Makalah ini membahas perspektif benih tanaman rempah dan obat di Indonesia. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain: (1) sebagian besar pasokan bahan baku industri obat tradisional berasal dari hutan dan upaya pengembangan budidaya menghadapi masalah kurangnya informasi tentang penggunaan benih bermutu, (2) telah dilakukan berbagai penelitian terkait teknik produksi dan penanganan benih tanaman obat seperti
Dokumen tersebut membahas tentang sistematika dan morfologi tanaman mentimun serta beberapa varietas mentimun yang dapat dibudidayakan. Terdapat informasi mengenai klasifikasi ilmiah tanaman mentimun, ciri-ciri beberapa varietas mentimun hibrida seperti Hercules dan varietas lokal."
Dokumen tersebut membahas potensi jamur mikoriza arbuskular untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan bibit tebu. Penelitian menunjukkan bahwa 6 genus jamur mikoriza ditemukan pada akar tebu, dan genus Glomus paling dominan. Uji infektivitas menunjukkan isolat dari 4 daerah mampu meningkatkan pertumbuhan tebu dan mengurangi penyakit karat jingga pada bibit."
Laporan praktikum ini membahas budidaya kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Praktikum dilakukan untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kangkung. Metode yang digunakan adalah percobaan lapangan dengan variasi kedalaman lubang tanam dan kerapatan tanam. Hasil pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot tanaman.
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)Kartika Dhewii
Sayuran indigenous tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif yang memenuhi kualitas hortikultura dan permintaan pasar. Namun, pada umumnya sayuran tersebut belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas dan biasanya sayuran ini hanya terdapat di pasar lokal. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari teknik budidaya tanaman indigenous khususnya tanaman Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) agar tanaman tersebut dikenal oleh masyarakat luas sehingga pemanfaatannya sebagai tanaman yang memiliki khasiat obat dapat dinikmati oleh masyarakat.
Makalah ini membahas perspektif benih tanaman rempah dan obat di Indonesia. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain: (1) sebagian besar pasokan bahan baku industri obat tradisional berasal dari hutan dan upaya pengembangan budidaya menghadapi masalah kurangnya informasi tentang penggunaan benih bermutu, (2) telah dilakukan berbagai penelitian terkait teknik produksi dan penanganan benih tanaman obat seperti
Dokumen tersebut membahas tentang sistematika dan morfologi tanaman mentimun serta beberapa varietas mentimun yang dapat dibudidayakan. Terdapat informasi mengenai klasifikasi ilmiah tanaman mentimun, ciri-ciri beberapa varietas mentimun hibrida seperti Hercules dan varietas lokal."
Dokumen tersebut membahas potensi jamur mikoriza arbuskular untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan bibit tebu. Penelitian menunjukkan bahwa 6 genus jamur mikoriza ditemukan pada akar tebu, dan genus Glomus paling dominan. Uji infektivitas menunjukkan isolat dari 4 daerah mampu meningkatkan pertumbuhan tebu dan mengurangi penyakit karat jingga pada bibit."
Laporan praktikum ini membahas budidaya kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Praktikum dilakukan untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kangkung. Metode yang digunakan adalah percobaan lapangan dengan variasi kedalaman lubang tanam dan kerapatan tanam. Hasil pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot tanaman.
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)Kartika Dhewii
Sayuran indigenous tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif yang memenuhi kualitas hortikultura dan permintaan pasar. Namun, pada umumnya sayuran tersebut belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas dan biasanya sayuran ini hanya terdapat di pasar lokal. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari teknik budidaya tanaman indigenous khususnya tanaman Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) agar tanaman tersebut dikenal oleh masyarakat luas sehingga pemanfaatannya sebagai tanaman yang memiliki khasiat obat dapat dinikmati oleh masyarakat.
1. Aplikasi bokashi berbasis kotoran ternak dan pupuk anorganik dapat meningkatkan produksi tomat.
2. Kombinasi bokashi pupuk kandang ayam dan pupuk anorganik setengah dosis memberikan hasil tomat tertinggi.
3. Penggunaan bokashi dan pupuk anorganik setengah dosis dapat mengurangi pemakaian pupuk serta meningkatkan hasil tanaman tomat.
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (Ekal Kurniawan
Dokumen ini membahas tentang budidaya tanaman katuk dengan menggunakan pupuk organik cair urine sapi. Urine sapi mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium serta zat auksin yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian urine sapi dapat meningkatkan hasil panen tanaman seperti terung dan jagung. Urine sapi diusulkan sebagai alternatif pupuk ramah lingkungan untuk budid
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi gulma di areal perkebunan, menentukan luas minimum untuk mengambil contoh gulma, serta menghitung nilai penting gulma. Metode yang digunakan meliputi pengambilan sampel gulma, identifikasi ciri morfologi, penentuan jumlah spesies gulma berdasarkan ukuran kuadrat, dan penghitungan frekuensi relatif gulma.
Dokumen tersebut membahas mengenai jenis-jenis gulma yang umum pada tanaman hortikultura seperti buah-buahan dan sayuran seperti apel, salak, mangga, kubis, dan wortel beserta teknik pengendaliannya. Gulma-gulma tersebut dapat bersaing dengan tanaman utama dalam pemenuhan kebutuhan akan nutrisi, cahaya, dan ruang tumbuh.
Dokumen tersebut membahas tentang ketela pohon, mulai dari sejarah, jenis, manfaat, sentra penanaman, syarat tumbuh, budidaya, hama penyakit dan gulmanya. Ketela pohon berasal dari Amerika dan telah ditanam di berbagai negara termasuk Indonesia. Budidaya ketela pohon memerlukan iklim tropis dan curah hujan tinggi.
Laporan praktikum ilmu gulma mendiskusikan percobaan dormansi biji gulma pada berbagai jenis tanah. Percobaan menunjukkan bahwa jenis gulma yang mengalami pematahan dormansi berbeda di setiap tanah. Tanah pekarangan memiliki jumlah gulma terbanyak sedangkan tanah sawah tidak menunjukkan pematahan dormansi. Secara umum, tidak ada pengaruh nyata jenis tanah terhadap pematahan dormansi biji gulma.
Laporan praktikum tentang teknologi produksi tanaman jagung. Mencakup latar belakang pentingnya jagung sebagai pangan dan bahan baku industri, tujuan praktikum untuk memahami prinsip produksi jagung dan meningkatkan ketrampilan mahasiswa, serta tinjauan pustaka mengenai karakteristik tanaman jagung dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung.
Dokumen tersebut membahas sejarah, jenis, manfaat, dan pedoman budidaya kacang tanah. Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan dan mulai dibudidayakan di Indonesia pada abad ke-17. Dokumen ini memberikan informasi tentang varietas yang dibudidayakan, syarat pertumbuhan tanaman, teknik penanaman, dan pemeliharaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya tanaman kacang tanah, mulai dari persyaratan tanah, teknik budidaya seperti pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen hingga pasca panen. Kacang tanah dapat tumbuh di berbagai jenis tanah tetapi yang paling cocok adalah tanah bertekstur ringan dan sedang. Teknik budidayanya meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyak
Dokumen tersebut membahas tentang teknik budidaya tanaman hortikultura. Terdapat beberapa jenis tanaman hortikultura seperti tanaman sayur, buah, bunga, dan taman. Dokumen juga menjelaskan klasifikasi tanaman sayur berdasarkan aspek botanis dan cara budidayanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Laporan ini membahas praktikum budidaya tanaman kangkung darat. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara budidaya kangkung darat dengan baik. Mahasiswa belajar cara menanam kangkung darat di lahan perladangan dengan melakukan persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan tanaman hingga panen. Sifat tanaman yang diamati antara lain tinggi tanaman dan jumlah daun.
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...Repository Ipb
Varietas kedelai Wilis, Slamet dan Tanggamus menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dibandingkan varietas Anjasmoro di lahan kering Kabupaten Musi Rawas. Produksi tertinggi dicapai oleh varietas Wilis dengan 2,29 ton per hektar.
1. Aplikasi bokashi berbasis kotoran ternak dan pupuk anorganik dapat meningkatkan produksi tomat.
2. Kombinasi bokashi pupuk kandang ayam dan pupuk anorganik setengah dosis memberikan hasil tomat tertinggi.
3. Penggunaan bokashi dan pupuk anorganik setengah dosis dapat mengurangi pemakaian pupuk serta meningkatkan hasil tanaman tomat.
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (Ekal Kurniawan
Dokumen ini membahas tentang budidaya tanaman katuk dengan menggunakan pupuk organik cair urine sapi. Urine sapi mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium serta zat auksin yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian urine sapi dapat meningkatkan hasil panen tanaman seperti terung dan jagung. Urine sapi diusulkan sebagai alternatif pupuk ramah lingkungan untuk budid
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi gulma di areal perkebunan, menentukan luas minimum untuk mengambil contoh gulma, serta menghitung nilai penting gulma. Metode yang digunakan meliputi pengambilan sampel gulma, identifikasi ciri morfologi, penentuan jumlah spesies gulma berdasarkan ukuran kuadrat, dan penghitungan frekuensi relatif gulma.
Dokumen tersebut membahas mengenai jenis-jenis gulma yang umum pada tanaman hortikultura seperti buah-buahan dan sayuran seperti apel, salak, mangga, kubis, dan wortel beserta teknik pengendaliannya. Gulma-gulma tersebut dapat bersaing dengan tanaman utama dalam pemenuhan kebutuhan akan nutrisi, cahaya, dan ruang tumbuh.
Dokumen tersebut membahas tentang ketela pohon, mulai dari sejarah, jenis, manfaat, sentra penanaman, syarat tumbuh, budidaya, hama penyakit dan gulmanya. Ketela pohon berasal dari Amerika dan telah ditanam di berbagai negara termasuk Indonesia. Budidaya ketela pohon memerlukan iklim tropis dan curah hujan tinggi.
Laporan praktikum ilmu gulma mendiskusikan percobaan dormansi biji gulma pada berbagai jenis tanah. Percobaan menunjukkan bahwa jenis gulma yang mengalami pematahan dormansi berbeda di setiap tanah. Tanah pekarangan memiliki jumlah gulma terbanyak sedangkan tanah sawah tidak menunjukkan pematahan dormansi. Secara umum, tidak ada pengaruh nyata jenis tanah terhadap pematahan dormansi biji gulma.
Laporan praktikum tentang teknologi produksi tanaman jagung. Mencakup latar belakang pentingnya jagung sebagai pangan dan bahan baku industri, tujuan praktikum untuk memahami prinsip produksi jagung dan meningkatkan ketrampilan mahasiswa, serta tinjauan pustaka mengenai karakteristik tanaman jagung dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung.
Dokumen tersebut membahas sejarah, jenis, manfaat, dan pedoman budidaya kacang tanah. Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan dan mulai dibudidayakan di Indonesia pada abad ke-17. Dokumen ini memberikan informasi tentang varietas yang dibudidayakan, syarat pertumbuhan tanaman, teknik penanaman, dan pemeliharaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya tanaman kacang tanah, mulai dari persyaratan tanah, teknik budidaya seperti pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen hingga pasca panen. Kacang tanah dapat tumbuh di berbagai jenis tanah tetapi yang paling cocok adalah tanah bertekstur ringan dan sedang. Teknik budidayanya meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyak
Dokumen tersebut membahas tentang teknik budidaya tanaman hortikultura. Terdapat beberapa jenis tanaman hortikultura seperti tanaman sayur, buah, bunga, dan taman. Dokumen juga menjelaskan klasifikasi tanaman sayur berdasarkan aspek botanis dan cara budidayanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Laporan ini membahas praktikum budidaya tanaman kangkung darat. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara budidaya kangkung darat dengan baik. Mahasiswa belajar cara menanam kangkung darat di lahan perladangan dengan melakukan persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan tanaman hingga panen. Sifat tanaman yang diamati antara lain tinggi tanaman dan jumlah daun.
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...Repository Ipb
Varietas kedelai Wilis, Slamet dan Tanggamus menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dibandingkan varietas Anjasmoro di lahan kering Kabupaten Musi Rawas. Produksi tertinggi dicapai oleh varietas Wilis dengan 2,29 ton per hektar.
Laporan praktikum ini membahas teknik produksi tanaman jagung, meliputi persiapan media tanam, penanaman benih, pemupukan, dan pengamatan tanaman jagung. Tujuannya adalah mengetahui produktivitas dan teknik budidaya jagung yang baik.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang klasifikasi, morfologi, dan penanganan pascapanen tanaman sorgum. Tanaman sorgum termasuk keluarga Poaceae dan memiliki berbagai keunggulan seperti tahan terhadap kekeringan dan produksi yang tinggi. Penanganan pascapanen sorgum meliputi pengeringan, perontokan, dan pengupasan biji untuk mempertahankan kualitas.
Mini penelitian ini membahas pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk kandang (kotoran sapi, kambing, ayam) dan frekuensi pemberian air terhadap pertumbuhan tanaman pegagan. Tujuannya adalah mengetahui faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan pegagan. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan kering tanaman. Diharapkan hasilnya bermanfaat untuk petani dan masyarakat.
1. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung
(Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di
Semirata 2013 FMIPA Unila |351
Kabupaten Pasaman
Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas
E-mail : solfiyenikarimi@yahoo.co.id
Abstrak. Penelitian mengenai analisis vegetasi gulma pada pertanaman jagung (Zea mays
L.) di lahan kering dan lahan sawah telah dilakukan di Malampah Kabupaten Pasaman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan struktur gulma pada kedua
pertanaman jagung tersebut. Penelitian ini menggunakan metoda kuadrat, dengan
peletakan plot secara purposive sampling. Plot dibuat sebanyak 15 plot pada masing-masing
lahan dengan ukuran plot 1 x 1 m. Hasil penelitian menunjukkan komposisi gulma pada
kedua pertanaman terdiri dari 16 famili, 35 genus dan 45 spesies. Kerapatan gulma pada
kedua lahan berbeda sekali dengan jumlah total 12175 individu gulma di lahan kering dan
5446 individu di lahan sawah. Borreria alata mendominasi pertanaman jagung di lahan
kering, yaitu sebanyak 6.680 individu (SDR 40,03%), sedangkan Cuphea carthagenensis
mendominasi pertanaman jagung di lahan sawah, yaitu sebanyak 1815 individu (SDR
19,74%). Indeks kesamaan gulma dari kedua lahan pertanaman tersebut rendah dengan nilai
sebesar 20%.
Kata kunci: gulma, lahan kering, sawah
PENDAHULUAN
Jagung merupakan salah satu tanaman
budidaya yang saat ini banyak diusahakan
oleh masyarakat. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai
pakan ternak, penghasil minyak, diolah
menjadi tepung, dan bahan baku industri.
Jagung yang telah mengalami rekayasa
genetika saat ini juga ditanam sebagai
bahan baku farmasi dan bahan ekspor non
migas. Jagung dapat tumbuh pada berbagai
macam tanah, bahkan dalam kondisi tanah
yang agak kering. Kebanyakan ditanam di
dataran rendah baik sawah atau tanah
kering, sebagian juga ditanam di daerah
dataran tinggi dan pegunungan pada
ketinggian 1.000-1.800 mdpl. Untuk dapat
meningkatkan produksi jagung perlu
diperhatikan beberapa faktor seperti, bibit
yang unggul, pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit serta pengendalian
gulma.
Gulma adalah semua tumbuhan selain
tanaman budidaya. Dalam pertanian gulma
merupakan tumbuhan yang memberikan
dampak negatif terhadap tanaman yang
dibudidayakan baik secara langsung
maupun tidak. Gulma yang mengganggu
tanaman pokok pada masa pertumbuhan
dan perkembangan hidup tanaman
merupakan salah satu masalah penting yang
dapat menurunkan produksi tanaman.
Persentase penurunan produksi setiap jenis
tanaman berbeda tergantung pada spesies
dan kerapatan gulma. Kehadiran gulma
pada lahan pertanaman jagung dapat
menurunkan hasil dan mutu biji. Penurunan
hasil tergantung pada jenis gulma,
kepadatannya, lama persaingan dan
senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh
gulma.
Gulma yang terdapat di lahan sawah
akan berbeda dengan gulma yang
ditemukan di lahan kering karena
perbedaan tempat tumbuh dan faktor-faktor
lingkungan lainnya. Gulma yang banyak
2. Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami: Analisis Vegetasi Gulma Pada
Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten
Pasaman
ditemukan di lahan sawah adalah suku
Cyperaceae dan Graminae, sebagian kecil
dari suku lainnya. Sedangkan di lahan
kering, ditemukan suku Rubiaceae,
Cyperaceae, Asteraceae, dan sebagian besar
suku Oxalidaceae. Berdasarkan latar
belakang diatas telah dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui
komposisi dan struktur gulma pada
pertanaman jagung di lahan kering dan
lahan sawah yang terdapat di kenagarian
Malampah Kabupaten Pasaman.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan
April sampai Juni 2011 pada pertanaman
jagung di lahan kering dan lahan sawah
yang terdapat di Nagari Malampah
Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten
Pasaman dan kemudian dilanjutkan di
352| Semirata 2013 FMIPA Unila
Laboratorium Ekologi dan Herbarium
Universitas Andalas. Penelitian
menggunakan metoda kuadrat, dengan
peletakan plot secara purposive sampling
dan jumlah plot sebanyak 15 buah pada
masing-masing lahan dengan ukuran plot 1
x 1 meter. Pengamatan dan pengkoleksian
jenis gulma pada pertanaman jagung
dilakukan saat tanaman jagung berumur 1,5
bulan (± 45 hari).
Pada setiap plot pengamatan dilakukan
pencatatan tentang jenis gulma, jumlah
individu masing-masing jenis, lalu
dilakukan pencabutan untuk mengukur
dominansi gulma. Jenis gulma yang belum
diketahui namanya dikoleksi dan
selanjutnya diidentifikasi di Herbarium
Andalas. Selain itu, juga dilakukan
pengukuran faktor-faktor lingkungan
abiotik di lapangan yaitu pengukuran
kelembaban tanah dan pH tanah.
ANALISA DATA
Data yang didapatkan dilapangan dianalisis dengan menggunakan rumus berikut;
Kerapatan =
Kerapatan Relatif (%) =
Frekuensi =
Frekuensi Relatif (%) =
Dominansi =
Dominansi Relatif (%) =
Nilai Penting (NP) = KR + FR + DR
Summed Dominance Ratio /Perbandingan Nilai Penting (SDR) =
Indeks Kesamaan Sorensen (Q/S) =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan gulm
pada kedua lahan pertanaman jagung (di
lahan kering dan lahan sawah) didapatkan
16 famili, 35 genus dan 45 jenis gulma.
Pada pertanaman jagung di lahan kering
didapatkan 25 jenis gulma dengan jumlah
total 12175 individu dan pada pertanaman
di lahan sawah juga didapatkan 25 jenis
gulma dengan 5446 individu. Jumlah total
individu gulma di lahan kering jauh lebih
banyak dibandingkan jumlah individu
gulma di lahan sawah. Pada lahan kering,
tanahnya lebih gembur dibanding lahan
sawah sehingga biji-biji gulma lebih banyak
3. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |353
berkecambah. Selain itu serapan hara oleh
gulma dan tanaman berlangsung lebih
cepat, sehingga menyebabkan
perkecambahan dan pertumbuhan gulma
juga lebih cepat dan subur.
Gulma yang dominan pada pertanaman
jagung di lahan kering adalah Borreria
alata dari famili Rubiaceae (sebanyak 6680
individu). Gulma ini sering dijumpai pada
pertanaman di lahan kering dan tergolong
gulma penting pada beberapa lahan
tanaman pangan. Borreria alata termasuk
gulma penting tanaman pangan yang
dijumpai pada pertanaman padi gogo,
jagung, kedelai, kacang tanah, dan ketela
pohon.
Pada pertanaman jagung di lahan sawah
gulma yang didapatkan umumnya adalah
jenis gulma padi sawah. Hal ini dapat
disebabkan masih adanya pengaruh dari
lingkungan sawah dimana gulma yang
tumbuh sebelumnya adalah gulma yang
sesuai dengan tanah yang lembab atau
bahkan sedikit basah. Sehingga gulma yang
tumbuh pada pertanaman jagung di lahan
ini sebagian besar adalah gulma padi
sawah. Gulma yang mendominasi pada
pertanaman jagung di lahan sawah adalah
Cuphea carthagenensis yaitu sebanyak
1815 individu. Jenis ini umumnya tumbuh
melimpah pada habitat lembab, seperti di
sepanjang saluran air atau drainase, dan
rawa.
Jenis gulma yang didapatkan pada
masing-masing lahan bervariasi.
Kelembaban tanah dan pH tanah pada
kedua lokasi pertanaman juga berbeda.
Kelembaban tanah pada lahan kering lebih
rendah (rata-rata 3-4%) dan kelembaban di
lahan sawah (rata-rata 5-6%). pH tanah
lahan sawah lebih asam (pH = 4,90)
dibandingkan dengan lahan kering (pH =
5,24). Kelangsungan hidup gulma
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pH tanah, kelembaban tanah,
aerasi dan lain-lain.
Pada Tabel 1 dapat dilihat gulma yang
paling dominan dengan nilai SDR tertinggi
yaitu jenis Borreria alata (SDR 40,03%).
Borreria alata merupakan salah satu jenis
gulma yang kompetitif yang juga
menghasilkan biji yang sangat tinggi.
Produksi biji gulma Borreria alata dapat
mencapai 9953 biji per tanaman
permusimnya dan tingkat dormansi bijinya
cukup lama.
STRUKTUR GULMA DI LAHAN KERING
Tabel 1. Sepuluh Jenis Gulma Utama pada Pertanaman Jagung di Lahan Kering
No. Jenis KR
(%)
FR
(%)
DR
(%)
NP
(%)
SDR
(%)
1 Borreria alata (Aubl) DC. 55,00 7,65 57,44 120,10 40,03
2 Ageratum conyzoides L. 15,49 7,14 8,42 31,05 10,35
3 Digitaria setigera R. & S. 4,67 7,65 7,35 19,68 6,56
4 Porophyllum ruderale (Jacq.) Cass 3,05 5,10 4,90 13,05 4,35
5 Phyllanthus niruri L 3,00 7,14 2,41 12,55 4,18
6 Imperata cylindrica (L.) Beauv 1,85 3,57 6,28 11,70 3,90
7 Borreria repens DC. 3,71 5,10 0,61 9,41 3,14
8 Polygala paniculata L. 1,60 7,65 0,14 9,39 3,13
9 Oxalis barrelieri L. 1,24 6,63 0,87 8,74 2,91
10 Axonopus compressus (Sw.) Beauv 1,50 5,61 1,62 8,73 2,91
4. Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami: Analisis Vegetasi Gulma Pada
Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten
Pasaman
STRUKTUR GULMA DI LAHAN SAWAH
Tabel 2. Sepuluh Jenis Gulma Utama pada Pertanaman Jagung di Lahan Sawah
No. Jenis KR
354| Semirata 2013 FMIPA Unila
(%)
FR
(%)
DR
(%)
NP
(%)
SDR
(%)
1 Cuphea carthagenensis Jacq. 33,33 7,91 17,98 59,21 19,74
2 Axonopus compressus (Sw.) Beauv 5,60 6,21 21,65 33,47 11,16
3 Fimbristylis miliaceae (L.) Vahl 12,95 8,47 7,95 29,37 9,79
4 Cyperus kyllingia Endl. 15,53 8,47 5,19 29,20 9,73
5 Echinochloa colonum L. 4,08 5,65 15,24 24,97 8,32
6 Oryza sativa L. 3,82 6,21 6,11 16,14 5,38
7 Eleusine indica (L.) Gaertn 6,35 3,39 5,78 15,53 5,18
8 Ageratum conyzoides L. 4,11 7,34 1,69 13,15 4,38
9 Cyanotis axillaris (L.) Sweet 2,19 7,34 0,14 9,67 3,22
10 Fimbristylis tomentosa Vahl. 1,41 5,08 1,79 8,29 2,76
Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa dari
10 jenis gulma di lahan sawah yang
memiliki nilai SDR tertinggi adalah jenis
Cuphea carthagenensis dengan nilai
sebesar 19,74%. Cuphea carthagenensis
merupakan jenis herba yang banyak
tumbuh di lahan basah.
INDEKS KESAMAAN SORENSEN
Pada kedua lahan pertanaman ditemukan
lima jenis gulma yang sama dengan Indeks
Kesamaan Sorensen seperti pada Tabel 3
berikut ini:
Tabel 3. Jenis Gulma yang Ditemukan pada
Kedua Lahan Pertanaman Jagung
No Famili Jenis Q/S
1 Asteraceae Ageratum
conyzoides
2 Euphorbiaceae Phyllanthus
niruri
3 Lytheraceae Cuphea
carthagenensis
20%
4 Poaceae Axonopus
compressus
5 Rubiaceae Borreria laevis
Ket; Q/S: Indeks Kesamaan Sorensen
Berdasarkan Tabel 3. pada kedua lahan
pertanaman ditemukan 5 jenis gulma yang
sama yaitu. Diantara kelima jenis gulma ini,
yang banyak ditemukan pada kedua lahan
pertanaman adalah jenis Ageratum
conyzoides dan Cuphea carthagenensis.
Lahan sawah yang dijadikan sebagai daerah
pertanaman jagung merupakan lahan yang
telah dikeringkan dan tidak diairi selama
ditanami jagung, kondisi tanahnya
mengering sehingga Ageratum conyzoides
dapat tumbuh dan berkembang di lahan
sawah tersebut. Selain itu, Ageratum
conyzoides merupakan gulma semusim
yang memiliki jumlah biji yang banyak dan
mudah tersebar. Sedangkan jenis Cuphea
carthagenensis yang melimpah pada lahan
sawah juga ditemukan pada lahan kering
dikarenakan sifatnya yang juga mampu
tumbuh dan berkembang pada lahan
kering. Cuphea carthagenensis kadang-kadang
juga melimpah pada daerah
perkebunan dan lapangan terbuka.
Indeks kesamaan Sorensen yang
didapatkan untuk kedua lahan pertanaman
adalah sebesar 20% ini berarti bahwa
indeks kesamaan dari kedua lahan
pertanaman tergolong rendah karena kurang
dari 50%. Berarti komunitas gulma pada
kedua lahan pertanaman dapat dikatakan
5. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |355
berbeda, hal ini ditandai dengan rendahnya
kesamaan jenis gulma yang ditemukan dari
kedua lahan pertanaman jagung tersebut.
Berdasarkan aturan uji beda aturan 50%,
dua komunitas dikatakan berbeda nyata bila
indeks kesamaannya kecil dari 50%.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian terhadap gulma di
pertanaman jagung lahan kering dan lahan
sawah dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
Komposisi gulma pada kedua
pertanaman jagung terdiri dari 16 famili, 35
genus, dan 45 spesies dengan jumlah
keseluruhan yaitu 12175 individu di lahan
kering dan 5446 individu di lahan sawah
Struktur gulma pada pertanaman jagung
di lahan kering dengan nilai SDR tertinggi
adalah gulma jenis Borreria alata (SDR
40,03%), sedangkan pada pertanaman di
lahan sawah adalah gulma jenis Cuphea
carthagenensis (SDR 19,74%). dan indeks
kesamaan jenis yang didapat dari kedua
lahan tersebut tergolong rendah dengan
nilai sebesar 20%.
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius. 1993. Seri Budi
Daya Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Dinas Pertanian. 1979. Pedoman Tani.
Sumatra Offset. Padang.
Fadhly, A.F dan F. Tabri. 2009.
Pengendalian Gulma Pada Pertanaman
Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Maros. hlm. 238-254.
Lusa, M. G and C. Bona. 2011.
Morphological, anatomical and
histochemical characterization of
Cuphea carthagenensis (Jacq.) JF
Macbr, (Lythraceae). Acta Botanica
Brasilica, 25 : 517-527.
Navie, S. 2011. Colombian Waxweed
(Cuphea carthagenensis).
http://www.techni gro.com.au. Diakses
13 November 2011.
Pacific Island Ecosystems at Risk. 2006.
Cuphea Carthagenensis (Jacq). J.F
Macbr, Lytheraceae.
http://www.hear.org/pier/species/cuphea
_carthagenensis.htm. Diakses 13
November 2011.
Ridwan dan D. Jamin. 1994. Pengaruh
Pemberian Bahan Organik Terhadap
Pertumbuhan Gulma, Hasil Jagung dan
Kacang Tanah. Dalam Prosiding
Konferensi XII Himpunan Ilmu Gulma
Indonesia (Weed Science Society Of
Indonesia). Padang, 11-13 Juli 1994. hlm
37-42.
Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma.
Gramedia. Jakarta.
Siagian, M.H dan Z. Fanani. 1994. Jenis
dan Tingkat Keberadaan Gulma Pada
Pertanaman “Baby Corn” di Bundayati
Bengkulu. Dalam Prosiding Konferensi
XII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia
(Weed Science Of Indonesia). Padang,
11-13 Juli 1994. hlm 49-53.
Setyowati, N., U. Nurjanah, dan Afrizal.
2005. Pergeseran Gulma dan Hasil
Kedelai pada Pengolahan Tanah dan
Teknik Pengendalian Gulma yang
Berbeda. Akta Agrosi. 8 (2) : 62-69.
Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi.
Universitas Andalas Padang. Padang.
Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma dan
Teknik Pengendaliannya. PT Raja
Grafindo. Jakarta.
Suwarno, W.B. 2008. Perakitan Varietas
Jagung Hibrida. Artikel. http://
willy.situshijau.co.id. Diakses tanggal 10
Maret 2011.
Zainir dan N. Jalid. 1994. Identifikasi
Gulma Dominan Pada Lahan Sawah
Bukaan Baru. Dalam Prosiding 2
6. Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami: Analisis Vegetasi Gulma Pada
Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten
Pasaman
Konferensi XII Himpunan Ilmu Gulma
Indonesia (Weed Science Society Of
Indonesia). Padang, 11-13 Juli 1994. hlm
26-27.
356| Semirata 2013 FMIPA Unila
Zimdahl, 1990. Weed Crop Competition.
Fourth Ed. A Review IPPC University of
Oregon. Corvalis, Oregon.