SlideShare a Scribd company logo
Percutaneous Nefrolithotomy
Oleh:
dr. Junjungan Kristianto Manurung
Pembimbing:
dr. Dhania Anindita Santosa SpAn.KNA
Pendahuluan
• Prosedur standar baku dalam penanganan batu ginjal
ukuran besar >2 cm, juga pada batu staghorn
• Penanganan alternatif yang penting untuk
– batu ginjal lower pole
– batu ginjal kompleks
– Abnormalitas anatomi pada ginjal
• Morbiditas paling tinggi
Liu X, et al. (2018); Mourmouris P, et al (2018)
Pendahuluan
• Prosedur PCNL dapat dilakukan dengan GA dan RA
• Keuntungan GA: kontrol pernafasan dan
meningkatkan kenyamanan pasien
• Kerugian GA: higher cost.
• Komplikasi yang menyertai GA: atelektasis, reaksi
obat, PONV
• Banyak RCT yang menunjukkan bahwa RA memiliki
beberapa keuntungan yang potensial dibanding GA,
namun kesimpulannya belum konsisten
Liu X, et al. (2018)
Fungsi Ginjal
• Fungsi ginjal:
– Mengatur volume dan komposisi cairan tubuh
– Eliminasi toksin
– Menghasilkan hormon
• Adanya batu ginjal, operasi, maupun manajemen
anestesi 
Morgan, et al (2018)
Fungsi Ginjal
• RBF normal: 20-25% dari total cardiac output
• GFR normal: pria 120 ± 25 mil/menit, wanita 95 ± 20
mil/menit
• Creatinin clearance (CrCl):
Morgan, et al (2018)
Renal – Angiotensin –
Aldosterone System
Morgan, et al (2018)
Dampak perioperatif terhadap fungsi ginjal
• Dampak indirek: penurunan reversibel dari RBF, GFR,
aliran sistem urinari, ekskresi Natrium
menyebabkan toksisitas renal pada pemberian
sevoflurane dengan fresh gas flow rendah pada
hewan
Morgan, et al (2018)
Pertimbangan Pembedahan
• Pembedahan menghasilkan stress neuroendokrin 
peningkatan tonus simpatetik  peningkatan
epinefrin, norepinefrin, renin, angiotensin II,
aldosteron, ADH  penurunan RBF, GFR, produksi
urin
• Kompresi vena cava dan vena renalis, kompresi
parenkim ginjal, penurunan CO (terkait posisi,
perdarahan, anestesia)
Morgan, et al (2018)
Posisi
• Posisi standar: prone  morbiditas meningkat
karena memberikan beban pada sistem sirkulasi dan
respirasi
• Modifikasi: reverse lithotomy, prone split leg, prone
flexed position  meningkatkan risiko cervical spine
injury dan komplikasi mata
• Posisi supine: Galdakao-modified Valdivia position,
Barts technique, complete-supine position, Barts
flank free modified position
Mourmouris P, et all (2018)
Zhao Z, et al. (2018)
(A) Standard prone position; (B) Montreal matress and the prone view protective
helmet system; (C) Reverse Lithotomy Position; (D,E) Prone split-leg position; (F) Prone-
flexed Position
Zhao Z, et al. (2018)
Konsiderasi terkait Posisi
• Posisi prone dan lateral berkaitan dengan gangguan
fungsi pernafasan dan kardiovaskular
• FRC berkurang pada dependent lung, meningkat pada
non-dependent lung
• Pada pasien yang ventilasinya dikontrol dapat terjadi
missmatch ventilation perfusion
• Peningkatan CO2 gradual pada arteri maupun end-tidal
selama GA  deadspace ventilation pada non dependent
lung
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi terkait Posisi
• Elevasi pada kidney rest  penurunan cardiac output
yang bermakna akibat kompresi pada vena cava inferior.
• Potensi kehilangan darah dalam jumlah besar dalm posisi
lateral  pasang akses vena ukuran besar dan jika perlu
kateter arteri untuk monitoring
• Posisi ETT dapat berubah pada saat perubahan posisi 
evaluasi ulang posisi dan kedalaman ETT setiap kali
berubah posisi dan sebelum surgical drapping
• Dapat terjadi pneumothorax akibat surgical entry ke
dalam rongga pleural
Morgan, et al (2018)
Pertimbangan Pembedahan
• Target: stone free rate (batu residual post operasi <
5mm pada USG, X-ray, ataupun CT-scan)
• Hasil 4 meta-analysis:
– 2 menyatakan bahwa posisi prone lebih unggul
secara signifikan (OR 0,95;95% CI: 0,79-1,27;
P=0,73). Namun, perbedaannya terdapat dalam 3-
5%
– 2 lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang
bermakna dalam hal stone free rate
Mourmouris P, et all (2018)
Pertimbangan Pembedahan
• Durasi operasi berkisar 1 jam, dimana posisi prone
secara signifikan lebih lama (68,7 vs 54,2 menit. p =
0,04)
Mourmouris P, et al (2018)
Pertimbangan Anesthesia
RA lebih singkat secara signifikan (MD
–6.20 min; 95% CI –10.39 to –2.01; p = 0.0002; I2 =
84%)
RA lebih singkat secara signifikan
(MD –0.59 days; 95% CI –0.74 to –0.45; p < 0.00001;
I2 = 34)
• Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal
pemberian maupun
Liu X, et al. (2018)
Pertimbangan Anesthesia
RA lebih rendah pada 24
jam pertama (MD –2.44; 95% CI –3.25 to –1.64; p <
0.00001) dan 72 jam selanjutnya(MD –0.38; 95% CI –
0.58 to –0.18; p = 0.0002)
RA lebih rendah (RR 0.28; 95% CI 0.13–
0.61; p = 0.001; I2 = 40%)
Liu X, et al. (2018)
Efek Anestesi Indirek
• Kardiovaskular:
– Anestesi inhalasi dan IV: efek concentration dependent
terhadap penurunan tekanan darah melalui depresi
jantung maupun vasodilatasi
– RA tergantung level blok simpatetik  tonus
simpatetik turun  menurunkan tekanan darah
– Venous pooling, penurunan SVR, penurunan
kontraktilitas dan laju denyut jantung, penurunan CO
– Penurunan tekanan darah di bawah level autoregulasi
 mengurangi RBF, GFR, produksi urine, dan ekskresi
Na
Morgan, et al (2018)
Efek Anestesi Indirek
• Neurologis:
– Cemas, nyeri, anestesi yang kurang dalam,
stimulasi bedah  tonus simpatetik meningkat 
penurunan RBF, GFR, produksi urine
• Endokrin:
– Peningkatan tonus simpatetik  peningkatan
epinephrine, norepinephrine, renin, angiotensin II,
aldosterone, ADH  penurunan RBF, GFR,
produksi urine
Morgan, et al (2018)
Efek Anestesi Direk
Gas Anestesi
• Halotane, isoflurane, sevoflurane, desflurane  renal
vascular resistance turun
• Compound A (produk pemecahan dari sevoflurane) 
AKI (pada uji coba hewan dengan pemberian fresh gas
flow yang rendah)
: FGF minimal 2 L/menit dengan sevoflurane
• Pada pasien dengan anemia berat (Hb < 5 gram/dL) dan
gagal ginjal kronis dapat terjadi induksi dan emergence
yang lebih cepat
Morgan, et al (2018)
Efek Anestesi Direk
Agen Intravena
• Etomidate, dan propofol: efek minor pada ginjal
• Ketamin: fungsi ginjal terjaga selama hipovolemia
hemoragis
dan akumulasi metabolit aktif
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
• Remifentanyl: tidak dipengaruhi oleh fungsi ginjal 
terjadi hidrolisis ester yang cepat dalam darah
dan prolonged depresi nafas, kejang
(karena akumulasi metabolit aktif)
Morgan, et al (2018)
Efek Anestesi Direk
Agen Intravena
• Metoklopramid, droperidol: mengganggu respon ginjal
terhadap dopamine (karena aktivitas antidopaminergik)
• NSAID seperti inhibisi produksi prostaglandin
ginjal (menyebabkan AKI pada kadar angiotensin II dan
NE yang tinggi)
• ACE inhibitor: inhibisi efek protektif angiotensin II yang
 penurunan GFR saat anestesi.
Morgan, et al (2018)
Efek Anestesi Direk
Agen Relaksan
• Suksinilkolin: pada pasien
yang tidak diketahui kadar kalium dengan gagal ginjal
kronis
• Cisatracurium dan atracurium: obat pilihan pada pasien
dengan gagal ginjal
dan 20% eleminasi terjadi di
ginjal  prolonged relaksan pada pasien dengan gagal
ginjal
Morgan, et al (2018)
Efek Anestesi Direk
Agen Relaksan
• Reversal dengan:
– Neostigmine, pyridostigmine: waktu paruh prolong
akibat gangguan ginjal sehingga kejadian recurarisasi
jarang sekali terjadi
– Sugammadex: akan berikatan dengan vecuronium dan
rocuronium, lalu segera dieleminasi dalam bentuk
belum dimetabolisir oleh ginjal. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa onsetnya akan tertunda kompleks
ikatan sugammadex-muscle relaxant ini dapat
tertahan ditubuh hingga beberapa hari.
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Preoperatif
• Evaluasi fungsi ginjal
– Gagal ginjal? Akut atau kronik? Prerenal, renal, post
renal? Koreksi kausa pre- dan post-renal
– Evaluasi medikasi dan hentikan obat nefrotoksik
– Optimisasi cardiac output dan RBF
– Monitor intake cairan dan output
– Evaluasi komplikasi akut seperti hiperkalemia,
hiponatremia, asidosis, hiperfosfatemia, edema paru
– Terapi infeksi dan sepsis secara agresif
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Preoperatif
• Evaluasi kebutuhan untuk hemodialisa preop
– Overload cairan
– Asidosis metabolik berat akibat gagal ginjal, anuria,
oligouria disertai hiperkalemia
– Hiperkalemia refrakter
– Ensefalopati metabolik
– Perikarditis
– Koagulopati
– Gejala GI refrakter
– Kadar BUN dan SK tinggi akibat acute on cronic renal
failure, terutama disertai kadar kalium yang tinggi
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Preoperatif
Sistem Metabolik
• Dapat terjadi , hiperfosfatemia,
, hipermagnesia, hiperuricemia,
Retensi air dan natrium  memperburuk
hiponatremia dan overload cairan ekstraselular
• Dapat terjadi dengan anion gap
yang tinggi
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Preoperatif
Sistem Hematologik
pada CrCl < 30mL/menit, dimana Hb turun
hingga 6-8g/dL
• Platelet dan leukosit juga ikut terganggu 
dan . Terjadi penurunan
aktivitas faktor III platelet juga adhesivitas dan
agregasi platelet.
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Preoperatif
Sistem Kardiovaskular
• CO meningkat pada gagal ginjal
• Retensi natrium dan gangguan sistem RAAS 
• Pada CKD seringkali ditemukan
• Overload cairan akibat retensi Na + peningkatan
demand jantung akibat hipertensi dan anemia 
dan
karena gangguan metabolik
• Uremik perikarditis  chest pain
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Preoperatif
Sistem respirasi
• Pasien dengan gagal ginjal kronis tanpa RRT ataupun
Nabic melakukan kompensasi dengan meningkatkan
minute ventilation
• Terjadi peningkatan permeabilitas membran alveolar-
kapiler  interstitial edema paru dapat terjadi
walaupun tekanan pulmonal normal
Sistem Endokrin
• DM tipe 2 merupakan penyebab tersering dari CKD 
Terjadi gangguan toleransi glukosa  evaluasi GDA
berkala dan penggunaan insulin preop dan pre-induksi
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Preoperatif
Sistem Gastrointestinal
• Uremia  anoreksia, mual, muntah, ileus
• Hipersekresi asam lambung  ulkus peptikum dan
perdarahan GI apda 10-30% pasien
Sistem Neurologis
• Uremik ensefalopati  asteriksis, letargi, bingung,
koma  berkorelasi dengan derajat azotemia
• Dapat terjadi neuropati distal pada ekstremitas bawah
distal
Morgan, et al (2018)
Morgan, et al (2018)
Evaluasi preoperatif
• Hemodinamik dan laboratoris: fokus pada sistem
respirasi dan kardiovaskular (
).
pada kecurigaan overload
Evaluasi preoperatif
(tall T), (prolonged
QT)
• Transfusi darah preoperatif : pada anemia berat
dengan gangguan klinis
• Bleeding time dan fungsi koagulasi untuk RA
• Premedikasi: Benzodiazepine (pada pasien yang alert
sadar baik), harus tetap diberikan
sampai waktu operasi akan dilakukan
Konsiderasi Intraoperatif
Monitoring Intraoperatif
• Hindari pemasangan NIBP pada sisi tangan dengan
AV shunt
• Pemasangan IV line ukuran besar dan monitoring
ABP sebelum positioning pada operasi yang
diperkirakan dapat menyebabkan perdarahan hebat
• Monitoring tekanan darah
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Intraoperatif
Monitoring Intraoperatif
• Evaluasi GDA durante operasi
• Monitoring EKG durante operasi
• Evaluasi kedalaman ETT setiap kali perubahan posisi
• Evaluasi area tubuh yang terkompresi
• Evaluasi BGA durante op bila perlu
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Intraoperatif
Induksi
• Mual, muntah, GI bleeding  RSI intubation
• Dosis induksi dikurangi pada pasien: critically ill, baru
saja menjalani hemodialisis, hipovolemia relatif
• Pilihan induksi intravena:
– Propofol 1-2mg/kgBB
– Etomidate 0,2-0,4 mg/kgBB
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Intraoperatif
Induksi
• Blunting pada respon hipertensif saat instrumentasi
jalan nafas dan intubasi  opioid (fentanyl,
remifentanyl), beta blocker (esmolol), lidocaine
• Relaksan pilihan: cisatracurium (0,15 mg/kgBB),
atracurium (0,5 mg/kgBB).
– Alternatif: suksinilkolin (jika tidak ada
hiperkalemia), rocuronium dan vecuronium.
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Intraoperatif
Maintenance
• Kendalikan hipertensi dengan efek minimal pada
cardiac output
• Rekomendasi: anestesi volatil, propofol, fentanyl,
remifentanil. Alterantif: morfin.
• Hindari meperidine  akumulasi normeperidine 
depresi nafas, kejang
• Kontrol ventilasi.
Morgan, et al (2018)
Konsiderasi Postoperatif
• Evaluasi post obstruktif poliuria
• Target balans 0 diganti dengan D5 ½ NS dengan
evaluasi GDA tiap 6 jam. Bila GDA > 200 mg/dL 
cairan diganti NaCl 0,9%
• Evaluasi kebutuhan HD post op pada pasien yang
tidak mendapatkan HD pre op
Daftar Pustaka
Liu, X., Huang, G., Zhong, R., Hu, S., & Deng, R. (2018). Comparison of Percutaneous
Nephrolithotomy Under Regional versus General Anesthesia: A Meta-Analysis of
Randomized Controlled Trials. Urologia Internationalis, 101(2).
https://doi.org/10.1159/000491021
Malik, I., & Wadhwa, R. (2016). Percutaneous Nephrolithotomy: Current Clinical
Opinions and Anesthesiologists Perspective. Anesthesiology Research and
Practice, 2016. https://doi.org/10.1155/2016/9036872
Mourmouris, P., Berdempes, M., Markopoulos, T., Lazarou, L., Tzelves, L., & Skolarikos,
A. (2018). Patient positioning during percutaneous nephrolithotomy: what is the
current best practice? Research and Reports in Urology, Volume 10.
https://doi.org/10.2147/RRU.S174396
Zhao, Z., Fan, J., Liu, Y., de la Rosette, J., & Zeng, G. (2018). Percutaneous
nephrolithotomy: position, position, position! Urolithiasis, 46(1).
https://doi.org/10.1007/s00240-017-1019-5

More Related Content

Similar to 5_6080334558987813659.pptx

askep-crf.ppt
askep-crf.pptaskep-crf.ppt
askep-crf.ppt
icurscb
 
PPT SIADH.pptx
PPT SIADH.pptxPPT SIADH.pptx
PPT SIADH.pptx
aishadhiyas
 
PPT_CRF.pptx
PPT_CRF.pptxPPT_CRF.pptx
PPT_CRF.pptx
savitrigemini
 
Ppt_syok.pptx
Ppt_syok.pptxPpt_syok.pptx
Ppt_syok.pptx
ssuser9696fe
 
GOUTHIPERURISEMIA.pptx
GOUTHIPERURISEMIA.pptxGOUTHIPERURISEMIA.pptx
GOUTHIPERURISEMIA.pptx
Vina Mariana Ulfah
 
Hemodialisa ak
Hemodialisa akHemodialisa ak
Hemodialisa ak
Rofi Irman
 
Ggk
GgkGgk
Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)
Khusny Kamal
 
Askep gga
Askep ggaAskep gga
Askep gga
Julianti Mursidi
 
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptcaAskep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptcaGunk Arie'sti
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
Verla Audita
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
DheaApriliani
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
Verla Audita
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
intenherlianti
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
Dickyrialdi3
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
yuseppginan22
 
Amiodarone Induced Thyrotoxicosis.pptx
Amiodarone Induced Thyrotoxicosis.pptxAmiodarone Induced Thyrotoxicosis.pptx
Amiodarone Induced Thyrotoxicosis.pptx
MonikaSargo1
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
Septian Muna Barakati
 
Ckd
CkdCkd
Ckd
rh_ayu
 

Similar to 5_6080334558987813659.pptx (20)

askep-crf.ppt
askep-crf.pptaskep-crf.ppt
askep-crf.ppt
 
PPT SIADH.pptx
PPT SIADH.pptxPPT SIADH.pptx
PPT SIADH.pptx
 
PPT_CRF.pptx
PPT_CRF.pptxPPT_CRF.pptx
PPT_CRF.pptx
 
Ppt_syok.pptx
Ppt_syok.pptxPpt_syok.pptx
Ppt_syok.pptx
 
GOUTHIPERURISEMIA.pptx
GOUTHIPERURISEMIA.pptxGOUTHIPERURISEMIA.pptx
GOUTHIPERURISEMIA.pptx
 
Hemodialisa ak
Hemodialisa akHemodialisa ak
Hemodialisa ak
 
Ggk
GgkGgk
Ggk
 
Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)
 
Askep gga
Askep ggaAskep gga
Askep gga
 
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptcaAskep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Amiodarone Induced Thyrotoxicosis.pptx
Amiodarone Induced Thyrotoxicosis.pptxAmiodarone Induced Thyrotoxicosis.pptx
Amiodarone Induced Thyrotoxicosis.pptx
 
64 193-1-pb
64 193-1-pb64 193-1-pb
64 193-1-pb
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Ckd
CkdCkd
Ckd
 

Recently uploaded

JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
TeguhWinarno6
 
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
unikbetslotbankmaybank
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
RizkyAji15
 
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaaTeori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Sayidsabiq2
 
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipaMateri pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
sarahshintia630
 
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.pptslide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
tobol95991
 
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.pptPPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
WewikAyuPrimaDewi
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
Muhammad Nur Hadi
 
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptxPresentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
muhammadfauzi951
 

Recently uploaded (9)

JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
 
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
 
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaaTeori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
Teori konflik Lewis Coser aaaaaaaaaaaaaa
 
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipaMateri pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
 
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.pptslide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
 
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.pptPPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
 
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptxPresentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
 

5_6080334558987813659.pptx

  • 1. Percutaneous Nefrolithotomy Oleh: dr. Junjungan Kristianto Manurung Pembimbing: dr. Dhania Anindita Santosa SpAn.KNA
  • 2. Pendahuluan • Prosedur standar baku dalam penanganan batu ginjal ukuran besar >2 cm, juga pada batu staghorn • Penanganan alternatif yang penting untuk – batu ginjal lower pole – batu ginjal kompleks – Abnormalitas anatomi pada ginjal • Morbiditas paling tinggi Liu X, et al. (2018); Mourmouris P, et al (2018)
  • 3. Pendahuluan • Prosedur PCNL dapat dilakukan dengan GA dan RA • Keuntungan GA: kontrol pernafasan dan meningkatkan kenyamanan pasien • Kerugian GA: higher cost. • Komplikasi yang menyertai GA: atelektasis, reaksi obat, PONV • Banyak RCT yang menunjukkan bahwa RA memiliki beberapa keuntungan yang potensial dibanding GA, namun kesimpulannya belum konsisten Liu X, et al. (2018)
  • 4. Fungsi Ginjal • Fungsi ginjal: – Mengatur volume dan komposisi cairan tubuh – Eliminasi toksin – Menghasilkan hormon • Adanya batu ginjal, operasi, maupun manajemen anestesi  Morgan, et al (2018)
  • 5. Fungsi Ginjal • RBF normal: 20-25% dari total cardiac output • GFR normal: pria 120 ± 25 mil/menit, wanita 95 ± 20 mil/menit • Creatinin clearance (CrCl): Morgan, et al (2018)
  • 6. Renal – Angiotensin – Aldosterone System Morgan, et al (2018)
  • 7. Dampak perioperatif terhadap fungsi ginjal • Dampak indirek: penurunan reversibel dari RBF, GFR, aliran sistem urinari, ekskresi Natrium menyebabkan toksisitas renal pada pemberian sevoflurane dengan fresh gas flow rendah pada hewan Morgan, et al (2018)
  • 8. Pertimbangan Pembedahan • Pembedahan menghasilkan stress neuroendokrin  peningkatan tonus simpatetik  peningkatan epinefrin, norepinefrin, renin, angiotensin II, aldosteron, ADH  penurunan RBF, GFR, produksi urin • Kompresi vena cava dan vena renalis, kompresi parenkim ginjal, penurunan CO (terkait posisi, perdarahan, anestesia) Morgan, et al (2018)
  • 9. Posisi • Posisi standar: prone  morbiditas meningkat karena memberikan beban pada sistem sirkulasi dan respirasi • Modifikasi: reverse lithotomy, prone split leg, prone flexed position  meningkatkan risiko cervical spine injury dan komplikasi mata • Posisi supine: Galdakao-modified Valdivia position, Barts technique, complete-supine position, Barts flank free modified position Mourmouris P, et all (2018)
  • 10. Zhao Z, et al. (2018)
  • 11. (A) Standard prone position; (B) Montreal matress and the prone view protective helmet system; (C) Reverse Lithotomy Position; (D,E) Prone split-leg position; (F) Prone- flexed Position Zhao Z, et al. (2018)
  • 12. Konsiderasi terkait Posisi • Posisi prone dan lateral berkaitan dengan gangguan fungsi pernafasan dan kardiovaskular • FRC berkurang pada dependent lung, meningkat pada non-dependent lung • Pada pasien yang ventilasinya dikontrol dapat terjadi missmatch ventilation perfusion • Peningkatan CO2 gradual pada arteri maupun end-tidal selama GA  deadspace ventilation pada non dependent lung Morgan, et al (2018)
  • 13. Konsiderasi terkait Posisi • Elevasi pada kidney rest  penurunan cardiac output yang bermakna akibat kompresi pada vena cava inferior. • Potensi kehilangan darah dalam jumlah besar dalm posisi lateral  pasang akses vena ukuran besar dan jika perlu kateter arteri untuk monitoring • Posisi ETT dapat berubah pada saat perubahan posisi  evaluasi ulang posisi dan kedalaman ETT setiap kali berubah posisi dan sebelum surgical drapping • Dapat terjadi pneumothorax akibat surgical entry ke dalam rongga pleural Morgan, et al (2018)
  • 14. Pertimbangan Pembedahan • Target: stone free rate (batu residual post operasi < 5mm pada USG, X-ray, ataupun CT-scan) • Hasil 4 meta-analysis: – 2 menyatakan bahwa posisi prone lebih unggul secara signifikan (OR 0,95;95% CI: 0,79-1,27; P=0,73). Namun, perbedaannya terdapat dalam 3- 5% – 2 lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal stone free rate Mourmouris P, et all (2018)
  • 15. Pertimbangan Pembedahan • Durasi operasi berkisar 1 jam, dimana posisi prone secara signifikan lebih lama (68,7 vs 54,2 menit. p = 0,04) Mourmouris P, et al (2018)
  • 16. Pertimbangan Anesthesia RA lebih singkat secara signifikan (MD –6.20 min; 95% CI –10.39 to –2.01; p = 0.0002; I2 = 84%) RA lebih singkat secara signifikan (MD –0.59 days; 95% CI –0.74 to –0.45; p < 0.00001; I2 = 34) • Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal pemberian maupun Liu X, et al. (2018)
  • 17. Pertimbangan Anesthesia RA lebih rendah pada 24 jam pertama (MD –2.44; 95% CI –3.25 to –1.64; p < 0.00001) dan 72 jam selanjutnya(MD –0.38; 95% CI – 0.58 to –0.18; p = 0.0002) RA lebih rendah (RR 0.28; 95% CI 0.13– 0.61; p = 0.001; I2 = 40%) Liu X, et al. (2018)
  • 18. Efek Anestesi Indirek • Kardiovaskular: – Anestesi inhalasi dan IV: efek concentration dependent terhadap penurunan tekanan darah melalui depresi jantung maupun vasodilatasi – RA tergantung level blok simpatetik  tonus simpatetik turun  menurunkan tekanan darah – Venous pooling, penurunan SVR, penurunan kontraktilitas dan laju denyut jantung, penurunan CO – Penurunan tekanan darah di bawah level autoregulasi  mengurangi RBF, GFR, produksi urine, dan ekskresi Na Morgan, et al (2018)
  • 19. Efek Anestesi Indirek • Neurologis: – Cemas, nyeri, anestesi yang kurang dalam, stimulasi bedah  tonus simpatetik meningkat  penurunan RBF, GFR, produksi urine • Endokrin: – Peningkatan tonus simpatetik  peningkatan epinephrine, norepinephrine, renin, angiotensin II, aldosterone, ADH  penurunan RBF, GFR, produksi urine Morgan, et al (2018)
  • 20. Efek Anestesi Direk Gas Anestesi • Halotane, isoflurane, sevoflurane, desflurane  renal vascular resistance turun • Compound A (produk pemecahan dari sevoflurane)  AKI (pada uji coba hewan dengan pemberian fresh gas flow yang rendah) : FGF minimal 2 L/menit dengan sevoflurane • Pada pasien dengan anemia berat (Hb < 5 gram/dL) dan gagal ginjal kronis dapat terjadi induksi dan emergence yang lebih cepat Morgan, et al (2018)
  • 21. Efek Anestesi Direk Agen Intravena • Etomidate, dan propofol: efek minor pada ginjal • Ketamin: fungsi ginjal terjaga selama hipovolemia hemoragis dan akumulasi metabolit aktif pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal • Remifentanyl: tidak dipengaruhi oleh fungsi ginjal  terjadi hidrolisis ester yang cepat dalam darah dan prolonged depresi nafas, kejang (karena akumulasi metabolit aktif) Morgan, et al (2018)
  • 22. Efek Anestesi Direk Agen Intravena • Metoklopramid, droperidol: mengganggu respon ginjal terhadap dopamine (karena aktivitas antidopaminergik) • NSAID seperti inhibisi produksi prostaglandin ginjal (menyebabkan AKI pada kadar angiotensin II dan NE yang tinggi) • ACE inhibitor: inhibisi efek protektif angiotensin II yang  penurunan GFR saat anestesi. Morgan, et al (2018)
  • 23. Efek Anestesi Direk Agen Relaksan • Suksinilkolin: pada pasien yang tidak diketahui kadar kalium dengan gagal ginjal kronis • Cisatracurium dan atracurium: obat pilihan pada pasien dengan gagal ginjal dan 20% eleminasi terjadi di ginjal  prolonged relaksan pada pasien dengan gagal ginjal Morgan, et al (2018)
  • 24. Efek Anestesi Direk Agen Relaksan • Reversal dengan: – Neostigmine, pyridostigmine: waktu paruh prolong akibat gangguan ginjal sehingga kejadian recurarisasi jarang sekali terjadi – Sugammadex: akan berikatan dengan vecuronium dan rocuronium, lalu segera dieleminasi dalam bentuk belum dimetabolisir oleh ginjal. Beberapa penelitian menyatakan bahwa onsetnya akan tertunda kompleks ikatan sugammadex-muscle relaxant ini dapat tertahan ditubuh hingga beberapa hari. Morgan, et al (2018)
  • 25. Konsiderasi Preoperatif • Evaluasi fungsi ginjal – Gagal ginjal? Akut atau kronik? Prerenal, renal, post renal? Koreksi kausa pre- dan post-renal – Evaluasi medikasi dan hentikan obat nefrotoksik – Optimisasi cardiac output dan RBF – Monitor intake cairan dan output – Evaluasi komplikasi akut seperti hiperkalemia, hiponatremia, asidosis, hiperfosfatemia, edema paru – Terapi infeksi dan sepsis secara agresif Morgan, et al (2018)
  • 26. Konsiderasi Preoperatif • Evaluasi kebutuhan untuk hemodialisa preop – Overload cairan – Asidosis metabolik berat akibat gagal ginjal, anuria, oligouria disertai hiperkalemia – Hiperkalemia refrakter – Ensefalopati metabolik – Perikarditis – Koagulopati – Gejala GI refrakter – Kadar BUN dan SK tinggi akibat acute on cronic renal failure, terutama disertai kadar kalium yang tinggi Morgan, et al (2018)
  • 27. Konsiderasi Preoperatif Sistem Metabolik • Dapat terjadi , hiperfosfatemia, , hipermagnesia, hiperuricemia, Retensi air dan natrium  memperburuk hiponatremia dan overload cairan ekstraselular • Dapat terjadi dengan anion gap yang tinggi Morgan, et al (2018)
  • 28. Konsiderasi Preoperatif Sistem Hematologik pada CrCl < 30mL/menit, dimana Hb turun hingga 6-8g/dL • Platelet dan leukosit juga ikut terganggu  dan . Terjadi penurunan aktivitas faktor III platelet juga adhesivitas dan agregasi platelet. Morgan, et al (2018)
  • 29. Konsiderasi Preoperatif Sistem Kardiovaskular • CO meningkat pada gagal ginjal • Retensi natrium dan gangguan sistem RAAS  • Pada CKD seringkali ditemukan • Overload cairan akibat retensi Na + peningkatan demand jantung akibat hipertensi dan anemia  dan karena gangguan metabolik • Uremik perikarditis  chest pain Morgan, et al (2018)
  • 30. Konsiderasi Preoperatif Sistem respirasi • Pasien dengan gagal ginjal kronis tanpa RRT ataupun Nabic melakukan kompensasi dengan meningkatkan minute ventilation • Terjadi peningkatan permeabilitas membran alveolar- kapiler  interstitial edema paru dapat terjadi walaupun tekanan pulmonal normal Sistem Endokrin • DM tipe 2 merupakan penyebab tersering dari CKD  Terjadi gangguan toleransi glukosa  evaluasi GDA berkala dan penggunaan insulin preop dan pre-induksi Morgan, et al (2018)
  • 31. Konsiderasi Preoperatif Sistem Gastrointestinal • Uremia  anoreksia, mual, muntah, ileus • Hipersekresi asam lambung  ulkus peptikum dan perdarahan GI apda 10-30% pasien Sistem Neurologis • Uremik ensefalopati  asteriksis, letargi, bingung, koma  berkorelasi dengan derajat azotemia • Dapat terjadi neuropati distal pada ekstremitas bawah distal Morgan, et al (2018)
  • 32. Morgan, et al (2018)
  • 33. Evaluasi preoperatif • Hemodinamik dan laboratoris: fokus pada sistem respirasi dan kardiovaskular ( ). pada kecurigaan overload
  • 34. Evaluasi preoperatif (tall T), (prolonged QT) • Transfusi darah preoperatif : pada anemia berat dengan gangguan klinis • Bleeding time dan fungsi koagulasi untuk RA • Premedikasi: Benzodiazepine (pada pasien yang alert sadar baik), harus tetap diberikan sampai waktu operasi akan dilakukan
  • 35. Konsiderasi Intraoperatif Monitoring Intraoperatif • Hindari pemasangan NIBP pada sisi tangan dengan AV shunt • Pemasangan IV line ukuran besar dan monitoring ABP sebelum positioning pada operasi yang diperkirakan dapat menyebabkan perdarahan hebat • Monitoring tekanan darah Morgan, et al (2018)
  • 36. Konsiderasi Intraoperatif Monitoring Intraoperatif • Evaluasi GDA durante operasi • Monitoring EKG durante operasi • Evaluasi kedalaman ETT setiap kali perubahan posisi • Evaluasi area tubuh yang terkompresi • Evaluasi BGA durante op bila perlu Morgan, et al (2018)
  • 37. Konsiderasi Intraoperatif Induksi • Mual, muntah, GI bleeding  RSI intubation • Dosis induksi dikurangi pada pasien: critically ill, baru saja menjalani hemodialisis, hipovolemia relatif • Pilihan induksi intravena: – Propofol 1-2mg/kgBB – Etomidate 0,2-0,4 mg/kgBB Morgan, et al (2018)
  • 38. Konsiderasi Intraoperatif Induksi • Blunting pada respon hipertensif saat instrumentasi jalan nafas dan intubasi  opioid (fentanyl, remifentanyl), beta blocker (esmolol), lidocaine • Relaksan pilihan: cisatracurium (0,15 mg/kgBB), atracurium (0,5 mg/kgBB). – Alternatif: suksinilkolin (jika tidak ada hiperkalemia), rocuronium dan vecuronium. Morgan, et al (2018)
  • 39. Konsiderasi Intraoperatif Maintenance • Kendalikan hipertensi dengan efek minimal pada cardiac output • Rekomendasi: anestesi volatil, propofol, fentanyl, remifentanil. Alterantif: morfin. • Hindari meperidine  akumulasi normeperidine  depresi nafas, kejang • Kontrol ventilasi. Morgan, et al (2018)
  • 40. Konsiderasi Postoperatif • Evaluasi post obstruktif poliuria • Target balans 0 diganti dengan D5 ½ NS dengan evaluasi GDA tiap 6 jam. Bila GDA > 200 mg/dL  cairan diganti NaCl 0,9% • Evaluasi kebutuhan HD post op pada pasien yang tidak mendapatkan HD pre op
  • 41. Daftar Pustaka Liu, X., Huang, G., Zhong, R., Hu, S., & Deng, R. (2018). Comparison of Percutaneous Nephrolithotomy Under Regional versus General Anesthesia: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Urologia Internationalis, 101(2). https://doi.org/10.1159/000491021 Malik, I., & Wadhwa, R. (2016). Percutaneous Nephrolithotomy: Current Clinical Opinions and Anesthesiologists Perspective. Anesthesiology Research and Practice, 2016. https://doi.org/10.1155/2016/9036872 Mourmouris, P., Berdempes, M., Markopoulos, T., Lazarou, L., Tzelves, L., & Skolarikos, A. (2018). Patient positioning during percutaneous nephrolithotomy: what is the current best practice? Research and Reports in Urology, Volume 10. https://doi.org/10.2147/RRU.S174396 Zhao, Z., Fan, J., Liu, Y., de la Rosette, J., & Zeng, G. (2018). Percutaneous nephrolithotomy: position, position, position! Urolithiasis, 46(1). https://doi.org/10.1007/s00240-017-1019-5