SlideShare a Scribd company logo
TEKNIK REPARASI TERTUTUP: DESAIN PERMUKAAN YANG
INOVATIF UNTUK REPARASI BASIS GIGI TIRUAN
POLYMETHYLMETHACRYLATE
Diterjemahkan dari :
Mohammed M, Ahmed Rahoma, Zahid A. Khan, Ahmad M. Al-Thobity, Reem
Abualsaud, Nora Alkaltham, Sultan Akhtar, Ijlal Shahrukh Ateeq, Fahad A. Al-Harbi.
Closed Repair Technique: Innovative Surface Design for Polymethylmethacrylate
Denture Base Repair. J of Prosthodontics 2021: 1–9.
Selasa, 19 Juli 2022
Dosen Pembimbing : Mahasiswa :
Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros (K) 1. Fauziyah Hasibuan (210631026)
NIP. 198009242005012003 2. Deya Rahmdhany (210631019)
3. Siti Khumairah Azzahra (210631059)
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
Abstrak
Tujuan : Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kekuatan reparasi dari teknik reparasi
yang baru diperkenalkan yang melibatkan lebar reparasi celah nol.
Bahan dan metode : Sebanyak 36 sampel prisma segi empat dengan ukuran
64×10×3,3 mm dibuat dari resin akrilik polimerisasi panas. Sembilan spesimen tetap
utuh. Spesimen lainnya dipotong menjadi dua bagian dan dimodifikasi untuk membuat
celah reparasi dengan kemiringan 2,5 mm (2,5B) sebagai kontrol, kemiringan 0 mm
(ZB), dan kemiringan terbalik 0 mm (ZIBB). Kelompok ZIBB disiapkan dengan alur
internal berbentuk V di kedua bagian (terowongan reparasi), sedangkan permukaan
intaglio dan cameo tetap utuh kecuali dua lubang kecil di permukaan cameo untuk
injeksi resin reparasi. Kelompok 2.5B dan ZB diperbaiki secara konvensional
sedangkan kelompok ZIBB diperbaiki dengan menyuntikkan resin reparasi ke dalam
terowongan melalui salah satu lubang sampai kelebihan material mengalir dari lubang
lainnya. Spesimen yang diperbaiki disiklus secara termal pada 5 dan 55°C selama
10.000 siklus dengan waktu tinggal 1 menit. Uji tekuk 3 titik dilakukan dengan
menggunakan mesin uji universal untuk pengukuran kekuatan lentur dan modulus
elastisitas. Uji Kruskal-Wallis/Mann-Whitney dan uji ANOVA/post hoc Tukey
diterapkan untuk analisis data (α =0,05).
Hasil : Kekuatan lentur spesimen yang diperbaiki secara substansial lebih rendah
daripada spesimen utuh, dan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang
diperbaiki (p˂ 0,05). ZB dan ZIBB memiliki kekuatan lentur yang lebih tinggi (p˂
0,001 dan modulus elastisitas (p˂ 0,05) dari 2,5B. Diantara kelompok ZB dan ZIBB,
ZB menunjukkan kekuatan lentur tertinggi, dan ZIBB memiliki modulus elastisitas
tertinggi.
Kesimpulan : Teknik reparasi tertutup meningkatkan kekuatan lentur dan modulus
elastisitas basis gigi tiruan akrilik reparasi.
Kata kunci : resin akrilik; reparasi gigi palsu; kekuatan lentur; memperbaiki desain
permukaan; teknik reparasi.
Pendahuluan
Fraktur berulang pada resin
basis gigi tiruan berbahan
polymethylmethacrylate (PMMA)
adalah masalah umum pada dokter gigi
dan pasien yang merugikan karena
banyak menghabiskan waktu, adanya
biaya tambahan, dan upaya untuk
reparasi.1
Basis gigi tiruan rahang atas
sering mengalami fleksi karena tekanan
oklusal sehingga dapat menyebabkan
fraktur garis tengah.2
Selain itu, resin
basis gigi tiruan umumnya didukung
oleh alveolar ridge dengan tulang yang
tidak rata sebagai akibat dari pola
resorpsi tulang yang berbeda.3
Oleh
karena itu, bahan dasar gigi tiruan harus
memiliki kekuatan lentur dan modulus
elastisitas yang cukup untuk mencegah
fraktur pada protesa.2,4
Jika ditemukan gigi tiruan yang
retak, maka prosedur reparasi dapat
dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Bahan reparasi gigi tiruan
yang dapat diterima harus dapat
mengembalikan kekuatan basis gigi
tiruan dan meniru warnanya. Beberapa
penelitian telah menilai berbagai bahan
reparasi, perawatan permukaan, teknik
penguatan, dan desain permukaan
reparasi untuk memperkuat tempat
reparasi dan mencegah fraktur pada
basis gigi tiruan.5,6
Desain atau jarak
antarmuka reparasi, selain faktor
penting lainnya, mempengaruhi sifat
mekanik keseluruhan dari struktur yang
diperbaiki.5,7
Pentingnya desain permukaan
reparasi berasal dari efeknya yang
terbukti pada kekuatan ikatan.
Permukaan reparasi dapat dirancang
dalam bentuk butt, dengan kemiringan
45°, rabbet, atau sendi bulat.5,8
Sambungan bevel menunjukkan sifat
mekanik yang paling disukai selain
kesederhanaan aplikasi.5
Selanjutnya,
kemiringan 45° meningkatkan area
ikatan antarmuka dan menjaga
tegangan antarmuka sebagai tegangan
geser daripada tegangan tarik.6
Jenis
kegagalan yang terjadi dengan desain
bevel biasanya adalah kegagalan
kohesif, yang menunjukkan
peningkatan kekuatan lentur (FS).8,9
Selain itu, kegagalan perekat terjadi
terutama pada desain sambungan butt,
yang menunjukkan kurangnya daya
rekat. Mode kegagalan ini dapat
dikaitkan dengan luas permukaan
bawah yang disediakan oleh
sambungan butt dan akibatnya FS yang
lebih rendah.10
Prosedur reparasi dari
prostesis yang rusak dimulai dengan
membuat ruang di lokasi fraktur
dimana bahan reparasi dikemas. Jumlah
material reparasi ditentukan
berdasarkan ukuran celah reparasi yang
dibuat. Akibatnya, kekuatan bahan
reparasi terpengaruh.11
Sebagian besar
penelitian telah menilai pengaruh bahan
penguat dalam resin reparasi, desain
permukaan reparasi dan metode
perawatan permukaan.5
Meskipun
berbagai celah (1 mm dan 10 mm)5,6
telah diuji, rekomendasi konklusif
untuk celah dengan kekuatan reparasi
terbaik belum ditemukan. Baru-baru
ini, Gad dkk7
mempelajari pengaruh
lebar celah reparasi yang berbeda
antara 2,5-0 mm dan menyimpulkan
bahwa pengurangan lebar celah
reparasi menyebabkan peningkatan FS
dan kekuatan impak dari spesimen yang
diperbaiki. Desain celah reparasi
miring dengan lebar 0, 0,5, atau 1 mm
direkomendasikan untuk meningkatkan
kekuatan spesimen yang diperbaiki dan
mengatasi kelemahan resin akrilik
autopolimer.7
Mengurangi celah
reparasi menurunkan jumlah resin
akrilik autopolimerisasi yang
bersentuhan dengan jaringan dan
akhirnya mengurangi adhesi Candida
albicans dan insiden denture
stomatitis.12
Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi kekuatan reparasi
(diwakili oleh FS) dari teknik reparasi
baru yang menggunakan desain
permukaan reparasi yang
dikombinasikan dengan metode baru
aplikasi resin reparasi. Hipotesis nol
yang diuji adalah teknik reparasi baru
yang disarankan tidak akan
mempengaruhi kekuatan reparasi.
Bahan dan metode
Perhitungan ukuran sampel
dilakukan dengan menggunakan
analisis daya dan didasarkan pada hasil
penelitian sebelumnya.7
Untuk pangkat
80% dan taraf signifikansi 0,05,
sebanyak 36 spesimen (masing-masing
4 kelompok dengan 9 spesimen (n=9))
diperlukan untuk mendeteksi
perbedaan kekuatan lentur antara
desain reparasi gigi tiruan yang
berbeda. Oleh karena itu, menurut
standar ISO 20795-1:2008,1336
spesimen resin akrilik polimerisasi
panas prisma persegi panjang disiapkan
dengan ukuran akhir 64 ×10×3,3 mm.
Cetakan logam dipasang dengan ukuran
yang diperlukan dan kemudian di-wax
(Cavex Set Up wax; Cavex, Haarlem,
Belanda) untuk membuat spesimen lilin
yang ditanam secara konvensional pada
dental stone (Fujirock EP; GC Europe,
Leuven, Belgia) dalam termos logam.
Setelah batu mengeras dan lilin dilebur
untuk menciptakan ruang cetakan,
digunakan media pemisah (IsolMajor;
Major Prodotti Dentari SPA,
Moncalieri, Italia). Resin akrilik
polimerisasi panas (Major.base.20;
Major Prodotti Dentari SPA,
Moncalieri, Italia) dicampur sesuai
dengan rekomendasi pabrikan dan
dikemas pada tahap dough di bawah
tekanan. Spesimen dipolimerisasi
menggunakan protokol polimerisasi
panjang di unit curing termal (KaVo
Elektrotechnisches Werk GmbH,
Biberach, Jerman) dimana flask
direndam dalam air pada suhu kamar
kemudian diproses selama 8 jam pada
suhu 74°C, diikuti oleh 1 jam pada suhu
100°C. Setelah polimerisasi, flask
dipulihkan dan dibiarkan dingin hingga
suhu kamar sebelum deflasking.
Spesimen diambil dan diselesaikan
dengan menggunakan bur tungsten
carbide (HM 79GX-040 HP;
Meisinger, Neuss, Jerman) pada 18.000
rpm diikuti dengan ujung silikon
silinder halus (FINOPOL Polishers
64830; LABOSHOP GmbH).
Kemudian, spesimen dipoles
menggunakan mesin poles (Metaserv
250 grinder-polisher; Buehler GmbH)
dan kain poles (TexMet C10in, 42-
3210; Buehler GmbH) yang
dikombinasikan dengan 0,050-μm
suspensi (suspensi pemoles Master
Prep; Buehler GmbH) dalam kondisi
basah. Kaliper digital digunakan untuk
mengkonfirmasi dimensi spesimen, dan
spesimen yang telah selesai disimpan
dalam air suling pada suhu 37°C selama
48 jam. Sembilan spesimen tetap utuh
(sebagai kontrol negatif); digunakan
untuk membandingkan hasil kelompok
uji dengan nilai yang mewakili basis
gigi tiruan yang utuh. Sedangkan benda
uji secara acak dibagi menjadi tiga
kelompok sesuai dengan desain
permukaan reparasi (n=9): kontrol
positif (bevel 2,5 mm; 2,5B), bevel 0
mm (ZB), dan bibevel terbalik 0 mm
(ZIBB). Teknik 2,5 mm meniru teknik
reparasi konvensional basis gigi tiruan
yang retak; Ruang 2,5 mm dibuat untuk
bahan reparasi dan oleh karena itu
dianggap sebagai kontrol positif dalam
penelitian ini. Dalam kelompok ini,
masing-masing spesimen dipotong
menggunakan diamond disc (915D, HP
806 104 355 524, Meisienger, Neuss,
Jerman) dan ditandai pedoman untuk
membuat celah reparasi 2,5 mm dengan
permukaan reparasi bevel 45°. Setiap
bagian spesimen memiliki dimensi
30,75×10×3,3 mm pada permukaan
intaglio dan 27,45×10×3,3 mm pada
permukaan cameo (Gambar 1). Untuk
kelompok ZB, setelah membagi
spesimen menjadi dua bagian yang
sama, ujung bagian dalam dari dua
bagian dimiringkan ke arah permukaan
cameo pada 45°, memastikan panjang
spesimen asli di sisi intaglio. Bagian
yang disiapkan dalam kelompok ZB
memiliki dimensi 32×10×3,3 mm pada
permukaan intaglio dan 28,7×10×3,3
mm pada permukaan cameo (Gambar
1). Untuk kelompok ZIBB, setiap
bagian spesimen memiliki dimensi
32×10×3,3 mm di kedua sisi (intaglio
dan cameo) dengan alur bi-beveled
groove (dengan area terdalam 1,65 mm
di tengah) di sepanjang garis melintang
di dalam sisi reparasi (Gambar 1). Dua
garis ditandai pada permukaan intaglio
dan cameo dari spesimen agar ujung-
ujung ini tetap utuh. Bentuk V sedalam
1,65 mm ditandai pada sisi medial
setiap bagian spesimen yang akan
dibuat alur. Sebuah diamond disc
digunakan untuk memotong sepanjang
tanda bentuk-V dengan area terdalam
mengarah ke lateral. Gambar 1
menunjukkan perbedaan antara
spesimen dari semua kelompok, di
mana 2.5B dan ZB mewakili teknik
reparasi konvensional terbuka,
sedangkan ZIBB mewakili teknik
reparasi tertutup yang baru. Untuk
prosedur reparasi, cetakan silikon dari
spesimen utuh dibuat. Dengan ukuran
internal 64×10 ×3,3 mm dan digunakan
untuk standarisasi proses reparasi.
Setiap pasangan spesimen dirakit dalam
cetakan dengan mempertahankan
panjang spesimen asli (64 mm) dan
celah reparasi yang diinginkan.
Spesimen diperbaiki dalam proses yang
serupa dengan yang digunakan untuk
memperbaiki basis gigi tiruan lengkap
yang retak. Permukaan reparasi setiap
bagian diperlakukan dengan metil
metakrilat monomer (Reparasi besar,
Major Prodotti Dentari SPA,
Moncalieri, Italia). Satu tetes monomer
diterapkan per permukaan/bagian
reparasi (total dua tetes per spesimen).
Monomer diaplikasikan menggunakan
sikat mikro dan digosok pada
permukaan reparasi dalam satu arah.
Periode jeda 180 detik dilakukan
sebelum memulai proses reparasi.14–17
Kemudian ditempatkan ke dalam
cetakan silikon dan diperbaiki,
menciptakan celah reparasi 2,5 mm
untuk 2.5B dan 0 mm untuk ZB di
permukaan intaglio, sementara ZIBB
memiliki celah reparasi 0 mm di kedua
permukaan (intaglio dan cameo). Untuk
grup 2.5B dan ZB, bahan reparasi
akrilik autopolimerisasi (Reparasi
besar, Major Prodotti Dentari SPA,
Moncalieri, Italia) dicampur sesuai
dengan rekomendasi pabrikan dan
dikemas ke dalam area reparasi di
dalam cetakan
Gambar 1 Diagram ilustrasi yang menunjukkan dimensi spesimen; tampak samping
dan tampak atas miring.
Gambar 2 menunjukkan
langkah-langkah prosedur reparasi
untuk ZIBB, di mana permukaan cameo
dan intaglio masih utuh. Dua lubang
(ventilasi), dengan diameter 2 mm dan
jarak 3 mm satu sama lain, dibor di
permukaan cameo pada garis
penyambungan antara bagian yang
dirakit menggunakan bur akrilik (HM
460FR 023, Meisinger USA,
Centennial, CO). Resin reparasi
campuran (10 g bubuk hingga 7 mL
cairan) disuntikkan melalui salah satu
lubang menggunakan jarum suntik
bertingkat sampai alur melintang terisi
dan bahan reparasi berlebih diekstrusi
dari lubang lainnya (Gambar 2). Alur
reparasi diterima∼0,05 mL resin
reparasi. Jumlah resin reparasi yang
sedikit lebih besar dimasukkan ke
dalam spuit bertingkat untuk
memastikan jumlah yang cukup untuk
alur reparasi. Resin reparasi
disuntikkan ke dalam alur reparasi
melalui salah satu dari 2 lubang selama
5 detik. Injeksi resin reparasi dilakukan
setelah 40 detik pencampuran
berdasarkan studi percontohan untuk
menentukan selang waktu terbaik
setelah pencampuran dan sebelum
pengaturan akrilik.
Pada usia 40-an, campuran
masih cukup encer untuk dimasukkan
ke dalam spuit, disuntikkan ke dalam
alur reparasi, dan kelebihannya
mengalir dari lubang kedua. Untuk
menyelesaikan proses polimerisasi
semua spesimen yang diperbaiki dalam
kondisi yang mensimulasikan reparasi
laboratorium yang sebenarnya
prosedur, spesimen yang diperbaiki
ditempatkan dalam bejana tekan selama
15 menit pada tekanan 2 bar dan 40°
C.18
Setelah polimerisasi lengkap,
spesimen yang diambil selesai, di mana
resin berlebih dihilangkan
menggunakan bur tungsten carbide dan
kemudian dipoles menggunakan kertas
silikon karbida dengan urutan sebagai
berikut: 200, 400, dan 600 grit, diikuti
oleh pemolesan akhir menggunakan
sikat berbulu lembut dan halus.
campuran batu apung/air. Sebuah
caliper digital digunakan untuk
mengevaluasi dimensi spesimen
diperbaiki. Spesimen yang disetujui
disimpan dalam air suling pada suhu
37° C selama 48 jam19
untuk
memungkinkan pertukaran monomer
air/sisa.20
Setelah penyimpanan, semua
spesimen terkena tekanan termal dalam
mesin siklus termal (Thermocycler
THE-1100 – SD; Mechatronik GmbH,
Feldkirchen-Westerham, Jerman)
selama 10.000 siklus, antara 5 °C dan
55 °C dengan waktu diam 1 menit
waktu di setiap suhu. Uji tekuk tiga titik
dilakukan untuk mengukur FS
spesimen yang diperbaiki
menggunakan mesin uji universal
(Electropuls E3000, Instron, High
Wycombe, UK). Setiap spesimen
ditempatkan secara horizontal pada dua
penyangga vertikal terpisah 50 mm, dan
beban diterapkan di tengah sisi intaglio
dengan kecepatan crosshead 5
mm/menit sampai spesimen patah, dan
beban patah (N) dicatat. Perhitungan
nilai FS untuk setiap spesimen
dilakukan dengan menggunakan
rumus:
FS=3L/2bh2
dimana FS adalah kuat lentur (MPa), W
adalah beban pada saat patah (N), L
adalah jarak antara dua tumpuan, b
adalah lebar benda uji (mm), dan h
adalah tebal (mm).21,22
Hasil uji FS
digunakan untuk menghitung modulus
elastisitas menggunakan rumus 2,13
E=FL3/4bh3d
dimana E adalah modulus elastisitas
(MPa), F adalah beban (N) pada titik
nyaman (p) pada garis lurus kurva
tarik/deformasi (deformasi elastis), L
adalah jarak antara dua tumpuan, b
adalah lebar benda uji, h adalah tebal
benda uji, dan d adalah defleksi di titik
(p). Setelah pengujian FS, lokasi fraktur
dan area reparasi dinilai menggunakan
pemindaian mikroskop elektron (SEM)
(model TESCAN VEGA3 LM, Tescan
Orsay Holding, Kohoutovice, Republik
Ceko). SEM dioperasikan pada
tegangan percepatan menengah 20,0
kV.
Gambar 2 Langkah-langkah teknik reparasi dari persiapan hingga reparasi. (A)
Cakram berlian yang digunakan untuk persiapan permukaan reparasi; (B) spesimen
yang disiapkan dengan bi-bevel terbalik (tampak samping); (C) pasangan spesimen
rakitan dalam cetakan reparasi dengan celah nol (tampak atas); (D) bur akrilik
digunakan untuk preparasi lubang; (E) pasangan spesimen yang dirakit dalam cetakan
reparasi dengan celah nol dan lubang yang disiapkan; (F) resin reparasi; (G) jarum
suntik suntik; (H) spesimen yang diperbaiki dengan kelebihan akrilik mengalir dari
satu lubang; (I) spesimen yang diperbaiki dengan kontur salah satu lubang injeksi
setelah finishing dan penghilangan akrilik berlebih.
Untuk akuisisi gambar yang
lebih baik, spesimen dilapisi emas
menggunakan mesin pelapis sputter
(Quorum, Q150R, East Sussex, UK)
untuk mengurangi efek pengisian.
Protokol rinci persiapan SEM
disediakan di tempat lain.7,23
Mikrograf
yang ditangkap direkam pada
perbesaran yang berbeda untuk
mengevaluasi fitur permukaan yang
penting dan menentukan jenis
kegagalan. Gambar permukaan rekahan
spesimen utuh dan yang diperbaiki
ditampilkan pada perbesaran
representatif 500× (Gambar 3).
Tampak samping spesimen di area
reparasi disajikan pada dua perbesaran
(200×dan 500×) (Gambar 4 dan 5).
Sifat kegagalan dinilai berdasarkan
persentase bahan reparasi yang melekat
pada permukaan bahan dasar gigi tiruan
Gambar 3 Gambar SEM dari permukaan yang retak pada 500×. (A) utuh; (B)
kemiringan 2,5 mm (2,5B); (C) kemiringan 0 mm (ZB); (D) Bi-bevel terbalik 0 mm
(ZIBB).
Gambar 4 Gambar SEM menunjukkan tampilan samping pada antarmuka reparasi -
resin. (A) kemiringan 0 mm (ZB) pada 250×; (B) 0-mm terbalik bi-bevel (ZIBB) pada
200×.
Gambar 5 Gambar SEM menunjukkan tampilan samping dari grup bi-bevel terbalik
(ZIBB) 0 mm. (A) Garis merah muda yang membatasi bentuk-V bi-bevel terbalik yang
diperbaiki pada 50×; (B) garis merah yang membatasi antarmuka reparasi -resin pada
200×; (C) garis kuning yang membatasi antarmuka reparasi -resin di area terdalam dari
bi-bevel terbalik pada 200×.
Sifat kegagalan didefinisikan
sebagai perekat ketika kegagalan terjadi
pada antarmuka atau memiliki hingga
25% bahan reparasi yang
dipertahankan, kohesif ketika
kegagalan terjadi karena fraktur bahan
dasar, resin reparasi dengan lebih dari
75% bahan yang melekat, atau
campuran, yang meliputi kegagalan
perekat dan kohesif dengan 25% hingga
75% bahan reparasi yang melekat.18
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan software Statistical
Package for Social Science (SPSS,
versi 22. Inc., Chicago, IL). Normalitas
data diperiksa menggunakan uji
Shapiro-Wilk dan histogram.
Perbedaan rata-rata diuji melalui uji
ANOVA atau Kruskal-Wallis, dan
beberapa perbandingan dilakukan
menggunakan uji post hoc Tukey dan
uji Mann-Whitney U (koreksi
Bonferroni) tergantung pada hasil uji
normalitas.
Hasil
Untuk FS, ANOVA satu arah
digunakan untuk menguji signifikansi
keseluruhan untuk semua kelompok
yang diuji. Secara keseluruhan FS
menunjukkan perbedaan yang
signifikan (p <0,001 di antara
kelompok (Tabel 1).
Tabel 1 Uji ANOVA untuk kekuatan lentur
Jumlah
Kuadrat
df Rata-rata F Sig.
Antar
kelompok
1758.855
3
586.285
175.849
<0,001∗
Di dalam
kelompok
106.689
32 3.334
Total 1865.544 35
∗Signifikan secara statistik padaα = 0,05.
Uji perbandingan ganda post
hoc Tukey mengungkapkan bahwa
dibandingkan dengan kelompok utuh,
FS menurun secara signifikan pada
semua kelompok yang diperbaiki (p˂
0,001). Di antara kelompok yang
diperbaiki, nilai FS yang secara
signifikan lebih tinggi tercatat untuk
ZB dan ZIBB daripada untuk kelompok
2.5B (p˂ 0,001). Selain itu, hasil
penelitian menunjukkan bahwa
kelompok ZIBB memiliki nilai FS yang
lebih rendah daripada kelompok ZB
(p= 0,001). Kelompok 2.5B
menunjukkan nilai FS terendah (66,03±
2,19 MPa) berbeda dengan kelompok
ZB yang memiliki nilai FS tertinggi
(76,59±1,77 MPa), (Tabel 2).
Tabel 2 Rata-rata dan simpangan baku (SD) kekuatan lentur (MPa) antar kelompok
Kelompok Mean ± SD (MPa)
95% Confidence interval untuk mean
Batas bawah Batas atas
Intact
85.40±1,54 84.21 86.58
2.5B 66.03±2.19 64.35 67.71
ZB 76.59±1.77 75.23 77,95
ZIBB 72.87±1.74 71,53 74.20
Uji post hoc Tukey menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara semua
kelompok pada tingkat signifikansi 0,05. (2.5B) kontrol/kelompok miring 2,5 mm,
(ZB) grup miring 0 mm, dan (ZIBB) grup miring dua terbalik 0 mm.
Untuk modulus elastisitas, uji
Kruskal-Wallis dilakukan untuk
menguji signifikansi keseluruhan, dan
perbedaan yang signifikan dicatat
antara kelompok (p <0,001). Uji Mann-
Whitney U digunakan untuk memeriksa
perbedaan antarkelompok. Modulus
elastisitas untuk kelompok utuh
(3031,25±95,59 MPa) tertinggi di
antara semua kelompok dan berbeda
nyata dengan ZB (p <0,001 dan 2.5B (p
<0,001) kelompok. Tidak ada
perbedaan signifikan yang terdeteksi
antara kelompok utuh dan kelompok
ZIBB (p=0,094). Di antara kelompok
yang diperbaiki, ada perbedaan yang
signifikan dalam modulus elastisitas
antara 2.5B/ZB (p˂ 0,001) dan
2.5B/ZIBB (p=0,001) kelompok. Itu
modulus elastisitas tertinggi dan
terendah di antara kelompok yang
diperbaiki dicatat dengan ZIBB
(2834,77±162,53 MPa) dan 2.5B
(2261.60±141,21 MPa), masing-
masing (Tabel 3). Berkenaan dengan
sifat kegagalan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6, kelompok
reparasi konvensional (2.5B)
menunjukkan jenis kegagalan perekat
yang dominan, sedangkan kelompok
ZB menunjukkan distribusi yang sama
dari tiga jenis kegagalan.
Tabel 3 Rata-rata, standar deviasi (SD), dan signifikansi statistik antar kelompok untuk
modulus elastisitas (MPa)
Kelompok Mean ± SD (MPa)
95% Confidence interval untuk mean
Batas bawah Batas atas
Intact 3031.25±95.59 2957.77 3104.72
2.5B
2261.60±141.21 2153.06 2370.14
ZB
2708.60±139.68 2601.24 2815,97
ZIBB 2834.77±162,53 2709.83 2959.70
Huruf superskrip yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata antar kelompok
secara vertikal pada taraf signifikansi 0,05. Uji Mann-Whitney U digunakan. (2.5B)
kontrol/kelompok miring 2,5 mm, (ZB) grup miring 0 mm, dan (ZIBB) grup miring
dua terbalik 0 mm.
ZIBB menunjukkan jenis
kegagalan yang sangat berbeda, dengan
dominasi kegagalan kohesif diikuti oleh
kegagalan campuran dan tidak adanya
kegagalan jenis perekat sama sekali.
Gambar SEM representatif dipilih
untuk permukaan yang retak (utuh,
2.5B, ZB, dan ZIBB; Gambar 3) dan
area reparasi (Gambar 4). Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3, gambar
SEM dari situs fraktur menampilkan
permukaan kasar dengan variasi
lamellar ketebalan dan pembentukan
langkah. Untuk utuh (Gambar 3A), ZB
(Gambar 3C), dan ZIBB (Gambar 3D),
spesimen menunjukkan topografi
permukaan yang hampir sama dengan
struktur seperti serpihan dan distribusi
lamela yang seragam, yang mewakili
fraktur ulet.
Gambar 6 Sifat kegagalan spesimen
yang diperbaiki.
Topografi permukaan dari
kelompok reparasi konvensional (2.5B)
menunjukkan sedikit perubahan pada
fitur permukaan yang dicirikan oleh
lamela yang lebih tipis, rongga, dan
lekukan yang dangkal, yang
menunjukkan jenis kegagalan patahan
sedang hingga getas (Gambar 3B).
Selanjutnya, permukaan benda uji 2.5B
menunjukkan tingkat kekasaran lokal
yang lebih tinggi dibandingkan benda
uji lainnya.
Tampak samping spesimen ZB
dan ZIBB di lokasi fraktur
menunjukkan antarmuka resin/ reparasi
yang jelas dan ikatan yang jelas di
sepanjang antarmuka ini dengan rongga
kecil di badan resin reparasi (Gambar
4), seperti yang disorot oleh panah.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar
5A, ZIBB ditandai. Area yang ditandai
dengan bujur sangkar putusputus
selanjutnya diperbesar untuk informasi
rinci (Gambar 5B dan 5C). Gambar
yang diperbesar (Gambar 5B)
menunjukkan antarmuka resin/ reparasi
dengan material yang diperbaiki di sisi
kiri gambar, dan area terdalam dari alur
reparasi diidentifikasi dengan garis
kuning solid (Gambar 5C).
Diskusi
Resin autopolimerisasi
umumnya digunakan untuk reparasi
basis gigi tiruan. Namun, karena
kekuatan mekaniknya yang buruk,
ketidakcocokan warna, penyusutan
polimerisasi, dan sifat permukaan yang
buruk, termasuk kekasaran yang tinggi
dan kekerasan yang rendah, area
reparasi dapat dengan mudah ternoda
dan meningkat Candida albicans
adhesi.5,12,24,25
Untuk mengatasi
kelemahan ini, disarankan untuk
mengurangi jumlah resin reparasi yang
terpapar pada lingkungan mulut.7
Untuk mencapai tujuan ini, penelitian
ini memperkenalkan teknik reparasi
baru yang mengurangi jumlah resin
reparasi dan memungkinkan proses
polimerisasi berlangsung di lingkungan
tertutup. Berdasarkan hasil penelitian
ini, FS benda uji yang diperbaiki
dengan bevel 0 mm dan teknik reparasi
baru (bi-bevel terbalik 0 mm)
meningkat dibandingkan dengan teknik
reparasi konvensional. Oleh karena itu,
hipotesis nol ditolak. Perlakuan
permukaan kimia melalui aplikasi
monomer metil metakrilat (MMA)
selama 180 detik pada permukaan
reparasi basah dapat mempengaruhi
kekuatan reparasi. Proses ini
memodifikasi morfologi dan sifat kimia
dari permukaan yang dirawat, yang
mengarah pada peningkatan
adhesi.5,10,18
Karena peningkatan
kekuatan reparasi yang dilaporkan
setelah reparasi kemiringan permukaan
pada 45° dengan aplikasi MMA,teknik
ini digunakan untuk semua spesimen
untuk tujuan standarisasi. Selain itu,
untuk meniru perubahan suhu mulut,
siklus termal digunakan untuk semua
kelompok selama 10.000 siklus yang
mensimulasikan penggunaan klinis 1
tahun.26
Perubahan suhu intraoral dan
adanya cairan dapat meningkatkan
penyerapan air resin akrilik.21,27
Di
antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan reparasi
adalah luas permukaan reparasi,7
dan
jumlah (volume) resin reparasi.28
Dalam studi ini, baik luas permukaan,
dan volume spesimen yang diperbaiki
dihitung secara matematis untuk
mengungkapkan bahwa semua
kelompok yang diperbaiki memiliki
luas permukaan yang sama pada
antarmuka reparasi /resin tetapi dengan
volume resin reparasi yang berbeda.
Volume resin reparasi dalam teknik
reparasi konvensional (2,5B) adalah
yang tertinggi, diikuti oleh ZB,
sedangkan ZIBB memiliki volume
terendah, yaitu setengah dari grup ZB.
reparasi beveling permukaan
meningkatkan kekuatan dan teknik ZB
menghasilkan pengurangan jumlah
resin reparasi di satu sisi (permukaan
intaglio), mengatasi kekurangannya di
sisi ini. Pada permukaan cameo, resin
reparasi terbuka karena kemiringan luar
45° dari permukaan reparasi. Dari titik
ini, teknik ZIBB menghasilkan
spesimen yang diperbaiki dengan celah
nol pada permukaan intaglio dan
cameo, melebihi kelemahan teknik ZB.
Keuntungan lain dari teknik ZIBB
adalah polimerisasi bahan reparasi
dalam terowongan tertutup jauh dari
udara. Teknik ini memberikan dua
keuntungan utama. Pertama, ini
membantu menghindari pembentukan
lapisan penghambat oksigen, yang
dihasilkan dari kontak antara inisiator
polimer dan oksigen di atmosfer.29
Kedua, mengakibatkan tidak adanya
permukaan bebas (unbounded) yang
meningkatkan rasio luas permukaan
terikat terhadap luas permukaan tidak
terikat (C-factor),30
menyebabkan
penurunan kapasitas aliran dan
perkembangan tingkat tegangan susut
yang lebih tinggi,30
yang memainkan
peran penting dalam kekuatan reparasi
akhir di grup ZIBB. Meskipun efek ini
mungkin sedikit karena jumlah resin
reparasi yang minimal, hal itu mungkin
menyebabkan FS yang lebih rendah di
ZIBB dibandingkan dengan ZB.
Selanjutnya, beban yang diterapkan
bekerja secara berbeda pada dua bidang
teknik ZIBB karena orientasi yang
berlawanan (satu bidang di bawah
tegangan tekan dan yang lainnya di
bawah tegangan tarik) berbeda dengan
bevel tunggal di mana beban diterapkan
dalam satu arah di sepanjang bidang
miring. permukaan, menghasilkan
tegangan tarik (Gambar 7).
Gambar 7 Diagram bergambar untuk bidang patahan dari berbagai teknik reparasi.
Gambar atas menunjukkan grup ZB (0-mm bevel), dan gambar bawah menunjukkan
grup ZIBB (0-mm inverse bi-bevel).
Selain manfaat yang disebutkan
di atas, penerapan persiapan alur,
ketersediaan resin reparasi berair,
pelestarian hubungan asli antara bagian
yang retak selama reparasi di mana tepi
luar dari situs fraktur tidak disiapkan
dan oleh karena itu digunakan sebagai
panduan selama pemasangan kembali,
dan menjanjikan kekuatan teknik ZIBB
membuatnya menjadi teknik yang
sangat menguntungkan dibandingkan
dengan yang lain. Sifat kegagalan
merupakan indikator kekuatan reparasi.
Kegagalan perekat dihasilkan dari
kekuatan ikatan yang lebih lemah pada
antarmuka reparasi, kegagalan kohesif
dihasilkan dari bahan reparasi yang
lebih lemah, dan fraktur campuran
menunjukkan kekuatan reparasi yang
baik.5,18
Menurut temuan penelitian ini,
FS meningkat pada kelompok ZB dan
ZIBB dibandingkan dengan kelompok
2.5B. Pada kelompok 2.5B, spesimen
yang retak menunjukkan kegagalan
adhesif dan kohesif, menunjukkan
ikatan yang buruk pada antarmuka
reparasi.18,31
dan bahan reparasi yang
lemah.5,23,32
Oleh karena itu, ketika
jumlah resin reparasi berkurang,
kekuatannya meningkat, seperti yang
diamati dengan kelompok ZB, yang
menunjukkan distribusi yang setara dari
tiga jenis kegagalan. Temuan ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang
melaporkan peningkatan kekuatan
reparasi karena celah reparasi berkisar
antara 0,5 dan 0,0 mm.7
Untuk
kelompok ZIBB, kegagalan didominasi
oleh jenis kohesif kemudian campuran
dengan tidak adanya kegagalan perekat,
yang menambahkan keuntungan ekstra
untuk teknik ini. Oleh karena itu,
fraktur campuran muncul di tepi situs
reparasi, yang mungkin terkait dengan
tepi tipis di kedua permukaan. Modulus
elastisitas yang relatif rendah membuat
PMMA berisiko patah di mulut.
Berdasarkan hasil penelitian ini, benda
uji utuh menunjukkan modulus
elastisitas tertinggi, sedangkan
kelompok 2.5B menunjukkan nilai
terendah. ZB dan ZIBB telah
meningkatkan modulus elastisitas dan
menunjukkan deformasi elastis yang
lebih rendah dari 2.5B. Temuan ini
mungkin hasil dari jumlah resin
reparasi yang lebih rendah dan
perkiraan tepi reparasi yang dekat pada
permukaan intaglio. Dengan demikian,
kelemahan resin reparasi
terpolimerisasi otomatis dapat
diminimalkan. Selain itu, desain
permukaan reparasi ZIBB berperan
dalam peningkatan modulus elastisitas
di mana kedua permukaan (intaglio dan
cameo) terlihat utuh. Meskipun
modulus elastisitas ZIBB lebih dekat
dengan spesimen utuh, tidak ada
perbedaan signifikan yang dilaporkan
antara itu dan ZB.13
Dalam kondisi
termal, ZB dan ZIBB ditemukan
sebagai teknik yang menjanjikan untuk
reparasi gigi tiruan dengan kinerja
mekanik yang tinggi. Selain
kemudahan aplikasi klinis, ZB
memiliki FS superior yang melebihi
kelompok ZIBB dan oleh karena itu
mungkin direkomendasikan terlebih
dahulu. Satu-satunya kelemahan dari
Teknik ZB adalah sejumlah besar resin
reparasi yang terbuka di permukaan
cameo. Namun, kerugian dari resin
reparasi yang terbuka dapat diatasi
dengan aplikasi lapisan pelindung,33
yang direkomendasikan untuk
penelitian selanjutnya. Teknik ZIBB
baru yang digunakan dalam penelitian
ini juga direkomendasikan sebagai
teknik reparasi karena kekuatan yang
cukup, estetika yang tinggi dan
kemiripan warna asli dari basis gigi
tiruan dimana spesimen yang diperbaiki
muncul secara klinis sebagai spesimen
utuh, preparasi area reparasi yang
sederhana dan pemasangan kembali
yang akurat. bagian yang retak
dibandingkan dengan teknik reparasi
gigi tiruan konvensional. Ini adalah
studi utama tentang teknik reparasi.
Hanya satu resin reparasi dan satu basis
gigi tiruan yang digunakan, yang
merupakan keterbatasan penelitian ini.
Meskipun spesimen mengalami siklus
termal, kondisi pengujian tidak
sepenuhnya mensimulasikan
lingkungan mulut, dan konfigurasi
spesimen tidak meniru gigi palsu asli.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan
manfaat penuh dari teknik ini,
perawatan permukaan reparasi yang
berbeda, berbagai bahan reparasi
dengan viskositas dan penguatan yang
berbeda, modifikasi terowongan
reparasi, polimerisasi di bawah tekanan
dan faktor lain yang mensimulasikan
lingkungan mulut dan dapat
mempengaruhi kekuatan reparasi
direkomendasikan untuk lebih lanjut.
investigasi.
Kesimpulan
Kesimpulannya, teknik reparasi
0-mm bevel (ZB) dan 0-mm inverse
bibeveled (ZIBB) meningkatkan FS
dan modulus elastisitas resin basis gigi
tiruan akrilik yang diperbaiki. Bevel 0-
mm (ZB) dapat digunakan sebagai
teknik reparasi yang menjanjikan,
sedangkan novel Teknik 0-mm inverse
bi-beveled (ZIBB) memerlukan
penyelidikan lebih lanjut sebelum
rekomendasi penuh untuk aplikasi
klinis.
Ucapan terima kasih
Penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Roberto
Caravana atas bantuannya dalam
pengujian laboratorium terhadap
spesimen.
Daftar Pustaka
1. Gad M, ArRejaie AS, Abdel-Halim
MS, et al: The reinforcement effect of
nano-zirconia on the transverse strength
of repaired acrylic denture base. Int J
Dent 2016;2016:7094056
2. Gad MM, Fouda SM, ArRejaie AS,
et al: Comparative effect of different
polymerization techniques on the
flexural and surface properties of
acrylic denture bases. J Prosthodont
2019;28:458-465
3. Diaz-Arnold AM, Vargas MA,
Shaull KL, et al: Flexural and fatigue
strengths of denture base resin. J
Prosthet Dent 2008;100:47-51
4. McCabe JF, Walls AG. Applied
Dental Materials (ed 8). Oxford,
Blackwell Science, 1998, 97
5. Seó RS, Neppelenbroek KH, Filho
JN: Factors affecting the strength of
denture repairs. J Prosthodont
2007;16:302-310
6. Gad MM, Rahoma A, Al-Thobity
AM, et al: Influence of incorporation of
ZrO2 nanoparticles on the repair
strength of polymethyl methacrylate
denture bases. Int J Nanomedicine
2016;11:5633-5643
7. Gad MM, Rahoma A, Abualsaud R,
et al: Effect of repair gap width on the
strength of denture repair: an in vitro
comparative study. J Prosthodont
2019;28:684-691
8. Ward JE, Moon PC, Levine RA, et
al: Effect of repair surface design,
repair material, and processing method
on the transverse strength of repaired
acrylic denture resin. J Prosthet Dent
1992;67:815-820
9. Hanna EA, Shah FK, Gebreel AA:
Effect of joint surface contours on the
transverse and impact strength of
denture base resin repaired by various
methods: an in vitro study. J Am Sci
2010;6:115-125
10. Sarac YS, Sarac D, Kulunk T, et al:
The effect of chemical surface
treatments of different denture base
resins on the shear bond strength of
denture repair. J Prosthet Dent
2005;94:259-566
11. Rached RN, Powers JM, Del B, et
al. : Repair strength of auto
polymerizing, microwave, and
conventional heat polymerized acrylic
resins. J Prosthet Dent 2004;92:79-82
12. Gad MM, Al-Thobity AM, Shahin
SY, et al: Inhibitory effect of zirconium
oxide nanoparticles on Candida
albicans adhesion to repaired
polymethyl methacrylate denture bases
and interim removable prostheses: a
new approach for denture stomatitis
prevention. Int J Nanomed
2017;28:5409-5419
13. International Organization for
Standardization 2008 Dentistry–Base
polymers–Denture base polymers. ISO
20795-1:2008, Geneve
14. Barbosa DB, Monteiro DR, Barão
VAR, et al: Effect of monomer
treatment and polymerisation methods
on the bond strength of resin teeth to
denture base material. Gerodontology
2009;26:225-231
15. Pereira Rde P, Delfino CS,
Butignon LE, et al: Influence of surface
treatments on the flexural strength of
denture base repair. Gerodontology
2012;29:234-238
16. Vallittu PK, Lassila VP,
Lappalainen R: Wetting the repair
surface with methyl methacrylate
affects the transverse strength of
repaired heat-polymerized resin. J
Prosthet Dent 1994;72:639-643
17. Bural C, Bayraktar G, Aydin I, et al:
Flexural properties of repaired heat-
polymerising acrylic resin after wetting
with monomer and acetone.
Gerodontology 2010;27: 217-223
18. Minami H, Suzuki S, Minesaki Y,
et al: In vitro evaluation of the influence
of repairing condition of denture base
resin on the bonding of
autopolymerizing resins. J Prosthet
Dent 2004;91:64-170
19. Çelebi N, Yüzügüllü B, Canay ¸ S,
et al: Effect of polymerization methods
on the residual monomer level of
acrylic resin denture base polymers.
Polym Adv Technol 2008;19:201-206
20. Marra J, De Souza RF, Barbosa DB,
et al: Evaluation of the bond strength of
denture base resins to acrylic resin
teeth: effect of thermocycling. J
Prosthodont 2009;18:438-443
21. Lin CT, Lee SY, Tsai TY, et al:
Degradation of repaired denture base
materials in simulated oral fluid. J Oral
Rehabil 2000;27:190-198
22. Abushowmi TH, AlZaher ZA,
Almaskin DF, et al: Comparative effect
of glass fiber and nano-filler addition
on denture repair strength. J
Prosthodont 2020;29:261-268
23. Gad MM, Rahoma A, Abualsaud R,
et al: Impact of different surface
treatments and repair material
reinforcement on the flexural strength
of repaired PMMA denture base
material. Dent Mater J 2020;39:471-
482
24. Bahrani F, Safari A, Vojdani M, et
al: Comparison of hardness and surface
roughness of two denture bases
polymerized by different methods.
World J Dent 2012;3:171-175
25. ¸Sahin C, Ergin A, Ayyildiz S, et al.
Evaluation of flexural strength and
Candida albicans adhesion of an
acrylic resin repaired with 4 different
resin materials. Clin Dent Res
2012;36:10-14
26. Gale MS, Darvell BW: Thermal
cycling procedures for laboratory
testing of dental restorations. J Dent
1999;27: 89-99
27. Minami H, Suzuki S, Minesaki Y,
et al: In vitro evaluation of the influence
of repairing condition of denture base
resin on the bonding of
autopolymerizing resins. J Prosthet
Dent 2004;91:164-170
28. Ikeda T, Wakabayashi N, Ona M, et
al: Effects of polymerization shrinkage
on the interfacial stress at resin-metal
joint in denture-base: a non-linear FE
stress analysis. Dent Mater
2006;22:413-419
29. Robertson L, Phaneuf M, Haimeur
A, et al: Degree of conversion and
oxygen-inhibited layer effect of three
dental adhesives. Dent J (Basel)
2016:27;4(4):37
30. El-Damanhoury H, Platt J.
Polymerization shrinkage stress
kinetics and related properties of bulk-
fill resin composites. Oper Dent
2014;39:374-382
31. Mamatha N, Madineni PK, Sisir R,
et al: Evaluation of transverse strength
of heat cure denture bases repaired with
different joint surface contours: an in
vitro study. J Contemp Dent Pract
2020;21:166-170
32. Anasane N, Ahirrao Y, Chitnis D, et
al: The effect of joint surface contours
and glass fiber reinforcement on the
transverse strength of repaired acrylic
resin: an in vitro study. Dent Res J
(Isfahan) 2013;10:214-219
33. AlBin-Ameer MA, Alsrheed MY,
Aldukhi IA, et al: Effect of protective
coating on surface properties and
candida albicans adhesion to denture
base materials. J Prosthodont 2020;29:
80-86

More Related Content

Recently uploaded

PPT METODOLOGI PENELITIAN BISNIS DIGITAL SUTAN MAULANA
PPT METODOLOGI PENELITIAN BISNIS DIGITAL SUTAN MAULANAPPT METODOLOGI PENELITIAN BISNIS DIGITAL SUTAN MAULANA
PPT METODOLOGI PENELITIAN BISNIS DIGITAL SUTAN MAULANASutan Maulana
 
Huong dan 218 -2024 Lien nganh CQĐT-VKS.pdf
Huong dan 218 -2024 Lien nganh CQĐT-VKS.pdfHuong dan 218 -2024 Lien nganh CQĐT-VKS.pdf
Huong dan 218 -2024 Lien nganh CQĐT-VKS.pdfNguynPhng705830
 
Judul: Mengenal Raja Bonanza88: Platform Taruhan Online yang Populer
Judul: Mengenal Raja Bonanza88: Platform Taruhan Online yang PopulerJudul: Mengenal Raja Bonanza88: Platform Taruhan Online yang Populer
Judul: Mengenal Raja Bonanza88: Platform Taruhan Online yang PopulerHaseebBashir5
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka13FitriDwi
 
Materi Pemasaran Internasional dan Pemasaran Global
Materi Pemasaran Internasional dan Pemasaran GlobalMateri Pemasaran Internasional dan Pemasaran Global
Materi Pemasaran Internasional dan Pemasaran Globalzulfikar425966
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN IKHSAN MAULANA.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN IKHSAN MAULANA.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN IKHSAN MAULANA.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN IKHSAN MAULANA.pdfIkhsan Maulana
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenPavingBlockBolong
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...helenenolaloren
 
Sejarah dan Keunikan Sritoto Sri Toto dalam Budaya Indonesia
Sejarah dan Keunikan Sritoto Sri Toto dalam Budaya IndonesiaSejarah dan Keunikan Sritoto Sri Toto dalam Budaya Indonesia
Sejarah dan Keunikan Sritoto Sri Toto dalam Budaya IndonesiaHaseebBashir5
 
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Bank Aladin Bonus 10...
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Bank Aladin Bonus 10...UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Bank Aladin Bonus 10...
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Bank Aladin Bonus 10...unikbetslotbankmaybank
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Deposit Bank Mandiri Bonus New Member 100%
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Deposit Bank Mandiri Bonus New Member 100%UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Deposit Bank Mandiri Bonus New Member 100%
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Deposit Bank Mandiri Bonus New Member 100%unikbetslotbankmaybank
 
UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Deposit Via Bank Cimb Niaga Bonus 100% T...
UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Deposit Via Bank Cimb Niaga Bonus 100% T...UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Deposit Via Bank Cimb Niaga Bonus 100% T...
UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Deposit Via Bank Cimb Niaga Bonus 100% T...unikbetslotbankmaybank
 
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Bank Qris
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Bank QrisUNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Bank Qris
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Bank Qrisunikbetslotbankmaybank
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET
 
Apotik Yang Jual Obat Aborsi Medan Wa 082220463965 Klinik Obat Aborsi Cytotec...
Apotik Yang Jual Obat Aborsi Medan Wa 082220463965 Klinik Obat Aborsi Cytotec...Apotik Yang Jual Obat Aborsi Medan Wa 082220463965 Klinik Obat Aborsi Cytotec...
Apotik Yang Jual Obat Aborsi Medan Wa 082220463965 Klinik Obat Aborsi Cytotec...Klinik Aborsi
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfMuhammadIqbal24956
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Bank Permata Bonus Terb...
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Bank Permata Bonus Terb...UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Bank Permata Bonus Terb...
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Bank Permata Bonus Terb...unikbetslotbankmaybank
 
Mengenal LionBet777: Solusi Terbaik untuk Taruhan Olahraga dan Kasino
Mengenal LionBet777: Solusi Terbaik untuk Taruhan Olahraga dan KasinoMengenal LionBet777: Solusi Terbaik untuk Taruhan Olahraga dan Kasino
Mengenal LionBet777: Solusi Terbaik untuk Taruhan Olahraga dan KasinoHaseebBashir5
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizAlfaiz21
 

Recently uploaded (19)

PPT METODOLOGI PENELITIAN BISNIS DIGITAL SUTAN MAULANA
PPT METODOLOGI PENELITIAN BISNIS DIGITAL SUTAN MAULANAPPT METODOLOGI PENELITIAN BISNIS DIGITAL SUTAN MAULANA
PPT METODOLOGI PENELITIAN BISNIS DIGITAL SUTAN MAULANA
 
Huong dan 218 -2024 Lien nganh CQĐT-VKS.pdf
Huong dan 218 -2024 Lien nganh CQĐT-VKS.pdfHuong dan 218 -2024 Lien nganh CQĐT-VKS.pdf
Huong dan 218 -2024 Lien nganh CQĐT-VKS.pdf
 
Judul: Mengenal Raja Bonanza88: Platform Taruhan Online yang Populer
Judul: Mengenal Raja Bonanza88: Platform Taruhan Online yang PopulerJudul: Mengenal Raja Bonanza88: Platform Taruhan Online yang Populer
Judul: Mengenal Raja Bonanza88: Platform Taruhan Online yang Populer
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
 
Materi Pemasaran Internasional dan Pemasaran Global
Materi Pemasaran Internasional dan Pemasaran GlobalMateri Pemasaran Internasional dan Pemasaran Global
Materi Pemasaran Internasional dan Pemasaran Global
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN IKHSAN MAULANA.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN IKHSAN MAULANA.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN IKHSAN MAULANA.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN IKHSAN MAULANA.pdf
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
 
Sejarah dan Keunikan Sritoto Sri Toto dalam Budaya Indonesia
Sejarah dan Keunikan Sritoto Sri Toto dalam Budaya IndonesiaSejarah dan Keunikan Sritoto Sri Toto dalam Budaya Indonesia
Sejarah dan Keunikan Sritoto Sri Toto dalam Budaya Indonesia
 
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Bank Aladin Bonus 10...
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Bank Aladin Bonus 10...UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Bank Aladin Bonus 10...
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Bank Aladin Bonus 10...
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Deposit Bank Mandiri Bonus New Member 100%
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Deposit Bank Mandiri Bonus New Member 100%UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Deposit Bank Mandiri Bonus New Member 100%
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Deposit Bank Mandiri Bonus New Member 100%
 
UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Deposit Via Bank Cimb Niaga Bonus 100% T...
UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Deposit Via Bank Cimb Niaga Bonus 100% T...UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Deposit Via Bank Cimb Niaga Bonus 100% T...
UNIKBET : Daftar Slot Pragmatic Play Deposit Via Bank Cimb Niaga Bonus 100% T...
 
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Bank Qris
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Bank QrisUNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Bank Qris
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Bank Qris
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
 
Apotik Yang Jual Obat Aborsi Medan Wa 082220463965 Klinik Obat Aborsi Cytotec...
Apotik Yang Jual Obat Aborsi Medan Wa 082220463965 Klinik Obat Aborsi Cytotec...Apotik Yang Jual Obat Aborsi Medan Wa 082220463965 Klinik Obat Aborsi Cytotec...
Apotik Yang Jual Obat Aborsi Medan Wa 082220463965 Klinik Obat Aborsi Cytotec...
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Bank Permata Bonus Terb...
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Bank Permata Bonus Terb...UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Bank Permata Bonus Terb...
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Bank Permata Bonus Terb...
 
Mengenal LionBet777: Solusi Terbaik untuk Taruhan Olahraga dan Kasino
Mengenal LionBet777: Solusi Terbaik untuk Taruhan Olahraga dan KasinoMengenal LionBet777: Solusi Terbaik untuk Taruhan Olahraga dan Kasino
Mengenal LionBet777: Solusi Terbaik untuk Taruhan Olahraga dan Kasino
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
 

Featured

Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...DevGAMM Conference
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationErica Santiago
 
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellGood Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellSaba Software
 

Featured (20)

Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy Presentation
 
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellGood Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
 

Paper Fauziyah_Deya_Zahra.pdf

  • 1. TEKNIK REPARASI TERTUTUP: DESAIN PERMUKAAN YANG INOVATIF UNTUK REPARASI BASIS GIGI TIRUAN POLYMETHYLMETHACRYLATE Diterjemahkan dari : Mohammed M, Ahmed Rahoma, Zahid A. Khan, Ahmad M. Al-Thobity, Reem Abualsaud, Nora Alkaltham, Sultan Akhtar, Ijlal Shahrukh Ateeq, Fahad A. Al-Harbi. Closed Repair Technique: Innovative Surface Design for Polymethylmethacrylate Denture Base Repair. J of Prosthodontics 2021: 1–9. Selasa, 19 Juli 2022 Dosen Pembimbing : Mahasiswa : Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros (K) 1. Fauziyah Hasibuan (210631026) NIP. 198009242005012003 2. Deya Rahmdhany (210631019) 3. Siti Khumairah Azzahra (210631059) DEPARTEMEN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2022
  • 2. Abstrak Tujuan : Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kekuatan reparasi dari teknik reparasi yang baru diperkenalkan yang melibatkan lebar reparasi celah nol. Bahan dan metode : Sebanyak 36 sampel prisma segi empat dengan ukuran 64×10×3,3 mm dibuat dari resin akrilik polimerisasi panas. Sembilan spesimen tetap utuh. Spesimen lainnya dipotong menjadi dua bagian dan dimodifikasi untuk membuat celah reparasi dengan kemiringan 2,5 mm (2,5B) sebagai kontrol, kemiringan 0 mm (ZB), dan kemiringan terbalik 0 mm (ZIBB). Kelompok ZIBB disiapkan dengan alur internal berbentuk V di kedua bagian (terowongan reparasi), sedangkan permukaan intaglio dan cameo tetap utuh kecuali dua lubang kecil di permukaan cameo untuk injeksi resin reparasi. Kelompok 2.5B dan ZB diperbaiki secara konvensional sedangkan kelompok ZIBB diperbaiki dengan menyuntikkan resin reparasi ke dalam terowongan melalui salah satu lubang sampai kelebihan material mengalir dari lubang lainnya. Spesimen yang diperbaiki disiklus secara termal pada 5 dan 55°C selama 10.000 siklus dengan waktu tinggal 1 menit. Uji tekuk 3 titik dilakukan dengan menggunakan mesin uji universal untuk pengukuran kekuatan lentur dan modulus elastisitas. Uji Kruskal-Wallis/Mann-Whitney dan uji ANOVA/post hoc Tukey diterapkan untuk analisis data (α =0,05). Hasil : Kekuatan lentur spesimen yang diperbaiki secara substansial lebih rendah daripada spesimen utuh, dan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diperbaiki (p˂ 0,05). ZB dan ZIBB memiliki kekuatan lentur yang lebih tinggi (p˂ 0,001 dan modulus elastisitas (p˂ 0,05) dari 2,5B. Diantara kelompok ZB dan ZIBB, ZB menunjukkan kekuatan lentur tertinggi, dan ZIBB memiliki modulus elastisitas tertinggi. Kesimpulan : Teknik reparasi tertutup meningkatkan kekuatan lentur dan modulus elastisitas basis gigi tiruan akrilik reparasi. Kata kunci : resin akrilik; reparasi gigi palsu; kekuatan lentur; memperbaiki desain permukaan; teknik reparasi. Pendahuluan Fraktur berulang pada resin basis gigi tiruan berbahan polymethylmethacrylate (PMMA) adalah masalah umum pada dokter gigi dan pasien yang merugikan karena banyak menghabiskan waktu, adanya biaya tambahan, dan upaya untuk reparasi.1 Basis gigi tiruan rahang atas sering mengalami fleksi karena tekanan oklusal sehingga dapat menyebabkan fraktur garis tengah.2 Selain itu, resin basis gigi tiruan umumnya didukung oleh alveolar ridge dengan tulang yang tidak rata sebagai akibat dari pola resorpsi tulang yang berbeda.3 Oleh karena itu, bahan dasar gigi tiruan harus memiliki kekuatan lentur dan modulus
  • 3. elastisitas yang cukup untuk mencegah fraktur pada protesa.2,4 Jika ditemukan gigi tiruan yang retak, maka prosedur reparasi dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Bahan reparasi gigi tiruan yang dapat diterima harus dapat mengembalikan kekuatan basis gigi tiruan dan meniru warnanya. Beberapa penelitian telah menilai berbagai bahan reparasi, perawatan permukaan, teknik penguatan, dan desain permukaan reparasi untuk memperkuat tempat reparasi dan mencegah fraktur pada basis gigi tiruan.5,6 Desain atau jarak antarmuka reparasi, selain faktor penting lainnya, mempengaruhi sifat mekanik keseluruhan dari struktur yang diperbaiki.5,7 Pentingnya desain permukaan reparasi berasal dari efeknya yang terbukti pada kekuatan ikatan. Permukaan reparasi dapat dirancang dalam bentuk butt, dengan kemiringan 45°, rabbet, atau sendi bulat.5,8 Sambungan bevel menunjukkan sifat mekanik yang paling disukai selain kesederhanaan aplikasi.5 Selanjutnya, kemiringan 45° meningkatkan area ikatan antarmuka dan menjaga tegangan antarmuka sebagai tegangan geser daripada tegangan tarik.6 Jenis kegagalan yang terjadi dengan desain bevel biasanya adalah kegagalan kohesif, yang menunjukkan peningkatan kekuatan lentur (FS).8,9 Selain itu, kegagalan perekat terjadi terutama pada desain sambungan butt, yang menunjukkan kurangnya daya rekat. Mode kegagalan ini dapat dikaitkan dengan luas permukaan bawah yang disediakan oleh sambungan butt dan akibatnya FS yang lebih rendah.10 Prosedur reparasi dari prostesis yang rusak dimulai dengan membuat ruang di lokasi fraktur dimana bahan reparasi dikemas. Jumlah material reparasi ditentukan berdasarkan ukuran celah reparasi yang dibuat. Akibatnya, kekuatan bahan reparasi terpengaruh.11 Sebagian besar penelitian telah menilai pengaruh bahan penguat dalam resin reparasi, desain permukaan reparasi dan metode perawatan permukaan.5 Meskipun berbagai celah (1 mm dan 10 mm)5,6 telah diuji, rekomendasi konklusif untuk celah dengan kekuatan reparasi terbaik belum ditemukan. Baru-baru ini, Gad dkk7 mempelajari pengaruh
  • 4. lebar celah reparasi yang berbeda antara 2,5-0 mm dan menyimpulkan bahwa pengurangan lebar celah reparasi menyebabkan peningkatan FS dan kekuatan impak dari spesimen yang diperbaiki. Desain celah reparasi miring dengan lebar 0, 0,5, atau 1 mm direkomendasikan untuk meningkatkan kekuatan spesimen yang diperbaiki dan mengatasi kelemahan resin akrilik autopolimer.7 Mengurangi celah reparasi menurunkan jumlah resin akrilik autopolimerisasi yang bersentuhan dengan jaringan dan akhirnya mengurangi adhesi Candida albicans dan insiden denture stomatitis.12 Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kekuatan reparasi (diwakili oleh FS) dari teknik reparasi baru yang menggunakan desain permukaan reparasi yang dikombinasikan dengan metode baru aplikasi resin reparasi. Hipotesis nol yang diuji adalah teknik reparasi baru yang disarankan tidak akan mempengaruhi kekuatan reparasi. Bahan dan metode Perhitungan ukuran sampel dilakukan dengan menggunakan analisis daya dan didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya.7 Untuk pangkat 80% dan taraf signifikansi 0,05, sebanyak 36 spesimen (masing-masing 4 kelompok dengan 9 spesimen (n=9)) diperlukan untuk mendeteksi perbedaan kekuatan lentur antara desain reparasi gigi tiruan yang berbeda. Oleh karena itu, menurut standar ISO 20795-1:2008,1336 spesimen resin akrilik polimerisasi panas prisma persegi panjang disiapkan dengan ukuran akhir 64 ×10×3,3 mm. Cetakan logam dipasang dengan ukuran yang diperlukan dan kemudian di-wax (Cavex Set Up wax; Cavex, Haarlem, Belanda) untuk membuat spesimen lilin yang ditanam secara konvensional pada dental stone (Fujirock EP; GC Europe, Leuven, Belgia) dalam termos logam. Setelah batu mengeras dan lilin dilebur untuk menciptakan ruang cetakan, digunakan media pemisah (IsolMajor; Major Prodotti Dentari SPA, Moncalieri, Italia). Resin akrilik polimerisasi panas (Major.base.20; Major Prodotti Dentari SPA, Moncalieri, Italia) dicampur sesuai
  • 5. dengan rekomendasi pabrikan dan dikemas pada tahap dough di bawah tekanan. Spesimen dipolimerisasi menggunakan protokol polimerisasi panjang di unit curing termal (KaVo Elektrotechnisches Werk GmbH, Biberach, Jerman) dimana flask direndam dalam air pada suhu kamar kemudian diproses selama 8 jam pada suhu 74°C, diikuti oleh 1 jam pada suhu 100°C. Setelah polimerisasi, flask dipulihkan dan dibiarkan dingin hingga suhu kamar sebelum deflasking. Spesimen diambil dan diselesaikan dengan menggunakan bur tungsten carbide (HM 79GX-040 HP; Meisinger, Neuss, Jerman) pada 18.000 rpm diikuti dengan ujung silikon silinder halus (FINOPOL Polishers 64830; LABOSHOP GmbH). Kemudian, spesimen dipoles menggunakan mesin poles (Metaserv 250 grinder-polisher; Buehler GmbH) dan kain poles (TexMet C10in, 42- 3210; Buehler GmbH) yang dikombinasikan dengan 0,050-μm suspensi (suspensi pemoles Master Prep; Buehler GmbH) dalam kondisi basah. Kaliper digital digunakan untuk mengkonfirmasi dimensi spesimen, dan spesimen yang telah selesai disimpan dalam air suling pada suhu 37°C selama 48 jam. Sembilan spesimen tetap utuh (sebagai kontrol negatif); digunakan untuk membandingkan hasil kelompok uji dengan nilai yang mewakili basis gigi tiruan yang utuh. Sedangkan benda uji secara acak dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan desain permukaan reparasi (n=9): kontrol positif (bevel 2,5 mm; 2,5B), bevel 0 mm (ZB), dan bibevel terbalik 0 mm (ZIBB). Teknik 2,5 mm meniru teknik reparasi konvensional basis gigi tiruan yang retak; Ruang 2,5 mm dibuat untuk bahan reparasi dan oleh karena itu dianggap sebagai kontrol positif dalam penelitian ini. Dalam kelompok ini, masing-masing spesimen dipotong menggunakan diamond disc (915D, HP 806 104 355 524, Meisienger, Neuss, Jerman) dan ditandai pedoman untuk membuat celah reparasi 2,5 mm dengan permukaan reparasi bevel 45°. Setiap bagian spesimen memiliki dimensi 30,75×10×3,3 mm pada permukaan intaglio dan 27,45×10×3,3 mm pada permukaan cameo (Gambar 1). Untuk kelompok ZB, setelah membagi spesimen menjadi dua bagian yang
  • 6. sama, ujung bagian dalam dari dua bagian dimiringkan ke arah permukaan cameo pada 45°, memastikan panjang spesimen asli di sisi intaglio. Bagian yang disiapkan dalam kelompok ZB memiliki dimensi 32×10×3,3 mm pada permukaan intaglio dan 28,7×10×3,3 mm pada permukaan cameo (Gambar 1). Untuk kelompok ZIBB, setiap bagian spesimen memiliki dimensi 32×10×3,3 mm di kedua sisi (intaglio dan cameo) dengan alur bi-beveled groove (dengan area terdalam 1,65 mm di tengah) di sepanjang garis melintang di dalam sisi reparasi (Gambar 1). Dua garis ditandai pada permukaan intaglio dan cameo dari spesimen agar ujung- ujung ini tetap utuh. Bentuk V sedalam 1,65 mm ditandai pada sisi medial setiap bagian spesimen yang akan dibuat alur. Sebuah diamond disc digunakan untuk memotong sepanjang tanda bentuk-V dengan area terdalam mengarah ke lateral. Gambar 1 menunjukkan perbedaan antara spesimen dari semua kelompok, di mana 2.5B dan ZB mewakili teknik reparasi konvensional terbuka, sedangkan ZIBB mewakili teknik reparasi tertutup yang baru. Untuk prosedur reparasi, cetakan silikon dari spesimen utuh dibuat. Dengan ukuran internal 64×10 ×3,3 mm dan digunakan untuk standarisasi proses reparasi. Setiap pasangan spesimen dirakit dalam cetakan dengan mempertahankan panjang spesimen asli (64 mm) dan celah reparasi yang diinginkan. Spesimen diperbaiki dalam proses yang serupa dengan yang digunakan untuk memperbaiki basis gigi tiruan lengkap yang retak. Permukaan reparasi setiap bagian diperlakukan dengan metil metakrilat monomer (Reparasi besar, Major Prodotti Dentari SPA, Moncalieri, Italia). Satu tetes monomer diterapkan per permukaan/bagian reparasi (total dua tetes per spesimen). Monomer diaplikasikan menggunakan sikat mikro dan digosok pada permukaan reparasi dalam satu arah. Periode jeda 180 detik dilakukan sebelum memulai proses reparasi.14–17 Kemudian ditempatkan ke dalam cetakan silikon dan diperbaiki, menciptakan celah reparasi 2,5 mm untuk 2.5B dan 0 mm untuk ZB di permukaan intaglio, sementara ZIBB memiliki celah reparasi 0 mm di kedua permukaan (intaglio dan cameo). Untuk
  • 7. grup 2.5B dan ZB, bahan reparasi akrilik autopolimerisasi (Reparasi besar, Major Prodotti Dentari SPA, Moncalieri, Italia) dicampur sesuai dengan rekomendasi pabrikan dan dikemas ke dalam area reparasi di dalam cetakan Gambar 1 Diagram ilustrasi yang menunjukkan dimensi spesimen; tampak samping dan tampak atas miring. Gambar 2 menunjukkan langkah-langkah prosedur reparasi untuk ZIBB, di mana permukaan cameo dan intaglio masih utuh. Dua lubang (ventilasi), dengan diameter 2 mm dan jarak 3 mm satu sama lain, dibor di permukaan cameo pada garis penyambungan antara bagian yang dirakit menggunakan bur akrilik (HM 460FR 023, Meisinger USA, Centennial, CO). Resin reparasi campuran (10 g bubuk hingga 7 mL cairan) disuntikkan melalui salah satu lubang menggunakan jarum suntik bertingkat sampai alur melintang terisi dan bahan reparasi berlebih diekstrusi dari lubang lainnya (Gambar 2). Alur reparasi diterima∼0,05 mL resin reparasi. Jumlah resin reparasi yang sedikit lebih besar dimasukkan ke dalam spuit bertingkat untuk memastikan jumlah yang cukup untuk alur reparasi. Resin reparasi disuntikkan ke dalam alur reparasi melalui salah satu dari 2 lubang selama 5 detik. Injeksi resin reparasi dilakukan setelah 40 detik pencampuran berdasarkan studi percontohan untuk
  • 8. menentukan selang waktu terbaik setelah pencampuran dan sebelum pengaturan akrilik. Pada usia 40-an, campuran masih cukup encer untuk dimasukkan ke dalam spuit, disuntikkan ke dalam alur reparasi, dan kelebihannya mengalir dari lubang kedua. Untuk menyelesaikan proses polimerisasi semua spesimen yang diperbaiki dalam kondisi yang mensimulasikan reparasi laboratorium yang sebenarnya prosedur, spesimen yang diperbaiki ditempatkan dalam bejana tekan selama 15 menit pada tekanan 2 bar dan 40° C.18 Setelah polimerisasi lengkap, spesimen yang diambil selesai, di mana resin berlebih dihilangkan menggunakan bur tungsten carbide dan kemudian dipoles menggunakan kertas silikon karbida dengan urutan sebagai berikut: 200, 400, dan 600 grit, diikuti oleh pemolesan akhir menggunakan sikat berbulu lembut dan halus. campuran batu apung/air. Sebuah caliper digital digunakan untuk mengevaluasi dimensi spesimen diperbaiki. Spesimen yang disetujui disimpan dalam air suling pada suhu 37° C selama 48 jam19 untuk memungkinkan pertukaran monomer air/sisa.20 Setelah penyimpanan, semua spesimen terkena tekanan termal dalam mesin siklus termal (Thermocycler THE-1100 – SD; Mechatronik GmbH, Feldkirchen-Westerham, Jerman) selama 10.000 siklus, antara 5 °C dan 55 °C dengan waktu diam 1 menit waktu di setiap suhu. Uji tekuk tiga titik dilakukan untuk mengukur FS spesimen yang diperbaiki menggunakan mesin uji universal (Electropuls E3000, Instron, High Wycombe, UK). Setiap spesimen ditempatkan secara horizontal pada dua penyangga vertikal terpisah 50 mm, dan beban diterapkan di tengah sisi intaglio dengan kecepatan crosshead 5 mm/menit sampai spesimen patah, dan beban patah (N) dicatat. Perhitungan nilai FS untuk setiap spesimen dilakukan dengan menggunakan rumus: FS=3L/2bh2 dimana FS adalah kuat lentur (MPa), W adalah beban pada saat patah (N), L adalah jarak antara dua tumpuan, b adalah lebar benda uji (mm), dan h adalah tebal (mm).21,22 Hasil uji FS
  • 9. digunakan untuk menghitung modulus elastisitas menggunakan rumus 2,13 E=FL3/4bh3d dimana E adalah modulus elastisitas (MPa), F adalah beban (N) pada titik nyaman (p) pada garis lurus kurva tarik/deformasi (deformasi elastis), L adalah jarak antara dua tumpuan, b adalah lebar benda uji, h adalah tebal benda uji, dan d adalah defleksi di titik (p). Setelah pengujian FS, lokasi fraktur dan area reparasi dinilai menggunakan pemindaian mikroskop elektron (SEM) (model TESCAN VEGA3 LM, Tescan Orsay Holding, Kohoutovice, Republik Ceko). SEM dioperasikan pada tegangan percepatan menengah 20,0 kV. Gambar 2 Langkah-langkah teknik reparasi dari persiapan hingga reparasi. (A) Cakram berlian yang digunakan untuk persiapan permukaan reparasi; (B) spesimen yang disiapkan dengan bi-bevel terbalik (tampak samping); (C) pasangan spesimen rakitan dalam cetakan reparasi dengan celah nol (tampak atas); (D) bur akrilik digunakan untuk preparasi lubang; (E) pasangan spesimen yang dirakit dalam cetakan reparasi dengan celah nol dan lubang yang disiapkan; (F) resin reparasi; (G) jarum suntik suntik; (H) spesimen yang diperbaiki dengan kelebihan akrilik mengalir dari satu lubang; (I) spesimen yang diperbaiki dengan kontur salah satu lubang injeksi setelah finishing dan penghilangan akrilik berlebih. Untuk akuisisi gambar yang lebih baik, spesimen dilapisi emas menggunakan mesin pelapis sputter (Quorum, Q150R, East Sussex, UK) untuk mengurangi efek pengisian. Protokol rinci persiapan SEM
  • 10. disediakan di tempat lain.7,23 Mikrograf yang ditangkap direkam pada perbesaran yang berbeda untuk mengevaluasi fitur permukaan yang penting dan menentukan jenis kegagalan. Gambar permukaan rekahan spesimen utuh dan yang diperbaiki ditampilkan pada perbesaran representatif 500× (Gambar 3). Tampak samping spesimen di area reparasi disajikan pada dua perbesaran (200×dan 500×) (Gambar 4 dan 5). Sifat kegagalan dinilai berdasarkan persentase bahan reparasi yang melekat pada permukaan bahan dasar gigi tiruan Gambar 3 Gambar SEM dari permukaan yang retak pada 500×. (A) utuh; (B) kemiringan 2,5 mm (2,5B); (C) kemiringan 0 mm (ZB); (D) Bi-bevel terbalik 0 mm (ZIBB).
  • 11. Gambar 4 Gambar SEM menunjukkan tampilan samping pada antarmuka reparasi - resin. (A) kemiringan 0 mm (ZB) pada 250×; (B) 0-mm terbalik bi-bevel (ZIBB) pada 200×. Gambar 5 Gambar SEM menunjukkan tampilan samping dari grup bi-bevel terbalik (ZIBB) 0 mm. (A) Garis merah muda yang membatasi bentuk-V bi-bevel terbalik yang diperbaiki pada 50×; (B) garis merah yang membatasi antarmuka reparasi -resin pada 200×; (C) garis kuning yang membatasi antarmuka reparasi -resin di area terdalam dari bi-bevel terbalik pada 200×. Sifat kegagalan didefinisikan sebagai perekat ketika kegagalan terjadi pada antarmuka atau memiliki hingga 25% bahan reparasi yang dipertahankan, kohesif ketika kegagalan terjadi karena fraktur bahan dasar, resin reparasi dengan lebih dari 75% bahan yang melekat, atau campuran, yang meliputi kegagalan perekat dan kohesif dengan 25% hingga
  • 12. 75% bahan reparasi yang melekat.18 Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS, versi 22. Inc., Chicago, IL). Normalitas data diperiksa menggunakan uji Shapiro-Wilk dan histogram. Perbedaan rata-rata diuji melalui uji ANOVA atau Kruskal-Wallis, dan beberapa perbandingan dilakukan menggunakan uji post hoc Tukey dan uji Mann-Whitney U (koreksi Bonferroni) tergantung pada hasil uji normalitas. Hasil Untuk FS, ANOVA satu arah digunakan untuk menguji signifikansi keseluruhan untuk semua kelompok yang diuji. Secara keseluruhan FS menunjukkan perbedaan yang signifikan (p <0,001 di antara kelompok (Tabel 1). Tabel 1 Uji ANOVA untuk kekuatan lentur Jumlah Kuadrat df Rata-rata F Sig. Antar kelompok 1758.855 3 586.285 175.849 <0,001∗ Di dalam kelompok 106.689 32 3.334 Total 1865.544 35 ∗Signifikan secara statistik padaα = 0,05. Uji perbandingan ganda post hoc Tukey mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan kelompok utuh, FS menurun secara signifikan pada semua kelompok yang diperbaiki (p˂ 0,001). Di antara kelompok yang diperbaiki, nilai FS yang secara signifikan lebih tinggi tercatat untuk ZB dan ZIBB daripada untuk kelompok 2.5B (p˂ 0,001). Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ZIBB memiliki nilai FS yang lebih rendah daripada kelompok ZB (p= 0,001). Kelompok 2.5B menunjukkan nilai FS terendah (66,03± 2,19 MPa) berbeda dengan kelompok
  • 13. ZB yang memiliki nilai FS tertinggi (76,59±1,77 MPa), (Tabel 2). Tabel 2 Rata-rata dan simpangan baku (SD) kekuatan lentur (MPa) antar kelompok Kelompok Mean ± SD (MPa) 95% Confidence interval untuk mean Batas bawah Batas atas Intact 85.40±1,54 84.21 86.58 2.5B 66.03±2.19 64.35 67.71 ZB 76.59±1.77 75.23 77,95 ZIBB 72.87±1.74 71,53 74.20 Uji post hoc Tukey menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara semua kelompok pada tingkat signifikansi 0,05. (2.5B) kontrol/kelompok miring 2,5 mm, (ZB) grup miring 0 mm, dan (ZIBB) grup miring dua terbalik 0 mm. Untuk modulus elastisitas, uji Kruskal-Wallis dilakukan untuk menguji signifikansi keseluruhan, dan perbedaan yang signifikan dicatat antara kelompok (p <0,001). Uji Mann- Whitney U digunakan untuk memeriksa perbedaan antarkelompok. Modulus elastisitas untuk kelompok utuh (3031,25±95,59 MPa) tertinggi di antara semua kelompok dan berbeda nyata dengan ZB (p <0,001 dan 2.5B (p <0,001) kelompok. Tidak ada perbedaan signifikan yang terdeteksi antara kelompok utuh dan kelompok ZIBB (p=0,094). Di antara kelompok yang diperbaiki, ada perbedaan yang signifikan dalam modulus elastisitas antara 2.5B/ZB (p˂ 0,001) dan 2.5B/ZIBB (p=0,001) kelompok. Itu modulus elastisitas tertinggi dan terendah di antara kelompok yang diperbaiki dicatat dengan ZIBB (2834,77±162,53 MPa) dan 2.5B (2261.60±141,21 MPa), masing- masing (Tabel 3). Berkenaan dengan sifat kegagalan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6, kelompok reparasi konvensional (2.5B) menunjukkan jenis kegagalan perekat yang dominan, sedangkan kelompok ZB menunjukkan distribusi yang sama dari tiga jenis kegagalan.
  • 14. Tabel 3 Rata-rata, standar deviasi (SD), dan signifikansi statistik antar kelompok untuk modulus elastisitas (MPa) Kelompok Mean ± SD (MPa) 95% Confidence interval untuk mean Batas bawah Batas atas Intact 3031.25±95.59 2957.77 3104.72 2.5B 2261.60±141.21 2153.06 2370.14 ZB 2708.60±139.68 2601.24 2815,97 ZIBB 2834.77±162,53 2709.83 2959.70 Huruf superskrip yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata antar kelompok secara vertikal pada taraf signifikansi 0,05. Uji Mann-Whitney U digunakan. (2.5B) kontrol/kelompok miring 2,5 mm, (ZB) grup miring 0 mm, dan (ZIBB) grup miring dua terbalik 0 mm. ZIBB menunjukkan jenis kegagalan yang sangat berbeda, dengan dominasi kegagalan kohesif diikuti oleh kegagalan campuran dan tidak adanya kegagalan jenis perekat sama sekali. Gambar SEM representatif dipilih untuk permukaan yang retak (utuh, 2.5B, ZB, dan ZIBB; Gambar 3) dan area reparasi (Gambar 4). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3, gambar SEM dari situs fraktur menampilkan permukaan kasar dengan variasi lamellar ketebalan dan pembentukan langkah. Untuk utuh (Gambar 3A), ZB (Gambar 3C), dan ZIBB (Gambar 3D), spesimen menunjukkan topografi permukaan yang hampir sama dengan struktur seperti serpihan dan distribusi lamela yang seragam, yang mewakili fraktur ulet. Gambar 6 Sifat kegagalan spesimen yang diperbaiki. Topografi permukaan dari kelompok reparasi konvensional (2.5B) menunjukkan sedikit perubahan pada fitur permukaan yang dicirikan oleh lamela yang lebih tipis, rongga, dan lekukan yang dangkal, yang
  • 15. menunjukkan jenis kegagalan patahan sedang hingga getas (Gambar 3B). Selanjutnya, permukaan benda uji 2.5B menunjukkan tingkat kekasaran lokal yang lebih tinggi dibandingkan benda uji lainnya. Tampak samping spesimen ZB dan ZIBB di lokasi fraktur menunjukkan antarmuka resin/ reparasi yang jelas dan ikatan yang jelas di sepanjang antarmuka ini dengan rongga kecil di badan resin reparasi (Gambar 4), seperti yang disorot oleh panah. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5A, ZIBB ditandai. Area yang ditandai dengan bujur sangkar putusputus selanjutnya diperbesar untuk informasi rinci (Gambar 5B dan 5C). Gambar yang diperbesar (Gambar 5B) menunjukkan antarmuka resin/ reparasi dengan material yang diperbaiki di sisi kiri gambar, dan area terdalam dari alur reparasi diidentifikasi dengan garis kuning solid (Gambar 5C). Diskusi Resin autopolimerisasi umumnya digunakan untuk reparasi basis gigi tiruan. Namun, karena kekuatan mekaniknya yang buruk, ketidakcocokan warna, penyusutan polimerisasi, dan sifat permukaan yang buruk, termasuk kekasaran yang tinggi dan kekerasan yang rendah, area reparasi dapat dengan mudah ternoda dan meningkat Candida albicans adhesi.5,12,24,25 Untuk mengatasi kelemahan ini, disarankan untuk mengurangi jumlah resin reparasi yang terpapar pada lingkungan mulut.7 Untuk mencapai tujuan ini, penelitian ini memperkenalkan teknik reparasi baru yang mengurangi jumlah resin reparasi dan memungkinkan proses polimerisasi berlangsung di lingkungan tertutup. Berdasarkan hasil penelitian ini, FS benda uji yang diperbaiki dengan bevel 0 mm dan teknik reparasi baru (bi-bevel terbalik 0 mm) meningkat dibandingkan dengan teknik reparasi konvensional. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak. Perlakuan permukaan kimia melalui aplikasi monomer metil metakrilat (MMA) selama 180 detik pada permukaan reparasi basah dapat mempengaruhi kekuatan reparasi. Proses ini memodifikasi morfologi dan sifat kimia dari permukaan yang dirawat, yang mengarah pada peningkatan
  • 16. adhesi.5,10,18 Karena peningkatan kekuatan reparasi yang dilaporkan setelah reparasi kemiringan permukaan pada 45° dengan aplikasi MMA,teknik ini digunakan untuk semua spesimen untuk tujuan standarisasi. Selain itu, untuk meniru perubahan suhu mulut, siklus termal digunakan untuk semua kelompok selama 10.000 siklus yang mensimulasikan penggunaan klinis 1 tahun.26 Perubahan suhu intraoral dan adanya cairan dapat meningkatkan penyerapan air resin akrilik.21,27 Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan reparasi adalah luas permukaan reparasi,7 dan jumlah (volume) resin reparasi.28 Dalam studi ini, baik luas permukaan, dan volume spesimen yang diperbaiki dihitung secara matematis untuk mengungkapkan bahwa semua kelompok yang diperbaiki memiliki luas permukaan yang sama pada antarmuka reparasi /resin tetapi dengan volume resin reparasi yang berbeda. Volume resin reparasi dalam teknik reparasi konvensional (2,5B) adalah yang tertinggi, diikuti oleh ZB, sedangkan ZIBB memiliki volume terendah, yaitu setengah dari grup ZB. reparasi beveling permukaan meningkatkan kekuatan dan teknik ZB menghasilkan pengurangan jumlah resin reparasi di satu sisi (permukaan intaglio), mengatasi kekurangannya di sisi ini. Pada permukaan cameo, resin reparasi terbuka karena kemiringan luar 45° dari permukaan reparasi. Dari titik ini, teknik ZIBB menghasilkan spesimen yang diperbaiki dengan celah nol pada permukaan intaglio dan cameo, melebihi kelemahan teknik ZB. Keuntungan lain dari teknik ZIBB adalah polimerisasi bahan reparasi dalam terowongan tertutup jauh dari udara. Teknik ini memberikan dua keuntungan utama. Pertama, ini membantu menghindari pembentukan lapisan penghambat oksigen, yang dihasilkan dari kontak antara inisiator polimer dan oksigen di atmosfer.29 Kedua, mengakibatkan tidak adanya permukaan bebas (unbounded) yang meningkatkan rasio luas permukaan terikat terhadap luas permukaan tidak terikat (C-factor),30 menyebabkan penurunan kapasitas aliran dan perkembangan tingkat tegangan susut yang lebih tinggi,30 yang memainkan peran penting dalam kekuatan reparasi
  • 17. akhir di grup ZIBB. Meskipun efek ini mungkin sedikit karena jumlah resin reparasi yang minimal, hal itu mungkin menyebabkan FS yang lebih rendah di ZIBB dibandingkan dengan ZB. Selanjutnya, beban yang diterapkan bekerja secara berbeda pada dua bidang teknik ZIBB karena orientasi yang berlawanan (satu bidang di bawah tegangan tekan dan yang lainnya di bawah tegangan tarik) berbeda dengan bevel tunggal di mana beban diterapkan dalam satu arah di sepanjang bidang miring. permukaan, menghasilkan tegangan tarik (Gambar 7). Gambar 7 Diagram bergambar untuk bidang patahan dari berbagai teknik reparasi. Gambar atas menunjukkan grup ZB (0-mm bevel), dan gambar bawah menunjukkan grup ZIBB (0-mm inverse bi-bevel). Selain manfaat yang disebutkan di atas, penerapan persiapan alur, ketersediaan resin reparasi berair, pelestarian hubungan asli antara bagian yang retak selama reparasi di mana tepi luar dari situs fraktur tidak disiapkan dan oleh karena itu digunakan sebagai panduan selama pemasangan kembali, dan menjanjikan kekuatan teknik ZIBB membuatnya menjadi teknik yang sangat menguntungkan dibandingkan dengan yang lain. Sifat kegagalan merupakan indikator kekuatan reparasi. Kegagalan perekat dihasilkan dari
  • 18. kekuatan ikatan yang lebih lemah pada antarmuka reparasi, kegagalan kohesif dihasilkan dari bahan reparasi yang lebih lemah, dan fraktur campuran menunjukkan kekuatan reparasi yang baik.5,18 Menurut temuan penelitian ini, FS meningkat pada kelompok ZB dan ZIBB dibandingkan dengan kelompok 2.5B. Pada kelompok 2.5B, spesimen yang retak menunjukkan kegagalan adhesif dan kohesif, menunjukkan ikatan yang buruk pada antarmuka reparasi.18,31 dan bahan reparasi yang lemah.5,23,32 Oleh karena itu, ketika jumlah resin reparasi berkurang, kekuatannya meningkat, seperti yang diamati dengan kelompok ZB, yang menunjukkan distribusi yang setara dari tiga jenis kegagalan. Temuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan peningkatan kekuatan reparasi karena celah reparasi berkisar antara 0,5 dan 0,0 mm.7 Untuk kelompok ZIBB, kegagalan didominasi oleh jenis kohesif kemudian campuran dengan tidak adanya kegagalan perekat, yang menambahkan keuntungan ekstra untuk teknik ini. Oleh karena itu, fraktur campuran muncul di tepi situs reparasi, yang mungkin terkait dengan tepi tipis di kedua permukaan. Modulus elastisitas yang relatif rendah membuat PMMA berisiko patah di mulut. Berdasarkan hasil penelitian ini, benda uji utuh menunjukkan modulus elastisitas tertinggi, sedangkan kelompok 2.5B menunjukkan nilai terendah. ZB dan ZIBB telah meningkatkan modulus elastisitas dan menunjukkan deformasi elastis yang lebih rendah dari 2.5B. Temuan ini mungkin hasil dari jumlah resin reparasi yang lebih rendah dan perkiraan tepi reparasi yang dekat pada permukaan intaglio. Dengan demikian, kelemahan resin reparasi terpolimerisasi otomatis dapat diminimalkan. Selain itu, desain permukaan reparasi ZIBB berperan dalam peningkatan modulus elastisitas di mana kedua permukaan (intaglio dan cameo) terlihat utuh. Meskipun modulus elastisitas ZIBB lebih dekat dengan spesimen utuh, tidak ada perbedaan signifikan yang dilaporkan antara itu dan ZB.13 Dalam kondisi termal, ZB dan ZIBB ditemukan sebagai teknik yang menjanjikan untuk reparasi gigi tiruan dengan kinerja mekanik yang tinggi. Selain
  • 19. kemudahan aplikasi klinis, ZB memiliki FS superior yang melebihi kelompok ZIBB dan oleh karena itu mungkin direkomendasikan terlebih dahulu. Satu-satunya kelemahan dari Teknik ZB adalah sejumlah besar resin reparasi yang terbuka di permukaan cameo. Namun, kerugian dari resin reparasi yang terbuka dapat diatasi dengan aplikasi lapisan pelindung,33 yang direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya. Teknik ZIBB baru yang digunakan dalam penelitian ini juga direkomendasikan sebagai teknik reparasi karena kekuatan yang cukup, estetika yang tinggi dan kemiripan warna asli dari basis gigi tiruan dimana spesimen yang diperbaiki muncul secara klinis sebagai spesimen utuh, preparasi area reparasi yang sederhana dan pemasangan kembali yang akurat. bagian yang retak dibandingkan dengan teknik reparasi gigi tiruan konvensional. Ini adalah studi utama tentang teknik reparasi. Hanya satu resin reparasi dan satu basis gigi tiruan yang digunakan, yang merupakan keterbatasan penelitian ini. Meskipun spesimen mengalami siklus termal, kondisi pengujian tidak sepenuhnya mensimulasikan lingkungan mulut, dan konfigurasi spesimen tidak meniru gigi palsu asli. Oleh karena itu, untuk mendapatkan manfaat penuh dari teknik ini, perawatan permukaan reparasi yang berbeda, berbagai bahan reparasi dengan viskositas dan penguatan yang berbeda, modifikasi terowongan reparasi, polimerisasi di bawah tekanan dan faktor lain yang mensimulasikan lingkungan mulut dan dapat mempengaruhi kekuatan reparasi direkomendasikan untuk lebih lanjut. investigasi. Kesimpulan Kesimpulannya, teknik reparasi 0-mm bevel (ZB) dan 0-mm inverse bibeveled (ZIBB) meningkatkan FS dan modulus elastisitas resin basis gigi tiruan akrilik yang diperbaiki. Bevel 0- mm (ZB) dapat digunakan sebagai teknik reparasi yang menjanjikan, sedangkan novel Teknik 0-mm inverse bi-beveled (ZIBB) memerlukan penyelidikan lebih lanjut sebelum rekomendasi penuh untuk aplikasi klinis.
  • 20. Ucapan terima kasih Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Roberto Caravana atas bantuannya dalam pengujian laboratorium terhadap spesimen. Daftar Pustaka 1. Gad M, ArRejaie AS, Abdel-Halim MS, et al: The reinforcement effect of nano-zirconia on the transverse strength of repaired acrylic denture base. Int J Dent 2016;2016:7094056 2. Gad MM, Fouda SM, ArRejaie AS, et al: Comparative effect of different polymerization techniques on the flexural and surface properties of acrylic denture bases. J Prosthodont 2019;28:458-465 3. Diaz-Arnold AM, Vargas MA, Shaull KL, et al: Flexural and fatigue strengths of denture base resin. J Prosthet Dent 2008;100:47-51 4. McCabe JF, Walls AG. Applied Dental Materials (ed 8). Oxford, Blackwell Science, 1998, 97 5. Seó RS, Neppelenbroek KH, Filho JN: Factors affecting the strength of denture repairs. J Prosthodont 2007;16:302-310 6. Gad MM, Rahoma A, Al-Thobity AM, et al: Influence of incorporation of ZrO2 nanoparticles on the repair strength of polymethyl methacrylate denture bases. Int J Nanomedicine 2016;11:5633-5643 7. Gad MM, Rahoma A, Abualsaud R, et al: Effect of repair gap width on the strength of denture repair: an in vitro comparative study. J Prosthodont 2019;28:684-691 8. Ward JE, Moon PC, Levine RA, et al: Effect of repair surface design, repair material, and processing method on the transverse strength of repaired acrylic denture resin. J Prosthet Dent 1992;67:815-820 9. Hanna EA, Shah FK, Gebreel AA: Effect of joint surface contours on the transverse and impact strength of denture base resin repaired by various methods: an in vitro study. J Am Sci 2010;6:115-125 10. Sarac YS, Sarac D, Kulunk T, et al: The effect of chemical surface treatments of different denture base resins on the shear bond strength of denture repair. J Prosthet Dent 2005;94:259-566
  • 21. 11. Rached RN, Powers JM, Del B, et al. : Repair strength of auto polymerizing, microwave, and conventional heat polymerized acrylic resins. J Prosthet Dent 2004;92:79-82 12. Gad MM, Al-Thobity AM, Shahin SY, et al: Inhibitory effect of zirconium oxide nanoparticles on Candida albicans adhesion to repaired polymethyl methacrylate denture bases and interim removable prostheses: a new approach for denture stomatitis prevention. Int J Nanomed 2017;28:5409-5419 13. International Organization for Standardization 2008 Dentistry–Base polymers–Denture base polymers. ISO 20795-1:2008, Geneve 14. Barbosa DB, Monteiro DR, Barão VAR, et al: Effect of monomer treatment and polymerisation methods on the bond strength of resin teeth to denture base material. Gerodontology 2009;26:225-231 15. Pereira Rde P, Delfino CS, Butignon LE, et al: Influence of surface treatments on the flexural strength of denture base repair. Gerodontology 2012;29:234-238 16. Vallittu PK, Lassila VP, Lappalainen R: Wetting the repair surface with methyl methacrylate affects the transverse strength of repaired heat-polymerized resin. J Prosthet Dent 1994;72:639-643 17. Bural C, Bayraktar G, Aydin I, et al: Flexural properties of repaired heat- polymerising acrylic resin after wetting with monomer and acetone. Gerodontology 2010;27: 217-223 18. Minami H, Suzuki S, Minesaki Y, et al: In vitro evaluation of the influence of repairing condition of denture base resin on the bonding of autopolymerizing resins. J Prosthet Dent 2004;91:64-170 19. Çelebi N, Yüzügüllü B, Canay ¸ S, et al: Effect of polymerization methods on the residual monomer level of acrylic resin denture base polymers. Polym Adv Technol 2008;19:201-206 20. Marra J, De Souza RF, Barbosa DB, et al: Evaluation of the bond strength of denture base resins to acrylic resin teeth: effect of thermocycling. J Prosthodont 2009;18:438-443 21. Lin CT, Lee SY, Tsai TY, et al: Degradation of repaired denture base
  • 22. materials in simulated oral fluid. J Oral Rehabil 2000;27:190-198 22. Abushowmi TH, AlZaher ZA, Almaskin DF, et al: Comparative effect of glass fiber and nano-filler addition on denture repair strength. J Prosthodont 2020;29:261-268 23. Gad MM, Rahoma A, Abualsaud R, et al: Impact of different surface treatments and repair material reinforcement on the flexural strength of repaired PMMA denture base material. Dent Mater J 2020;39:471- 482 24. Bahrani F, Safari A, Vojdani M, et al: Comparison of hardness and surface roughness of two denture bases polymerized by different methods. World J Dent 2012;3:171-175 25. ¸Sahin C, Ergin A, Ayyildiz S, et al. Evaluation of flexural strength and Candida albicans adhesion of an acrylic resin repaired with 4 different resin materials. Clin Dent Res 2012;36:10-14 26. Gale MS, Darvell BW: Thermal cycling procedures for laboratory testing of dental restorations. J Dent 1999;27: 89-99 27. Minami H, Suzuki S, Minesaki Y, et al: In vitro evaluation of the influence of repairing condition of denture base resin on the bonding of autopolymerizing resins. J Prosthet Dent 2004;91:164-170 28. Ikeda T, Wakabayashi N, Ona M, et al: Effects of polymerization shrinkage on the interfacial stress at resin-metal joint in denture-base: a non-linear FE stress analysis. Dent Mater 2006;22:413-419 29. Robertson L, Phaneuf M, Haimeur A, et al: Degree of conversion and oxygen-inhibited layer effect of three dental adhesives. Dent J (Basel) 2016:27;4(4):37 30. El-Damanhoury H, Platt J. Polymerization shrinkage stress kinetics and related properties of bulk- fill resin composites. Oper Dent 2014;39:374-382 31. Mamatha N, Madineni PK, Sisir R, et al: Evaluation of transverse strength of heat cure denture bases repaired with different joint surface contours: an in vitro study. J Contemp Dent Pract 2020;21:166-170 32. Anasane N, Ahirrao Y, Chitnis D, et al: The effect of joint surface contours
  • 23. and glass fiber reinforcement on the transverse strength of repaired acrylic resin: an in vitro study. Dent Res J (Isfahan) 2013;10:214-219 33. AlBin-Ameer MA, Alsrheed MY, Aldukhi IA, et al: Effect of protective coating on surface properties and candida albicans adhesion to denture base materials. J Prosthodont 2020;29: 80-86