1. Penelitian ini menggunakan metode geomagnetik untuk memodelkan litologi di daerah "Ratte Bungin" Sulawesi Selatan dengan mengukur anomali geomagnetik. 2. Data geomagnetik dikumpulkan dan diproses untuk menghasilkan peta anomali dan model litologi di bawah permukaan. 3. Hasilnya memberikan informasi litologi dan nilai suseptibilitas berbagai batuan seperti monzonit dan batuan sedimen.
Subsurface Geological Illustration of Proposed Nuclear Power Plant Site Based...Zulfadli .
This Indonesian language paper was orally presented at 41st PIT IAGI 2012 Yogyakarta. The paper discussed about resistivity modelling technique, consistency test, geological modelling, and interpretation of subsurface condition at proposed nuclear power plant site, Ujung Lemahabang. The paper shaped subsurface key information of surveyed area, built solid comprehension and relationships to other studies, and proved effectiveness of CSAMT detection in volcanic environment.
To promote collective partnership, I encourage interested readers to get the printable version of this paper from IAGI.
Subsurface Geological Illustration of Proposed Nuclear Power Plant Site Based...Zulfadli .
This Indonesian language paper was orally presented at 41st PIT IAGI 2012 Yogyakarta. The paper discussed about resistivity modelling technique, consistency test, geological modelling, and interpretation of subsurface condition at proposed nuclear power plant site, Ujung Lemahabang. The paper shaped subsurface key information of surveyed area, built solid comprehension and relationships to other studies, and proved effectiveness of CSAMT detection in volcanic environment.
To promote collective partnership, I encourage interested readers to get the printable version of this paper from IAGI.
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...Zulfadli .
This Indonesian language paper was orally presented at 37th PIT HAGI 2012 Palembang. The paper introduced survey design, acquisition technique, processing technique, and resistivity modelling technique. The paper upgraded technical performance of CSAMT method and madw the (next) interpretation step easier.
To promote collective partnership, I encourage interested readers to get the printable version of this paper from HAGI.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks.
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...Zulfadli .
This Indonesian language paper was orally presented at 37th PIT HAGI 2012 Palembang. The paper introduced survey design, acquisition technique, processing technique, and resistivity modelling technique. The paper upgraded technical performance of CSAMT method and madw the (next) interpretation step easier.
To promote collective partnership, I encourage interested readers to get the printable version of this paper from HAGI.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks.
1. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Pemodelan litologi dengan menggunakan anomali geomagnetik pada lapangan “Ratte Bungin”
Provinsi Sulawesi Selatan
Galih Prasetya Dinanta prodi Geofisika FMIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Intisari
Desa Sandana, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi
Sulawesi Selatan, adalah lokasi yang dijadikan area
penelitian. Area ini memiliki morfologi berupa perbukitan
dan dan punggungan pegunungan dengan ketinggian antara
500 sampai 1300 m diatas permukaan laut. Geologi daerah
ini cukup kompleks karena ditemukannya batuan sedimen
(batu pasir) yang berdampingan dengan batuan beku
(diorit-andesit). Aktifitas eksplorasi di tempat ini dilakukan
karena banyak ditemukan struktur dan urat-urat mineral
yaitu galena atau timah.
Akusisi atau pengambilan data geomagnetik di
daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan PPM
model GSM-19T pada area survei sejumlah 2 buah. 1 buah
sebagai base dan yang lainnya sebagai rover. Pemetaan ini
dilakukan pada area dengan luas 1500mx3000m atau kira-
kira 4,500km2
. data diolah lebih lanjut dan didapatkan nilai
anomali magnetiknya atau ∆H dengan satuan dalam gamma
atau nano Tesla (nT). Pemodelan dilakukan secara 2 D
untuk mengetahui perbedaaan litologi dan nilai
suceptibilitas dari batuan bawah permukaan.
Penelitian ini menghasilkan sejumlah data yang
berkaitan dengan nilai parameter kemagnetan batuan di
lokasi survei, berupa anomali total (TMI) dan juga anomali
kemagnetan batuan (∆M), sedangkan informasi lain yang
diperoleh adalah peta topografi lokal area penelitian,
kemudian dari proses pengolahan yang dilakukan didapat
informasi berupa perkiraan litologi dan posisinya didalam
area penelitian. Diperoleh nilai suseptibilitas 0,0345 cgs
untuk batu monzonite, 0,0072 untuk batuan sedimen (batu
pasir) dan 0,0189 cgs untuk batu tufa andesitik
Latar Belakang
Metode geomagnetik merupakan metode yang sering
digunakan dalam ilmu geofisika untuk memetakan atau
memonitor suatu medan magnetik dari suatu area survei.
Metode ini memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang
terinduksi oleh medan magnetik bumi. Penggunaan metode
geomagnetik cukup sederhana, dimulai dengan penentuan
lokasi survei berdasarkan data kenampakan geologi,
pengambilan data, pengolahan, dan intepretasi yang relatif
mudah dimengerti. Hasil dari pengukuran adalah nilai
medan magnetik total atau sering disebut TMI (Total
Magnetic Intensity), besar dari medan magnetik total ini
sendiri adalah bergantung dari posisi dimana area survei
berada dan tentu saja kandungan kemagnetan batuan itu
sendiri. Kandungan kemagnetan batuan itu sendiri
dipengaruhi oleh kandungan mineral yang ada dan juga
dipengaruhi oleh perbedaan kontras suseptibilitas batuan
bawah permukaan secara lateral. Selain di bidang
pertambangan metode geomagnetik ini juga bisa digunakan
di bidang eksplorasi panas bumi dan monitoring
kegunungapian.
Tinjauan Pustaka
Geomorfologi
Daerah penyelidikan termasuk dalam morfologi perbukitan
berlereng terjal. Perbedaan ketinggian antara lembah yang
terendah ± 500 m di atas permukaan laut dan puncak-
puncak perbukitan di wilayah ini dengan ketinggian antara
900–1.300 m dpl.
Gambar 1 Morfologi Daerah Penyelidikan dilihat dari Buttu
Sattung dengan ketinggian1.250 m (foto diambil th. 2009, disalin
dan diedit dari Misalayuk. Dkk. 2009)
Litologi Daerah Penelitian
Hasil penyelidikan geologi di daerah Sandana da n
sekitarnya tersusun oleh satuan batuan dengan urut-urutan
umur tua–muda sebagai berikut:
1. Batuan sedimen.
2. Satuan batu andesitan dan breksi tufa andesitan.
3. Batu dioritan.
4. Batu monzonitan.
5. Batu gabbro.
6. Batu tufa, breksi tufa, aglomerat
2. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Geologi Umum dan Regional
Secara tektonik Indonesia terletak pada pertemuan antara
tiga lempeng utama (mega triple junction), yaitu lempeng-
lempeng Eurasia, India-Australia dan Pasifik. Kepulauan
Sulawesi secara sistem tektonik merupakan gabungan dari
kedua plate tektonik pergerakannya saling berlawanan
dimana sebelah barat Indonesia, bergerak ke arah timur laut
dan menunjam di sebelah barat pulau Sumatera dan di
sebelah selatan pulau Jawa menunjam ke arah utara.
Sedangkan plate tectonic dari arah timur bergerak
menunjam ke arah baratdaya kemudian terpecah menjadi
tiga penunjaman yakni selain ke baratdaya, juga menunjam
ke arah Selatan dan ke arah baratlaut menghadap ke
Sulawesi Utara. Sebagai akibat dari tumbukan kedua plate
tektonik ini terjadilah sesar penunjaman dan sesar geser,
dan khususnya yang terjadi di pulau Sulawesi dimana
kegiatan penyelidikan dilakukan. Di kepulauan Sulawesi
tersebut juga terdapat struktur sesar regional yang terletak
di sebelah timur
Gambar 2. Gambaran geologi umum Kep. Sulawesi (Sukamto,
1975)
Metode geomagnetik adalah salah satu metode yang bisa
dikatakan cukup sederhana dalam ilmu geofisika, metode
ini memiliki target utama pengukuran berupa anomali
kemagnetan pada batuan. Tujuannya adalah untuk
memetakan atau monitoring suatu struktur di bawah
permukaan yang dianggap menarik (Gupta, dkk. 2011).
Metode ini tergolong metode geofisika pasif karena tidak
melakukan gangguan apapun terhadap objek survei.
Dasar Teori
Intensitas Magnetisasi
Suatu benda magnetik yang diletakkan dalam medan
luar akan terinduksi dan termagnetisasi, magnetisasi ini
disebabkan oleh adanya perubahan orientasi dari atom dan
molekul yang berpresisi, medan magnetisasi diukur dengan
menghitung polarisasi magnetik (intensitas magnetisasi
atau Momen dipole per unit volume).
(3.1)
Dan
(3.2)
Suseptibilitas magnetik
Suseptibilitas magnetik (k) didefinisikan sebagai tingkat
kemampuan suatu benda magnetik untuk dapat
termagnetisasi (Telford, dkk.1990).
Suseptibilitas magnetik dalam satuan emu berbeda jika
dibandingkan dengan satuan SI dengan karena
suseptibilitas dalam SI 4π kali dari suseptibilitas dalam cgs
dan dapat dinyatakan dengan persamaan (Telford, dkk.,
1990)
Induksi Magnetik
Induksi magnetik atau adalah medan total, yang
didalamnya terdapat efek magnetisasi. perumusannya dapat
ditulis:
(3.3)
Keterangan :
= induksi magnetik (Tesla)
= permeabilitas ruang bebas/free space (4 x 10-7
)
= permeabilitas ruang hampa 1, udara 1
= kuat medan magnet luar
K = Suseptibilitas
= Intensitas magnetisasi
potensial magnetostatik dalam medan dipole
Secara konseptual potensial magnetik skalar A dititik P
adalah kerja yang dilakukan dalam kutub positif yang
diambil dari suatu medan magnetik dititik tak
hingga/infinity F(r), F mengindikasikan medan magnetik
dan diasumsikan µ=1. karena F(r) disebabkan oleh adanya
kutub positif pada jarak r dari P maka
3. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
(3.6)
=
(3.7)
Kemudian bisa dkiperoleh vektor F dengan mengambil
gradien dari A sehingga
(3.4)
Gambar 3 perhitungan medan dari magnetik dipole
(3.9)
(3.10)
Karena r>>1, persamaan (3.4) menjadi
(3.5)
Karena m adalah momen dipole dari magnitude m=2Ip.
Persamaan (3.9) dan (3.12) akan menjadi
F (m/r3
)(2cos r1 + sin 1) (3.6)
Sehingga resultan magnetiknya menjadi
(3.7)
Sedangkan untuk arahnya terhadap dipole pada sumbu axis
adalah
(3.8)
Anomali Magnetik
Potensial magnetik di titik P untuk suatu
volume V dari suatu batuan yang termagnetisasi dengan
momen dipole per unit volume M (Gambar.4) adalah
(Telford, dkk. 1990)
( )∫ −
∇•−=
V o
dv
rr
rMA
1
(3.9)
Gambar 4 Model medan potensial dalam suatu bodi
Jika M adalah vektor konstan dengan arah
nkmji ++= α , maka operasinya.
∂
∂
+
∂
∂
+
∂
∂
=
∂
∂
=∇
zy
m
x
MMM n
α
. (3.10)
Sehingga didapat
∫
−∂
∂
−=
V o rr
dv
MA
α
Medan magnetik dalam persamaan (3.10) ad a d i dalam
medan bumi eF
. Medan total yaitu
( )oe rFFF
+=
Arah e dan (ro) tidak perlu sama. Jika (ro) lebih kecil
dari e atau jika tubuh model tidak memiliki magnetisasi
sisa (residual), dan e dianggap mempunyai arah yang
sama. (ro) adalah fraksi yang lumayan besar dari e dan
memiliki arah yang berbeda, komponen dari (ro) dalam
arah dari e , FD, menjadi
4. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
∫ −∂∂
∂
=
∂
∂
−=∇−=
V o
D
rr
dv
f
M
f
A
AfF
α
2
1.
dengan f1 adalah unit vector dalam arah Fe. Jika
magnetisasi adalah hasil induksi oleh Fe., maka
( ) ∫ ∫ −∂
∂
=
−∂
∂
=
V V o
eoD
rr
dv
f
kF
rr
dv
f
MrF
2
2
0
2
2
Interpretasi magnetik lebih rumit dibandingkan metode
gravitasi karena bentuknya dwikutub (dipole).
Potensial magnetik A dipenuhi oleh persamaan
Laplace dan Poisson. Mengikuti persamaan tersebut,
dengan
pAF πµ42
=−∇=•∇
(3.21)
p adalah kuat kutub per unit volume di titik tersebut.
Bahwa medan menghasilkan sebuah reorientasi parsial
sepanjang arah medan dari arah dasar dari suatu bentuk
dipole sebelumnya. Ini menyebabkan pemisahan kutub
positif dan negatif. Sebagai contoh, komponen x dari
pemisah kuat kutub +q dan -q oleh jarak ζ sepanjang
sumbu x dan menyebabkan kuat kutub positif atau
( ) dydzMdydzq x=ζ bergerak masuk kearah dalam
dan keluar (lihat gambar 5) Karena kuat kutub menjauhi
permukaaan ( ){ }dydzdxdxMM xx ∂+ , kuat kutub
positif per unit volume (p) pada titik adalah M
•∇− .
Gambar 5 vektor Ax dalam dimensi x,y,z
( )rMA
•∇=∇ πµ42
Dalam medium nonmagnetik =0, sehingga
02
=∇ A (3.11)
Komponen Medan Magnet Bumi
Komponen-komponen medan magnetik bumi atau biasa
disebut elemen-elememedan magnetik bumi, mempunyai
tiga arah utama yaitu elemen pada arah utara ( Hx ),
elemen pada arah timur ( Hy ) dan elemen pada arah
vertikal ke bawah ( Hz ) seperti terlihat pada Gambar 6.
Medan magnet bumi juga mempunyai inklinasi (i) dan
deklinasi (d) yang memiliki pengertian:
• Deklinasi (d), yaitu sudut yang dibentuk antara
utara geografis bumi dengan utara medan
magnetik bumi yang dihitung dari utara menuju
timur.
• Inklinasi (i), yaitu sudut yang dibentuk antara
medan magnetik bumi dengan bidang horizontal
yang dihitung dari bidang horizontal menuju
bidang vertikal ke bawah. Sudut inklinasi bernilai
positif di bawah bidang horizontal dan negatif di
atas bidang horizontal.
Intensitas medan magnetik bumi secara kasar antara
25.000–65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang terletak
di utara ekuator mempunyai intensitas 40.000 nT
sedangkan di selatan ekuator 45.000 nT.
Gambar 6 Parameter yang bekerja pada medan magnet bumi
Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian (Gambar 7) merupakan urutan
proses pengerjaan penelitian. Mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengolahan data, hingga intepretasi dan
penarikan kesimpulan. Berikut diagram alir penelitian
5. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Gambar 7 flowchart penelitian metode geomagnetik di daerah
Sandana, Sulawesi selatan
Hasil dan Pembahasan
Data lapangan yang diperoleh dari pengukuran
magnetik di lapangan adalah data magnetik berupa medan
total (Total magnetik Intensity) di titik pengukuran (bacaan
rover), koordinat posisi, waktu pengambilan data. Data
yang terekam pada sensor proton precision magnetometer
merupakan data intensitas medan magnet total yang
merupakan akumulasi dari beberapa sumber penghasil
medan magnet, yaitu medan magnet luar yang dihasilkan
dari fluktuasi perputaran arus listrik dalam ionosfer sebagai
akibat dari pengaruh radiasi sinar matahari atau yang biasa
dikenal dengan variasi harian dan anomali medan magnet
yang berasal dari induksi medan magnet bumi pada benda
penyebab anomali.
Anomali Medan Magnet total
Anomali ini adalah nilai kemagnetan yang
dihasilkan dari induksi medan magnet bumi pada suatu titik
di permukaan bumi akibat adanya suatu batuan di bawah
permukaan yang mengandung mineral-mineral tertentu.
Anomali medan magnet total ini didapat setelah melakukan
dua kali koreksi yaitu koreksi variasi harian dan IGRF.
Gambar 8 Nilai anomali medan magnet total daerah penelitian.
Kontinuasi ke atas
Anomali medan magnet total mengandung
anomali lokal dan anomali regional. Untuk memisahkan
anomali regional dan lokal dilakukan dengan cara
kontinuasi ke atas, sehingga dapat dipisahkan antara batuan
penyebab anomali pada posisi yang lebih dalam dengan
yang lebih dangkal pada suatu kedalaman tertentu di bawah
permukaan daerah pengukuran. Tingkat proses kontinuasi
dilakukan menurut target yang diinginkan yaitu bergantung
pada kedalaman target itu sendiri.
Gambar 9 Hasil dari proses kontinuasi
Reduksi ke kutub
6. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Anomali medan magnetik yang sudah di
kontinuasi akan menghasilan peta anomali regional dengan
pengaruh dipole magnetik, dipole pada kontur magnetik ini
harus dihilangkan atau diperkecil, sehingga pola
anomalinya menjadi monopole dan menggambarkan
kondisi di bawah permukaan. Seperti pada metode
gravitasi, hasil dari reduksi ke kutub dapat dilihat seperti
pada Gambar 5.7, Selanjutnya diambil nilai dari anomali
magnetik pada ketinggian 150m.
Gambar 10 Hasil reduksi ke kutub dari kontinuasi 150 m pada
anomali medan magnetic.
Intepretasi kualitatif
Intepretasi kualitatif dilakukan dengan
menganalisis peta anomali regional dan mencocokannya
dengan hasil dari pengamatan geologi permukaan dan hasil
dari metode geolistrik yang dilakukan pada desa Sandana
kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan. Dari peta
diperoleh zona interest magnetic.
Gambar 11 zona interest dari area survei dimana banyak
ditemukan singkapan batuan bermineral galena dan pirit.
Interpretasi kuantitatif
Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan
pemodelan benda anomali menggunakan metode 2 D
(Shuey dan Pasquale, 1973) yang dibuat dalam suatu paket
program Mag2dc. Pemodelan dilakukan pada anomali
magnetik yang telah dikontinuasi setinggi 150. Sedangkan
anomali lokal tidak diinterpretasi secara kuantitatif karena
konturnya terlalu banyak mengandung klosur yang rapat.
Untuk melakukan interpretasi secara kuantitatif,
sebelumnya data anomali medan magnet di slice terlebih
dahulu seperti terlihat pada Gambar 5.14. Tujuanya agar
diperoleh grafik anomali magnetik yang nantinya akan
dibuat sebagai dasar model lapisan batuan bawah
permukaan.
Gambar 12 sayatan pada peta RTP dari anomali regional magnetik
daerah penelitian
Pemodelan anomali regional:
a. Sayatan A’-A
Sayatan A’-A dapat dilihat pada Gambar 5.14
dimana memanjang dengan arah relatif baratdaya-utara.
Sayatan ini akan menghasilkan profil geologi bawah
permukaan yang disajikan pada Gambar 13
Total poligon yang dihasilkan dari pemodelan
Mag2dc ini sebanyak 3 bua h, berdasarkan perkiraan
geologi dan peta geologi lokal di area survei, sedangkan
berdasarkan peta geologi regional di area ini terdapat ada 4
formasi batuan, namun tidak kesemuanya dimodelkan
karena tidak termasuk dalam area sayatan. Ada beberapa
referensi mengenai tebal lapisan formasi pada area
penelitian ini (lihat lampiran A). Formasi batuan yang
dimodelkan sebagai berikut:
- Batuan tuff andesitik formasi ini di bagi
menjadi 2 t uff muda dicirikan oleh warna
yang lebih terang dan kebanyakan berada di
sebelah timur sampai pertengahan area
7. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
penelitian dan tuff tua yang kebanyakan
berada di sebelah barat dari lokasi
penelitian. Pada model dicirikan dengan
warna biru dengan nilai suseptibilitas ±
0,0189 cgs (lihat Gambar 5.15).
- Batuan sedimen, diperkirakan merupakan
batuan tertua di area penelitian yang
terbentuk akibat aktifitas sedimentasi di
daerah laut, Formasi ini dimodelkan oleh
warna merah dengan nilai suseptibilitas
sekitar 0,0072 cgs.
- Batuan alterasi Monzonite, merupakan
batuan beku yang teralterasi dengan nilai
suseptibilitas yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan sekitarnya yaitu
(berwarna hijau) ± 0,0345 cgs.
Gambar 13. Sayatan magnetik pada lintasan A’-A dengan nilai
parameter MagnetikIntensitas = 42165.4 nT, Inklnasi = 22,750
,
deklinasi = 1,230
, BD→U =Baratdaya ke Utara.
Hasil pemodelan peta anomali regional dengan
software Mag2dc yaitu batuan penyusun desa Sandana
yang berupa batuan sedimen yang berada di sebelah timur
dengan kedalaman 0 m sampai di bawah >100 m,
kemudian batuan tuff andesitik mulai dari dekat permukaan
hingga pada kedalaman >100 m, dan batuan alterasi
monzonitik pada bagian sebelah utara dengan kedalam 0
sampai >100 m.
a. Sayatan B’-B
Sayatan B’-B dapat dilihat pada Gambar 5.14
yang memanjang dengan arah relatif barat daya ke timur
laut. Sayatan ini akan menghasilkan profil geologi bawah
permukaan yang disajikan pada Gambar 5.16. 2 buah
poligon sebagai hasil pemodelan anomali regional
diperoleh dengan menggunakan software Mag2dc. Poligon
I (warna biru) mempunyai nilai suseptibilitas 0,0189 cgs
diperkirakan merupakan batuan tuff andesitik. Poligon II
(warna hijau) mempunyai nilai suseptibilitas 0,0345 cgs
diperkirakan merupakan batuan alterasi monzonitik. intrusi
yang terjadi di daerah ini diperkirakan terjadi dalam skala
regional.
Hasil dari pemodelan peta anomali rendah
dengan software Mag2dc, memperlihatkan bahwa batuan
penyusun daerah penelitian, adalah batuan tuff andesitik
yang berada di sebelah timur sayatan B-B’ dengan
kedalaman mulai dari dekat permukaan hingga pada >100
m, dan batuan alterasi monzonitik pada bagian sebelah
utara dengan kedalaman 0 sampai >100 m.
Gambar 12. Sayatan magnetik pada lintasan B’-B dengan nilai
parameter Magnetik Intensitas = 42165.4 nT, Inklnasi = 22,750
,
deklinasi = 1,230
, BD→U = Baratdaya ke Utara.
Model Geologi 3D Berdasarkan data Model 2 D
Magnetik
Pemodelan Geologi 3D berdasarkan data model
suseptibilitas ini bertujuan memberikan gambaran yang
lebih perspektif dalam metode geomagnetik, pemodelan ini
menggunakan konsep interpretasi dari slice.
Gambar 11 Hasil grid kontur pada modelvision dengan referensi
model dari Geologi dan Mag2dc, bagian yang berwarna merah
gelap adalah perkiraan intrusi diorit dan gabbro, sedangkan yang
berwarna merah cerah adalah batuan alterasi monzonit pada area
penelitian di desa Sandana
.
8. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Hasil dari pemodelan pada peta kontur anomali magnetik
dengan menggunakan aplikasi Modelvision 11 memberikan
gambaran secara geologi dan geofisika tentang persebaran
batuan di area penelitian (Gambar5.19). Informasi nilai
suseptibilitas diperoleh berdasarkan pemodelan Mag2dc
pada sayatan A-A’ dan B-B’ sedangkan informasi dari
geologi berupa peta geologi lokal, semua informasi tersebut
digabungkan sehingga diperoleh peta geomagnetik sebaran
batuan.
Gambar 20 Hasil pemodelan 3D tanpa input dari peta anomali
magnetik, dengan litologi batuan sedimen, batu Tufa andesitik,
batu monzonit, dan batu gabbro-diorit.
Overlay dilakukan antara peta model
Geomagnetik pada gambar 5.19 dengan peta anomali
kemagnetan hasil RTP pada gambar 5.8 dan hasil dari peta
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.20, dengan nilai
anomali kemagnetan tinggi pada nilai 539 nT (lihat legenda
Gambar 5.20) dan terletak disebelah timur area penelitian
tepatnya pada batuan sedimen dengan suseptibilitas 0,072
cgs, sedangkan nilai terendah adalah -1327 nT (lihat
legenda Gambar 5.20) dengan posisi disebelah utara area
penelitian (dekat dengan basecamp) pada daerah kontak
antara batuan monzonitik dengan batuan tufa andesitik
yang masing-masing bernilai 0,0345cgs dan 0,0189 cgs.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode
geomagnetik di daerah Desa Sandana d an sekitarnya,
Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi
Selatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan hasil penelitian dan
penyelidikan serta pengolahan data dari
geomagnet diperoleh nilai informasi
kemagnetan batuan melalui besarnya
suceptibilitas sebaga berikut; batuan
sedimen nilai suceptibilitasnya sekitar
0,0072 cgs, batu tufa andesitik
suceptibilitasnya sekitar 0,0189 cgs,
batu monzonit suceptibilitasnya 0,0345
cgs.
2. Berdasarkan hasil pemodelan dan
intepretasi diperoleh n nilai anomali
kemagnetan tinggi pada nilai 539 nT
dan terletak disebelah timur area
penelitian tepatnya pada batuan dengan
kedalaman model ≥70 m sampai 1000
m, sedangkan nilai terendah adalah -
1327 nT dengan posisi disebelah utara
area penelitian (dekat dengan
basecamp) pada batu monzonit dan
batu tufa andesitik dengan kedalaman
model 125 m sampai 1000 m.
Saran
1. Perlu dilakukan pemetaan geologi lebih lanjut pada
zona-zona anomali geofisika yang terdeteksi.
2. Perlu dilakukan pemetaan yang lebih baik terutama
pada titik-titik lintasan yang koordinatnya salah atau
bahkan belum masuk, dan perlu juga dilakukan
penyelidikan dengan menggunakan metode CSAMT
agar kedalamannya lebih bisa diprediksi.
3. Untuk membuktikan korelasi anomali geofisika hasil
interpretasi di bawah permukaan dengan keberadaan
zona mineralisasi perlu dilakukan uji bor di beberapa
titik anomali.
Referensi
Arkani-Hamed, J., 1988. Differential reduction to the pole
of regional magnetic
anomalies.Geophysics, 53 ( 12): 1592-
1600.
Baranov, V., 1957. A new method for interpretation of
aeromagnetic maps: Pseudogravimetric
anomalies. Geophysics, 22 (2):359-383.
Blakely, 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic
Applications, Cambridge University
Press, UK.
Cordell, and Grauch, 1985. Mapping basement
magnetization zones from aeromagnetic
data in San Juan basin New Mexico;
Soc. Expl. Geophys., 181-197.
Djuri, Sudjatmiko, S.Bahri dan Sukido, 1978. Peta Geologi
Lembar Majene dan Bagian Barat
Lembar Palopo, Sulawesi. Edisi ke 2,
PPPG, Bandung.
Dobrin, M.B., and Savit, C.H., 1988, Introduction to
geophysical prospecting, 4th ed.,
NewYork, McGraw Gill Book
Company.
9. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Gupta, dkk , 2011, Encyclopedia of Solid Earth Geophisics.
3th
ed.,Springer Science, Netherland.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region.
Geol. Surv.Proff. Paper 1078, US
Goverment. Printing Office,
Washington, p.114-156.
La Agusu, Kirbani Sri Brotopuspito dan Wahyudi, 2002,
Transformasi data Gravitasi dari
topografi ke bidang datar dengan
bantuan perhitungan sudut ruang,
Thesis-S2, FMIPA UGM, Yogyakarta.
Milsom. J., 1989, Field Geophisics, Third Edition.
University Collage London. England.
Misalayuk, dkk. 2009, laporan pemetaan sebaran mineral
galena ds. Sandana kab. Tana Toraja,
PT. CEM, Makassar.
NOAA. Geomagnetism and models IGRF, (Online), 2011,
(http://www.ngdc.noaa.gov/geomag/geo
mag.shtml, diakses 10 Desember 2011).
Ratman, N., Atmawinata, S., 1993, Geologi Lembar
Mamuju, Sulawesi Selatan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Sharma, P.V., 1997, Environmental and engineering
geophysics, Copenhagen University,
Cambridge.
Shuey, R.T. dan Pasquale, A.S., 1973, End Corrections in
Magnetic Profile Interpretation,
Geophysics vol.38 no.3, 507-512
Silva, 1986. Reduction to the pole as an inverse problem
and its application to low-latitudes
anomalies,, : Geophysics, 51, 369-382.
Sudarmaji dan Kirbani Sri Brotopuspito, 2003, Uji
Ketelitian Reduksi Anomali medan
magnetik bumi ke bidang
datarmenggunakan sumber ekivalen
dipol, journal fisika Indonesia, No.22, hal
1-15
Sukamto, Rab .1975, Perkembangan Tektonik Sulawesi
dan Sekitarnya yang Merupakan Sintesis
yang Berdasarkan Tektonik Lempeng.
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Direktorat Pertambangan Umum
Departemen Pertambangan Dan Energi,
Bandung, Indonesia
Tipler, 1996, Physics For Scientists and Engineers, 3th
ed,
Worth Publishers
Telford, dkk. 1990, Applied Geophisic, 3nd
ed., Cambridge
University press, New York