeluarga, (5) mampu mengendalikan diri, dan (6) yakin bahwa masa depan berada di tangan Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep-konsep dasar ajaran Islam seperti tauhid, iman kepada Allah SWT dan malaikat, serta penyakit-penyakit yang merusak aqidah seperti syirik, bidah, dan khurafat.
Dokumen tersebut membahas tentang ideologi sekularisme, pluralisme dan liberalisme yang dianggap sesat oleh MUI. Sekularisme dipahami sebagai pemisahan antara agama dan kehidupan, pluralisme sebagai pandangan bahwa semua agama sama, dan liberalisme sebagai pendekatan agama hanya berdasarkan akal. MUI telah mengeluarkan fatwa yang melarang ketiga ide ini karena bertentangan dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan eksklusivitas
Makalah ini membahas tentang agama Islam dan ruang lingkup ajarannya. Islam dijelaskan sebagai agama yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu seperti Nabi Ibrahim, Musa, dan Isa. Ajaran Islam merupakan petunjuk lengkap bagi kehidupan manusia dalam berbagai aspek seperti akidah, ibadah, dan akhlak. Karakteristik utama Islam adalah bersumber dari Allah, bersifat universal, menyeluruh, dan se
Teks tersebut membahas tentang hubungan antara manusia dan agama. Ia menjelaskan bahwa agama memberikan pedoman hidup untuk mengendalikan hawa nafsu manusia agar sesuai dengan ajaran agama. Agama juga memainkan peran penting dalam membentuk moral dan tata sosial masyarakat. Namun demikian, banyak umat Islam kini yang tidak konsisten menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka akibat berbagai faktor se
Fungsi utama agama dalam kehidupan manusia adalah membimbing manusia ke jalan yang benar dan menghindarkan mereka dari kejahatan. Agama juga berperan sebagai pembimbing dalam menghadapi godaan, penolong dalam kesulitan, dan penentram batin. Selain itu, agama menjadi pengendali moral bagi manusia.
menu
Agama Islam dilahirkan pada abad ke-7 Masehi oleh Nabi Muhammad SAW melalui wahyu yang diterimanya dari Malaikat Jibril. Islam memiliki kitab suci Al-Quran dan berdasarkan ketauhidan kepada Allah sebagai sumber ajarannya. Islam mengajarkan keseimbangan antara kepentingan individu dan komunitas serta memberikan petunjuk hidup yang lengkap dan proporsional bagi umat manusia.
PLURALISME AGAMA VS TOLERANSI ISLAM DALAM MELIHAT PLURALITAS KEBERAGAMAANdesaheuleut
Dokumen tersebut membahas tentang pluralisme agama dan toleransi dalam Islam. Pluralisme agama dianggap membingungkan karena menganggap semua agama setara, bertentangan dengan pandangan Islam bahwa Islam adalah agama yang benar. Sedangkan toleransi dalam Islam, atau tasamuh, menjunjung tinggi toleransi dan kebebasan beragama serta melarang paksaan dalam beragama. Toleransi Islam bersifat sosiologis praktis berbeda dengan pluralisme yang bersifat
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian Islam, karakteristik agama Islam, fungsi, tujuan dan cita-cita Islam, serta klasifikasi agama. Islam didefinisikan sebagai agama yang diajarkan oleh para nabi sebelumnya dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Karakteristik Islam mencakup bersumber dari Allah, bersifat universal, menyeluruh, dan seimbang. Fungsi Islam adalah sebagai agama, panggilan, rumah, dan
Paragraf pertama menjelaskan pengertian Islam secara etimologi dan istilah. Secara etimologi, kata Islam berasal dari bahasa Arab yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Sedangkan secara istilah, Islam adalah nama agama yang ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya.
Paragraf berikutnya menjelaskan beberapa karakteristik agama Islam, di antaranya bersumber dari
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
1. AGAMA ISLAM MEMANDANG AGAMA LAIN
Dialog Antar Umat Beragama:
AGAMA ISLAM MEMANDANG AGAMA LAIN
Oleh : Chrisnov M. Tarigan Sibero
II. Pembahasan
2.1. Sekilas Mengenai Agama Islam
Kata Islam berasal dari kata ‘as la ma – yus li mu – Is la man’ artinya, tunduk,
patuh, menyerahkan diri. Kata Islam terambil dari kata dasar “sa la ma” atau “sa li ma” yang
artinya selamat, sejahtera, tidak cacat, tidak tercela. Dari akar kata “sa la ma” itu juga terbentuk
kata “salmon”, “silmun” artinya damai patuh dan menyerahkan diri. Sedangkan kata agama,
menurut bahasa Al-Qur’an banyak digunakan kata din, istilah yang lain juga digunakan oleh
Al-Qur’an misalnya millah, shalat. Orang-orang Muslim sepakat bahwa ada lima pilar
kepercayaan:
Percaya hanya kepada satu Allah
Percaya kepada nabi-nabi Allah
Percaya kepada kitab-kitab Allah
Percaya kepada malaikat-malaikat
Percaya kepada hari penghakiman[1]
2.2. Agama Islam Memandang Agama Lain
Alquran mengariskan bahwa perbedaan adalah kehendak Ilahi yang berlaku dalam
kehidupan ini, demi kelangsungan hidup manusia. Karena itu, seorang Muslim memahami,
bahwa perbedaan agama adalah kenyataan yang dikehendaki Allah. Dalam Alquran ada
tertulis:
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah
menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu
menyangkut anugerah-Nya kepadamu, maka berlomba-lomba berbuat kebajikan (Q.s.5: 48).
Ayat di atas menegaskan bahwa seorang muslim akan memahami bahwa perbedaan
agama dan karenanya pula perbedaan pendapat adalah kehendak Allah. Untuk menjamin
terwujudnya persaudaraan di antara sesama umat manusia, Allah memberikan beberapa
petunjuk sesuai dengan jenis setiap persaudaraan. Al-Qur’an menganjurkan kita (umat Islam)
untuk mencari titik singgung dan titik temu antar-agama.[2]
Menurut Nurcholish, agama Islam memandang agama lain adalah: Pertama, Islam
mengajarkan bahwa agama Tuhan adalah universal, karena Tuhan telah mengutus Rasul-Nya
kepada setiap umat manusia. Kedua, Islam mengajarkan pandangan tentang kesatuan
nubuwwah (kenabian) dan umat yang percaya kepada Tuhan. Ketiga, agama yang dibawa Nabi
Muhammad adalah kelanjutan langsung agama-agama sebelumnya, khususnya yang secara
“genealogis” paling dekat ialah agama-agama Semitik-Abrahamik. Keempat, umat Islam
diperintahkan untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang beragama lain,
khususnya para penganut kitab suci (Ahl al-Kitab). Semua prinsip itu mengarah pada ajaran
“tidak boleh ada paksaan dalam agama”. [3]
Dalam ayat lain juga dikemukan bahwa “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu
Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat” (Q.
11:118). Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kalau Tuhan mau, dengan sangat mudah akan
menciptakan manusia dalam satu group, monolitik, dan satu agama, tetapi Allah tidak
2. menghendaki hal-hal tersebut. Tuhan malah menunjukkan kepada realita, bahwa pada
hakikatnya manusia itu berbeda-beda dan atas dasar inilah orang berbicara tentu keberagaman
agama. Dalam Q. 2:213, disebutkan “Manusia itu adalah satu umat (setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa kabar berita dan pemberi
peringatan, dan beserta mereka Dia turunkan kitab-kitab dengan benar, supaya Dia bisa
memberi keputusan antara manusia tentang pekara yang mereka perselisihkan”. Dalam ayat
ini muncul 3 fakta yaitu kesatuan umat dibawah satu Tuhan; kekhususan agama-agama yang
dibawa oleh para nabi; dan peranan wahyu (kitab suci) dalam mendamaikan perbedaan diantara
berbagai umat beragama. Ketiganya adalah konsepsi fundamental Al-Qur’an tentang
keberagaman agama. Disatu sisi, konsepsi itu tidak mengingkari kekhususan berbagai agama,
disisi lain konsepsi itu juga menekankan kebutuhan untuk mengakui titik temu atau kesatuan
manusia dan kebutuhan untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antar umat
beragama. Kemajemukan sangat dihargai dalam ajaran Islam, karena Islam sebagai Al-din
merupakan agama Allah yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Salah satu fitrah itu adalah
kemajemukan yang hakikatnya bersumber dari ajaran agama.[4]
2.2.1. Sikap Ekslusif Islam terhadap Agama Lain
Dalam Surah Ali Imran 3:85 berbunyi: Barang siapa yang mencari agama selain
agama Islam maka sekali-kali tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang merugi. Dan surah Ali Imran 3:19 berbunyi: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi
Allah hanyalah Islam.[5]
Ciri sikap ekslusif dalam Islam -- yang menganggap bahwa kebenaran dan
keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Sementara
agama lain, diberlakukan bahkan ditetapkan standar lain yang sama sekali berbeda; “salah dan
karenanya tersesat ditengah jalan”. Hal ini sudah masuk ke wilayah state of mind kita. Cara
pandang suatu komunitas agama (religious community) terhadap agama lain, dengan
menggunakan cara pandang agamanya sendiri. Teologi Ekslusif; tanpa menyisakan ruang
toleransi untuk berempati, apalagi simpati; “bagaimana orang lain memandang agamanya
sendiri”.[6]
Yang utama dalam agama Islam adalah beriman kepada Allah Yang Mahakuasa,
yang dengan kuat ditegakkan oleh Nabi Muhammad saw. Keselamatan dicapai oleh semua
orang yang tunduk kepada Allah, yaitu hidup menurut aturanNya sebagaimana dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw. Alquran diterima sebagai wahyu yang langsung dari Allah hingga
Nabi Muhammad saw (melalui Malaikat Jibril) dan karenanya hal itu menjadi dasar bagi semua
ajaran Islam.[7] S
Sikap ini ekslusif sudah dimulai dari masa Khalifah Umar Ibnul-Khatthab pada
masa awal pemerintahannya. Ia mengutus Ya’laa bin Umayyah ke Najran untuk memindahkan
kaum Nasrani dari negeri itu. Alasannya ialah karena Rasulullah saw telah bersabda: “Di
Jazirah Arabia jangan sampai ada dua agama berkumpul (di satu tempat). Karena itu tidak
dikhendaki adanya percampuran mereka dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani.[8]
2.2.2. Sikap Inklusif Islam terhadap Agama Lain
Dari segi teologis, Islam memberikan landasan agamawi bagi para pemeluknya
untuk menerima keberadaan agama-agama lain dan untuk mengadakan hubungan baik dengan
agama-agama lain. Sikap umat Islam terhadap agama lain dan pola hubungan mereka dengan
umat agama-agama lain dijelaskan oleh Kitab Suci Al-quran dan sesuai dengan konteks
3. zamannya diterjemahkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana
terabadikan dalam sunnah nabawi atau tradisi kenabian.[9]
Ide utama dari teologi inklusif adalah pemahamannya untukmemahami pesan Tuhan.Semua kitab
suci (Injil, Zabur, Taurat dan Al-Quran) itu pesan Tuhan, diantaranya pesan Taqwa (QS, 4:131). Taqwa disini
bukan sekedar tafsiran klasik, seperti sikap patuh kehadirat Tuhan. Sebagaimana Cak Nur paparkan bahwa :
“Pesan Tuhan itu bersifat universal dan merupakan kesatuan esensial semua agama
samawi, yang mewarisi Abrahamic Religion, yakni Yahudi (Nabi Musa), Kristen (Nabi Isa),
dan Islam (Nabi Muhammad). Lewat firman-Nya Tuhan menekankan agar kita berpegang
teguh kepada agama Itu, karena hakikat dasar agama-agama itu (sebagai pesan Tuhan) adalah
satu dan sama . Agama Tuhan, pada esensinya sama, baik yang diberikan kepada Nabi Nuh,
Musa, Isa atau kepada Nabi Muhammad.”[10]
Penafsir-penafsir modern juga menunjukkan keragaman pandangan dalam
sikapnya yang inklusif. Muhammad Abduh berpendapat bahwa syarat pertama, yakni beriman
kepada Allah, tidak harus dibatasi dengan keimanan menurut cara Islam. Selanjutnya, Rasyid
Ridha, murid Abduh, ikut memperkuat pendapat gurunya. Ia mengakui bahwa keimanan sejati
kepada Allah dapat juga ditemukan diluar Islam. Lain halnya dengan Al-Thabathabai, yang
mengatakan bahwa Allah tidak memandang pada agama tertentu, tapi yang penting adalah
substansi dan esensi yang terkandung dalam agama itu. Selama tiga syarat (beriman, percaya
akan hari kemudian dan perbuatan baik) terpenuhi janji Tuhan akan terlaksana.[11]
2.2.3. Sikap Pluralis Menurut Agama Islam
Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan
"agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "al-ta'addudiyyah al-diniyyah"6 dan dalam
bahasa Inggris "religious pluralism". Oleh karena istilah pluralisme agama berasal dari bahasa
Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa
tersebut. Pluralism berarti "jama'" atau lebih dari satu.[12]
Al-Qur'an (Q.S. al-Baqarah [2]: 148), mengakui masyarakat terdiri berbagai
macam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri-sendiri. Manusia harus menerima
kenyataan keragaman budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada masing-masing
komunitas dalam menjalankan ibadahnya. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai
kebebasan untuk meyakini agama yang dipilihnya dan beribadat menurut keyakinan tersebut.
Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang berbicara tentang penerimaan petunjuk atau agama Allah.
Penerimaan terhadap sebuah keyakinan agama adalah pilihan bebas yang bersifat personal.
Barang siapa yang sesat berarti ia menyesatkan dirinya sendiri (QS. al-Isra’[17]:15). Orang
yang mendapat petunjuk yang benar tidak akan ada yang menyesatkannya (QS. al-Zumar [39]:
37) dan orang yang sesat dari jalan yang benar tidak akan ada yang dapat menunjukinya selain
Allah (Qs. al-Zumar [39]: 9). Selain prinsip tidak ada paksaan dalam agama (QS al-Baqarah
[2]: 256), juga dikenal prinsif "untuk kalian agama kalian, dan untukku agamaku". (QS al-
Kafirun [109]: 6).[13]
Secara normatif, dalam Al-Qur’an teradapat bebeapa ayat yang isinya mengarah
pada nilai-nilai pluralisme. Misalnya ayat 13 dari surat Al-Hujarat : “Hai manusia,
sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sekalian dari laki-laki dan perempuan serta
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suka supaya kamu saling mengenal.
Sesunguhnya orang yang paling mulia di antar kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa di antara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS.
49 : 13). Ayat ini dapat dipahami sebagai konsep kemajemukan umat manusia secara univeral
dalam Islam. Selanjutnya dalam hal kehidupan keberagamaan manusia, Al-Qur’an juga telah
4. menerapkan beberapa prinsip kebebasan, dan toleransi beragama, antara lain dapat digali dari
ayat-atat berikut : “Tidak ada paksaan untuk(memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar dari jalan yang salah” (QS. 2 : 256) “Dan jika Tuhanmu menghendaki
tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya, maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. 10 :
99). “ Dan katakanlah :”Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin
beriman silakan beriman, dan barang siapa yang ingin ingkar silahkan ingkar” (QS. 109 :
6). Juga firman Allah yang artinya “Bagimu agamamu, dan bagiku agama ku” (QS :109 :
6). [14]
Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita
mejemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralism. Pluralism juga tidak boleh dipahami
sekedar sebagai “kebaikan negative”, hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan
fanatisme. Pluralisme harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-
ikatan keadaban”. Bahkan pluralism adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat
manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya.
Dalam Kitab Suci justru disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan
pengimbangan antara sesame manusia guna memelihara keutuhan bumi, dan merupakan salah
satu wujud kemurahan Tuhan yang melimpah kepada umat manusia (lih. Al-quran, QS Al-
Baqarah 2:251).[15]
2.2.4. Etika Islam Terhadap Agama Lain (Kafir)[16]
Orang Islam berkeyakinan bahwa selain agama Islam, seluruh agama itu batil, para
penganutnya adalah kafir. Islam adalah agama yang hak, begitu juga kebenaran mengikutinya
karena sesungguhnya yang benar-benar mengikutinya termasuk orang-orang beriman dan
berserah diri. (Al-Dzariyat: 56; Ali Imran: 85; Al-Maidah: 3). Dengan adanya berita-berita
yang benar dari Allah, maka orang Islam berkeyakinan bahwa agama-agama yang datang
sebelum Islam terhapus oleh Islam. Islam itu sendiri merupakan agama bagi seluruh manusia
yang bersifat universal. Allah tidak akan menerima agama seseorang selain agama Islam, dan
tidak meridai selain syariatNya. Dari sini orang Islam berkeyakinan bahwa orang yang tidak
beragama dengan agama Allah adalah kafr, kepada mereka diperlakukan etika bersama orang-
orang kafir:
1. Tidak menyokong kekafiran, tidak meridai karena jika meridainya, berarti dia sendiri telah
kafir.
2. Membencinya dan mencintainya karena Allah.
3. Tidak boleh mengangkatnya sebagai pemimpin (Al-Imran:28; Al-Mujadilah:22).
4. Diperlakukan dengan adil dan baik-baik (Al-Mumthahanah: 8)
5. Mengasihinya dengan bentuk kasih sayang yang bersifat umum.
6. Tidak diperkenankan menyakitinya baik menyangkut harta, darah, atau kehormatannya.
7. Jika orang kafir seperti orang Yahudi dan Nasrani, boleh diberi hadiah.
8. Tidak menyerupai orang kafir dalam hal yang tidak penting.
2.2.5. Dialog Antar Umat Beragama Dalam Agama Islam
2.2.4.1. Landasan Historis Dialog Antar Agama
Persoalan dialog agama[17], bukanlah sesuatu yang baru bagi umat Islam. Pada
masa awal Islam telah banyak berbagai peristiwa yang memberikan petunjuk
kepada kita bahwa praktek-praktek persentuhan umat Islam dengan umat non-Islam telah
5. dipraktekkan secara riil dalam kehidupan bermasyarakat dan bemegara. Peristiwa penting yang
dapat dijadikan landasan kesejarahan adalah Perjanjian Kaum Muslimin dengan kaurn Yahudi
di Madinah.
Masyarakat Madinah pada awal berdirinya Negara Islam adalah masyarakat yang
plural. Disamping orang-orang Islam yang secara politis adalah elit politik terdapat pula
masyarakat Yahudi dan penganut-penganut agama nenek moyang. Karena pluralis me
masyarakat inilah maka
untuk mewujudkan stabilitas yang tentram dan aman, maka Nabi Muhammad SAW
mengadakan suatu perjanjian dengan masyarakat non-muslim yaitu Piagam Madinah. Suatu
piagam yang menjamin hak dan kebebasan beragama bagi orang-orang Yahudi dan kelompok-
kelompok non muslim lainnya. Kemerdekan dan kebebasan beragama dijamin, dan seluruh
masyarakat baik muslim ataupun non-muslim berkewajiban untuk mempertahankan keamanan
Negara dari serangan luar.[18]
2.2.4.2. Pandangan Islam terhadap Dialog Antar Agama
Disamping redaksi Al-Qur’an yang pluralis, kandungan ayat Al-Qur’an sendiri
menginsyaratkan nilai-nilai keberagaman, bahkan Al-Qur’an telah menanamkan kaidah-kaidah
mendasar bagi keberagaman agama, diantaranya:
1. Kebebasan beragama. Setiap manusia oleh Islam diberikan kebebasan untuk
menentukan agama apa yang dianut. Disamping memberikan kebebasan, Islam juga melarang
adanya pemaksaan dalam agama. Prinsip ini merupakan dalil paling jelas bagi dialog antar
umat beragama, dan dalam banyak ayat Al-Qur’an menjelaskan prinsip ini dengan tegas (Q.
22:256; 10:108; 17:15; 18:29).
2. Al-Qur’an menegaskan sikap penerimaannya terhadap agama-agama selain
Islam untuk hidup berdampingan. Yahudi, Kristen, agama-agama lain diakui sepenuhnya
eksistensinya oleh Al-Qur’an (Q. 2:62).
Al-Qur’an mendorong kaum Muslim untuk bekerjasama dengan orang lain demi
menengakkan keadilan dan kebenaran. Al-Qur’an dan teladan nabi mendukung kerja sama dan
solidaritas antar iman untuk keadilan dan kebenaran. Solidaritas ini dilandasi oleh kehendak
yang sama untuk perdamaian dan ketentraman, dan perjuangan menentang ketidakadilan demi
menciptakan dunia yang aman, bagi umat manusia. Sikap Islam terhadap keberadaan agama
lain berdiri diatas prinsip kesejajaran, toleransi dan saling melengkapi. Inilah pilihan yang
paling baik karena keberagaman agama yang lebih baik dari pada satu agama. Dengan satu
agama kondisi saling berlomba dalam berbagai kebajikan tidak akan tercipta. Satu agama tidak
akan mampu merespon dinamika kemanusian. Sikap toleran dan melengkapi jelas lebih baik
daripada sikap saling berseberangan dari puluhan agama.[19]
III. Daftar Pustaka
Amin, Ahmad, Islam dari Masa Ke Masa, Bandung: Remaja Rosdakarya: 1993.
Anwar, Syafi’I, Agama dan Pluralitas Masyarakat Bangsa, Jakarata : P3M, 1994
Darmaputera, Eka, Strugglin in Hope, Jakarta: BPK-GM, 2004.
Esack, Farid, Al-Quran, Liberalisme, Pluralisme: Membebaskan Yang Tertindas, Bandung: Mizan,
2000
Hilikal, Husain, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Utera Antamusa, 1990
Jabir El-Jazair, Abu Bakar, Pola Hidup Muslim (Etika), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990
Ka'bah, Riyal, Nilai-Nilai Pluralisme Dalam Islam, Bingkai gagasan yang berserak, (Ed.) Suruin,
Bandung : Penerbit Nuansa, 2005
6. Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Tealaah Kritis Tentang Masalah
Keimanan Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina, 1992.
Madjid, Nurcholis, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Jakarta: Mizan, 1987.
Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1981.
Munawar, Budhy, Argumen Islam Untuk Pluralisme “Islam Progresif dan Perkembangan
Diskursusnya”, Jakarta: Gransindo, 2008
Munawar,Budhy, Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta: Srigunting, 2004.
Shenk, David W., Ilah-Ilah Global (Menggali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat
Modern), Jakarta: BPK-GM, 2006
Shibab, Alwi, Islam Inklusif, Jakarta: Mizan, 1998.
Stokhof , W.A.L., Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Permasalahan), Jakarta :
INIS, 1990
Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-Agama Di Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2007
[1] David W. Shenk, Ilah-Ilah Global (Menggali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat Modern), Jakarta:
BPK-GM, 2006, hlm. 341
[2] Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-Agama Di Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2007,hlm. 9
[3]W.A.L. Stokhof, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Permasalahan), Jakarta : INIS, 1990,
hlm. 108-109
[4] Budhy Munawar, Argumen Islam Untuk Pluralisme “Islam Progresif dan Perkembangan
Diskursusnya”, Jakarta: Gransindo, 2008, hlm. 92-93
[5] Alwi Shibab, Islam Inklusif,Jakarta: Mizan, 1998, hlm. 78
[6] Norcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan,Jakarta: Mizan, 1987, hlm. 70
[7] Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1981, hlm. 3
[8] Ahmad Amin, Islam dari Masa Ke Masa, Bandung: Remaja Rosdakarya: 1993, hlm. 169
[9] Eka Darmaputera, Strugglin in Hope, Jakarta: BPK-GM, 2004, hlm. 507
[10] Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban;Sebuah Tealaah Kritis Tentang Masalah Keimanan
Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina, 1992, hlm. 226
[11] Alwi Shibab, Op.cit., hlm. 79-80
[12] Riyal Ka'bah, Nilai-Nilai Pluralisme Dalam Islam, Bingkai gagasan yang berserak,(Ed.) Suruin, Bandung :
Penerbit Nuansa, 2005, hlm. 68.
[13] Ibid, hlm. 69-70
[14] Syafi’i Anwar, Agama dan PluralitasMasyarakat Bangsa, Jakarata : P3M, 1994, hlm. 223
[15] Budhy Munawar, Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta: Srigunting, 2004, hlm. 39
[16] Abu Bakar Jabir El-Jazair, Pola Hidup Muslim (Etika), Bandung:Remaja Rosdakarya, 1990, hlm.
[17] Dialog antar umat beragama bermanfaat dalam memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
perspektif-prespektif yang berbeda. David W. Shenk, Op.cit, hlm. 346
[18] Husain Hilikal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Utera Antamusa, 1990, hlm. 205.
[19] Farid Esack, Al-Quran, Liberalisme, Pluralisme: Membebaskan Yang Tertindas, Bandung: Mizan, 2000,
hlm. 232