SlideShare a Scribd company logo
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Pemodelan litologi dengan menggunakan anomali geomagnetik pada lapangan “Ratte Bungin”
Provinsi Sulawesi Selatan
Galih Prasetya Dinanta prodi Geofisika FMIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Intisari
Desa Sandana, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi
Sulawesi Selatan, adalah lokasi yang dijadikan area
penelitian. Area ini memiliki morfologi berupa perbukitan
dan dan punggungan pegunungan dengan ketinggian antara
500 sampai 1300 m diatas permukaan laut. Geologi daerah
ini cukup kompleks karena ditemukannya batuan sedimen
(batu pasir) yang berdampingan dengan batuan beku
(diorit-andesit). Aktifitas eksplorasi di tempat ini dilakukan
karena banyak ditemukan struktur dan urat-urat mineral
yaitu galena atau timah.
Akusisi atau pengambilan data geomagnetik di
daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan PPM
model GSM-19T pada area survei sejumlah 2 buah. 1 buah
sebagai base dan yang lainnya sebagai rover. Pemetaan ini
dilakukan pada area dengan luas 1500mx3000m atau kira-
kira 4,500km2
. data diolah lebih lanjut dan didapatkan nilai
anomali magnetiknya atau ∆H dengan satuan dalam gamma
atau nano Tesla (nT). Pemodelan dilakukan secara 2 D
untuk mengetahui perbedaaan litologi dan nilai
suceptibilitas dari batuan bawah permukaan.
Penelitian ini menghasilkan sejumlah data yang
berkaitan dengan nilai parameter kemagnetan batuan di
lokasi survei, berupa anomali total (TMI) dan juga anomali
kemagnetan batuan (∆M), sedangkan informasi lain yang
diperoleh adalah peta topografi lokal area penelitian,
kemudian dari proses pengolahan yang dilakukan didapat
informasi berupa perkiraan litologi dan posisinya didalam
area penelitian. Diperoleh nilai suseptibilitas 0,0345 cgs
untuk batu monzonite, 0,0072 untuk batuan sedimen (batu
pasir) dan 0,0189 cgs untuk batu tufa andesitik
Latar Belakang
Metode geomagnetik merupakan metode yang sering
digunakan dalam ilmu geofisika untuk memetakan atau
memonitor suatu medan magnetik dari suatu area survei.
Metode ini memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang
terinduksi oleh medan magnetik bumi. Penggunaan metode
geomagnetik cukup sederhana, dimulai dengan penentuan
lokasi survei berdasarkan data kenampakan geologi,
pengambilan data, pengolahan, dan intepretasi yang relatif
mudah dimengerti. Hasil dari pengukuran adalah nilai
medan magnetik total atau sering disebut TMI (Total
Magnetic Intensity), besar dari medan magnetik total ini
sendiri adalah bergantung dari posisi dimana area survei
berada dan tentu saja kandungan kemagnetan batuan itu
sendiri. Kandungan kemagnetan batuan itu sendiri
dipengaruhi oleh kandungan mineral yang ada dan juga
dipengaruhi oleh perbedaan kontras suseptibilitas batuan
bawah permukaan secara lateral. Selain di bidang
pertambangan metode geomagnetik ini juga bisa digunakan
di bidang eksplorasi panas bumi dan monitoring
kegunungapian.
Tinjauan Pustaka
Geomorfologi
Daerah penyelidikan termasuk dalam morfologi perbukitan
berlereng terjal. Perbedaan ketinggian antara lembah yang
terendah ± 500 m di atas permukaan laut dan puncak-
puncak perbukitan di wilayah ini dengan ketinggian antara
900–1.300 m dpl.
Gambar 1 Morfologi Daerah Penyelidikan dilihat dari Buttu
Sattung dengan ketinggian1.250 m (foto diambil th. 2009, disalin
dan diedit dari Misalayuk. Dkk. 2009)
Litologi Daerah Penelitian
Hasil penyelidikan geologi di daerah Sandana da n
sekitarnya tersusun oleh satuan batuan dengan urut-urutan
umur tua–muda sebagai berikut:
1. Batuan sedimen.
2. Satuan batu andesitan dan breksi tufa andesitan.
3. Batu dioritan.
4. Batu monzonitan.
5. Batu gabbro.
6. Batu tufa, breksi tufa, aglomerat
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Geologi Umum dan Regional
Secara tektonik Indonesia terletak pada pertemuan antara
tiga lempeng utama (mega triple junction), yaitu lempeng-
lempeng Eurasia, India-Australia dan Pasifik. Kepulauan
Sulawesi secara sistem tektonik merupakan gabungan dari
kedua plate tektonik pergerakannya saling berlawanan
dimana sebelah barat Indonesia, bergerak ke arah timur laut
dan menunjam di sebelah barat pulau Sumatera dan di
sebelah selatan pulau Jawa menunjam ke arah utara.
Sedangkan plate tectonic dari arah timur bergerak
menunjam ke arah baratdaya kemudian terpecah menjadi
tiga penunjaman yakni selain ke baratdaya, juga menunjam
ke arah Selatan dan ke arah baratlaut menghadap ke
Sulawesi Utara. Sebagai akibat dari tumbukan kedua plate
tektonik ini terjadilah sesar penunjaman dan sesar geser,
dan khususnya yang terjadi di pulau Sulawesi dimana
kegiatan penyelidikan dilakukan. Di kepulauan Sulawesi
tersebut juga terdapat struktur sesar regional yang terletak
di sebelah timur
Gambar 2. Gambaran geologi umum Kep. Sulawesi (Sukamto,
1975)
Metode geomagnetik adalah salah satu metode yang bisa
dikatakan cukup sederhana dalam ilmu geofisika, metode
ini memiliki target utama pengukuran berupa anomali
kemagnetan pada batuan. Tujuannya adalah untuk
memetakan atau monitoring suatu struktur di bawah
permukaan yang dianggap menarik (Gupta, dkk. 2011).
Metode ini tergolong metode geofisika pasif karena tidak
melakukan gangguan apapun terhadap objek survei.
Dasar Teori
Intensitas Magnetisasi
Suatu benda magnetik yang diletakkan dalam medan
luar akan terinduksi dan termagnetisasi, magnetisasi ini
disebabkan oleh adanya perubahan orientasi dari atom dan
molekul yang berpresisi, medan magnetisasi diukur dengan
menghitung polarisasi magnetik (intensitas magnetisasi
atau Momen dipole per unit volume).
(3.1)
Dan
(3.2)
Suseptibilitas magnetik
Suseptibilitas magnetik (k) didefinisikan sebagai tingkat
kemampuan suatu benda magnetik untuk dapat
termagnetisasi (Telford, dkk.1990).
Suseptibilitas magnetik dalam satuan emu berbeda jika
dibandingkan dengan satuan SI dengan karena
suseptibilitas dalam SI 4π kali dari suseptibilitas dalam cgs
dan dapat dinyatakan dengan persamaan (Telford, dkk.,
1990)
Induksi Magnetik
Induksi magnetik atau adalah medan total, yang
didalamnya terdapat efek magnetisasi. perumusannya dapat
ditulis:
(3.3)
Keterangan :
= induksi magnetik (Tesla)
= permeabilitas ruang bebas/free space (4 x 10-7
)
= permeabilitas ruang hampa 1, udara 1
= kuat medan magnet luar
K = Suseptibilitas
= Intensitas magnetisasi
potensial magnetostatik dalam medan dipole
Secara konseptual potensial magnetik skalar A dititik P
adalah kerja yang dilakukan dalam kutub positif yang
diambil dari suatu medan magnetik dititik tak
hingga/infinity F(r), F mengindikasikan medan magnetik
dan diasumsikan µ=1. karena F(r) disebabkan oleh adanya
kutub positif pada jarak r dari P maka
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
(3.6)
=
(3.7)
Kemudian bisa dkiperoleh vektor F dengan mengambil
gradien dari A sehingga
(3.4)
Gambar 3 perhitungan medan dari magnetik dipole
(3.9)
(3.10)
Karena r>>1, persamaan (3.4) menjadi
(3.5)
Karena m adalah momen dipole dari magnitude m=2Ip.
Persamaan (3.9) dan (3.12) akan menjadi
F (m/r3
)(2cos r1 + sin 1) (3.6)
Sehingga resultan magnetiknya menjadi
(3.7)
Sedangkan untuk arahnya terhadap dipole pada sumbu axis
adalah
(3.8)
Anomali Magnetik
Potensial magnetik di titik P untuk suatu
volume V dari suatu batuan yang termagnetisasi dengan
momen dipole per unit volume M (Gambar.4) adalah
(Telford, dkk. 1990)
( )∫ −
∇•−=
V o
dv
rr
rMA
1
(3.9)
Gambar 4 Model medan potensial dalam suatu bodi
Jika M adalah vektor konstan dengan arah
nkmji ++= α , maka operasinya.






∂
∂
+
∂
∂
+
∂
∂
=
∂
∂
=∇
zy
m
x
MMM n
α
. (3.10)
Sehingga didapat
∫ 







−∂
∂
−=
V o rr
dv
MA
α
Medan magnetik dalam persamaan (3.10) ad a d i dalam
medan bumi eF

. Medan total yaitu
( )oe rFFF

+=
Arah e dan (ro) tidak perlu sama. Jika (ro) lebih kecil
dari e atau jika tubuh model tidak memiliki magnetisasi
sisa (residual), dan e dianggap mempunyai arah yang
sama. (ro) adalah fraksi yang lumayan besar dari e dan
memiliki arah yang berbeda, komponen dari (ro) dalam
arah dari e , FD, menjadi
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
∫ −∂∂
∂
=
∂
∂
−=∇−=
V o
D
rr
dv
f
M
f
A
AfF 


α
2
1.
dengan f1 adalah unit vector dalam arah Fe. Jika
magnetisasi adalah hasil induksi oleh Fe., maka
( ) ∫ ∫ −∂
∂
=
−∂
∂
=
V V o
eoD
rr
dv
f
kF
rr
dv
f
MrF 

2
2
0
2
2
Interpretasi magnetik lebih rumit dibandingkan metode
gravitasi karena bentuknya dwikutub (dipole).
Potensial magnetik A dipenuhi oleh persamaan
Laplace dan Poisson. Mengikuti persamaan tersebut,
dengan
pAF πµ42
=−∇=•∇

(3.21)
p adalah kuat kutub per unit volume di titik tersebut.
Bahwa medan menghasilkan sebuah reorientasi parsial
sepanjang arah medan dari arah dasar dari suatu bentuk
dipole sebelumnya. Ini menyebabkan pemisahan kutub
positif dan negatif. Sebagai contoh, komponen x dari
pemisah kuat kutub +q dan -q oleh jarak ζ sepanjang
sumbu x dan menyebabkan kuat kutub positif atau
( ) dydzMdydzq x=ζ bergerak masuk kearah dalam
dan keluar (lihat gambar 5) Karena kuat kutub menjauhi
permukaaan ( ){ }dydzdxdxMM xx ∂+ , kuat kutub
positif per unit volume (p) pada titik adalah M

•∇− .
Gambar 5 vektor Ax dalam dimensi x,y,z
( )rMA

•∇=∇ πµ42
Dalam medium nonmagnetik =0, sehingga
02
=∇ A (3.11)
Komponen Medan Magnet Bumi
Komponen-komponen medan magnetik bumi atau biasa
disebut elemen-elememedan magnetik bumi, mempunyai
tiga arah utama yaitu elemen pada arah utara ( Hx ),
elemen pada arah timur ( Hy ) dan elemen pada arah
vertikal ke bawah ( Hz ) seperti terlihat pada Gambar 6.
Medan magnet bumi juga mempunyai inklinasi (i) dan
deklinasi (d) yang memiliki pengertian:
• Deklinasi (d), yaitu sudut yang dibentuk antara
utara geografis bumi dengan utara medan
magnetik bumi yang dihitung dari utara menuju
timur.
• Inklinasi (i), yaitu sudut yang dibentuk antara
medan magnetik bumi dengan bidang horizontal
yang dihitung dari bidang horizontal menuju
bidang vertikal ke bawah. Sudut inklinasi bernilai
positif di bawah bidang horizontal dan negatif di
atas bidang horizontal.
Intensitas medan magnetik bumi secara kasar antara
25.000–65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang terletak
di utara ekuator mempunyai intensitas 40.000 nT
sedangkan di selatan ekuator 45.000 nT.
Gambar 6 Parameter yang bekerja pada medan magnet bumi
Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian (Gambar 7) merupakan urutan
proses pengerjaan penelitian. Mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengolahan data, hingga intepretasi dan
penarikan kesimpulan. Berikut diagram alir penelitian
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Gambar 7 flowchart penelitian metode geomagnetik di daerah
Sandana, Sulawesi selatan
Hasil dan Pembahasan
Data lapangan yang diperoleh dari pengukuran
magnetik di lapangan adalah data magnetik berupa medan
total (Total magnetik Intensity) di titik pengukuran (bacaan
rover), koordinat posisi, waktu pengambilan data. Data
yang terekam pada sensor proton precision magnetometer
merupakan data intensitas medan magnet total yang
merupakan akumulasi dari beberapa sumber penghasil
medan magnet, yaitu medan magnet luar yang dihasilkan
dari fluktuasi perputaran arus listrik dalam ionosfer sebagai
akibat dari pengaruh radiasi sinar matahari atau yang biasa
dikenal dengan variasi harian dan anomali medan magnet
yang berasal dari induksi medan magnet bumi pada benda
penyebab anomali.
Anomali Medan Magnet total
Anomali ini adalah nilai kemagnetan yang
dihasilkan dari induksi medan magnet bumi pada suatu titik
di permukaan bumi akibat adanya suatu batuan di bawah
permukaan yang mengandung mineral-mineral tertentu.
Anomali medan magnet total ini didapat setelah melakukan
dua kali koreksi yaitu koreksi variasi harian dan IGRF.
Gambar 8 Nilai anomali medan magnet total daerah penelitian.
Kontinuasi ke atas
Anomali medan magnet total mengandung
anomali lokal dan anomali regional. Untuk memisahkan
anomali regional dan lokal dilakukan dengan cara
kontinuasi ke atas, sehingga dapat dipisahkan antara batuan
penyebab anomali pada posisi yang lebih dalam dengan
yang lebih dangkal pada suatu kedalaman tertentu di bawah
permukaan daerah pengukuran. Tingkat proses kontinuasi
dilakukan menurut target yang diinginkan yaitu bergantung
pada kedalaman target itu sendiri.
Gambar 9 Hasil dari proses kontinuasi
Reduksi ke kutub
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Anomali medan magnetik yang sudah di
kontinuasi akan menghasilan peta anomali regional dengan
pengaruh dipole magnetik, dipole pada kontur magnetik ini
harus dihilangkan atau diperkecil, sehingga pola
anomalinya menjadi monopole dan menggambarkan
kondisi di bawah permukaan. Seperti pada metode
gravitasi, hasil dari reduksi ke kutub dapat dilihat seperti
pada Gambar 5.7, Selanjutnya diambil nilai dari anomali
magnetik pada ketinggian 150m.
Gambar 10 Hasil reduksi ke kutub dari kontinuasi 150 m pada
anomali medan magnetic.
Intepretasi kualitatif
Intepretasi kualitatif dilakukan dengan
menganalisis peta anomali regional dan mencocokannya
dengan hasil dari pengamatan geologi permukaan dan hasil
dari metode geolistrik yang dilakukan pada desa Sandana
kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan. Dari peta
diperoleh zona interest magnetic.
Gambar 11 zona interest dari area survei dimana banyak
ditemukan singkapan batuan bermineral galena dan pirit.
Interpretasi kuantitatif
Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan
pemodelan benda anomali menggunakan metode 2 D
(Shuey dan Pasquale, 1973) yang dibuat dalam suatu paket
program Mag2dc. Pemodelan dilakukan pada anomali
magnetik yang telah dikontinuasi setinggi 150. Sedangkan
anomali lokal tidak diinterpretasi secara kuantitatif karena
konturnya terlalu banyak mengandung klosur yang rapat.
Untuk melakukan interpretasi secara kuantitatif,
sebelumnya data anomali medan magnet di slice terlebih
dahulu seperti terlihat pada Gambar 5.14. Tujuanya agar
diperoleh grafik anomali magnetik yang nantinya akan
dibuat sebagai dasar model lapisan batuan bawah
permukaan.
Gambar 12 sayatan pada peta RTP dari anomali regional magnetik
daerah penelitian
Pemodelan anomali regional:
a. Sayatan A’-A
Sayatan A’-A dapat dilihat pada Gambar 5.14
dimana memanjang dengan arah relatif baratdaya-utara.
Sayatan ini akan menghasilkan profil geologi bawah
permukaan yang disajikan pada Gambar 13
Total poligon yang dihasilkan dari pemodelan
Mag2dc ini sebanyak 3 bua h, berdasarkan perkiraan
geologi dan peta geologi lokal di area survei, sedangkan
berdasarkan peta geologi regional di area ini terdapat ada 4
formasi batuan, namun tidak kesemuanya dimodelkan
karena tidak termasuk dalam area sayatan. Ada beberapa
referensi mengenai tebal lapisan formasi pada area
penelitian ini (lihat lampiran A). Formasi batuan yang
dimodelkan sebagai berikut:
- Batuan tuff andesitik formasi ini di bagi
menjadi 2 t uff muda dicirikan oleh warna
yang lebih terang dan kebanyakan berada di
sebelah timur sampai pertengahan area
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
penelitian dan tuff tua yang kebanyakan
berada di sebelah barat dari lokasi
penelitian. Pada model dicirikan dengan
warna biru dengan nilai suseptibilitas ±
0,0189 cgs (lihat Gambar 5.15).
- Batuan sedimen, diperkirakan merupakan
batuan tertua di area penelitian yang
terbentuk akibat aktifitas sedimentasi di
daerah laut, Formasi ini dimodelkan oleh
warna merah dengan nilai suseptibilitas
sekitar 0,0072 cgs.
- Batuan alterasi Monzonite, merupakan
batuan beku yang teralterasi dengan nilai
suseptibilitas yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan sekitarnya yaitu
(berwarna hijau) ± 0,0345 cgs.
Gambar 13. Sayatan magnetik pada lintasan A’-A dengan nilai
parameter MagnetikIntensitas = 42165.4 nT, Inklnasi = 22,750
,
deklinasi = 1,230
, BD→U =Baratdaya ke Utara.
Hasil pemodelan peta anomali regional dengan
software Mag2dc yaitu batuan penyusun desa Sandana
yang berupa batuan sedimen yang berada di sebelah timur
dengan kedalaman 0 m sampai di bawah >100 m,
kemudian batuan tuff andesitik mulai dari dekat permukaan
hingga pada kedalaman >100 m, dan batuan alterasi
monzonitik pada bagian sebelah utara dengan kedalam 0
sampai >100 m.
a. Sayatan B’-B
Sayatan B’-B dapat dilihat pada Gambar 5.14
yang memanjang dengan arah relatif barat daya ke timur
laut. Sayatan ini akan menghasilkan profil geologi bawah
permukaan yang disajikan pada Gambar 5.16. 2 buah
poligon sebagai hasil pemodelan anomali regional
diperoleh dengan menggunakan software Mag2dc. Poligon
I (warna biru) mempunyai nilai suseptibilitas 0,0189 cgs
diperkirakan merupakan batuan tuff andesitik. Poligon II
(warna hijau) mempunyai nilai suseptibilitas 0,0345 cgs
diperkirakan merupakan batuan alterasi monzonitik. intrusi
yang terjadi di daerah ini diperkirakan terjadi dalam skala
regional.
Hasil dari pemodelan peta anomali rendah
dengan software Mag2dc, memperlihatkan bahwa batuan
penyusun daerah penelitian, adalah batuan tuff andesitik
yang berada di sebelah timur sayatan B-B’ dengan
kedalaman mulai dari dekat permukaan hingga pada >100
m, dan batuan alterasi monzonitik pada bagian sebelah
utara dengan kedalaman 0 sampai >100 m.
Gambar 12. Sayatan magnetik pada lintasan B’-B dengan nilai
parameter Magnetik Intensitas = 42165.4 nT, Inklnasi = 22,750
,
deklinasi = 1,230
, BD→U = Baratdaya ke Utara.
Model Geologi 3D Berdasarkan data Model 2 D
Magnetik
Pemodelan Geologi 3D berdasarkan data model
suseptibilitas ini bertujuan memberikan gambaran yang
lebih perspektif dalam metode geomagnetik, pemodelan ini
menggunakan konsep interpretasi dari slice.

Gambar 11 Hasil grid kontur pada modelvision dengan referensi
model dari Geologi dan Mag2dc, bagian yang berwarna merah
gelap adalah perkiraan intrusi diorit dan gabbro, sedangkan yang
berwarna merah cerah adalah batuan alterasi monzonit pada area
penelitian di desa Sandana
.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Hasil dari pemodelan pada peta kontur anomali magnetik
dengan menggunakan aplikasi Modelvision 11 memberikan
gambaran secara geologi dan geofisika tentang persebaran
batuan di area penelitian (Gambar5.19). Informasi nilai
suseptibilitas diperoleh berdasarkan pemodelan Mag2dc
pada sayatan A-A’ dan B-B’ sedangkan informasi dari
geologi berupa peta geologi lokal, semua informasi tersebut
digabungkan sehingga diperoleh peta geomagnetik sebaran
batuan.
Gambar 20 Hasil pemodelan 3D tanpa input dari peta anomali
magnetik, dengan litologi batuan sedimen, batu Tufa andesitik,
batu monzonit, dan batu gabbro-diorit.
Overlay dilakukan antara peta model
Geomagnetik pada gambar 5.19 dengan peta anomali
kemagnetan hasil RTP pada gambar 5.8 dan hasil dari peta
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.20, dengan nilai
anomali kemagnetan tinggi pada nilai 539 nT (lihat legenda
Gambar 5.20) dan terletak disebelah timur area penelitian
tepatnya pada batuan sedimen dengan suseptibilitas 0,072
cgs, sedangkan nilai terendah adalah -1327 nT (lihat
legenda Gambar 5.20) dengan posisi disebelah utara area
penelitian (dekat dengan basecamp) pada daerah kontak
antara batuan monzonitik dengan batuan tufa andesitik
yang masing-masing bernilai 0,0345cgs dan 0,0189 cgs.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode
geomagnetik di daerah Desa Sandana d an sekitarnya,
Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi
Selatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan hasil penelitian dan
penyelidikan serta pengolahan data dari
geomagnet diperoleh nilai informasi
kemagnetan batuan melalui besarnya
suceptibilitas sebaga berikut; batuan
sedimen nilai suceptibilitasnya sekitar
0,0072 cgs, batu tufa andesitik
suceptibilitasnya sekitar 0,0189 cgs,
batu monzonit suceptibilitasnya 0,0345
cgs.
2. Berdasarkan hasil pemodelan dan
intepretasi diperoleh n nilai anomali
kemagnetan tinggi pada nilai 539 nT
dan terletak disebelah timur area
penelitian tepatnya pada batuan dengan
kedalaman model ≥70 m sampai 1000
m, sedangkan nilai terendah adalah -
1327 nT dengan posisi disebelah utara
area penelitian (dekat dengan
basecamp) pada batu monzonit dan
batu tufa andesitik dengan kedalaman
model 125 m sampai 1000 m.
Saran
1. Perlu dilakukan pemetaan geologi lebih lanjut pada
zona-zona anomali geofisika yang terdeteksi.
2. Perlu dilakukan pemetaan yang lebih baik terutama
pada titik-titik lintasan yang koordinatnya salah atau
bahkan belum masuk, dan perlu juga dilakukan
penyelidikan dengan menggunakan metode CSAMT
agar kedalamannya lebih bisa diprediksi.
3. Untuk membuktikan korelasi anomali geofisika hasil
interpretasi di bawah permukaan dengan keberadaan
zona mineralisasi perlu dilakukan uji bor di beberapa
titik anomali.
Referensi
Arkani-Hamed, J., 1988. Differential reduction to the pole
of regional magnetic
anomalies.Geophysics, 53 ( 12): 1592-
1600.
Baranov, V., 1957. A new method for interpretation of
aeromagnetic maps: Pseudogravimetric
anomalies. Geophysics, 22 (2):359-383.
Blakely, 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic
Applications, Cambridge University
Press, UK.
Cordell, and Grauch, 1985. Mapping basement
magnetization zones from aeromagnetic
data in San Juan basin New Mexico;
Soc. Expl. Geophys., 181-197.
Djuri, Sudjatmiko, S.Bahri dan Sukido, 1978. Peta Geologi
Lembar Majene dan Bagian Barat
Lembar Palopo, Sulawesi. Edisi ke 2,
PPPG, Bandung.
Dobrin, M.B., and Savit, C.H., 1988, Introduction to
geophysical prospecting, 4th ed.,
NewYork, McGraw Gill Book
Company.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Gupta, dkk , 2011, Encyclopedia of Solid Earth Geophisics.
3th
ed.,Springer Science, Netherland.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region.
Geol. Surv.Proff. Paper 1078, US
Goverment. Printing Office,
Washington, p.114-156.
La Agusu, Kirbani Sri Brotopuspito dan Wahyudi, 2002,
Transformasi data Gravitasi dari
topografi ke bidang datar dengan
bantuan perhitungan sudut ruang,
Thesis-S2, FMIPA UGM, Yogyakarta.
Milsom. J., 1989, Field Geophisics, Third Edition.
University Collage London. England.
Misalayuk, dkk. 2009, laporan pemetaan sebaran mineral
galena ds. Sandana kab. Tana Toraja,
PT. CEM, Makassar.
NOAA. Geomagnetism and models IGRF, (Online), 2011,
(http://www.ngdc.noaa.gov/geomag/geo
mag.shtml, diakses 10 Desember 2011).
Ratman, N., Atmawinata, S., 1993, Geologi Lembar
Mamuju, Sulawesi Selatan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Sharma, P.V., 1997, Environmental and engineering
geophysics, Copenhagen University,
Cambridge.
Shuey, R.T. dan Pasquale, A.S., 1973, End Corrections in
Magnetic Profile Interpretation,
Geophysics vol.38 no.3, 507-512
Silva, 1986. Reduction to the pole as an inverse problem
and its application to low-latitudes
anomalies,, : Geophysics, 51, 369-382.
Sudarmaji dan Kirbani Sri Brotopuspito, 2003, Uji
Ketelitian Reduksi Anomali medan
magnetik bumi ke bidang
datarmenggunakan sumber ekivalen
dipol, journal fisika Indonesia, No.22, hal
1-15
Sukamto, Rab .1975, Perkembangan Tektonik Sulawesi
dan Sekitarnya yang Merupakan Sintesis
yang Berdasarkan Tektonik Lempeng.
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Direktorat Pertambangan Umum
Departemen Pertambangan Dan Energi,
Bandung, Indonesia
Tipler, 1996, Physics For Scientists and Engineers, 3th
ed,
Worth Publishers
Telford, dkk. 1990, Applied Geophisic, 3nd
ed., Cambridge
University press, New York

More Related Content

What's hot

Kelompok 12
Kelompok 12Kelompok 12
Kelompok 12martoms
 
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
Zulfadli .
 
Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal
FajriTio1
 
Bab i
Bab iBab i
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 
Proposalku01
Proposalku01Proposalku01
Proposalku01
Yudi Spa'ins
 
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamadaLaporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Almas Zakiy Nur Tegar
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi4211410001
 
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Armstrong Sompotan
 
Laporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsamLaporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsam4211410001
 
Laporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi strukturLaporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi struktur
Aswan M
 
Jamila
JamilaJamila
Jamila
ronaldonatus
 
Jurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungJurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungAulia Nofrianti
 
Penelitian GPR Candi Muaro Jambi, by Geological Agency of Indonesia.
Penelitian GPR Candi Muaro Jambi, by Geological Agency of Indonesia.Penelitian GPR Candi Muaro Jambi, by Geological Agency of Indonesia.
Penelitian GPR Candi Muaro Jambi, by Geological Agency of Indonesia.
Bambang Sugiarto
 
Jurnal fasies gunung api dan aplikasinya
Jurnal fasies gunung api dan aplikasinyaJurnal fasies gunung api dan aplikasinya
Jurnal fasies gunung api dan aplikasinya
Ipung Noor
 
Tata surya.fix
Tata surya.fixTata surya.fix
Tata surya.fix
Gitawahyup
 
Mengevaluasi pemikiran-terhadap-keteraturan-gerak-planet-dalam-tatasurya-berd...
Mengevaluasi pemikiran-terhadap-keteraturan-gerak-planet-dalam-tatasurya-berd...Mengevaluasi pemikiran-terhadap-keteraturan-gerak-planet-dalam-tatasurya-berd...
Mengevaluasi pemikiran-terhadap-keteraturan-gerak-planet-dalam-tatasurya-berd...
Gitawahyup
 

What's hot (20)

Kelompok 12
Kelompok 12Kelompok 12
Kelompok 12
 
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
 
Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal
 
163 308-1-sm
163 308-1-sm163 308-1-sm
163 308-1-sm
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
Proposalku01
Proposalku01Proposalku01
Proposalku01
 
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamadaLaporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi
 
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
 
Laporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsamLaporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsam
 
Laporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi strukturLaporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi struktur
 
Jamila
JamilaJamila
Jamila
 
Jurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungJurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandung
 
Penelitian GPR Candi Muaro Jambi, by Geological Agency of Indonesia.
Penelitian GPR Candi Muaro Jambi, by Geological Agency of Indonesia.Penelitian GPR Candi Muaro Jambi, by Geological Agency of Indonesia.
Penelitian GPR Candi Muaro Jambi, by Geological Agency of Indonesia.
 
Bab 2 tata surya
Bab 2  tata suryaBab 2  tata surya
Bab 2 tata surya
 
Jurnal fasies gunung api dan aplikasinya
Jurnal fasies gunung api dan aplikasinyaJurnal fasies gunung api dan aplikasinya
Jurnal fasies gunung api dan aplikasinya
 
hlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip kuhlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip ku
 
Tata surya.fix
Tata surya.fixTata surya.fix
Tata surya.fix
 
Mengevaluasi pemikiran-terhadap-keteraturan-gerak-planet-dalam-tatasurya-berd...
Mengevaluasi pemikiran-terhadap-keteraturan-gerak-planet-dalam-tatasurya-berd...Mengevaluasi pemikiran-terhadap-keteraturan-gerak-planet-dalam-tatasurya-berd...
Mengevaluasi pemikiran-terhadap-keteraturan-gerak-planet-dalam-tatasurya-berd...
 

Similar to 07 253006 pa_11494 (paper)

758 1735-1-sm
758 1735-1-sm758 1735-1-sm
758 1735-1-sm
TeukuFurqan3
 
Kemagnetan bumi Magnetism earth magnetism geophysics
Kemagnetan bumi Magnetism earth magnetism geophysicsKemagnetan bumi Magnetism earth magnetism geophysics
Kemagnetan bumi Magnetism earth magnetism geophysics
Yudha Agung
 
ppt. MAGNETIK_MUHAMMAD ICKSAN AKBAR_R1A121020.pdf
ppt. MAGNETIK_MUHAMMAD ICKSAN AKBAR_R1A121020.pdfppt. MAGNETIK_MUHAMMAD ICKSAN AKBAR_R1A121020.pdf
ppt. MAGNETIK_MUHAMMAD ICKSAN AKBAR_R1A121020.pdf
usmin
 
KEMAGNETAN BATUAN.pdf
KEMAGNETAN BATUAN.pdfKEMAGNETAN BATUAN.pdf
KEMAGNETAN BATUAN.pdf
AyuPutri541814
 
PGF- Tugas 9-Kelompok 8-kemagnetan batuan.pptx
PGF- Tugas 9-Kelompok 8-kemagnetan batuan.pptxPGF- Tugas 9-Kelompok 8-kemagnetan batuan.pptx
PGF- Tugas 9-Kelompok 8-kemagnetan batuan.pptx
FatinGema1
 
Quiz geolistrik
Quiz geolistrikQuiz geolistrik
Quiz geolistrik
Muhammad Faisal Latif
 
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Nanda Reda
 
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Satriyani Satriyani
 
Supriyadi pengantar ilmu kealaman dasar (iad) pert 5
Supriyadi pengantar ilmu kealaman dasar (iad) pert 5Supriyadi pengantar ilmu kealaman dasar (iad) pert 5
Supriyadi pengantar ilmu kealaman dasar (iad) pert 5jayamartha
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
CorazonDeatpoll
 
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...Emanuel Manek
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
R. Ferro Aviyanto
 
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.pptPower Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
MarselinaRihi1
 
7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf
UCAHFO1
 
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
4153240014
 
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
4153240014
 
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaanAnalisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
acymile
 
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaanAnalisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
acymile
 

Similar to 07 253006 pa_11494 (paper) (20)

758 1735-1-sm
758 1735-1-sm758 1735-1-sm
758 1735-1-sm
 
Kemagnetan bumi Magnetism earth magnetism geophysics
Kemagnetan bumi Magnetism earth magnetism geophysicsKemagnetan bumi Magnetism earth magnetism geophysics
Kemagnetan bumi Magnetism earth magnetism geophysics
 
ppt. MAGNETIK_MUHAMMAD ICKSAN AKBAR_R1A121020.pdf
ppt. MAGNETIK_MUHAMMAD ICKSAN AKBAR_R1A121020.pdfppt. MAGNETIK_MUHAMMAD ICKSAN AKBAR_R1A121020.pdf
ppt. MAGNETIK_MUHAMMAD ICKSAN AKBAR_R1A121020.pdf
 
KEMAGNETAN BATUAN.pdf
KEMAGNETAN BATUAN.pdfKEMAGNETAN BATUAN.pdf
KEMAGNETAN BATUAN.pdf
 
PGF- Tugas 9-Kelompok 8-kemagnetan batuan.pptx
PGF- Tugas 9-Kelompok 8-kemagnetan batuan.pptxPGF- Tugas 9-Kelompok 8-kemagnetan batuan.pptx
PGF- Tugas 9-Kelompok 8-kemagnetan batuan.pptx
 
Quiz geolistrik
Quiz geolistrikQuiz geolistrik
Quiz geolistrik
 
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)
 
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
 
Supriyadi pengantar ilmu kealaman dasar (iad) pert 5
Supriyadi pengantar ilmu kealaman dasar (iad) pert 5Supriyadi pengantar ilmu kealaman dasar (iad) pert 5
Supriyadi pengantar ilmu kealaman dasar (iad) pert 5
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
 
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
 
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.pptPower Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
 
Tugas eksplorasi lanjut
Tugas eksplorasi lanjutTugas eksplorasi lanjut
Tugas eksplorasi lanjut
 
eksplorasi batubara
eksplorasi batubaraeksplorasi batubara
eksplorasi batubara
 
7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf
 
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
 
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
 
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaanAnalisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
 
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaanAnalisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
 

Recently uploaded

Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
AzrilAld
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
muhhaekalsn
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 

Recently uploaded (10)

Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 

07 253006 pa_11494 (paper)

  • 1. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 Pemodelan litologi dengan menggunakan anomali geomagnetik pada lapangan “Ratte Bungin” Provinsi Sulawesi Selatan Galih Prasetya Dinanta prodi Geofisika FMIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Intisari Desa Sandana, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, adalah lokasi yang dijadikan area penelitian. Area ini memiliki morfologi berupa perbukitan dan dan punggungan pegunungan dengan ketinggian antara 500 sampai 1300 m diatas permukaan laut. Geologi daerah ini cukup kompleks karena ditemukannya batuan sedimen (batu pasir) yang berdampingan dengan batuan beku (diorit-andesit). Aktifitas eksplorasi di tempat ini dilakukan karena banyak ditemukan struktur dan urat-urat mineral yaitu galena atau timah. Akusisi atau pengambilan data geomagnetik di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan PPM model GSM-19T pada area survei sejumlah 2 buah. 1 buah sebagai base dan yang lainnya sebagai rover. Pemetaan ini dilakukan pada area dengan luas 1500mx3000m atau kira- kira 4,500km2 . data diolah lebih lanjut dan didapatkan nilai anomali magnetiknya atau ∆H dengan satuan dalam gamma atau nano Tesla (nT). Pemodelan dilakukan secara 2 D untuk mengetahui perbedaaan litologi dan nilai suceptibilitas dari batuan bawah permukaan. Penelitian ini menghasilkan sejumlah data yang berkaitan dengan nilai parameter kemagnetan batuan di lokasi survei, berupa anomali total (TMI) dan juga anomali kemagnetan batuan (∆M), sedangkan informasi lain yang diperoleh adalah peta topografi lokal area penelitian, kemudian dari proses pengolahan yang dilakukan didapat informasi berupa perkiraan litologi dan posisinya didalam area penelitian. Diperoleh nilai suseptibilitas 0,0345 cgs untuk batu monzonite, 0,0072 untuk batuan sedimen (batu pasir) dan 0,0189 cgs untuk batu tufa andesitik Latar Belakang Metode geomagnetik merupakan metode yang sering digunakan dalam ilmu geofisika untuk memetakan atau memonitor suatu medan magnetik dari suatu area survei. Metode ini memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang terinduksi oleh medan magnetik bumi. Penggunaan metode geomagnetik cukup sederhana, dimulai dengan penentuan lokasi survei berdasarkan data kenampakan geologi, pengambilan data, pengolahan, dan intepretasi yang relatif mudah dimengerti. Hasil dari pengukuran adalah nilai medan magnetik total atau sering disebut TMI (Total Magnetic Intensity), besar dari medan magnetik total ini sendiri adalah bergantung dari posisi dimana area survei berada dan tentu saja kandungan kemagnetan batuan itu sendiri. Kandungan kemagnetan batuan itu sendiri dipengaruhi oleh kandungan mineral yang ada dan juga dipengaruhi oleh perbedaan kontras suseptibilitas batuan bawah permukaan secara lateral. Selain di bidang pertambangan metode geomagnetik ini juga bisa digunakan di bidang eksplorasi panas bumi dan monitoring kegunungapian. Tinjauan Pustaka Geomorfologi Daerah penyelidikan termasuk dalam morfologi perbukitan berlereng terjal. Perbedaan ketinggian antara lembah yang terendah ± 500 m di atas permukaan laut dan puncak- puncak perbukitan di wilayah ini dengan ketinggian antara 900–1.300 m dpl. Gambar 1 Morfologi Daerah Penyelidikan dilihat dari Buttu Sattung dengan ketinggian1.250 m (foto diambil th. 2009, disalin dan diedit dari Misalayuk. Dkk. 2009) Litologi Daerah Penelitian Hasil penyelidikan geologi di daerah Sandana da n sekitarnya tersusun oleh satuan batuan dengan urut-urutan umur tua–muda sebagai berikut: 1. Batuan sedimen. 2. Satuan batu andesitan dan breksi tufa andesitan. 3. Batu dioritan. 4. Batu monzonitan. 5. Batu gabbro. 6. Batu tufa, breksi tufa, aglomerat
  • 2. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 Geologi Umum dan Regional Secara tektonik Indonesia terletak pada pertemuan antara tiga lempeng utama (mega triple junction), yaitu lempeng- lempeng Eurasia, India-Australia dan Pasifik. Kepulauan Sulawesi secara sistem tektonik merupakan gabungan dari kedua plate tektonik pergerakannya saling berlawanan dimana sebelah barat Indonesia, bergerak ke arah timur laut dan menunjam di sebelah barat pulau Sumatera dan di sebelah selatan pulau Jawa menunjam ke arah utara. Sedangkan plate tectonic dari arah timur bergerak menunjam ke arah baratdaya kemudian terpecah menjadi tiga penunjaman yakni selain ke baratdaya, juga menunjam ke arah Selatan dan ke arah baratlaut menghadap ke Sulawesi Utara. Sebagai akibat dari tumbukan kedua plate tektonik ini terjadilah sesar penunjaman dan sesar geser, dan khususnya yang terjadi di pulau Sulawesi dimana kegiatan penyelidikan dilakukan. Di kepulauan Sulawesi tersebut juga terdapat struktur sesar regional yang terletak di sebelah timur Gambar 2. Gambaran geologi umum Kep. Sulawesi (Sukamto, 1975) Metode geomagnetik adalah salah satu metode yang bisa dikatakan cukup sederhana dalam ilmu geofisika, metode ini memiliki target utama pengukuran berupa anomali kemagnetan pada batuan. Tujuannya adalah untuk memetakan atau monitoring suatu struktur di bawah permukaan yang dianggap menarik (Gupta, dkk. 2011). Metode ini tergolong metode geofisika pasif karena tidak melakukan gangguan apapun terhadap objek survei. Dasar Teori Intensitas Magnetisasi Suatu benda magnetik yang diletakkan dalam medan luar akan terinduksi dan termagnetisasi, magnetisasi ini disebabkan oleh adanya perubahan orientasi dari atom dan molekul yang berpresisi, medan magnetisasi diukur dengan menghitung polarisasi magnetik (intensitas magnetisasi atau Momen dipole per unit volume). (3.1) Dan (3.2) Suseptibilitas magnetik Suseptibilitas magnetik (k) didefinisikan sebagai tingkat kemampuan suatu benda magnetik untuk dapat termagnetisasi (Telford, dkk.1990). Suseptibilitas magnetik dalam satuan emu berbeda jika dibandingkan dengan satuan SI dengan karena suseptibilitas dalam SI 4π kali dari suseptibilitas dalam cgs dan dapat dinyatakan dengan persamaan (Telford, dkk., 1990) Induksi Magnetik Induksi magnetik atau adalah medan total, yang didalamnya terdapat efek magnetisasi. perumusannya dapat ditulis: (3.3) Keterangan : = induksi magnetik (Tesla) = permeabilitas ruang bebas/free space (4 x 10-7 ) = permeabilitas ruang hampa 1, udara 1 = kuat medan magnet luar K = Suseptibilitas = Intensitas magnetisasi potensial magnetostatik dalam medan dipole Secara konseptual potensial magnetik skalar A dititik P adalah kerja yang dilakukan dalam kutub positif yang diambil dari suatu medan magnetik dititik tak hingga/infinity F(r), F mengindikasikan medan magnetik dan diasumsikan µ=1. karena F(r) disebabkan oleh adanya kutub positif pada jarak r dari P maka
  • 3. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 (3.6) = (3.7) Kemudian bisa dkiperoleh vektor F dengan mengambil gradien dari A sehingga (3.4) Gambar 3 perhitungan medan dari magnetik dipole (3.9) (3.10) Karena r>>1, persamaan (3.4) menjadi (3.5) Karena m adalah momen dipole dari magnitude m=2Ip. Persamaan (3.9) dan (3.12) akan menjadi F (m/r3 )(2cos r1 + sin 1) (3.6) Sehingga resultan magnetiknya menjadi (3.7) Sedangkan untuk arahnya terhadap dipole pada sumbu axis adalah (3.8) Anomali Magnetik Potensial magnetik di titik P untuk suatu volume V dari suatu batuan yang termagnetisasi dengan momen dipole per unit volume M (Gambar.4) adalah (Telford, dkk. 1990) ( )∫ − ∇•−= V o dv rr rMA 1 (3.9) Gambar 4 Model medan potensial dalam suatu bodi Jika M adalah vektor konstan dengan arah nkmji ++= α , maka operasinya.       ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ = ∂ ∂ =∇ zy m x MMM n α . (3.10) Sehingga didapat ∫         −∂ ∂ −= V o rr dv MA α Medan magnetik dalam persamaan (3.10) ad a d i dalam medan bumi eF  . Medan total yaitu ( )oe rFFF  += Arah e dan (ro) tidak perlu sama. Jika (ro) lebih kecil dari e atau jika tubuh model tidak memiliki magnetisasi sisa (residual), dan e dianggap mempunyai arah yang sama. (ro) adalah fraksi yang lumayan besar dari e dan memiliki arah yang berbeda, komponen dari (ro) dalam arah dari e , FD, menjadi
  • 4. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 ∫ −∂∂ ∂ = ∂ ∂ −=∇−= V o D rr dv f M f A AfF    α 2 1. dengan f1 adalah unit vector dalam arah Fe. Jika magnetisasi adalah hasil induksi oleh Fe., maka ( ) ∫ ∫ −∂ ∂ = −∂ ∂ = V V o eoD rr dv f kF rr dv f MrF   2 2 0 2 2 Interpretasi magnetik lebih rumit dibandingkan metode gravitasi karena bentuknya dwikutub (dipole). Potensial magnetik A dipenuhi oleh persamaan Laplace dan Poisson. Mengikuti persamaan tersebut, dengan pAF πµ42 =−∇=•∇  (3.21) p adalah kuat kutub per unit volume di titik tersebut. Bahwa medan menghasilkan sebuah reorientasi parsial sepanjang arah medan dari arah dasar dari suatu bentuk dipole sebelumnya. Ini menyebabkan pemisahan kutub positif dan negatif. Sebagai contoh, komponen x dari pemisah kuat kutub +q dan -q oleh jarak ζ sepanjang sumbu x dan menyebabkan kuat kutub positif atau ( ) dydzMdydzq x=ζ bergerak masuk kearah dalam dan keluar (lihat gambar 5) Karena kuat kutub menjauhi permukaaan ( ){ }dydzdxdxMM xx ∂+ , kuat kutub positif per unit volume (p) pada titik adalah M  •∇− . Gambar 5 vektor Ax dalam dimensi x,y,z ( )rMA  •∇=∇ πµ42 Dalam medium nonmagnetik =0, sehingga 02 =∇ A (3.11) Komponen Medan Magnet Bumi Komponen-komponen medan magnetik bumi atau biasa disebut elemen-elememedan magnetik bumi, mempunyai tiga arah utama yaitu elemen pada arah utara ( Hx ), elemen pada arah timur ( Hy ) dan elemen pada arah vertikal ke bawah ( Hz ) seperti terlihat pada Gambar 6. Medan magnet bumi juga mempunyai inklinasi (i) dan deklinasi (d) yang memiliki pengertian: • Deklinasi (d), yaitu sudut yang dibentuk antara utara geografis bumi dengan utara medan magnetik bumi yang dihitung dari utara menuju timur. • Inklinasi (i), yaitu sudut yang dibentuk antara medan magnetik bumi dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah. Sudut inklinasi bernilai positif di bawah bidang horizontal dan negatif di atas bidang horizontal. Intensitas medan magnetik bumi secara kasar antara 25.000–65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang terletak di utara ekuator mempunyai intensitas 40.000 nT sedangkan di selatan ekuator 45.000 nT. Gambar 6 Parameter yang bekerja pada medan magnet bumi Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian (Gambar 7) merupakan urutan proses pengerjaan penelitian. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, hingga intepretasi dan penarikan kesimpulan. Berikut diagram alir penelitian
  • 5. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 Gambar 7 flowchart penelitian metode geomagnetik di daerah Sandana, Sulawesi selatan Hasil dan Pembahasan Data lapangan yang diperoleh dari pengukuran magnetik di lapangan adalah data magnetik berupa medan total (Total magnetik Intensity) di titik pengukuran (bacaan rover), koordinat posisi, waktu pengambilan data. Data yang terekam pada sensor proton precision magnetometer merupakan data intensitas medan magnet total yang merupakan akumulasi dari beberapa sumber penghasil medan magnet, yaitu medan magnet luar yang dihasilkan dari fluktuasi perputaran arus listrik dalam ionosfer sebagai akibat dari pengaruh radiasi sinar matahari atau yang biasa dikenal dengan variasi harian dan anomali medan magnet yang berasal dari induksi medan magnet bumi pada benda penyebab anomali. Anomali Medan Magnet total Anomali ini adalah nilai kemagnetan yang dihasilkan dari induksi medan magnet bumi pada suatu titik di permukaan bumi akibat adanya suatu batuan di bawah permukaan yang mengandung mineral-mineral tertentu. Anomali medan magnet total ini didapat setelah melakukan dua kali koreksi yaitu koreksi variasi harian dan IGRF. Gambar 8 Nilai anomali medan magnet total daerah penelitian. Kontinuasi ke atas Anomali medan magnet total mengandung anomali lokal dan anomali regional. Untuk memisahkan anomali regional dan lokal dilakukan dengan cara kontinuasi ke atas, sehingga dapat dipisahkan antara batuan penyebab anomali pada posisi yang lebih dalam dengan yang lebih dangkal pada suatu kedalaman tertentu di bawah permukaan daerah pengukuran. Tingkat proses kontinuasi dilakukan menurut target yang diinginkan yaitu bergantung pada kedalaman target itu sendiri. Gambar 9 Hasil dari proses kontinuasi Reduksi ke kutub
  • 6. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 Anomali medan magnetik yang sudah di kontinuasi akan menghasilan peta anomali regional dengan pengaruh dipole magnetik, dipole pada kontur magnetik ini harus dihilangkan atau diperkecil, sehingga pola anomalinya menjadi monopole dan menggambarkan kondisi di bawah permukaan. Seperti pada metode gravitasi, hasil dari reduksi ke kutub dapat dilihat seperti pada Gambar 5.7, Selanjutnya diambil nilai dari anomali magnetik pada ketinggian 150m. Gambar 10 Hasil reduksi ke kutub dari kontinuasi 150 m pada anomali medan magnetic. Intepretasi kualitatif Intepretasi kualitatif dilakukan dengan menganalisis peta anomali regional dan mencocokannya dengan hasil dari pengamatan geologi permukaan dan hasil dari metode geolistrik yang dilakukan pada desa Sandana kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan. Dari peta diperoleh zona interest magnetic. Gambar 11 zona interest dari area survei dimana banyak ditemukan singkapan batuan bermineral galena dan pirit. Interpretasi kuantitatif Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan pemodelan benda anomali menggunakan metode 2 D (Shuey dan Pasquale, 1973) yang dibuat dalam suatu paket program Mag2dc. Pemodelan dilakukan pada anomali magnetik yang telah dikontinuasi setinggi 150. Sedangkan anomali lokal tidak diinterpretasi secara kuantitatif karena konturnya terlalu banyak mengandung klosur yang rapat. Untuk melakukan interpretasi secara kuantitatif, sebelumnya data anomali medan magnet di slice terlebih dahulu seperti terlihat pada Gambar 5.14. Tujuanya agar diperoleh grafik anomali magnetik yang nantinya akan dibuat sebagai dasar model lapisan batuan bawah permukaan. Gambar 12 sayatan pada peta RTP dari anomali regional magnetik daerah penelitian Pemodelan anomali regional: a. Sayatan A’-A Sayatan A’-A dapat dilihat pada Gambar 5.14 dimana memanjang dengan arah relatif baratdaya-utara. Sayatan ini akan menghasilkan profil geologi bawah permukaan yang disajikan pada Gambar 13 Total poligon yang dihasilkan dari pemodelan Mag2dc ini sebanyak 3 bua h, berdasarkan perkiraan geologi dan peta geologi lokal di area survei, sedangkan berdasarkan peta geologi regional di area ini terdapat ada 4 formasi batuan, namun tidak kesemuanya dimodelkan karena tidak termasuk dalam area sayatan. Ada beberapa referensi mengenai tebal lapisan formasi pada area penelitian ini (lihat lampiran A). Formasi batuan yang dimodelkan sebagai berikut: - Batuan tuff andesitik formasi ini di bagi menjadi 2 t uff muda dicirikan oleh warna yang lebih terang dan kebanyakan berada di sebelah timur sampai pertengahan area
  • 7. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 penelitian dan tuff tua yang kebanyakan berada di sebelah barat dari lokasi penelitian. Pada model dicirikan dengan warna biru dengan nilai suseptibilitas ± 0,0189 cgs (lihat Gambar 5.15). - Batuan sedimen, diperkirakan merupakan batuan tertua di area penelitian yang terbentuk akibat aktifitas sedimentasi di daerah laut, Formasi ini dimodelkan oleh warna merah dengan nilai suseptibilitas sekitar 0,0072 cgs. - Batuan alterasi Monzonite, merupakan batuan beku yang teralterasi dengan nilai suseptibilitas yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan sekitarnya yaitu (berwarna hijau) ± 0,0345 cgs. Gambar 13. Sayatan magnetik pada lintasan A’-A dengan nilai parameter MagnetikIntensitas = 42165.4 nT, Inklnasi = 22,750 , deklinasi = 1,230 , BD→U =Baratdaya ke Utara. Hasil pemodelan peta anomali regional dengan software Mag2dc yaitu batuan penyusun desa Sandana yang berupa batuan sedimen yang berada di sebelah timur dengan kedalaman 0 m sampai di bawah >100 m, kemudian batuan tuff andesitik mulai dari dekat permukaan hingga pada kedalaman >100 m, dan batuan alterasi monzonitik pada bagian sebelah utara dengan kedalam 0 sampai >100 m. a. Sayatan B’-B Sayatan B’-B dapat dilihat pada Gambar 5.14 yang memanjang dengan arah relatif barat daya ke timur laut. Sayatan ini akan menghasilkan profil geologi bawah permukaan yang disajikan pada Gambar 5.16. 2 buah poligon sebagai hasil pemodelan anomali regional diperoleh dengan menggunakan software Mag2dc. Poligon I (warna biru) mempunyai nilai suseptibilitas 0,0189 cgs diperkirakan merupakan batuan tuff andesitik. Poligon II (warna hijau) mempunyai nilai suseptibilitas 0,0345 cgs diperkirakan merupakan batuan alterasi monzonitik. intrusi yang terjadi di daerah ini diperkirakan terjadi dalam skala regional. Hasil dari pemodelan peta anomali rendah dengan software Mag2dc, memperlihatkan bahwa batuan penyusun daerah penelitian, adalah batuan tuff andesitik yang berada di sebelah timur sayatan B-B’ dengan kedalaman mulai dari dekat permukaan hingga pada >100 m, dan batuan alterasi monzonitik pada bagian sebelah utara dengan kedalaman 0 sampai >100 m. Gambar 12. Sayatan magnetik pada lintasan B’-B dengan nilai parameter Magnetik Intensitas = 42165.4 nT, Inklnasi = 22,750 , deklinasi = 1,230 , BD→U = Baratdaya ke Utara. Model Geologi 3D Berdasarkan data Model 2 D Magnetik Pemodelan Geologi 3D berdasarkan data model suseptibilitas ini bertujuan memberikan gambaran yang lebih perspektif dalam metode geomagnetik, pemodelan ini menggunakan konsep interpretasi dari slice. Gambar 11 Hasil grid kontur pada modelvision dengan referensi model dari Geologi dan Mag2dc, bagian yang berwarna merah gelap adalah perkiraan intrusi diorit dan gabbro, sedangkan yang berwarna merah cerah adalah batuan alterasi monzonit pada area penelitian di desa Sandana .
  • 8. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 Hasil dari pemodelan pada peta kontur anomali magnetik dengan menggunakan aplikasi Modelvision 11 memberikan gambaran secara geologi dan geofisika tentang persebaran batuan di area penelitian (Gambar5.19). Informasi nilai suseptibilitas diperoleh berdasarkan pemodelan Mag2dc pada sayatan A-A’ dan B-B’ sedangkan informasi dari geologi berupa peta geologi lokal, semua informasi tersebut digabungkan sehingga diperoleh peta geomagnetik sebaran batuan. Gambar 20 Hasil pemodelan 3D tanpa input dari peta anomali magnetik, dengan litologi batuan sedimen, batu Tufa andesitik, batu monzonit, dan batu gabbro-diorit. Overlay dilakukan antara peta model Geomagnetik pada gambar 5.19 dengan peta anomali kemagnetan hasil RTP pada gambar 5.8 dan hasil dari peta tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.20, dengan nilai anomali kemagnetan tinggi pada nilai 539 nT (lihat legenda Gambar 5.20) dan terletak disebelah timur area penelitian tepatnya pada batuan sedimen dengan suseptibilitas 0,072 cgs, sedangkan nilai terendah adalah -1327 nT (lihat legenda Gambar 5.20) dengan posisi disebelah utara area penelitian (dekat dengan basecamp) pada daerah kontak antara batuan monzonitik dengan batuan tufa andesitik yang masing-masing bernilai 0,0345cgs dan 0,0189 cgs. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode geomagnetik di daerah Desa Sandana d an sekitarnya, Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan hasil penelitian dan penyelidikan serta pengolahan data dari geomagnet diperoleh nilai informasi kemagnetan batuan melalui besarnya suceptibilitas sebaga berikut; batuan sedimen nilai suceptibilitasnya sekitar 0,0072 cgs, batu tufa andesitik suceptibilitasnya sekitar 0,0189 cgs, batu monzonit suceptibilitasnya 0,0345 cgs. 2. Berdasarkan hasil pemodelan dan intepretasi diperoleh n nilai anomali kemagnetan tinggi pada nilai 539 nT dan terletak disebelah timur area penelitian tepatnya pada batuan dengan kedalaman model ≥70 m sampai 1000 m, sedangkan nilai terendah adalah - 1327 nT dengan posisi disebelah utara area penelitian (dekat dengan basecamp) pada batu monzonit dan batu tufa andesitik dengan kedalaman model 125 m sampai 1000 m. Saran 1. Perlu dilakukan pemetaan geologi lebih lanjut pada zona-zona anomali geofisika yang terdeteksi. 2. Perlu dilakukan pemetaan yang lebih baik terutama pada titik-titik lintasan yang koordinatnya salah atau bahkan belum masuk, dan perlu juga dilakukan penyelidikan dengan menggunakan metode CSAMT agar kedalamannya lebih bisa diprediksi. 3. Untuk membuktikan korelasi anomali geofisika hasil interpretasi di bawah permukaan dengan keberadaan zona mineralisasi perlu dilakukan uji bor di beberapa titik anomali. Referensi Arkani-Hamed, J., 1988. Differential reduction to the pole of regional magnetic anomalies.Geophysics, 53 ( 12): 1592- 1600. Baranov, V., 1957. A new method for interpretation of aeromagnetic maps: Pseudogravimetric anomalies. Geophysics, 22 (2):359-383. Blakely, 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge University Press, UK. Cordell, and Grauch, 1985. Mapping basement magnetization zones from aeromagnetic data in San Juan basin New Mexico; Soc. Expl. Geophys., 181-197. Djuri, Sudjatmiko, S.Bahri dan Sukido, 1978. Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi. Edisi ke 2, PPPG, Bandung. Dobrin, M.B., and Savit, C.H., 1988, Introduction to geophysical prospecting, 4th ed., NewYork, McGraw Gill Book Company.
  • 9. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 Gupta, dkk , 2011, Encyclopedia of Solid Earth Geophisics. 3th ed.,Springer Science, Netherland. Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region. Geol. Surv.Proff. Paper 1078, US Goverment. Printing Office, Washington, p.114-156. La Agusu, Kirbani Sri Brotopuspito dan Wahyudi, 2002, Transformasi data Gravitasi dari topografi ke bidang datar dengan bantuan perhitungan sudut ruang, Thesis-S2, FMIPA UGM, Yogyakarta. Milsom. J., 1989, Field Geophisics, Third Edition. University Collage London. England. Misalayuk, dkk. 2009, laporan pemetaan sebaran mineral galena ds. Sandana kab. Tana Toraja, PT. CEM, Makassar. NOAA. Geomagnetism and models IGRF, (Online), 2011, (http://www.ngdc.noaa.gov/geomag/geo mag.shtml, diakses 10 Desember 2011). Ratman, N., Atmawinata, S., 1993, Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sharma, P.V., 1997, Environmental and engineering geophysics, Copenhagen University, Cambridge. Shuey, R.T. dan Pasquale, A.S., 1973, End Corrections in Magnetic Profile Interpretation, Geophysics vol.38 no.3, 507-512 Silva, 1986. Reduction to the pole as an inverse problem and its application to low-latitudes anomalies,, : Geophysics, 51, 369-382. Sudarmaji dan Kirbani Sri Brotopuspito, 2003, Uji Ketelitian Reduksi Anomali medan magnetik bumi ke bidang datarmenggunakan sumber ekivalen dipol, journal fisika Indonesia, No.22, hal 1-15 Sukamto, Rab .1975, Perkembangan Tektonik Sulawesi dan Sekitarnya yang Merupakan Sintesis yang Berdasarkan Tektonik Lempeng. Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Pertambangan Umum Departemen Pertambangan Dan Energi, Bandung, Indonesia Tipler, 1996, Physics For Scientists and Engineers, 3th ed, Worth Publishers Telford, dkk. 1990, Applied Geophisic, 3nd ed., Cambridge University press, New York