1. 3 DIMENSI MANUSIA
Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya
adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai
secara rohani. (1 Kor. 2:14)
Salah satu kesalahan manusia sehingga tidak bisa mengerti kehendak Allah adalah “kurangnya
pengenalan” akan Allah. Untuk dapat menerima sesuatu yang berasal dari Roh Allah, maka kita
harus hidup dalam dimensi roh. Hosea 6:3 berkata: Marilah kita mengenal dan berusaha
sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita
seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." Kita harus mengerti bahwa
ada 3 dimensi dalam manusia sehingga kita dapat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mengalami terobosan dalam setiap dimensinya, yaitu:
1. Tubuh
Ruang kesadarannya adalah hal-hal duniawi dan tingkat hidup yg dicapai adalah hal
biologis atau kedagingan.
Area aktifitasnya adalah hal-hal yang bersifat fisik dan dimensi hubungannya adalah
duniawi.
Untuk menjadi rumah Roh kudus, maka tubuh harus mengalami pembaharuan yang
dikerjakan oleh Firman Tuhan yakni dengan cara berespon benar (1 korintus 3:16,
15:50).
2. Jiwa (pikiran, perasaan/emosi, kehendak/keinginan)
Ruang kesadarannya adalah dirinya sendiri/egosentris dan tingkat hidup yg dicapai
adalah memuaskan jiwanya.
Daerah aktifitasnya adalah bagaimana membangun mental dan dimensi hubungannya
masih duniawi.
Untuk menjadi serupa dg Kristus, jiwa harus mengalami penyucian atau pembaharuan
setiap hari yakni melalui ibadah yg benar (Roma 12:1-2).
3. Roh
Daerah aktifitasnya adalah hal-hal yang supranatural dan tingkat yang ingin dicapai dlm
hidupnya adalah hal yg bersifat rohani, yakni bagaimana menjadi anak Allah yang
berkenan (1 korintus 2:11), dan bagaimana menjadi org kristen yang berbuah (Galatia
5:22-23).
Roh terdiri dari:
a. Hati nurani – Didapat setelah seseorang menerima baptisan (1Petrus 3:21).
Seorang yang memiliki hati nurani memiliki pandangan hidup yg benar, karena segala keputusan
dalam hidup dapat diterima, baik secara rasional berdasarkan pandangan moral maupun system
nilai yang berlaku dalam tatanan sosial.
b. Intuisi – Kemampuan/kesanggupan untuk memahami sesuatu tanpa persetujuan logika atau
penalaran rasional/ intelektual. Contoh: Yabes, ketika berdoa (1 Tawarikh 4:10-11), dan
2. memiliki kesanggupan untk taat terhadap perintah atau nasehat Firman Tuhan. Contoh:
Abraham, Musa, dll.
c. Intimacy – Memiliki keintiman dengan Tuhan yakni kesadaran akan pentingnya pesekutuan
dengan Tuhan dan memiliki kerinduan untuk menyembah Tuhan (1 Yoh 2:20, Mazmur 23).