Kasus manipulasi laporan keuangan PT Kimia Farma pada tahun 2001. Manajemen melaporkan laba Rp132 miliar tetapi setelah audit ulang hanya Rp99,56 miliar karena ditemukan overstated penjualan dan persediaan. Akibatnya Kimia Farma denda Rp500 juta, direksi Rp1 miliar dan auditor Rp100 juta karena gagal mendeteksi manipulasi tersebut meski telah melakukan audit sesuai standar.
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
Dokumen tersebut membahas pengertian pengendalian intern menurut beberapa sumber, komponen-komponen pengendalian intern, hubungan pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan auditor, dan cara melakukan pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan."
1. Dokumen tersebut berisi soal tes transaksi, kertas kerja pemeriksaan, perencanaan audit, dan pemeriksaan aset-aset perusahaan seperti kas, piutang, persediaan, biaya dibayar dimuka, aset tetap.
2. Terdapat beberapa pertanyaan mengenai pengertian istilah-istilah audit seperti compliance test, substantive test, sampling audit, kertas kerja pemeriksaan, audit plan, audit procedures.
3. Dokumen tersebut
Modul ini membahas sistem akuntansi pembiayaan pemerintah daerah. Pembiayaan terdiri atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan, yang mencakup pinjaman, obligasi, dan penyertaan modal. Penerimaan pembiayaan akan menambah saldo kas dan kewajiban, sedangkan pengeluaran pembiayaan akan mengurangi kas dan kewajiban atau menambah investasi. Pihak terkait meliputi fungsi akuntansi dan Bendahara Umum Daerah
Dokumen tersebut membahas kewajiban hukum auditor dalam melakukan tugas auditnya. Auditor bertanggung jawab secara hukum atas kelalaian yang dilakukan dalam audit. Kewajiban hukum auditor muncul dari peraturan yang berlaku serta dapat dituntut secara perdata maupun pidana. Lingkungan yuridis seperti undang-undang pasar modal memberikan perlindungan yang lebih luas kepada pihak ketiga.
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
Dokumen tersebut membahas pengertian pengendalian intern menurut beberapa sumber, komponen-komponen pengendalian intern, hubungan pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan auditor, dan cara melakukan pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan."
1. Dokumen tersebut berisi soal tes transaksi, kertas kerja pemeriksaan, perencanaan audit, dan pemeriksaan aset-aset perusahaan seperti kas, piutang, persediaan, biaya dibayar dimuka, aset tetap.
2. Terdapat beberapa pertanyaan mengenai pengertian istilah-istilah audit seperti compliance test, substantive test, sampling audit, kertas kerja pemeriksaan, audit plan, audit procedures.
3. Dokumen tersebut
Modul ini membahas sistem akuntansi pembiayaan pemerintah daerah. Pembiayaan terdiri atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan, yang mencakup pinjaman, obligasi, dan penyertaan modal. Penerimaan pembiayaan akan menambah saldo kas dan kewajiban, sedangkan pengeluaran pembiayaan akan mengurangi kas dan kewajiban atau menambah investasi. Pihak terkait meliputi fungsi akuntansi dan Bendahara Umum Daerah
Dokumen tersebut membahas kewajiban hukum auditor dalam melakukan tugas auditnya. Auditor bertanggung jawab secara hukum atas kelalaian yang dilakukan dalam audit. Kewajiban hukum auditor muncul dari peraturan yang berlaku serta dapat dituntut secara perdata maupun pidana. Lingkungan yuridis seperti undang-undang pasar modal memberikan perlindungan yang lebih luas kepada pihak ketiga.
Likuidasi Pengertian adalah :
suatu proses yang meliputi merubah aktiva non kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses merubah aktiva non kas menjadi kas
Modul ini membahas pengelolaan kartu aktiva tetap, meliputi: (1) mempersiapkan pengelolaan kartu aktiva tetap, (2) mengidentifikasi data mutasi aktiva tetap, dan (3) membuat laporan aktiva tetap. Modul ini bertujuan membantu peserta diklat dalam mengelola kartu aktiva tetap secara sistematis dan benar sesuai prosedur.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan komponen-komponen pengendalian intern serta hubungannya dengan ruang lingkup pemeriksaan auditor.
2. Terdapat lima komponen pengendalian intern yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
3. Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai dan terbat
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaranRudiah Purnami
Dokumen tersebut membahas pengujian audit dalam siklus akuisisi dan pembayaran untuk beberapa akun terkait seperti aset tetap, beban dibayar di muka, utang akrual, dan pendapatan serta beban. Secara khusus membahas metodologi pengujian untuk memastikan keberadaan, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, dan hak dan kewajiban untuk saldo akun-akun tersebut pada akhir periode.
Organisasi sektor publik adalah organisasi yang menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan umum dengan dana berasal dari pajak dan pendapatan negara lainnya. Dokumen ini menjelaskan pengertian organisasi dan sektor publik serta kerangka kerja organisasi termasuk visi, misi, strategi, prinsip, tujuan dan sasaran. Juga dijelaskan tipe organisasi seperti pure profit, quasi profit dan nonprofit serta peran sektor publik dalam
Dokumen tersebut merangkum pengertian, tujuan, dan proses penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan induk dan anak seakan merupakan satu entitas. Tujuannya agar dapat memberikan gambaran obyektif tentang sumber daya dan aktivitas kelompok perusahaan. Proses penyusunannya meliputi eliminasi rekening timbal balik dan penyusunan worksheet.
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Jiantari Marthen
Dokumen tersebut membahas tentang audit siklus pendapatan perusahaan yang mencakup aktivitas penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan. Dibahas pula aktivitas pengendalian dan dokumen yang terkait untuk masing-masing transaksi serta tujuan dan prosedur audit untuk menguji asersi laporan keuangan terkait siklus pendapatan.
Dokumen tersebut membahas tentang perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan akuntansi. Perubahan kebijakan akuntansi terjadi ketika suatu kebijakan diganti dengan kebijakan lain yang masih diterima, sedangkan perubahan estimasi terjadi ketika ada informasi baru yang mempengaruhi estimasi sebelumnya. Koreksi kesalahan harus segera diperbaiki untuk menunjukkan kondisi keuangan yang
Dokumen tersebut membahas tentang Kertas Kerja Pemeriksaan (Audit Working Papers) yang merupakan dokumentasi prosedur audit dan temuan yang dikumpulkan auditor dalam menjalankan pemeriksaan untuk mendukung opini audit dan memenuhi standar profesi."
Pendapatan dan beban perusahaan harus dicatat menggunakan metode akrual sesuai standar akuntansi. Auditor melakukan tes untuk memastikan pendapatan dan beban dicatat sesuai dengan transaksi yang terjadi dan dilaporkan sesuai standar akuntansi. Auditor juga memeriksa fluktuasi dan kesesuaian dengan anggaran serta peraturan perpajakan terkait.
Dokumen tersebut membahas mengenai audit internal, termasuk pengertian, tujuan, ruang lingkup, perbedaan dengan audit eksternal, dan hal-hal yang perlu diperhatikan agar memiliki departemen audit internal yang efektif. Audit internal berfungsi untuk memantau efektivitas pengendalian internal dan membantu manajemen dengan memberikan analisis dan saran perbaikan. Departemen audit internal perlu independen dan didukung manajemen agar tujuan pemeriksaannya tercapai.
Manajemen perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 12 meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dokumentasi, dan pemusnahan. Apotek ini memiliki fasilitas parkir luas, ruang tunggu besar, dan layanan 24 jam. Survey kepuasan pelanggan menunjukkan aspek reliable mendapatkan skor terendah dalam hal sistem antrian dan kecepatan pelayanan.
Likuidasi Pengertian adalah :
suatu proses yang meliputi merubah aktiva non kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses merubah aktiva non kas menjadi kas
Modul ini membahas pengelolaan kartu aktiva tetap, meliputi: (1) mempersiapkan pengelolaan kartu aktiva tetap, (2) mengidentifikasi data mutasi aktiva tetap, dan (3) membuat laporan aktiva tetap. Modul ini bertujuan membantu peserta diklat dalam mengelola kartu aktiva tetap secara sistematis dan benar sesuai prosedur.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan komponen-komponen pengendalian intern serta hubungannya dengan ruang lingkup pemeriksaan auditor.
2. Terdapat lima komponen pengendalian intern yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
3. Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai dan terbat
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaranRudiah Purnami
Dokumen tersebut membahas pengujian audit dalam siklus akuisisi dan pembayaran untuk beberapa akun terkait seperti aset tetap, beban dibayar di muka, utang akrual, dan pendapatan serta beban. Secara khusus membahas metodologi pengujian untuk memastikan keberadaan, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, dan hak dan kewajiban untuk saldo akun-akun tersebut pada akhir periode.
Organisasi sektor publik adalah organisasi yang menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan umum dengan dana berasal dari pajak dan pendapatan negara lainnya. Dokumen ini menjelaskan pengertian organisasi dan sektor publik serta kerangka kerja organisasi termasuk visi, misi, strategi, prinsip, tujuan dan sasaran. Juga dijelaskan tipe organisasi seperti pure profit, quasi profit dan nonprofit serta peran sektor publik dalam
Dokumen tersebut merangkum pengertian, tujuan, dan proses penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan induk dan anak seakan merupakan satu entitas. Tujuannya agar dapat memberikan gambaran obyektif tentang sumber daya dan aktivitas kelompok perusahaan. Proses penyusunannya meliputi eliminasi rekening timbal balik dan penyusunan worksheet.
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Jiantari Marthen
Dokumen tersebut membahas tentang audit siklus pendapatan perusahaan yang mencakup aktivitas penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan. Dibahas pula aktivitas pengendalian dan dokumen yang terkait untuk masing-masing transaksi serta tujuan dan prosedur audit untuk menguji asersi laporan keuangan terkait siklus pendapatan.
Dokumen tersebut membahas tentang perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan akuntansi. Perubahan kebijakan akuntansi terjadi ketika suatu kebijakan diganti dengan kebijakan lain yang masih diterima, sedangkan perubahan estimasi terjadi ketika ada informasi baru yang mempengaruhi estimasi sebelumnya. Koreksi kesalahan harus segera diperbaiki untuk menunjukkan kondisi keuangan yang
Dokumen tersebut membahas tentang Kertas Kerja Pemeriksaan (Audit Working Papers) yang merupakan dokumentasi prosedur audit dan temuan yang dikumpulkan auditor dalam menjalankan pemeriksaan untuk mendukung opini audit dan memenuhi standar profesi."
Pendapatan dan beban perusahaan harus dicatat menggunakan metode akrual sesuai standar akuntansi. Auditor melakukan tes untuk memastikan pendapatan dan beban dicatat sesuai dengan transaksi yang terjadi dan dilaporkan sesuai standar akuntansi. Auditor juga memeriksa fluktuasi dan kesesuaian dengan anggaran serta peraturan perpajakan terkait.
Dokumen tersebut membahas mengenai audit internal, termasuk pengertian, tujuan, ruang lingkup, perbedaan dengan audit eksternal, dan hal-hal yang perlu diperhatikan agar memiliki departemen audit internal yang efektif. Audit internal berfungsi untuk memantau efektivitas pengendalian internal dan membantu manajemen dengan memberikan analisis dan saran perbaikan. Departemen audit internal perlu independen dan didukung manajemen agar tujuan pemeriksaannya tercapai.
Manajemen perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 12 meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dokumentasi, dan pemusnahan. Apotek ini memiliki fasilitas parkir luas, ruang tunggu besar, dan layanan 24 jam. Survey kepuasan pelanggan menunjukkan aspek reliable mendapatkan skor terendah dalam hal sistem antrian dan kecepatan pelayanan.
Laporan keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk untuk periode sembilan bulan berakhir 30 September 2010 dan 2009 menunjukkan peningkatan laba bersih, pendapatan, dan total aset Perusahaan.
Sistem akuntansi apotek Kimia Farma membahas siklus pendapatan, pengeluaran, produksi dan aset tetap di apotek. Siklus pendapatan meliputi entry pesanan, pengiriman, penagihan dan penerimaan kas, sedangkan siklus pengeluaran meliputi permintaan barang, pemesanan, penerimaan dan pembayaran. Siklus produksi terdiri atas desain, perencanaan, produksi dan cost accounting. Aktiva tetap apotek terdiri atas bangunan, mesin dan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Mata kuliah Auditing membahas proses audit dan jenis-jenis audit dengan tujuan memberikan pengetahuan dasar mengenai pengauditan dan penerapannya di dunia kerja. Materi mata kuliah ini meliputi konsep auditing, standar profesi, tujuan dan jenis audit, serta proses pemeriksaan audit.
7. audit atas laporan keuangan pendapat auditor atas laporan keuangan dan lap...Sri Apriyanti Husain
Dokumen tersebut membahas tentang pendapat auditor atas laporan keuangan dan laporan auditor independen. Secara garis besar, dokumen tersebut menjelaskan tentang tujuan auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas, proses perumusan opini auditor, bentuk-bentuk opini yang dapat diberikan auditor, dan contoh bentuk laporan auditor dengan opini wajar tanpa pengecualian dan opini wajar dengan pengecualian.
Modul ini berfungsi untuk membantu pengguna dalam
menggunakan SAP.
Finance (FI): Modul ini berfungsi untuk mengelola keuangan
perusahaan seperti akuntansi, pengelolaan keuangan, pelaporan
keuangan, dan lain-lain.
Controlling (CO): Modul ini berfungsi untuk mengelola biaya dan
manajemen biaya perusahaan.
Materials Management (MM): Modul ini berfungsi untuk
mengelola persediaan bar
1. eTiKa ProFeSi - PT.kimia Farma
KASUS PT. KIMIA FARMA
Latar Belakang
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada
audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih
sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM).
Akan tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu
besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002
laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang
disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau
24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated
penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan
barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated
persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Permasalahan
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya
pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang
tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan
keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal
mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu
manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Sebagai akibat dari kejadiannya, ini maka PT Kimia Farma dikenakan denda sebesar Rp 500
juta, direksi lama PT Kimia Farma terkena denda Rp 1 miliar, serta partner HTM yang
mengaudit Kimia Farma didenda sebesar 100 juta rupiah. Kesalahan yang dilakukan oleh
partner HTM tersebut adalah bahwa ia tidak berhasil mengatasi risiko audit dalam
mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan PT Kimia Farma, walaupun ia
telah menjalankan audit sesuai SPAP.
Daftar Pustaka
Bapepam, Kasus PT Kimia Farma Tbk, Siaran Pers Bapepam, 27 Desember 2002
Bapepam, Peraturan No VIII.A.2 tentang Independensi Akuntan Yang Memberikan jasa
Audit di Pasar Modal
Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tungga, Memahami Sarbanes-Oxley Act (SOX)
2002, Harvarindo, 2005
2. KMK NO 423/kmk.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik
Tempo Interaktif, Kimia Farma Lakukan Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan, 3
Oktober 2002
Tempo Interaktif, Hasil Audit Kimia Farma akan Selesai Akhir September, 19 September
2002
Tempo Interaktif, Bapepam Larang Peran Ganda Akuntan Publik, 4 November 2002
You might also like:
y eTiKa pRoFEsi - PT. ANEKA TAMBANG
y Etika pRofesi ± di PAPUA
y etika pRofesi - Kasus BLBI
y Penyimpangan profesi akuntansi-profesi bisnis
kasus pelanggaran audit oleh PT kimia farma
0047jurnal
Tbk 7 PT Fortune Mate Indonesia Tbk 8 PT Kimia Farma laporan keuangan menunjukkan
adanya pelanggaran standar audit yang dilakukan oleh Auditor Independen (Suatu Studi
Kasus atas
akuntansi keuangan
Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) Perpajakan Efisiensi Alokasi Dana (Studi Kasus Pada PT.
Kimia Farma keputusan Pemberian Kredit (Studi Kasus Pemberian Kredit Oleh Bank X
Kepada PT
agung praptapa » blog archive » ppak 2008 case of ethics
oleh PT.Kimia Farma tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit kasus pelanggaran
terhadap standar akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan rekanan Andersen, yang lolos
audit
siaran pers badan pengawas pasar modal
beberapa kasus pelanggaran KASUS PT KIMIA FARMA Tbk 1. Kasus ini atas resiko audit
yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma
korantempo lt;bgt;kesalahan pencatatan laporan kimia farma 2001
keuangan PT Kimia Farma Tapi dalam kasus Kimia Farma melakukan audit sesuai dengan
standar profesional akuntan publik. "Kami juga telah melaporkan kesalahan itu kepada Kimia
Farma
powered by google
Hal ini dapat disebabkan karena kekurangcermatan serta kurangnya kompetensi auditor
dalam mengaudit laporan keuangan kliennya.
Contoh kasus nyata yang terjadi adalah seperti yang terjadi pada PT KIMIA FARMA pada tahun 2002.
milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
3. melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan ters
ebut di audit oleh Hans
Tuanakotta & Mu`stofa (HTM).
Akan tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu
besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang
cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp
99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan
sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp
23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar
dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksnya, i
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002.
Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian
persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya
pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unitunit yang tidak
-
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.
Jadi, pada kasus ini, manajemen PT. KIMIA FARMA terbukti menyalahi etika dalam pelaporan
keuangannya karena telah melakukan fraud, sedangkan auditornya (HTM) kurang profesional karena
tidak sanggup mendeteksi adanya fraud yang dilakukan kliennya sehingga tidak berhasil mengatasi
risiko audit dalam mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan PT KIMIA FARMA,
walaupun ia telah menjalankan audit sesuai SPAP dan tidak terlibat dalam fraud tersebut. Oleh
karena itu, PT KIMIA FARMA didenda besar Rp 500 juta, direksi lama PT KIMIA FARMA terkena denda
Rp 1 miliar, serta HTM yang selaku auditor didenda sebesar 100 juta rupiah yang otomatis juga akan
menurunkan kredibilitasnya sebagai akuntan publik atau auditor yang profesional.
Diposkan oleh DwiMaulidDiana blog di 01.40
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
0 komentar:
Poskan Komentar
Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
Oleh davidparsaoran
Permasalahan
4. PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada
audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih
sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut
terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah
ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau
24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku
yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar
Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar
Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan
ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain
itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa
Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di
PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam
laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar
Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 ±
Khusus huruf m ± Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan
Mendasar, sebagai berikut:
³Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan
dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau
kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru´.
Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor
8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
5. Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif
berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 ʹ Juni 2002 diwajibkan membayar
sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena
melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember
2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut,
meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap
diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan
Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 ʹ Tanggung Jawab & Fungsi Auditor
Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan
profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan
dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas
manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus
bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku
31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas
laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta Mustofa
(HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai
lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi
para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam
kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.
Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena mereka
adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan
adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi
akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran
peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT.
Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi
kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam
6. manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu
apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk
Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus
dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik
negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah
mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah
terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001
seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan
keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan
dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi
dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan
dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba
bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab
atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-
mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.
Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan
keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana
di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan
menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-
bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja
atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada karena
laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan
farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun
buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham
mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta
akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali
(restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih
Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian
kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam
rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham
Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan
publik.
Dampak Terhadap Profesi Akuntan
7. Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas
dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat
pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan
dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para
akuntan publik.
PEMBAHASAN
Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP HTM
selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma Tbk.)
dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.
Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana ditinjau
dari segi kepentingan stakeholder adalah:
1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk.
2. Pemegang saham
3. Masyarakat luas
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya jasa
audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu
melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena
kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan
penggelembungan nilai persediaan.
Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas
audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada
risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah
KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko
seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan
dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan
keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus manipulasi
tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat diterapkan
oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko etika, serta
menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder.
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika
8. Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian risiko
etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:
A.) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM
HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder yang
berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan
apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian
dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan
junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.
B) Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan
menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.
C) Mengutamakan reputasi KAP HTM
Yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas,
reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam
melakukan perbandingan.
Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM dapat
mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.
2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan
stakeholder
KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan para
stakeholder HTM.
Tulisan ini dikirim pada pada November 4, 2009 10:00 am dan di isikan dibawah Uncategorized. Anda dapat
meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. r Anda dapat merespon, or trackback dari
website anda.