Gizi anak membahas periode pertumbuhan dan masalah gizi pada anak, termasuk rumus perkiraan berat badan dan tinggi badan, gizi anak pra sekolah, pertumbuhan, dan masalah gizi seperti kekurangan zat besi dan seng. Dokumen ini juga membahas gizi remaja dan perubahan fisik selama masa pubertas serta kebutuhan zat gizi yang meningkat.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi gizi dan masalah gizi masyarakat. Epidemiologi gizi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan masalah gizi pada populasi, serta menganalisis faktor-faktor penyebabnya seperti asupan makanan, kondisi kesehatan, dan lingkungan. Gizi buruk dapat terjadi karena kekurangan zat gizi akibat faktor agen, inang, dan lingkungan, serta
Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia meliputi ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama, status ekonomi keluarga yang rendah, kelahiran prematur, panjang badan baru lahir yang pendek, ibu yang pendek, dan tingkat pendidikan orangtua rendah."
Gizi anak membahas periode pertumbuhan dan masalah gizi pada anak, termasuk rumus perkiraan berat badan dan tinggi badan, gizi anak pra sekolah, pertumbuhan, dan masalah gizi seperti kekurangan zat besi dan seng. Dokumen ini juga membahas gizi remaja dan perubahan fisik selama masa pubertas serta kebutuhan zat gizi yang meningkat.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi gizi dan masalah gizi masyarakat. Epidemiologi gizi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan masalah gizi pada populasi, serta menganalisis faktor-faktor penyebabnya seperti asupan makanan, kondisi kesehatan, dan lingkungan. Gizi buruk dapat terjadi karena kekurangan zat gizi akibat faktor agen, inang, dan lingkungan, serta
Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia meliputi ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama, status ekonomi keluarga yang rendah, kelahiran prematur, panjang badan baru lahir yang pendek, ibu yang pendek, dan tingkat pendidikan orangtua rendah."
1. Dokumen tersebut membahas tentang gizi yang dibutuhkan anak usia sekolah dan remaja, termasuk kebutuhan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia sekolah dijelaskan, seperti perilaku makan, ekonomi keluarga, dan gaya hidup.
3. Pentingnya gizi seimbang bagi pertumbuhan dan perkembangan an
Dokumen tersebut membahas tentang Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang merupakan keluarga yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya dengan memiliki pengetahuan, sikap dan praktik gizi seimbang, serta mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang sehat. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya memantau gizi dan pertumbuhan anggota keluarga secara teratur.
Dokumen tersebut membahas tentang gizi buruk pada anak berusia 3 tahun yang dibawa ke poli gizi karena tidak mau makan, dengan riwayat kunjungan ke posyandu yang tidak teratur. Dokumen ini juga menjelaskan epidemiologi, etiologi, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penanganan gizi buruk secara nasional yang dibagi menjadi 3 tahap.
Dokumen tersebut membahas tentang program Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya melalui perilaku gizi seimbang. KADARZI menetapkan sasarannya pada tingkat keluarga karena pengambilan keputusan gizi dan sumber daya terkait gizi berada di tingkat keluarga. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai con
Dokumen tersebut membahas masalah gizi ganda di negara berkembang dimana sebagian penduduk mengalami kekurangan gizi sementara sebagian lain kelebihan gizi. Masalah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan gaya hidup, pola makan, dan ketersediaan makanan. Gizi buruk dan kelebihan berdampak buruk pada kesehatan dan pertumbuhan penduduk.
Dokumen tersebut membahas kebijakan intervensi gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (dari kehamilan hingga anak berusia 2 tahun) untuk menurunkan stunting di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan pentingnya masa emas dan kritis pertumbuhan, serta dampak negatif stunting terhadap perkembangan anak dan produktivitas. Dokumen ini juga memberikan panduan gizi yang tepat untuk ibu hamil, menyusui, dan anak h
GIZI DEWASAdan LANSIA
USIA DEWASA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) nomor 41 Tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang usia dewasa dalam status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) bagi usia >18 tahun
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh untuk INDONESIA menurut DEPKES:
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMSI PANGAN
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN GIZI USIA DEWASA(1) Usia Tahap Perkembangan
Langkah-langkah Penyusunan Menu Gizi Seimbang
Penyebab, kerugian, dan Solusi Masalah Berat Badan
Permasalahan Gizi dan Penyakit Tidak MenularUsia Dewasa
PENUAAN
Efek Penuaan TerhadapFungsi Fisiologis
Teori Penuaan danPembatasan Energi
10 Penyakit Terbanyak pada Lansia Tahun 2013
Kelompok Lansia BERISIKO yang rentan dalam hal Gizi
Zat Gizi dengan Risiko Asupan tidak Adekuat
Pengkajian Gizi pada Lansia
Kapasitas Fungsional
Grafik Hipotesis dari Kapasitas Fungsional
Grafik Kapasitas Fungsional dan Kapasitas Intrinsik
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Terdapat masalah kegemukan dan obesiti di kalangan rakyat Malaysia, terutamanya kanak-kanak dan dewasa. Kadar penyakit tidak berjangkit seperti diabetes dan hipertensi juga tinggi.
2) Pengambilan buah, sayur, susu dan produk tenusu di kalangan rakyat Malaysia masih belum mencapai tahap yang disyorkan. Ini menyebabkan kekurangan zat makanan.
powerpoint ini membahas balita dan tumbuh kembang seputar balita. hal -hal yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita. baik itu mengenai gizi yang dibutuhkan oleh balita maupun masalah kesehatan yang banyak timbul terkait kesehatan gizi pada balita. pada powerpoint ini dibahas mulai dari pengertian gizi, kebutuhan gizi pada balita, pola makan yang baik pada balita, cara mengukur antropometri pada balita dan lain sebagainya.
Dokumen tersebut membahas tentang aspek nutrisi dan gizi yang penting untuk tumbuh kembang anak, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti genetik dan lingkungan. Juga dijelaskan mengenai status gizi anak, antropometri, dan pedoman gizi seimbang untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal anak.
1. Dokumen tersebut membahas tentang gizi yang dibutuhkan anak usia sekolah dan remaja, termasuk kebutuhan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia sekolah dijelaskan, seperti perilaku makan, ekonomi keluarga, dan gaya hidup.
3. Pentingnya gizi seimbang bagi pertumbuhan dan perkembangan an
Dokumen tersebut membahas tentang Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang merupakan keluarga yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya dengan memiliki pengetahuan, sikap dan praktik gizi seimbang, serta mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang sehat. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya memantau gizi dan pertumbuhan anggota keluarga secara teratur.
Dokumen tersebut membahas tentang gizi buruk pada anak berusia 3 tahun yang dibawa ke poli gizi karena tidak mau makan, dengan riwayat kunjungan ke posyandu yang tidak teratur. Dokumen ini juga menjelaskan epidemiologi, etiologi, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penanganan gizi buruk secara nasional yang dibagi menjadi 3 tahap.
Dokumen tersebut membahas tentang program Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya melalui perilaku gizi seimbang. KADARZI menetapkan sasarannya pada tingkat keluarga karena pengambilan keputusan gizi dan sumber daya terkait gizi berada di tingkat keluarga. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai con
Dokumen tersebut membahas masalah gizi ganda di negara berkembang dimana sebagian penduduk mengalami kekurangan gizi sementara sebagian lain kelebihan gizi. Masalah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan gaya hidup, pola makan, dan ketersediaan makanan. Gizi buruk dan kelebihan berdampak buruk pada kesehatan dan pertumbuhan penduduk.
Dokumen tersebut membahas kebijakan intervensi gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (dari kehamilan hingga anak berusia 2 tahun) untuk menurunkan stunting di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan pentingnya masa emas dan kritis pertumbuhan, serta dampak negatif stunting terhadap perkembangan anak dan produktivitas. Dokumen ini juga memberikan panduan gizi yang tepat untuk ibu hamil, menyusui, dan anak h
GIZI DEWASAdan LANSIA
USIA DEWASA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) nomor 41 Tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang usia dewasa dalam status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) bagi usia >18 tahun
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh untuk INDONESIA menurut DEPKES:
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMSI PANGAN
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN GIZI USIA DEWASA(1) Usia Tahap Perkembangan
Langkah-langkah Penyusunan Menu Gizi Seimbang
Penyebab, kerugian, dan Solusi Masalah Berat Badan
Permasalahan Gizi dan Penyakit Tidak MenularUsia Dewasa
PENUAAN
Efek Penuaan TerhadapFungsi Fisiologis
Teori Penuaan danPembatasan Energi
10 Penyakit Terbanyak pada Lansia Tahun 2013
Kelompok Lansia BERISIKO yang rentan dalam hal Gizi
Zat Gizi dengan Risiko Asupan tidak Adekuat
Pengkajian Gizi pada Lansia
Kapasitas Fungsional
Grafik Hipotesis dari Kapasitas Fungsional
Grafik Kapasitas Fungsional dan Kapasitas Intrinsik
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Terdapat masalah kegemukan dan obesiti di kalangan rakyat Malaysia, terutamanya kanak-kanak dan dewasa. Kadar penyakit tidak berjangkit seperti diabetes dan hipertensi juga tinggi.
2) Pengambilan buah, sayur, susu dan produk tenusu di kalangan rakyat Malaysia masih belum mencapai tahap yang disyorkan. Ini menyebabkan kekurangan zat makanan.
powerpoint ini membahas balita dan tumbuh kembang seputar balita. hal -hal yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita. baik itu mengenai gizi yang dibutuhkan oleh balita maupun masalah kesehatan yang banyak timbul terkait kesehatan gizi pada balita. pada powerpoint ini dibahas mulai dari pengertian gizi, kebutuhan gizi pada balita, pola makan yang baik pada balita, cara mengukur antropometri pada balita dan lain sebagainya.
Dokumen tersebut membahas tentang aspek nutrisi dan gizi yang penting untuk tumbuh kembang anak, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti genetik dan lingkungan. Juga dijelaskan mengenai status gizi anak, antropometri, dan pedoman gizi seimbang untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal anak.
meningitis meruoakan penyakit menular yang harus di waspadaihidnisa
Meningitis can be caused by bacteria, viruses, or fungi. Common bacterial causes include Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, and Group B Streptococcus. Clinical features of meningitis vary depending on age but may include fever, irritability, headache, and neck stiffness. Diagnosis involves lumbar puncture to examine cerebrospinal fluid findings as well as blood tests and cultures. Treatment involves prompt antibiotic therapy and supportive care. Complications can include neurological deficits, hearing loss, and death in 5-30% of cases depending on the causative organism. Vaccination helps prevent certain types of bacterial meningitis.
2. MASALAH GIZI
INFEKSI PENYAKIT
KONSUMSI ZAT GIZI
ASUHAN IBU DAN
ANAK
PELAYANAN
KESEHATAN
KETERSEDIAAN PANGAN
DITINGKAT
RUMAH TANGGA
KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN
KETERSEDIAAN PANGAN
KESEMPATAN KERJA
KRISIS EKONOMI DAN POLITIK
4. Definisi Kurang Energi Protein
•
Kurang Energi Protein adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan
5. Penyebab KEP :
• Langsung :
Penyakit infeksi
Defisiensi energi dan protein
• Tidak langsung :
Tingkat pendidikan
Tingkat pengetahuan gizi
Tingkat pendapatan
Pekerjaan orang tua
Besar anggota keluarga
Pola asuh
Sosio budaya
Pola penyapihan
Pola pemberian makanan padat
6. INFEKSI
• Hubungan antara KEP dan penyakit infeksi merupakan -
-- Synergistik
• Penyakit infeksi yang menyebabkan KEP
Cacar air
Batuk rejang
TBC
Malaria
Diare
Cacing mis : Ascaris Lumbricoides
• Orang yang menderita KEP mudah terkena infeksi dan
akan memperberat kondisinya dan sebaliknya
7. Marasmus
Wajah spt orang tua
Rambut masih
hitam
Iga gambang, sangat kurus
Atrofi otot,
Lemak sangat tipis/habis
10. Konsumsi makan
• Kebutuhan energi
aktivitas dan pertumbuhan yang cepat sehingga
terjadinya KEP akan mempengaruhi
pertumbuhannya.Maka bila jumlah energi dalam
makanan sehari-hari kurang masukan protein akan
digunakan sebagai energi sehingga mengurangi
bagian yang diperlukan untuk pertumbuhan
• Kebutuhan prtoten
sebagai bahan bakar selain sebagai zat pembangun
dan zat pengatur
Bayi ---- 2,5 – 3 gr/kgBB
Balita - 1,5 – 2 gr/kgBB
11. MENU MAKANAN agar “SEIMBANG”
MAKANAN POKOK
LAUK HEWANI+NABATI
SAYURAN + BUAH
LAIN-LAIN
12. MENU MAKANAN “SEIMBANG”
(dalam ukuran/ besar PORSI)
MAKANAN POKOK
LAUK HEWANI
LAUK NABATI
SAYURAN
BUAH
LAIN-LAIN
Sebagai DASAR/ PATOKAN untuk
MAKANAN SEHARI
13. MENU MAKANAN “SEIMBANG”
(dalam ukuran/ besar PORSI)
NASI
DAGING
TEMPE
SAYURAN
BUAH
SUSU
GULA
MINYAK
Sebagai PATOKAN untuk MAKANAN SEHARI
¾ GELAS
1 POTONG
2 POTONG
1 GELAS
1 Bh. PISANG
1 SDM
½ SDM
14. Tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan gizi ibu
• Tingkat pendidikan yang baik orang
tua dapat menerima dengan baik
segala informasi
• Tingkat pengetahuan gizi yang baik
merupakan pintu gerbang perbaikan
gizi keluarga
15. Tingkat pendapatan dan pekerjaan
• Jenis pekerjaan menentukan perbedaab tingkat
pendapatan
• Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis
pangan yang akan dibeli
• Tingkat pendapatan merupakan faktor penting
bagi kualitas dan kuantitas makanan
16. Besar anggota keluarga
• Jumlah anak banyak pada keluarga yang
soseknya kurang Jumlah anak banyak pada
keluarga yang keadaan soseknya cukup akan
berkurang perhatian dan kasih sayang
• akan berkurang perhatian dan kasih sayang
juga kebutuhan primer seperti sandang dan
pangan
17. Jarak antara kelahiran
• Jarak kelahiran bayi yang satu dengan
kehamilan berikutnya diharapkan paling tidak 18
bulan – 2 tahun agar para ibu sempat menyusui
anaknya
18. Pola pemberian ASI
• Pencernaan bayi sampai usia 6 bulan belum
bekerja secara sempurna
• Pada usia 0- 6 bulan mudah terserang infeksi
• Penyapihan terlalu dini
• Terlambat pengenalan makanan padat
• Kegagalan menyususi
19. Pola pengenalan makanan padat
• Pada fase pertumbuhan cepat bayi
membutuhan makanan selain ASI
• Diberikan secara bertahap tiap bulan
• Agar anak mengenali tiap jenis makanan
• Dapat mendeteksi secara dini jenis alergi yang
diderita anak
• Menyesuaikan keadaan saluran pencernaan
bayi
20. Faktor geografi
• Produk makanan terutama makanan pokok
• Daerah terpencil,daerah tandus, subur
• Musim hujan,kemarau
22. Penyakit gizi lain yang menyertai
KEP
• Defisiensi vitamin A
• Defisiensi zat besi,folat dan B12
• Defisiensi vitamin B2
• Defisiensi seng/Zn
• Pada KEP berat selalu disertai kekurangan
vitamin dan mineral
24. Penyakit infeksi penyerta KEP
• Dermatosis:
- hipo/hiperpigmentasi
- deskwamasi(kulit mengelupas
- lesi ulserasi eksudatif/menyerupai luka bakar
- sering disertai infeksi sekunder
• Parasit cacing
• Diare
• Tuberkulosis
25. Klasifikasi Status Gizi
• Klasifikasi Gomez
• Klasifikasi Wellcome baku
• Klasifikasi Waterlow Harvad
• Klasifikasi Jellife
• Klasifikasi Bengoa
• Standar baku Nasional Indonesia
• Standar baku BB/U WHO-NCHS
26. Pencegahan
• Mempertahankan status gizi anak
• Mengurangin resiko terjadinya infeksi
• Meminimalkan akibat penyakit infeksi
• Rehabilitasi penderita KEP yang masih dalam
fase dini
27. Tatalaksana KEP berat
1. Pengobatan dan pencegahan hipoglikemia
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
3. Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi
6. Mulai pemberian makan
7. Masa tumbuh kejar
8. Koreksi defisiensi mikro nutrient
9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional
10. Tindak lanjut di rumah
28. Tata laksana diet pada KEP
1. Kebutuhan energi dari 100-200 kalori per
Kg BB/hari
2. Kebutuhan protein 1 – 6 gr per kg BB/hari
3. Pemberian suplementasi vitamin dan
minera
4. Cara pemberian disesuaikan kemampuan
penderita
5. Porsi kecil tapi sering
6. ASI tetap diteruskan
7. Bentuk makanan disesuaikan kemampuan
35. Keadaan penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga
proporsi berat badan seseorang jauh diatas normal dengan adanya
peningkatan persentase lemak tubuh pada jaringan adiposa dan
dapat membahayakan kesehatan.
Disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi
yang masuk dengan energi yang keluar juga pada
energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai
fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik,
perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan.
36. Penumpukan lemak viseral (lemak intra
abdominal)
Bentuk tubuh seperti buah apel disebut
juga obesitas tipe android
Banyak terjadi pada laki-laki
Resiko penyakit lebih tinggi dibandingkan
dengan tipe gynoid
Penumpukan lemak yang disimpan di
bawah kulit bagian daerah pinggul dan
paha
Bentuk tubuh seperti buah pear disebut
juga tipe gynoid
37. Bentuk tubuh Ciri fisik Resiko
Gynoid (bentuk peer) Lemak disimpan di sekitar
pinggul dan bokong
Tipe ini cenderung dimiliki
wanita
Resiko terhadap penyakit pada tipe
gynoid umumnya kecil, kecuali resiko
terhadap penyakit athritis dan
varises vena
Android (bentuk apel) Lemak disimpan di sekitar
perut
Tipe ini cenderung dimiliki
wanita
Resiko kesehatan pada tipe ini lebih
tinggi dibandingkan dengan gynoid,
karena sel-sel lemak di sekitar perut
lebih siap melepaskan lemaknya ke
dalam pembuluh darah
dibandingkan dengan sel-sel lemak
di tempat lain
38.
39. Pengukuran dengan metode sebagai
berikut:
1)Indeks masa tubuh (BMI)
2)Pengukuran lemak subkutan
3)Pengukuran lingkar pinggang
4)Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP)
40.
41.
42. Dunia
• Tahun 1980 Pria = 5%; Wanita = 8%
• Tahun 2008 Pria = 10%; Wanita = 14%
Amerika (WHO)
• Overweight 62% pada pria dan wanita
• Obesitas 26%
Asia Tenggara
• Overweight 14% pada pria dan wanita
• Obesitas 3%
43. Prevalensi gemuk secara nasional
• Tahun 2010 = 14%
• Tahun 2013 = 11,9%
Usia 5-12 tahun
• Overweight = 10,8%
• Obesitas = 8,8%
Usia 13-15 tahun
• Overweight = 8,3%
• Obesitas = 2,5%
Usia 16-18 tahun
• Overweight = 5,7%
• Obesitas = 1,6%
48. Assesment Term Definisi
Food History Food and Nutrient Intake
FH- 1.1.1 Energy intake
FH- 1.1.1.1 Total energy intake
FH- 1.2.1 Fluid / beverage intakke
FH- 1.2.1.1 Oral fluids
FH- 1.2.2 Food intake
FH- 1.2.2.1 Amount of food
FH- 1.2.2.2 Types of food/ meals
FH- 1.2.2.3 Meal/ snack pattern
FH- 1.2.2.5 Food variety
FH- 1.4.1 Alcohol intake
FH- 1.5.1 Fat and cholesterol intake
FH- 1.5.1.1 Total fat
FH- 1.5.1.2 Saturated fat
FH- 1.5.1.7 Dietary cholesterol
FH- 1.5.2 Protein intake
FH- 1.5.2.1 Total protein
FH- 1.5.3 Carbohydrate intake
FH- 1.5.3.1 Total carbohydrate
FH- 1.5.3.2 Sugar
FH- 1.5.3.4 Glycemic index
FH- 1.5.3.6 Source of carbohydrate
FH- 1.5.4 Fiber intake
FH- 1.5.4.1 Total fiber
Makanan dan asupan gizi,
administrasi makanan dan asupan
gizi, alternatif pengobatan
menggunakan suplemen.
Pemgetahuan dan kebiasaan,
aktifitas fisik, asuhan pada pasien
terkait gizi.
49. Food and Nutrition Administration
FH- 2.1.1 Diet order
FH- 2.1.1.1 General, healthful diet
Knowledge/ Beliefs/ Attitude
FH- 4.1 Food and nutrition knowledge
FH- 4.1.1 Area and level of knowledge/ skill
FH- 4.2 Beliefs and attitudes
FH- 4.2.4 Motivation
FH- 4.2.7 Readiness to change nutrition-related behaviours
FH- 4.2.12 Food preference
Behaviour
FH- 5.4 Mealtime behaviour
FH- 5.4.1 Meal duration
Physical Activity and Funtion
FH- 7.3 Physical Activity
FH- 7.3.1 Physical activity history
FH- 7.3.8 TV/screen time
50. Antropometric Measurement AD- 1.1.1 Height
AD- 1.1.2 Weight
AD- 1.1.5 Body mass index
Tinggi badan, berat badan, IMT, pola
pertumbuhan index/ persentil dan riwayat
berat badan
Biochemical Data BD- 1.5 Glucose / endocrine profile
BD- 1.5.1 Glucose, fasting
BD- 1.5.2 Glucose, casual
BD- 1.7 Lipid profile
BD- 1.7.1 Cholesterol, serum
BD- 1.7.4 Cholesterol, LDL
BD- 1.7.7 Triglycerides, serum
Uji dan data laboratorium
Physical Finding PD- 1.1.1 Overall appearance
PD- 1.1.4 Cardiovacsular-pulmonary
PD- 1.1.9 Vital signs
Penemuan dari evaluasi sistem tubuh,
otot dan lemak subkutan wasting,
kesehatan oral, kemampuan menelan,
rasa lapar.
51. Client History CH- 1.1 Personal data
CH- 1.1.1 Age
CH- 1.1.2 Gender
CH- 1.1.3 Race / ethnicity
CH- 1.1.6 Education
CH- 2.1 Patient or family nutrition-oriented medical / health history
CH- 2.1.2 Cardiovascular
CH- 2.1.12 Psycological
CH- 3.1 Social history
CH- 3.1.1 Socioeconomic factors
CH- 3.1.2 Living / housing situation
CH- 3.1.9 Daily stress level
Informasi seputar saat ini dan
masa lalu tentang seseorang,
kesehatan, keluarga, dan
sejarah sosial
Comparative
Standards
CS- 1.1 Estimated energy needs
CS- 1.1.1 Total energy estimated need
CS- 2.1 Estimated fat needs
CS- 2.1.1 Total fat estimated needs
CS- 2.2 Estimated protein needs
CS- 2.2.1 Total protein estimated needs
CS- 2.3 Estimated carbohydrate needs
CS- 2.3.1 Total carbohydrate estimated needs
CS- 2.4 Estimated fiber needs
CS- 2.4.1Total fiber estimated needs
CS- 5.1 Recommended body weight/ body mass index/ growth
CS- 5.1.2 Recommended body mass index (BMI)
Mengenai standar total
kebutuhan nilai gizi pada
seseorang
52. Problem Etiologi Sign and symtomps
Overweight/ Obesity
(NC- 3.3)
Menurunnya kebutuhan energi
Gangguan pada pola makan
Tingginya asupan energi
Kurangnya pengetahuan
terkait makanan dan gizi
Tidak siap untuk diet ataupun
perubahan pola hidup
Kurang aktivitas fisik
Tingginya tingkat stress
Kategori BMI (untuk dewasa) lebih dari
standar normal menurut usia dan jenis
kelamin
Overweight: 25-29,9
Obesitas 1: 30-34,9
Obesitas 2: 35- 39,9
Obesitas 3: >40
Lingkar pinggang lebih dari standar
normal
Persentase lemak tubuh 25% untuk laki-
laki dan 30% untuk perempuan
Meningkatnya jaringan adipose
Konsumsi berlebih pada makanan dan
minuman tinggi lemak dan kalori
Riwayat keluarga terkait obesitas
53. Problem Etiologi Sign and symptom
Excessive Oral Intake
(NI- 2.2)
Kurangnya pengetahuan terkait
makanan dan gizi mengenai
asupan makanan dan minuman secara
oral dengan tepat
Kurangnya mengakses makanan yang
sehat
Kehilangan kesadaran pada nafsu
makan
Adanya penggunaan obat yang
meningkatkan nafsu makan seperti
steroid dan antidepressants
Penyebab psikologis seperti stress dan
makan yang tidak teratur
Asupan makan dan minuman (jus,
soda, alkohol) yang tinggi kalori
Asupan dengan porsi besar pada jenis
makanan dan minuman tertentu
Perkiraan asupan yang melebihi dari
yang seharusnya
Frekuensi yang sering dalam
mengkonsumsi makanan restoran atau
fast food
54. • Kelebihan berat badan atau obesitas berkaitan
dengan tingginya asupan energi yang ditandai
dengan IMT >30
• Asupan oral yang berlebih berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan terkait makanan
dan gizi yang tepat ditandai dengan
asupan makan dan minuman yang
tinggi kalori
55. Tujuan
• Memberikan informasi dan meningkatkan pemahan
kepada pasien terkait pengertian obesitas, penyebab
obesitas dan cara yang benar untuk mengatasinya
• Melalukan pendekatan secara dua arah kepada pasien
yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi pada
pasien untuk mengatasi obesitas
56. • Menurunkan berat badan dengan membuat
modifikasi asupan makanan berdasarkan jenis,
jumlah dan frekuensi
• Meningkatkan kesiapan untuk mengubah
perlaku hidup pasien seperti waktu makan, porsi
makan dan jarang olahraga
• Menurunkan berat badan dengan melaksanakan
diet rendah kalori dan lemak
57. • Memodifikasi asupan cairan berdasarkan jumlah
• Memodifikasi asupan makanan berdasarkan jumlah dan
frekuensi.
• Memodifikasi asupan makanan berdasarkan jenis,
frekuensi dan tekstur
• Memodifikasi asupan makanan rendah energi
• Memodifikasi asupan makanan tinggi protein
• Memodifikasi asupan makanan rendah lemak
• Memodifikasi asupan makanan rendah karbohidrat
58. • Pemberian asupan cairan, Pemberian asupan
cairan sebesar 2000ml/hari (sekitar 8-10
gelas/hari).
• Pemberian asupan makanan rendah energi
Untuk menurunkan berat badan sebanyak ½ - 1
kg perminggu, asupan energi dikurangi
sebanyak 500 – 1000 kkal/ hari dari kebutuhan
normal.
59. • Pemberian asupan makanan tinggi protein, yaitu
1-1,5 g/kg/BB/hari atau 15-20 % dari kebutuhan
energi total.
• Pemberian asupan makanan rendah lemak.
Lemak diberikan dalam jumlah 20-25 % dari
kebutuhan energi total
• Pemberian asupan makanan rendah karbohidrat
yaitu sekitar 55-65 % dari kebutuhan energy
total.