Ringkasan dokumen tersebut adalah: Teknik anestesia yang digunakan untuk operasi laparoscopy meliputi anestesia umum, lokal, dan regional. Anestesia umum direkomendasikan untuk prosedur laparoscopy yang lebih lama karena dapat mengendalikan ventilasi dan tekanan intraabdominal. Anestesia lokal dan regional memberikan keuntungan pemulihan yang lebih cepat namun perlu dipertimbangkan faktor teknis dan kemampuan pasien.
Perioperative and icu care, fluid management, and renal supportPradnyana Suwirya
Dokumen tersebut membahas manajemen pasien perioperatif dan perawatan intensif, manajemen cairan, serta dukungan ginjal. Beberapa poin utama meliputi monitoring kinerja jantung dan tekanan darah pasien, penggunaan obat inotropik dan vasopresor, pencegahan dan penanganan gagal ginjal perioperatif, serta penggunaan terapi pengganti ginjal. Dokumen ini juga membahas faktor-faktor yang dapat memperpanjang masa perawatan
1) Sindrom Hepatorenal (SHR) adalah gangguan fungsi ginjal sekunder pada penyakit hati tingkat berat yang bersifat fungsional dan progresif. SHR disebabkan oleh hipoperfusi ginjal akibat vasokonstriksi sirkulasi ginjal.
2) Patogenesis SHR belum diketahui pasti, salah satu hipotesis adalah vasodilatasi arteri splangnik pada sirosis menyebabkan hipovolemia sentral dan aktivasi sistem saraf simpatis serta horm
Retensi natrium merupakan kelainan fungsional ginjal pertama dan paling sering pada pasien dengan sirosis serta memainkan peranan penting dalam pembentukan asites dan edema. Dalam perjalanan sirosis, pasien mengalami ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan air bebas larutan yang dapat menyebabkan hiponatremia dilusional dan sindrom hepatorenal. Pengobatan sindrom hepatorenal bertujuan untuk mengembalikan vasodilatasi arteri splanknik dan mening
Teknik hipotensi terkendali melibatkan penurunan tekanan darah sistolik sampai 80-90 mmHg atau MAP 50-60 mmHg untuk mengurangi perdarahan, memperbaiki lapangan operasi, mempercepat operasi, dan mengurangi transfusi darah. Teknik ini melibatkan penggunaan agen hipotensi, manuver posisi, kontrol ventilasi, dan monitor pasien secara ketat.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien syok. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan definisi syok, klasifikasi syok, jenis dan patofisiologi syok, tanda-tanda syok, diagnosa keperawatan, serta intervensi keperawatan yang meliputi penanganan gawat darurat, pemberian cairan, monitor pasien, dan kolaborasi penanganan spesifik untuk setiap jenis syok.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Teknik anestesia yang digunakan untuk operasi laparoscopy meliputi anestesia umum, lokal, dan regional. Anestesia umum direkomendasikan untuk prosedur laparoscopy yang lebih lama karena dapat mengendalikan ventilasi dan tekanan intraabdominal. Anestesia lokal dan regional memberikan keuntungan pemulihan yang lebih cepat namun perlu dipertimbangkan faktor teknis dan kemampuan pasien.
Perioperative and icu care, fluid management, and renal supportPradnyana Suwirya
Dokumen tersebut membahas manajemen pasien perioperatif dan perawatan intensif, manajemen cairan, serta dukungan ginjal. Beberapa poin utama meliputi monitoring kinerja jantung dan tekanan darah pasien, penggunaan obat inotropik dan vasopresor, pencegahan dan penanganan gagal ginjal perioperatif, serta penggunaan terapi pengganti ginjal. Dokumen ini juga membahas faktor-faktor yang dapat memperpanjang masa perawatan
1) Sindrom Hepatorenal (SHR) adalah gangguan fungsi ginjal sekunder pada penyakit hati tingkat berat yang bersifat fungsional dan progresif. SHR disebabkan oleh hipoperfusi ginjal akibat vasokonstriksi sirkulasi ginjal.
2) Patogenesis SHR belum diketahui pasti, salah satu hipotesis adalah vasodilatasi arteri splangnik pada sirosis menyebabkan hipovolemia sentral dan aktivasi sistem saraf simpatis serta horm
Retensi natrium merupakan kelainan fungsional ginjal pertama dan paling sering pada pasien dengan sirosis serta memainkan peranan penting dalam pembentukan asites dan edema. Dalam perjalanan sirosis, pasien mengalami ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan air bebas larutan yang dapat menyebabkan hiponatremia dilusional dan sindrom hepatorenal. Pengobatan sindrom hepatorenal bertujuan untuk mengembalikan vasodilatasi arteri splanknik dan mening
Teknik hipotensi terkendali melibatkan penurunan tekanan darah sistolik sampai 80-90 mmHg atau MAP 50-60 mmHg untuk mengurangi perdarahan, memperbaiki lapangan operasi, mempercepat operasi, dan mengurangi transfusi darah. Teknik ini melibatkan penggunaan agen hipotensi, manuver posisi, kontrol ventilasi, dan monitor pasien secara ketat.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien syok. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan definisi syok, klasifikasi syok, jenis dan patofisiologi syok, tanda-tanda syok, diagnosa keperawatan, serta intervensi keperawatan yang meliputi penanganan gawat darurat, pemberian cairan, monitor pasien, dan kolaborasi penanganan spesifik untuk setiap jenis syok.
SIADH merupakan penyebab utama hiponatremia pada pasien onkologi. Penatalaksanaan optimal SIADH memerlukan evaluasi medis yang mendalam untuk mendiagnosis penyebabnya. Hiponatremia yang diinduksi SIADH dapat menyebabkan komplikasi serius dan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, menyebabkan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit, mengakibatkan uremia. Penyebab utama adalah hipertensi, diabetes, dan glomerulopati primer. Gejala umum meliputi kelelahan, edema, anemia, dan gangguan elektrolit.
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal kronis (GGK). GGK terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut limbah metabolik atau melaksanakan fungsi regulernya dengan baik. Pada GGK terjadi penurunan nefron secara progresif yang menyebabkan berkurangnya fungsi ginjal. Gejala klinis yang muncul antara lain edema, hipertensi, anemia, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penatalaksana
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal kronik yang didefinisikan sebagai kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dengan laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2. Dokumen ini juga membahas epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala, diagnosis, pencegahan, penatalaksanaan, dan aspek farmakologi dari gagal ginjal kronik.
Dokumen tersebut membahas tentang gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal akut. Definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosa, komplikasi, dan penatalaksanaan gagal ginjal akut dijelaskan secara singkat.
Dokumen tersebut membahas tentang hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari limbah dan racun untuk pasien gagal ginjal dengan menggunakan mesin dialisis. Proses ini mengeluarkan limbah melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi melalui membran semipermeabel. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi, emboli udara, nyeri dada, dan pruritus. Propinsi dengan jumlah pasien hemodialisa ter
Dokumen tersebut membahas tentang hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari limbah dan racun yang berlebih melalui membran semi permeabel untuk menggantikan fungsi ginjal. Terapi ini digunakan untuk pasien gagal ginjal tahap akhir dengan tujuan mengeluarkan limbah nitrogen dan air dari darah. Dokumen ini juga membahas prinsip, tujuan, komplikasi, dan jumlah pasien baru hemodialisa per provinsi di Indonesia dim
Dokumen tersebut membahas tentang hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari limbah melalui membran semi permeabel untuk menggantikan fungsi ginjal pada pasien gagal ginjal. Terapi ini mengeluarkan zat-zat beracun dari darah melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi, emboli udara, nyeri dada, dan pruritus. Propinsi dengan jumlah pas
Dokumen tersebut membahas tentang hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari limbah dan racun untuk pasien gagal ginjal dengan menggunakan mesin dialisis. Proses ini mengeluarkan limbah melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi melalui membran semipermeabel. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi, emboli udara, nyeri dada, dan pruritus. Propinsi dengan jumlah pasien hemodialisa ter
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun dan progresif dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus. CKD diklasifikasi berdasarkan tingkat fungsi ginjal dan diagnosis etiologi, dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, anemia, dan gagal ginjal jika tidak ditangani."
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...unikbetslotbankmaybank
Pada hari ini 12 Juni 2024, Link Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Bank Bengkulu Promo Bonus Terbesar Banyak Promo Spektakuler di provider Pragmatic Play adalah Unikbet karena berlicensi resmi internasional. Maka dari itu, Untuk anda para pemain slot online yang berada di kota Sigli, bisa bermain dengan tenang dan aman. Berikut rekomendasi daftar situs slot bisa deposit pakai Bank Bengkulu khusus untuk anda yang berlokasi di Kota Sigli:
1. Slot Nexus Gates of Olympus™
2. Slot Thor vs Hercules
3. Slot Gates of Gatot Kaca
4. Slot Sugar Rush™
5. Slot Sweet Bonanza Xmas™
6. Slot Mahjong Wins
SIADH merupakan penyebab utama hiponatremia pada pasien onkologi. Penatalaksanaan optimal SIADH memerlukan evaluasi medis yang mendalam untuk mendiagnosis penyebabnya. Hiponatremia yang diinduksi SIADH dapat menyebabkan komplikasi serius dan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, menyebabkan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit, mengakibatkan uremia. Penyebab utama adalah hipertensi, diabetes, dan glomerulopati primer. Gejala umum meliputi kelelahan, edema, anemia, dan gangguan elektrolit.
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal kronis (GGK). GGK terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut limbah metabolik atau melaksanakan fungsi regulernya dengan baik. Pada GGK terjadi penurunan nefron secara progresif yang menyebabkan berkurangnya fungsi ginjal. Gejala klinis yang muncul antara lain edema, hipertensi, anemia, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penatalaksana
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal kronik yang didefinisikan sebagai kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dengan laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2. Dokumen ini juga membahas epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala, diagnosis, pencegahan, penatalaksanaan, dan aspek farmakologi dari gagal ginjal kronik.
Dokumen tersebut membahas tentang gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal akut. Definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosa, komplikasi, dan penatalaksanaan gagal ginjal akut dijelaskan secara singkat.
Dokumen tersebut membahas tentang hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari limbah dan racun untuk pasien gagal ginjal dengan menggunakan mesin dialisis. Proses ini mengeluarkan limbah melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi melalui membran semipermeabel. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi, emboli udara, nyeri dada, dan pruritus. Propinsi dengan jumlah pasien hemodialisa ter
Dokumen tersebut membahas tentang hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari limbah dan racun yang berlebih melalui membran semi permeabel untuk menggantikan fungsi ginjal. Terapi ini digunakan untuk pasien gagal ginjal tahap akhir dengan tujuan mengeluarkan limbah nitrogen dan air dari darah. Dokumen ini juga membahas prinsip, tujuan, komplikasi, dan jumlah pasien baru hemodialisa per provinsi di Indonesia dim
Dokumen tersebut membahas tentang hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari limbah melalui membran semi permeabel untuk menggantikan fungsi ginjal pada pasien gagal ginjal. Terapi ini mengeluarkan zat-zat beracun dari darah melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi, emboli udara, nyeri dada, dan pruritus. Propinsi dengan jumlah pas
Dokumen tersebut membahas tentang hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari limbah dan racun untuk pasien gagal ginjal dengan menggunakan mesin dialisis. Proses ini mengeluarkan limbah melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi melalui membran semipermeabel. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi, emboli udara, nyeri dada, dan pruritus. Propinsi dengan jumlah pasien hemodialisa ter
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun dan progresif dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus. CKD diklasifikasi berdasarkan tingkat fungsi ginjal dan diagnosis etiologi, dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, anemia, dan gagal ginjal jika tidak ditangani."
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...unikbetslotbankmaybank
Pada hari ini 12 Juni 2024, Link Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Bank Bengkulu Promo Bonus Terbesar Banyak Promo Spektakuler di provider Pragmatic Play adalah Unikbet karena berlicensi resmi internasional. Maka dari itu, Untuk anda para pemain slot online yang berada di kota Sigli, bisa bermain dengan tenang dan aman. Berikut rekomendasi daftar situs slot bisa deposit pakai Bank Bengkulu khusus untuk anda yang berlokasi di Kota Sigli:
1. Slot Nexus Gates of Olympus™
2. Slot Thor vs Hercules
3. Slot Gates of Gatot Kaca
4. Slot Sugar Rush™
5. Slot Sweet Bonanza Xmas™
6. Slot Mahjong Wins
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
2. Pendahuluan
• Prosedur standar baku dalam penanganan batu ginjal
ukuran besar >2 cm, juga pada batu staghorn
• Penanganan alternatif yang penting untuk
– batu ginjal lower pole
– batu ginjal kompleks
– Abnormalitas anatomi pada ginjal
• Morbiditas paling tinggi
Liu X, et al. (2018); Mourmouris P, et al (2018)
3. Pendahuluan
• Prosedur PCNL dapat dilakukan dengan GA dan RA
• Keuntungan GA: kontrol pernafasan dan
meningkatkan kenyamanan pasien
• Kerugian GA: higher cost.
• Komplikasi yang menyertai GA: atelektasis, reaksi
obat, PONV
• Banyak RCT yang menunjukkan bahwa RA memiliki
beberapa keuntungan yang potensial dibanding GA,
namun kesimpulannya belum konsisten
Liu X, et al. (2018)
4. Fungsi Ginjal
• Fungsi ginjal:
– Mengatur volume dan komposisi cairan tubuh
– Eliminasi toksin
– Menghasilkan hormon
• Adanya batu ginjal, operasi, maupun manajemen
anestesi
Morgan, et al (2018)
5. Fungsi Ginjal
• RBF normal: 20-25% dari total cardiac output
• GFR normal: pria 120 ± 25 mil/menit, wanita 95 ± 20
mil/menit
• Creatinin clearance (CrCl):
Morgan, et al (2018)
7. Dampak perioperatif terhadap fungsi ginjal
• Dampak indirek: penurunan reversibel dari RBF, GFR,
aliran sistem urinari, ekskresi Natrium
menyebabkan toksisitas renal pada pemberian
sevoflurane dengan fresh gas flow rendah pada
hewan
Morgan, et al (2018)
8. Pertimbangan Pembedahan
• Pembedahan menghasilkan stress neuroendokrin
peningkatan tonus simpatetik peningkatan
epinefrin, norepinefrin, renin, angiotensin II,
aldosteron, ADH penurunan RBF, GFR, produksi
urin
• Kompresi vena cava dan vena renalis, kompresi
parenkim ginjal, penurunan CO (terkait posisi,
perdarahan, anestesia)
Morgan, et al (2018)
9. Posisi
• Posisi standar: prone morbiditas meningkat
karena memberikan beban pada sistem sirkulasi dan
respirasi
• Modifikasi: reverse lithotomy, prone split leg, prone
flexed position meningkatkan risiko cervical spine
injury dan komplikasi mata
• Posisi supine: Galdakao-modified Valdivia position,
Barts technique, complete-supine position, Barts
flank free modified position
Mourmouris P, et all (2018)
11. (A) Standard prone position; (B) Montreal matress and the prone view protective
helmet system; (C) Reverse Lithotomy Position; (D,E) Prone split-leg position; (F) Prone-
flexed Position
Zhao Z, et al. (2018)
12. Konsiderasi terkait Posisi
• Posisi prone dan lateral berkaitan dengan gangguan
fungsi pernafasan dan kardiovaskular
• FRC berkurang pada dependent lung, meningkat pada
non-dependent lung
• Pada pasien yang ventilasinya dikontrol dapat terjadi
missmatch ventilation perfusion
• Peningkatan CO2 gradual pada arteri maupun end-tidal
selama GA deadspace ventilation pada non dependent
lung
Morgan, et al (2018)
13. Konsiderasi terkait Posisi
• Elevasi pada kidney rest penurunan cardiac output
yang bermakna akibat kompresi pada vena cava inferior.
• Potensi kehilangan darah dalam jumlah besar dalm posisi
lateral pasang akses vena ukuran besar dan jika perlu
kateter arteri untuk monitoring
• Posisi ETT dapat berubah pada saat perubahan posisi
evaluasi ulang posisi dan kedalaman ETT setiap kali
berubah posisi dan sebelum surgical drapping
• Dapat terjadi pneumothorax akibat surgical entry ke
dalam rongga pleural
Morgan, et al (2018)
14. Pertimbangan Pembedahan
• Target: stone free rate (batu residual post operasi <
5mm pada USG, X-ray, ataupun CT-scan)
• Hasil 4 meta-analysis:
– 2 menyatakan bahwa posisi prone lebih unggul
secara signifikan (OR 0,95;95% CI: 0,79-1,27;
P=0,73). Namun, perbedaannya terdapat dalam 3-
5%
– 2 lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang
bermakna dalam hal stone free rate
Mourmouris P, et all (2018)
15. Pertimbangan Pembedahan
• Durasi operasi berkisar 1 jam, dimana posisi prone
secara signifikan lebih lama (68,7 vs 54,2 menit. p =
0,04)
Mourmouris P, et al (2018)
16. Pertimbangan Anesthesia
RA lebih singkat secara signifikan (MD
–6.20 min; 95% CI –10.39 to –2.01; p = 0.0002; I2 =
84%)
RA lebih singkat secara signifikan
(MD –0.59 days; 95% CI –0.74 to –0.45; p < 0.00001;
I2 = 34)
• Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal
pemberian maupun
Liu X, et al. (2018)
17. Pertimbangan Anesthesia
RA lebih rendah pada 24
jam pertama (MD –2.44; 95% CI –3.25 to –1.64; p <
0.00001) dan 72 jam selanjutnya(MD –0.38; 95% CI –
0.58 to –0.18; p = 0.0002)
RA lebih rendah (RR 0.28; 95% CI 0.13–
0.61; p = 0.001; I2 = 40%)
Liu X, et al. (2018)
18. Efek Anestesi Indirek
• Kardiovaskular:
– Anestesi inhalasi dan IV: efek concentration dependent
terhadap penurunan tekanan darah melalui depresi
jantung maupun vasodilatasi
– RA tergantung level blok simpatetik tonus
simpatetik turun menurunkan tekanan darah
– Venous pooling, penurunan SVR, penurunan
kontraktilitas dan laju denyut jantung, penurunan CO
– Penurunan tekanan darah di bawah level autoregulasi
mengurangi RBF, GFR, produksi urine, dan ekskresi
Na
Morgan, et al (2018)
19. Efek Anestesi Indirek
• Neurologis:
– Cemas, nyeri, anestesi yang kurang dalam,
stimulasi bedah tonus simpatetik meningkat
penurunan RBF, GFR, produksi urine
• Endokrin:
– Peningkatan tonus simpatetik peningkatan
epinephrine, norepinephrine, renin, angiotensin II,
aldosterone, ADH penurunan RBF, GFR,
produksi urine
Morgan, et al (2018)
20. Efek Anestesi Direk
Gas Anestesi
• Halotane, isoflurane, sevoflurane, desflurane renal
vascular resistance turun
• Compound A (produk pemecahan dari sevoflurane)
AKI (pada uji coba hewan dengan pemberian fresh gas
flow yang rendah)
: FGF minimal 2 L/menit dengan sevoflurane
• Pada pasien dengan anemia berat (Hb < 5 gram/dL) dan
gagal ginjal kronis dapat terjadi induksi dan emergence
yang lebih cepat
Morgan, et al (2018)
21. Efek Anestesi Direk
Agen Intravena
• Etomidate, dan propofol: efek minor pada ginjal
• Ketamin: fungsi ginjal terjaga selama hipovolemia
hemoragis
dan akumulasi metabolit aktif
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
• Remifentanyl: tidak dipengaruhi oleh fungsi ginjal
terjadi hidrolisis ester yang cepat dalam darah
dan prolonged depresi nafas, kejang
(karena akumulasi metabolit aktif)
Morgan, et al (2018)
22. Efek Anestesi Direk
Agen Intravena
• Metoklopramid, droperidol: mengganggu respon ginjal
terhadap dopamine (karena aktivitas antidopaminergik)
• NSAID seperti inhibisi produksi prostaglandin
ginjal (menyebabkan AKI pada kadar angiotensin II dan
NE yang tinggi)
• ACE inhibitor: inhibisi efek protektif angiotensin II yang
penurunan GFR saat anestesi.
Morgan, et al (2018)
23. Efek Anestesi Direk
Agen Relaksan
• Suksinilkolin: pada pasien
yang tidak diketahui kadar kalium dengan gagal ginjal
kronis
• Cisatracurium dan atracurium: obat pilihan pada pasien
dengan gagal ginjal
dan 20% eleminasi terjadi di
ginjal prolonged relaksan pada pasien dengan gagal
ginjal
Morgan, et al (2018)
24. Efek Anestesi Direk
Agen Relaksan
• Reversal dengan:
– Neostigmine, pyridostigmine: waktu paruh prolong
akibat gangguan ginjal sehingga kejadian recurarisasi
jarang sekali terjadi
– Sugammadex: akan berikatan dengan vecuronium dan
rocuronium, lalu segera dieleminasi dalam bentuk
belum dimetabolisir oleh ginjal. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa onsetnya akan tertunda kompleks
ikatan sugammadex-muscle relaxant ini dapat
tertahan ditubuh hingga beberapa hari.
Morgan, et al (2018)
25. Konsiderasi Preoperatif
• Evaluasi fungsi ginjal
– Gagal ginjal? Akut atau kronik? Prerenal, renal, post
renal? Koreksi kausa pre- dan post-renal
– Evaluasi medikasi dan hentikan obat nefrotoksik
– Optimisasi cardiac output dan RBF
– Monitor intake cairan dan output
– Evaluasi komplikasi akut seperti hiperkalemia,
hiponatremia, asidosis, hiperfosfatemia, edema paru
– Terapi infeksi dan sepsis secara agresif
Morgan, et al (2018)
26. Konsiderasi Preoperatif
• Evaluasi kebutuhan untuk hemodialisa preop
– Overload cairan
– Asidosis metabolik berat akibat gagal ginjal, anuria,
oligouria disertai hiperkalemia
– Hiperkalemia refrakter
– Ensefalopati metabolik
– Perikarditis
– Koagulopati
– Gejala GI refrakter
– Kadar BUN dan SK tinggi akibat acute on cronic renal
failure, terutama disertai kadar kalium yang tinggi
Morgan, et al (2018)
27. Konsiderasi Preoperatif
Sistem Metabolik
• Dapat terjadi , hiperfosfatemia,
, hipermagnesia, hiperuricemia,
Retensi air dan natrium memperburuk
hiponatremia dan overload cairan ekstraselular
• Dapat terjadi dengan anion gap
yang tinggi
Morgan, et al (2018)
28. Konsiderasi Preoperatif
Sistem Hematologik
pada CrCl < 30mL/menit, dimana Hb turun
hingga 6-8g/dL
• Platelet dan leukosit juga ikut terganggu
dan . Terjadi penurunan
aktivitas faktor III platelet juga adhesivitas dan
agregasi platelet.
Morgan, et al (2018)
29. Konsiderasi Preoperatif
Sistem Kardiovaskular
• CO meningkat pada gagal ginjal
• Retensi natrium dan gangguan sistem RAAS
• Pada CKD seringkali ditemukan
• Overload cairan akibat retensi Na + peningkatan
demand jantung akibat hipertensi dan anemia
dan
karena gangguan metabolik
• Uremik perikarditis chest pain
Morgan, et al (2018)
30. Konsiderasi Preoperatif
Sistem respirasi
• Pasien dengan gagal ginjal kronis tanpa RRT ataupun
Nabic melakukan kompensasi dengan meningkatkan
minute ventilation
• Terjadi peningkatan permeabilitas membran alveolar-
kapiler interstitial edema paru dapat terjadi
walaupun tekanan pulmonal normal
Sistem Endokrin
• DM tipe 2 merupakan penyebab tersering dari CKD
Terjadi gangguan toleransi glukosa evaluasi GDA
berkala dan penggunaan insulin preop dan pre-induksi
Morgan, et al (2018)
31. Konsiderasi Preoperatif
Sistem Gastrointestinal
• Uremia anoreksia, mual, muntah, ileus
• Hipersekresi asam lambung ulkus peptikum dan
perdarahan GI apda 10-30% pasien
Sistem Neurologis
• Uremik ensefalopati asteriksis, letargi, bingung,
koma berkorelasi dengan derajat azotemia
• Dapat terjadi neuropati distal pada ekstremitas bawah
distal
Morgan, et al (2018)
34. Evaluasi preoperatif
(tall T), (prolonged
QT)
• Transfusi darah preoperatif : pada anemia berat
dengan gangguan klinis
• Bleeding time dan fungsi koagulasi untuk RA
• Premedikasi: Benzodiazepine (pada pasien yang alert
sadar baik), harus tetap diberikan
sampai waktu operasi akan dilakukan
35. Konsiderasi Intraoperatif
Monitoring Intraoperatif
• Hindari pemasangan NIBP pada sisi tangan dengan
AV shunt
• Pemasangan IV line ukuran besar dan monitoring
ABP sebelum positioning pada operasi yang
diperkirakan dapat menyebabkan perdarahan hebat
• Monitoring tekanan darah
Morgan, et al (2018)
36. Konsiderasi Intraoperatif
Monitoring Intraoperatif
• Evaluasi GDA durante operasi
• Monitoring EKG durante operasi
• Evaluasi kedalaman ETT setiap kali perubahan posisi
• Evaluasi area tubuh yang terkompresi
• Evaluasi BGA durante op bila perlu
Morgan, et al (2018)
37. Konsiderasi Intraoperatif
Induksi
• Mual, muntah, GI bleeding RSI intubation
• Dosis induksi dikurangi pada pasien: critically ill, baru
saja menjalani hemodialisis, hipovolemia relatif
• Pilihan induksi intravena:
– Propofol 1-2mg/kgBB
– Etomidate 0,2-0,4 mg/kgBB
Morgan, et al (2018)
38. Konsiderasi Intraoperatif
Induksi
• Blunting pada respon hipertensif saat instrumentasi
jalan nafas dan intubasi opioid (fentanyl,
remifentanyl), beta blocker (esmolol), lidocaine
• Relaksan pilihan: cisatracurium (0,15 mg/kgBB),
atracurium (0,5 mg/kgBB).
– Alternatif: suksinilkolin (jika tidak ada
hiperkalemia), rocuronium dan vecuronium.
Morgan, et al (2018)
39. Konsiderasi Intraoperatif
Maintenance
• Kendalikan hipertensi dengan efek minimal pada
cardiac output
• Rekomendasi: anestesi volatil, propofol, fentanyl,
remifentanil. Alterantif: morfin.
• Hindari meperidine akumulasi normeperidine
depresi nafas, kejang
• Kontrol ventilasi.
Morgan, et al (2018)
40. Konsiderasi Postoperatif
• Evaluasi post obstruktif poliuria
• Target balans 0 diganti dengan D5 ½ NS dengan
evaluasi GDA tiap 6 jam. Bila GDA > 200 mg/dL
cairan diganti NaCl 0,9%
• Evaluasi kebutuhan HD post op pada pasien yang
tidak mendapatkan HD pre op
41. Daftar Pustaka
Liu, X., Huang, G., Zhong, R., Hu, S., & Deng, R. (2018). Comparison of Percutaneous
Nephrolithotomy Under Regional versus General Anesthesia: A Meta-Analysis of
Randomized Controlled Trials. Urologia Internationalis, 101(2).
https://doi.org/10.1159/000491021
Malik, I., & Wadhwa, R. (2016). Percutaneous Nephrolithotomy: Current Clinical
Opinions and Anesthesiologists Perspective. Anesthesiology Research and
Practice, 2016. https://doi.org/10.1155/2016/9036872
Mourmouris, P., Berdempes, M., Markopoulos, T., Lazarou, L., Tzelves, L., & Skolarikos,
A. (2018). Patient positioning during percutaneous nephrolithotomy: what is the
current best practice? Research and Reports in Urology, Volume 10.
https://doi.org/10.2147/RRU.S174396
Zhao, Z., Fan, J., Liu, Y., de la Rosette, J., & Zeng, G. (2018). Percutaneous
nephrolithotomy: position, position, position! Urolithiasis, 46(1).
https://doi.org/10.1007/s00240-017-1019-5