5. Capaian Pembelajaran
1. Mengevaluasi implementasi pembelajaran berdiferensiasi untuk
mengakomodasi kebutuhan belajar murid yang berbeda.
2. Menguatkan pemahaman tentang pembelajarandiferensiasi.
3. Menguatkan kesadaran akan pentingnya dukungan pemimpin
pembelajaran untuk meningkatkan penerapan pembelajaran
berdiferensiasi yang efektif.
6.
7. Pertanyaan
Inti
1. Bagaimana implementasi pembelajaran berdiferensiasi di
kelas/sekolah?
2. Bagaimana peran dari setiap komponen warga sekolah dalam
pembelajaran berdiferensiasi?
3. Dukungan seperti apa yang diperlukan agar pembelajaran
berdiferensiasi bisa berjalan efektif?
8. Pro
• Penelitian menunjukkan bahwa instruksi pembelajaran
berdiferensiasi efektif bagi siswa- siswi yang berkemampuan
tinggi dan yang punya kesulitan atau tak berkemampuan.
• Saat siswa diberi pilihan atas cara mereka belajar, mereka lebih
bertanggung jawab.
• Siswa lebih terlibat dan menunjukkan minat dalam belajar.
• Dilaporkan masalah disiplin lebih berkurang di kelas bila
paraguru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
9. Kontra
• Instruksi berdiferensiasi membutuhkan waktu dan persiapan lebih dan
para guru masih berjuang mencari waktu di sela-sela jadwal mereka.
dalam pengembangan
• Ada lonjakan tajam dalam kurva pembelajaran.
• beberapa sekolah kurang sumber daya
profesionalisme.
10. Tantangan
Ada 3 tantangan yang dihadapi guru-guru ketika mereka berjuang untuk
mewujudkan kelas berdiferensiasi, yaitu:
1. menjembatani dilema diferensiasi vs standarisasi,
2. mengatur waktu, dan
3. mengakses sumber-sumber yang bervariasi.
12. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi
bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
2.Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia
akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid
tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang
berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
13. 3.Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja
keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu
bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
4.Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan
adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
5.Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses
penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau
sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yangditetapkan.
14. Mengidentifikasi
Kebutuhan Belajar Murid
1. Kesiapan Belajar Murid
(Readiness)
Kesiapan belajar (readiness)
adalah kapasitas untuk
mempelajari materi, konsep, atau
keterampilan baru.
Ibu Lili akan mengajar pelajaran Matematika. Tujuan
Pembelajaran yang ia tetapkan adalah: murid dapat menyajikan dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangundatar.
15. Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Murid
2. Minat Murid (interest)
Ibu Zaenab ingin mengajarkan murid-muridnya keterampilan membuat tulisan
teks prosedur. Ia kemudian melihat pada catatan yang dimilikinya. Ia
menemukan bahwa di kelasnyaada:
● 8 orang murid yang sangat menyukai kegiatanolahraga;
● 6 orang yang menyukai hal-hal yang berkaitandengansains;
● 4 orang senang membuat prakaryadan;
● 2 orang senang memasak.
Setelah selesai mendiskusikan tentang apa dan bagaimana membuat tulisan
berbentuk prosedur, Bu Zaenab lalu meminta murid berlatih membuat sendiri
tulisan berbentuk prosedur tersebut. Setiap murid diperbolehkan untuk menulis
dengan topik sesuai dengan minat mereka. Ada murid yang memilih membuat
tulisan prosedur memasak nasi goreng, ada murid yang memilih membuat
tulisan tentang prosedur membuat bunga dari sedotan,dsb.
16. Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Murid
3. Profil Belajar Murid
(Learning Profiles)
Pak Herman akan mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaranyaitu :agar
murid dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhlukhidup.
Berdasarkan identifikasi yang ia lakukan, Pak Herman telah mengetahui bahwa sebagian
muridnya
adalah pembelajar visual , sebagian lagi adalah pembelajar auditori, dan pembelajar
kinestetik.
Untuk memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut, Pak Herman lalu
memutuskan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Saat mengajar, Pak Herman melakukan hal-hal berikutini:
- Ia menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual saat menjelaskan.
- Ia juga menyediakan video yang dilengkapi penjelasan lisan yang dapat
diakses oleh murid.
- Pak Herman juga membuat beberapa sudut belajar atau display yang
ditempel di tempat-tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid
bergerak saat mengakses informasi
2.Saat memberikan tugas, Pak Herman memperbolehkan murid-muridnya
memilih cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat
makhluk hidup. Murid boleh menunjukkan pemahaman dalam bentuk gambar,
rekaman wawancara maupun performance atau role-play
17. One Size Does Not Fits All – Satu Ukuran Tidak akan Pas untuk Semua
19. Strategi Mendiferensiasi Pembelajaran
1. Mendiferensiasi Konten: Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan
pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan,
konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum.
21. Strategi Mendiferensiasi Pembelajaran
3. Mendiferensiasi Produk:
Merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid,hasil latihan, penerapan, dan
pengembangan apa yang telah dipelajari.
Contoh
23. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1. Guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dari awal
● Langkah pertama menuju diferensiasi adalah memiliki tujuan yang jelas.
● Guru perlu menanyakan pada diri sendiri pertanyaan ini setiap hari: “Apa yang akan
kita pelajari hari ini?”
● Guru perlu mengetahui pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang esensial yang
perlu dikuasai oleh murid.
● Jika guru memiliki tujuan yang jelas, mereka tahu bagaimana mereka dapat
memeriksa pemahaman murid.
24. 2. Memeriksa Pemahamanmurid
● Ada banyak cara untuk memeriksa pemahaman murid. Bukan hanya melalui tes
tertulis.
Lewat pertanyaan-pertanyaan yang mereka berikan, guru dapat mengecek apakah
murid-murid telah memahami apa yang yang telah dipelajari. atau
● Guru juga dapat menggunakan writing tools (misalnya tulisan atau karangan, poster
diagram yang mereka buat, dsb); performance tools, kuis, alat-alat teknologi, dan
sebagainya untuk mengetahui sejauh pemahaman murid.
● Jadi dengan kata lain, guru dapat menggunakan alat-alat penilaian formal (yang mungkin
membutuhkan waktu untuk memberikan umpan balik kepada murid) atau, guru juga dapat
menggunakan alat-alat penilaian informal yang cepat, misalnya melalui respon murid, dbs.
25. 3. Keterlibatan siswa
Penilaian formatif dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan murid dalam belajar.
Contoh:
Jika guru tahu bahwa setengah jumlah siswanya ternyata telah menguasai materi yang akan
ia berikan minggu depan, maka ia bisa mengubah rencana pembelajarannya agar lebih
sesuai dengan kebutuhan siswa.
Di sisi lain, jika guru menggunakan penilaian formatif secara efektif, mereka dapat
membedakan untuk memberikan instruksi “secara tepat waktu” yang benar-benar dibutuhkan
dan dianggap relevan oleh siswa. Instruksi yang tepat waktu dan relevan menghasilkan
keterlibatan siswa yang lebih tinggi.
26. “Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan
mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan
ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru
seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni
mendidik. Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup
lahir danbatin.”
(Ki Hajar Dewantara)