Rekam jejak digital di ranah pendidikan, era digital, dan literasi digital merupakan topik utama dokumen tersebut. Dokumen ini membahas tentang pentingnya literasi digital bagi pendidik dan peserta didik di era digital saat ini, serta implikasi rekam jejak digital yang dihasilkan.
Seiring perkembangan di era digital, teknologi semakin canggih, dengan mudahnya informasi diakses. Jika dulu informasi didapatkan dari media konvensional seperti koran dan televisi, kini masyarakat bisa mengaksesnya hanya dari genggaman tangan dengan menggunakan perangkat smartphone. Informasi tersebut tentunya tak hanya hiburan, tapi juga ilmu yang berguna untuk pendidikan. Peserta didik bisa belajar IPTEKS dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif lewat teknologi. Tak lagi hanya duduk menyimak dosen yang mengajar di depan kelas.
Inilah menjadi tantangan pendidikan kita kekinian, bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya di dalam dunia pendidikan di era digital saat ini berbenah. Proses pembelajaran yang konvensional atau tradisional di diubah. Pendidikan konvensional yang lebih menekankan kepada mengingat, menghapalkan, memperoleh informasi hanya dari satu arah atau mengaplikasikan prosedur sederhana yang membuat peserta didik tidak mahir dalam berpikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Seiring perkembangan di era digital, teknologi semakin canggih, dengan mudahnya informasi diakses. Jika dulu informasi didapatkan dari media konvensional seperti koran dan televisi, kini masyarakat bisa mengaksesnya hanya dari genggaman tangan dengan menggunakan perangkat smartphone. Informasi tersebut tentunya tak hanya hiburan, tapi juga ilmu yang berguna untuk pendidikan. Peserta didik bisa belajar IPTEKS dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif lewat teknologi. Tak lagi hanya duduk menyimak dosen yang mengajar di depan kelas.
Inilah menjadi tantangan pendidikan kita kekinian, bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya di dalam dunia pendidikan di era digital saat ini berbenah. Proses pembelajaran yang konvensional atau tradisional di diubah. Pendidikan konvensional yang lebih menekankan kepada mengingat, menghapalkan, memperoleh informasi hanya dari satu arah atau mengaplikasikan prosedur sederhana yang membuat peserta didik tidak mahir dalam berpikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH., MA.
Deputi Kajian Kebijakan & Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara RI
Disampaikan pada Bimtek Motivasi & Kepemimpinan Pendamping Program Guru Penggerak, P4TK TK dan PLB,
Kementerian Dikbud dan Ristek RI
Bali, 12 Desember 2021
Literasi digital merupakan satu dari enam literasi dasar yang harus dikuasai siswa pada zaman sekarang.
Literasi digital yang diterapkan di Sekolah Dasar (SD) berhubungan erat dengan pengimplementasian dari
pencanangan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sudah dijalankan pemerintah. Secara umum
pencanangan gerakan literasi sekolah merupakan hasil refleksi terhadap evaluasi pencapaian melek literasi
rata-rata penduduk Indonesia yang dilakukan dengan tes PISA ternyata masih belum sesuai dengan yang
diharapkan. Hasil rata-rata tes membaca siswa Indonesia masih masuk dalam kategori rendah jika
dibandingkan dengan negara peserta Asean. Hal itu dapat dilihat dari hasil uji Programe International Student
Assessment (PISA) yang dilakukan tiga tahun sekali.
Pendidikan merupakan dasar pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan yang rendah akar masalah dalam meningkatnya permasalahan sosial di masyarakat (Berlian,2017). Indonesia saat ini sedang dihadapi dengan problematika yang sangat rumit di segala bidang baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, moral dsb. Salah satu permasalahannya yaitu rendahnya mutu ketenagakerjaan. Dari hasil survey, latar pendidikan pekerja didominasi lulusan SD ke bawah dengan angka 52,40 juta lulusan SD kebawah; 22,97 SMP; 37,73 SMA; 16,26 diploma dan perguruan tinggi. Survey angkatan kerja nasional 2015 terdapat sebesar 60,52% ketidaksesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan (BPS, 2019). Rendahnya mutu pendidikan menyebabkan mentri pendidikan Nadiem Makarim memaparkan program “Merdeka Belajar” berkaitan dengan inovasi konsep masyarakat 5.0 dimana masyarakat berpusat pada manusia (human- centered) dan berbasis teknologi, sehingga diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang bahagia bagi masyarakat.. Untuk mendukung program tersebut, perlu di bangunnya budaya berbagi pengetahuan dan mengajak semua pihak untuk ambil bagian memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan cita-cita yaitu terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdekaan. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menciptakan desain pengalaman penguna “Weekend Sharing” yang efektif sebagai sarana bagi volunteer untuk membuat kegiatan sharing knowledge serta untuk peserta mendaftarkan diri dalam event yang telah dibuat oleh volunteer dengan misi “Together Empowerment”. Model pengembangan ini menggunakan metode User-Centered Design yang mengacu pada experience pengguna sehingga dapat membuat aplikasi e-learning ini memiliki nilai usability yang cukup baik untuk digunakan oleh siswa dan pengajar. Disamping itu metode UCD bersifat iteratif yang artinya dapat menggali kebutuhan pengguna end-user yang dapat berubah-ubah secara langsung.
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH., MA.
Deputi Kajian Kebijakan & Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara RI
Disampaikan pada Bimtek Motivasi & Kepemimpinan Pendamping Program Guru Penggerak, P4TK TK dan PLB,
Kementerian Dikbud dan Ristek RI
Bali, 12 Desember 2021
Literasi digital merupakan satu dari enam literasi dasar yang harus dikuasai siswa pada zaman sekarang.
Literasi digital yang diterapkan di Sekolah Dasar (SD) berhubungan erat dengan pengimplementasian dari
pencanangan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sudah dijalankan pemerintah. Secara umum
pencanangan gerakan literasi sekolah merupakan hasil refleksi terhadap evaluasi pencapaian melek literasi
rata-rata penduduk Indonesia yang dilakukan dengan tes PISA ternyata masih belum sesuai dengan yang
diharapkan. Hasil rata-rata tes membaca siswa Indonesia masih masuk dalam kategori rendah jika
dibandingkan dengan negara peserta Asean. Hal itu dapat dilihat dari hasil uji Programe International Student
Assessment (PISA) yang dilakukan tiga tahun sekali.
Pendidikan merupakan dasar pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan yang rendah akar masalah dalam meningkatnya permasalahan sosial di masyarakat (Berlian,2017). Indonesia saat ini sedang dihadapi dengan problematika yang sangat rumit di segala bidang baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, moral dsb. Salah satu permasalahannya yaitu rendahnya mutu ketenagakerjaan. Dari hasil survey, latar pendidikan pekerja didominasi lulusan SD ke bawah dengan angka 52,40 juta lulusan SD kebawah; 22,97 SMP; 37,73 SMA; 16,26 diploma dan perguruan tinggi. Survey angkatan kerja nasional 2015 terdapat sebesar 60,52% ketidaksesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan (BPS, 2019). Rendahnya mutu pendidikan menyebabkan mentri pendidikan Nadiem Makarim memaparkan program “Merdeka Belajar” berkaitan dengan inovasi konsep masyarakat 5.0 dimana masyarakat berpusat pada manusia (human- centered) dan berbasis teknologi, sehingga diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang bahagia bagi masyarakat.. Untuk mendukung program tersebut, perlu di bangunnya budaya berbagi pengetahuan dan mengajak semua pihak untuk ambil bagian memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan cita-cita yaitu terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdekaan. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menciptakan desain pengalaman penguna “Weekend Sharing” yang efektif sebagai sarana bagi volunteer untuk membuat kegiatan sharing knowledge serta untuk peserta mendaftarkan diri dalam event yang telah dibuat oleh volunteer dengan misi “Together Empowerment”. Model pengembangan ini menggunakan metode User-Centered Design yang mengacu pada experience pengguna sehingga dapat membuat aplikasi e-learning ini memiliki nilai usability yang cukup baik untuk digunakan oleh siswa dan pengajar. Disamping itu metode UCD bersifat iteratif yang artinya dapat menggali kebutuhan pengguna end-user yang dapat berubah-ubah secara langsung.
Similar to 04-Materi Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan (Webinar LiDig).pdf (20)
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. Dr.ARIS SETIAWAN,M.Pd.
P e n d i d i k
P e n u l i s
P e g i a t L i t e r a s i
a r i s s e t i a w a n . c o m
A r i s S e t i a w a n
a r i s s e t i a w a n . 1 4 0 2
0 8 5 2 - 5 0 4 5 - 7 6 5 5
a r i s s e t i a w a n . 1 4 0 2 8 4 @ g m a i l . c o m
Te n g g a r o n g , K u k a r , K a l t i m
3. Re k am Je jak D igital
Di Ranah P e ndidik an
1
2
3
4
5
6
Literasi Digital?
Tenaga Pendidik [Guru, Dosen, Ortu] ?
Anak [Peserta] Didik?
Era Digital?
Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan?
Implikasi, Hambatan, dan Solusi ?
4. 01.
Literasi Digital
Kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam
berbagai bentuk dari berbagai
sumber yang sangat luas yang
diakses melalui piranti komputer.
(Paul Gilster, Digital Literacy, 1997)
5. TENAGA PENDIDIK
Sosok arsitek yang dapat membentuk jiwa anak
didik, berperan dalam membentuk dan
membangun karakter siswa menjadi orang yang
berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.
Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. (UU No. 14 Tahun 2005)
6. ANAK/PESERTA DIDIK
Anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran (jalur pendidikan
informal, formal,nonformal), pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi.
Komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang diproses dalam
pendidikan, sehingga menjadi manusia
berkualitas sesuai tujuan pendidikan
nasional.
7. Setiap orang selalu takut pada
perubahan. Bukankah orang-orang
merasa takut pada listrik ketika listrik
baru ditemukan? Kita selalu menaksir
terlalu tinggi perubahan yang akan terjadi
dan meremehkan perubahan yang dapat
terjadi. Jangan biarkan diri Anda terbuai
dalam kelambanan.
Bill Gates, Pendiri Microsoft
“
”
8. Era digital: suatu kondisi kehidupan atau
zaman dimana semua kegiatan yang
mendukung kehidupan sudah dipermudah
dengan adanya teknologi.
Era digital: hadir untuk menggantikan
beberapa teknologi masa lalu agar jadi lebih
praktis dan modern.
Era digital: Amati – Pahami – Ikuti – Evaluasi
9. LITERASI DIGITAL RANAH PENDIDIKAN
Pesona Media Baru Bagi Anak [Peserta] Didik
Tujuan Peningkatan Literasi Digital Bagi Pendidik
Perbedaan Cara Belajar Dua Generasi [Old vs New]
10. 4 K BERJALAN DI ERA DIGITAL
Kemampuan mengelola identitas
personal (aktualisasi)
Kemampuan menyadari diri dan
kebutuhannya (konten, aplikasi)
Kemampuan mengoptimalkan
layanan digital (personal branding)
Kemampuan melakukan sinergi
dan kolaborasi digital
11. Dua Mendasar Perlu Dilakukan
Sinkronisasi pemahaman pendidik
dan anak didik dalam fungsi, tujuan,
media digital dalam ranah
pendidikan.
Internalisasi nilai-nilai positif/
karakter baik dalam pendidikan
di era pendidikan digital.
12. MENDIDIK DIRI DI RANAH PENDIDIKAN
Kolaborasi - Kompromi
Bangun Jejaring!
Evaluasi – Intropeksi
Senantiasa mawas diri!
Proteksi - Reputasi
Jaga dan lindungi privasi!
13. 2.
Rekam Jejak Digital
Semua aktivitas yang dilakukan di internet.
Contoh: komentar yang ditinggalkan pada
facebook, twitter, forum, blog, gambar yang
dibagikan pada instagram, panggilan skype,
atau e-mail yang berpotensi dilihat oleh
orang lain ,atau dapat dilacak pada
database.
14. Ibarat tinggal di tepi sungai, mau tak
mau kita harus mengajarkan
kemampuan berenang pada anak
kita. Begitu pula ketika hidup di
zaman digital, ajarkanlah
kemampuan digital pada mereka!
Buat rekam jejak digital yang baik.
Wariskan buat mereka!
15. REKAM JE JAK DIGITAL RANAH PENDIDIKAN
Era sebelum tahun 2000 Era Tahun 2000
s.d.
Era Tahun 2018
Era Pandemi
s.d.
Era New Normal
16.
17. BASIS EDUKASI LITERASI DIGITAL
Semua hal baru terkait “Digital”
melahirkan hambatan, tantangan,
sekaligus solusi!
Edukasi berbasis digital perlu
visualisasi dan kontinyuitas!
18. “Digitalisasi sekolah sebagai salah satu prioritas
dari merdeka belajar melalui pengembangan
platform pendidikan nasional berbasis teknologi
dan pembangunan infrastruktur kelas atau
sekolah masa depan.”
Mendikbud, Nadiem Makarim
19. Gerusan zaman di era milenial bukanlah hambatan dalam
mendidik generasi penerus bangsa. Kecanggihan teknologi justru
menjadi media bagi praktisi dan lembaga pendidikan dalam
menyiapkan generasi masa depan.
20. Pendidikan menjawab tantangan zaman sehingga bisa
melahirkan anak-anak yang dapat beradaptasi dengan
perkembangan zaman (pengetahuan dan teknologi), sekaligus
tetap menjaga nilai-nilai moral yang luhur di masyarakat.
21. Lorem ipsum dolor sit amet
consectetur adipisicing elit sed
do eiusmod tempor incididunt ut
labore et dolore magna aliqua.
22. TETAPI MENDIDIK GENERASI YANG LITERAT DAN
BERKARAKTER ITU JAUH LEBIH PENTING!
LITERASI DIGITAL ITU PENTING
23. Petik cabai, jangan lupa tomat
Hati-hati sama ulat gatal
Teruslah belajar, tebar manfaat
Jadilah pintar di era digital
Cendrawasih burung irian
Terimakasih cukup sekian!
Matur Tengkyu
atas segenap perhatian