SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
ASKEP PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISITEM
INTEGUMEN AKIBAT JAMUR
“Tinea Kapitis, Tinea Korporis & Kandidiasis”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
WD. YUYUN ANGGARAINI
MUH. ASWIN
LA ARE
NUR HIDAYAH
JAHRATUN
AKDEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011
KATA PENGATAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul
“ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN AKIBAT
JAMUR Tinea Kapitis, Tinea Korporis & Kandidiasia” ini dapat terselesaikan
sebagaimana yang diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan
pengikutnya hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu
asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan
yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu,
penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator
pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini
masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini. Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”.
Raha, 18 September 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................................................i
Daftar isi............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2
Bab II Pembahasan..............................................................................................................2
A. Pengertian................................................................................................................2
B. Etiologi....................................................................................................................2
C. Patofisiologi.............................................................................................................
D. Tanda dan Gejala.....................................................................................................
E. Komplikasi................................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................
G. Penatalaksanaan Medik..............................................................................................
H. Konsep Keperawatan..................................................................................................
Bab III Penutup..................................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tinea merupakan jenis penyakit yang jarang ditemukan pada siapapun tapi pada
dasaranya jenis penyakit ini sering ditemukan pada pria. Tinea adalah penyakit pada jaringan
yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut,
dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea
sendiri merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural
(selangkangan), sekitar anus, bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
Begitu pula dengan kandidiasis yang merupakan penyakit jamur yang bersifat
akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia, endokarditis, atau meningitis.
Di dalam makalah ini kami akan bahas lebih jelas lagi dan terperinci mengenai
jenie-jenis penyakit “tinea” terutama tinea kapitis dan tinea korporis serta kandidiasis.
B. TUJUAN
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui penyakit tinea kapitis, tinea
korporis dan kandidiasis
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menginterprestasikan suatu tindakan untuk
menangani penyakit tinea kapitis, tinea korporis dan kandidiasis ini sendiri
C. TINJAUAN PUSTAKA
Teknik penulisan makalah ini adalah tinjauan pustaka dengan mengambil literatur
– literatur atau teori – teori melalui buku – buku yang berkaitan dan informasi melalui
layanan internet.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tinea Kapitis
A. Pengertian
Tinea Kapitis (ringwrom of the scalp) adala kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis dan
bulu mata.
B. Etiologi
Tinea kapitis disebabkan oleh beberapa spesies trychopiton dan microsporum di Indonesia
terbanyak adalah M. Canis dan tonsurans.
C. Patofisiologi
Tinea kapitis disebabkan oleh trychopphyt canis T. Tonsurans ditularkan melalui kontak
antara anak dengan anak yang dapat menyerang batang rambut yang menyebabkan
kerontokkan secara klinis yang akan dijumpai sebuah atau beberapa bercagak yang budar,
berwarna kemudian rambut menjadi rapuh dan patah atau didekat sehingga meninggalkan
bercak – bercak kebotakan.
D. Tanda Dan Gejala
Infeksi jamur yang menular pada tangkai rambut sehingga dijumpai pada anak – anak. Bercak
– bercak kemerahan dengan pembentukan skuma. Postula atau popula kecil pada bagian tepi
lesi. Rambut menjadi rapuh, mudah patah pada permukaan kulit kepala.
E. Komplikasi
Limfangitis
Selulitis
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dalam larutan kalium hidroksida
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
• Aktifitas / istirahat
Tanda : klien tampak gelisah
• Integritas ego
Gejala : klien mengatakan stres terhadap penyakit
Tanda : tampak murung
• Hygiene
Gejala :
 Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya
 Kliien mengatakan lukanya memerah dan bau
Tanda : kliien nampak kotor dan bau, lesi nampak berisik
• Integritas Kulit
Gejala : klien mengatakan gatal pada luanya
Tanda : Tampak adanya pustule eritema, lesi nampak kasar
• Kenyamanan
Gejala : klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
Tanda : nampak sering menutup daerah luukaanya
• Pengetahuan / pemahaman
Gejala : klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya.
b. Pengelompokkan Data
• Data Subyektif
 Klien mengatakan gatal pada lukannya
 Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
 Klien mengatakna lukannya memerah dan bau
 Klien mengatakan kurang dalam mmerawat kebersihan dirinya
 Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya
• Data Obyektif
 Klien tampak gelisah
 Tampak murung
 Klien nampak kotor dan bau
 Lesi nampak kasar
 Lesi nampak bersisisk
 Tampak adanya pustule, erytema, lesi
 Tampak sering menutup daerah lukannya
c. Analisa Data
No Problem Etiologi Symptom
1 Gangguan
Integritas
kulit
M. canis & trychophiton
Mentagrohytes
Infeksi
Lesi
Postula
Eritema
Gangguan integritas kulit
DS :
Klien mengatakan
gatal pada lukanya
DO :
Tampak adanya
Postila,eritema,lesi
2 Deficit
Perawatan
diri
M.canis & trychophiton
Mentagrohytes
DS :
- Klien
mengatakan
Infeksi
Lesi
Postula
Kemelasan untuk membersihkan
Deficit perawatan diri
lukanya
memerah dan
bau
- Klien
mengatakan
kurang dalam
merawat
kebersihan
dirinya
DO :
Nampak kotor
3 Gangguan
citra diri
M.canis & trychophiton
Mentagrohytes
Macula eritemaus
Merusak jaringan kulit sekitarnya
Bersisik ditepinya
Gangguan citra tubuh
DS :
Klien mengatakan
malu dengan kondisi
badannya
DO :
- Lesi tampak kasar
- Lesi nampak bersisik
- Tampak sering
menutup daerah
lukanya
4 Ansietas Perubahan status kesehatan
Kurang pengetahuan
Stres psikologis
Ansietas
DS :
Klien mengatakan
kurang mengetahui
tentang penyakitnya
DO :
- Nampak
gelisah
- Nampak
murung
d. Prioritas Masalah
• Gangguan integritas kulit
• Devicit perawatan diri
• Gangguan citra tubuh
• Ansietas
2. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya
DO : Tampak adanya pustule, erytema, dan lesi
 Devicit perawatan diri berhubungan dengan adanya pustule ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan lukanya memerah dan bau
- Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya
DO : Nampak kotor dan bau
 Gangguan citra tubuh berhuubungan dengan kerusakkan jaringan kulit
ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
DO :
- Lesi tampak kasar
- Lesi tampak bersisik
- Tampak menutup daerah lukanya
 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahusn ditandai dengan :
DS : Klien mengatakn kurang mengetahui tentang penyakitnya
DO :
- Nampak gelisah
- Nampak murung
3. Rencana Tindakan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan integritas
Kulit berhubungan
dengan adanya lesi
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan gatal
pada lukanya
DO :
Tampak adanya pustule,
Eritema, dan lesi
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
gangguan integritas kulit
teratasi
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari gangguan integritas
kulit berangsur-angsur
berkurang dengan
kriteria :
-Klien mengatakan gatal
sudah berkurang pada
lukanya
-Lesi berkurang
1. Observasi klien
2. Kompres air
hangat
3. Hindari
makanan yang
mmengandung
tinggi protein
4. kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
antibiotik
1.Untuk menentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2.Untuk mengurangi
adanya rasa gatal yang
berlebihan
3.Untuk mengurangi
alergi pada kulit
4.Untuk mencegah
pertumbuhan jamur
dan meningkatkan
kesehatan
2 Devicit perawatan diri
Berhubungan dengan
Adanya pustule ditandai
dengan :
DS :
-Klien mengatakan
lukanya memerah dan
bau
-klien mengatakan
kurang dalam melakukan
perawatan diri
DO :
-Nampak kotor
-Nampak bau
-
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan,
perawatan terpenuhi.
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari perawatan diri klien
berangsur-angsur baik
dengan kriteria :
-Klien tidak lagi kotor
-Klien tidak lagi bau
1. observasi
kondisi kulit
2. Dorongan
perawatan diri
3. ajarkan klien
mandi terapeutik
4. Berikan pakian
yang bersih pada
klien
1. Untuk menentukan
rencana tindakan
2. Dapat menngkatkan
semgngat klien dalam
membersihkan diri
3. Untu mencegah
perlunya infeksi jamur
4. Untuk mencegah
infeksi silang.
3 Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
kerusakkan jaringan kulit
ditandai dengan :
DS :
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
klien dapat menerima
situasi dirinya :
1. Kaji perubahan
pada klien
2. Berikan
keyakinan pada
diri individu
1. Untuk mnentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2. Meningkatkan
kepercaayaan diri
Klien mengatakkan malu
dengan kondisi badannya
DO :
-Lesi tampak kasar
-Lesi nampak bersisik
-Tampak menutup
dengan lukanya
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari klien mulai menerima
keadaannya dengan
kriteria:
-Klien sudah tidak merasa
malu
-Lesi tidak lagi kasara
-Lesi tidak lagi bersisik
3. Dorongan
interaksi dengan
keluarga
pasien
Dapat
mempertahankan
komonikasi dengan
mendukung secara
terus-menerus pada
klien
4 Ansietas berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
berhubungan dengan :
DS :
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang
penyakitnya
DO :
-Nampak gelisah
-Nampak murung
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
tingkat kecemasan hilang
Tupen :
Setelah dibarikan
tindakan keperawatan ± 3
hari kecemasan berangsur
angsur kembali normal
dengan kriteria :
-Tidak lagi gelisah
-Tidak lagi murung
1. Observasi kaji
tingkat
pengetahuan klien
2. Jelaskan
tentang penyakit
klien
3. Beri
kesempatan
kepada kien untuk
mendiskusikan
tentang
penyakitnya
1. Untuk menentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2. untuk menambah
pengetahuan klien
tentang penyakitnya
3. Memberi
pemahaman yang lebih
tentang penyakitnya.
2. Tinea Korporis
A. Pengertian
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit berrambut halus (glaborus skin).
B. Etiologi
Tinea korporis disebabkan oleh jamur M. Chan dan Trycopiton mentaggropites yang berasal
dari binatang dan jamur, T. Rubrrum berasal dari manusia.
C. Patofisiologi
Tinea korporis disebabkan oleh infeksi jamur dari binatang dan manusia. Pada bagian yang
terinfeksi akan tampak lesi berbentuk cincin muncul eritema dan pustule seperti cincin
dengan sisik ditepinya.
D. Tanda Dan Gejala
Dimulai dengan macula ertematus yang berlanjut menjadi cincin- cincin papula atau vesikel
dengan bagian tengah yang bersih. Lesi ditemukan pada kelompok – kelompok yang dapat
meluas kekulit kepala, rambut atau kuku. Terasa gatal (pruiritis), hewan peliharaan yang
terinfeksi merupakan sumber penularan.
E. Komplikasi
Limfangitis
Selulitis
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dalam larutan kaliium hidroksida
G. Konsep Asuhan Keperawatan
4. Pengkajian
e. Pengumpulan Data
• Aktifitas / istirahat
Tanda : klien tampak gelisah
• Integritas ego
Gejala : klien mengatakan stres terhadap penyakit
Tanda : tampak murung
• Hygiene
Gejala :
 Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya
 Kliien mengatakan lukanya memerah dan bau
Tanda : kliien nampak kotor dan bau, lesi nampak berisik
• Integritas Kulit
Gejala : klien mengatakan gatal pada luanya
Tanda : Tampak adanya pustule eritema, lesi nampak kasar
• Kenyamanan
Gejala : klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
Tanda : nampak sering menutup daerah luukaanya
• Pengetahuan / pemahaman
Gejala : klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya.
f. Pengelompokkan Data
• Data Subyektif
 Klien mengatakan gatal pada lukannya
 Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
 Klien mengatakna lukannya memerah dan bau
 Klien mengatakan kurang dalam mmerawat kebersihan dirinya
 Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya
• Data Obyektif
 Klien tampak gelisah
 Tampak murung
 Klien nampak kotor dan bau
 Lesi nampak kasar
 Lesi nampak bersisisk
 Tampak adanya pustule, erytema, lesi
 Tampak sering menutup daerah lukannya
g. Analisa Data
No Problem Etiologi Symptom
1 Gangguan
Integritas
kulit
M. canis & trychophiton
Mentagrohytes
Infeksi
Lesi
Postula
Eritema
Gangguan integritas kulit
DS :
Klien mengatakan
gatal pada lukanya
DO :
Tampak adanya
Postila,eritema,lesi
2 Deficit
Perawatan
diri
M.canis & trychophiton
Mentagrohytes
Infeksi
Lesi
Postula
Kemelasan untuk membersihkan
Deficit perawatan diri
DS :
- Klien
mengatakan
lukanya
memerah dan
bau
- Klien
mengatakan
kurang dalam
merawat
kebersihan
dirinya
DO :
Nampak kotor
3 Gangguan
citra diri
M.canis & trychophiton
Mentagrohytes
Macula eritemaus
Merusak jaringan kulit sekitarnya
Bersisik ditepinya
Gangguan citra tubuh
DS :
Klien mengatakan
malu dengan kondisi
badannya
DO :
- Lesi tampak kasar
- Lesi nampak bersisik
- Tampak sering
menutup daerah
lukanya
4 Ansietas Perubahan status kesehatan
Kurang pengetahuan
Stres psikologis
Ansietas
DS :
Klien mengatakan
kurang mengetahui
tentang penyakitnya
DO :
- Nampak
gelisah
- Nampak
murung
h. Prioritas Masalah
• Gangguan integritas kulit
• Devicit perawatan diri
• Gangguan citra tubuh
• Ansietas
5. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya
DO : Tampak adanya pustule, erytema, dan lesi
 Devicit perawatan diri berhubungan dengan adanya pustule ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan lukanya memerah dan bau
- Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya
DO : Nampak kotor dan bau
 Gangguan citra tubuh berhuubungan dengan kerusakkan jaringan kulit
ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
DO :
- Lesi tampak kasar
- Lesi tampak bersisik
- Tampak menutup daerah lukanya
 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahusn ditandai dengan :
DS : Klien mengatakn kurang mengetahui tentang penyakitnya
DO :
- Nampak gelisah
- Nampak murung
6. Rencana Tindakan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan integritas
Kulit berhubungan
dengan adanya lesi
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan gatal
pada lukanya
DO :
Tampak adanya pustule,
Eritema, dan lesi
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
gangguan integritas kulit
teratasi
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari gangguan integritas
kulit berangsur-angsur
berkurang dengan
kriteria :
-Klien mengatakan gatal
sudah berkurang pada
lukanya
-Lesi berkurang
1. Observasi klien
2. Kompres air
hangat
3. Hindari
makanan yang
mmengandung
tinggi protein
4. kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
antibiotik
1.Untuk menentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2.Untuk mengurangi
adanya rasa gatal yang
berlebihan
3.Untuk mengurangi
alergi pada kulit
4.Untuk mencegah
pertumbuhan jamur
dan meningkatkan
kesehatan
2 Devicit perawatan diri
Berhubungan dengan
Adanya pustule ditandai
dengan :
DS :
-Klien mengatakan
lukanya memerah dan
bau
-klien mengatakan
kurang dalam melakukan
perawatan diri
DO :
-Nampak kotor
-Nampak bau
-
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan,
perawatan terpenuhi.
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari perawatan diri klien
berangsur-angsur baik
dengan kriteria :
-Klien tidak lagi kotor
-Klien tidak lagi bau
1. observasi
kondisi kulit
2. Dorongan
perawatan diri
3. ajarkan klien
mandi terapeutik
4. Berikan pakian
yang bersih pada
klien
1. Untuk menentukan
rencana tindakan
2. Dapat menngkatkan
semgngat klien dalam
membersihkan diri
3. Untu mencegah
perlunya infeksi jamur
4. Untuk mencegah
infeksi silang.
3 Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
kerusakkan jaringan kulit
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakkan malu
dengan kondisi badannya
DO :
-Lesi tampak kasar
-Lesi nampak bersisik
-Tampak menutup
dengan lukanya
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
klien dapat menerima
situasi dirinya :
Tupen :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan ± 3
hari klien mulai menerima
keadaannya dengan
kriteria:
-Klien sudah tidak merasa
malu
-Lesi tidak lagi kasara
1. Kaji perubahan
pada klien
2. Berikan
keyakinan pada
diri individu
3. Dorongan
interaksi dengan
keluarga
1. Untuk mnentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2. Meningkatkan
kepercaayaan diri
pasien
Dapat
mempertahankan
komonikasi dengan
mendukung secara
terus-menerus pada
klien
-Lesi tidak lagi bersisik
4 Ansietas berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
berhubungan dengan :
DS :
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang
penyakitnya
DO :
-Nampak gelisah
-Nampak murung
Tupan :
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
tingkat kecemasan hilang
Tupen :
Setelah dibarikan
tindakan keperawatan ± 3
hari kecemasan berangsur
angsur kembali normal
dengan kriteria :
-Tidak lagi gelisah
-Tidak lagi murung
1. Observasi kaji
tingkat
pengetahuan klien
2. Jelaskan
tentang penyakit
klien
3. Beri
kesempatan
kepada kien untuk
mendiskusikan
tentang
penyakitnya
1. Untuk menentukan
rencana tindakan
selanjutnya
2. untuk menambah
pengetahuan klien
tentang penyakitnya
3. Memberi
pemahaman yang lebih
tentang penyakitnya.
3. Kandidiasis
A. Pengertian
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies
Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku,
bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau
meningitis.
B. Etiologi
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya
adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C.
lusitaneae.
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar
dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari
spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang
memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan
penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
C. PATOFISIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya
adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C.
lusitaneae.
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar
dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari
spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang
memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan
penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
D. Tanda dan Gejala
Gejalanya tergantung kepada bagian tubuh yang terkena infeksi:
• Infeksi pada mulut (thrush) merupakan bercak keputihan yang terasa sakit. Bila
bercak timbul di kerongkongan akan menimbulkan gangguan mengunyah atau
gangguan makan.
• Infeksi pada katup jantung menimbulkan demam, murmur dan pembesaran limpa.
• Infeksi pada retina bisa menyebabkan kebutaan.
• Kandidemia dan infeksi pada ginjal bisa menyebabkan demam, penurunan tekanan
darah (syok) dan berkurangnya pembentukan air kemih.
E. Pemerikasaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya pemeriksaan
penunjang, antara lain :
• Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau
dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
• Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat
pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni
tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans
dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.
F. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :
1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi,
2. Topikal
Obat topical untuk kandidiasis meliputi:
a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari,
b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
c. Amfoterisin B,
d. Grup azol antara lain:
1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas. 1,10
3. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat
ini tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam
dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari
atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150
mg dosis tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang
dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.
4. Khusus:
a. Kandidiasis intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap
kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol
2 kali sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol
oral 100 mg selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
b. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan
lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan
bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang
adekuat. Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B,
mikonazol atau klotrimazol.
c. Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat
dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio
antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol
atau terbinafin
d. Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk
ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme
kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah
cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam
penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk
hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
e. Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi
tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri.
Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan
transport.
f. Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas
pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam
sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, status gizi, personal hygine, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi
b. Pemeriksaan sistemik
Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau
tidak), tengkuk, dada (inspeksi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah(inspeksi).
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium (dermatologi)
2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi
a. Kerusakan imegritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan respon paradangan
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan imegritas kulit dan peradangan pada klien
Kriteria:
 Kerusakan imegritas kulit berkurang
 Tanda-tanda peradangan hilang
 Keluhan klien berkurang
Intervensi:
 Kaji riwayat imegritas kulit
 Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi kerusakan imegritas kulit dan jelaskan
tentang teknik mengurangi respon peradangan
 Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)
 Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
b. Risiko hambatan interaksi sosial ybd keadaan yang memalukan
Tujuan : klien bisa berinteraksi
Kriteria:
 Klien terbuka tentang keadaannya
 Klien tidak mengisolasi diri
 Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi:
 Berikan penjelasan tentang penyakit yang diderita
 Menciptakan lingkungan yang nyaman
 Mendorong klien berinteraksi dengan orang lain
 Anjurkan agar klien tidak perlu merasa malu dengan keadaannya
 Lakukan personal hyigne pada klien
c. Harga diri rendah ybd penampilan dan respon orang lain
Tujuan : Klien percaya diri dengan keadaannya
Kriteria:
 Klien merasa rileks
 Berinteraksi denga orang-orang disekitarnya
 Klien dapat menerima dirinya apa adanya
Intervensi:
 Observasi interaksi klien dengan orang lain
 Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan faktor risiko
 Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
 Ajarkan penggunaan relaksasi
Beritahu tentang penyakit klien bahwa penyakit klien tidak berbahaya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tinea kapitis (ringworm of the scalp) adala kelainan pada kulit dan rambut
kepala, alis dan bulu mata .Sedangkan tinea korporis adalah dermatofitosis pada
kulit berrambut halus (glaborus skin)Yang menjadi masalah perawatan dari
penyakit tinea kapitis ini adalah :
• Gangguan integritas kulit
• Devicit perawtan diri
• Gangguan citra tubuh
• Ansietas
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat
menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.
B. Saran
Tinea kapitis,tinea korporis dan kandidiasis merupakan penyakit yang
jarang ditemukan namun penting untuk diketahui oleh seorang perawat. Oleh
karena itu, kita sebagai mahasisiwa Akademi Keperawatan harus mengetahui cara
menangani dan memberikan asuhan keperawatan pada klien yang menderita
penyakit tersebut. Sehungga jika kita menemukan kasus dilapangan, setidaknya kita
sudah mengenal penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.co.id
www.tineasis-tinea-kapitis-blogspot.co.id
www.tineasis-tinea-korporis-blogspot.co.id
www.penyakit-jamur-kandidiasis.
www.jamur-kulit.blogspot.co.id
ASKEP TINEA

More Related Content

Similar to ASKEP TINEA (20)

Tinea kapitis
Tinea kapitisTinea kapitis
Tinea kapitis
 
Tinea kapitis
Tinea kapitisTinea kapitis
Tinea kapitis
 
Askep tinea kapitis
Askep tinea kapitisAskep tinea kapitis
Askep tinea kapitis
 
Askep tinea kapitis
Askep tinea kapitisAskep tinea kapitis
Askep tinea kapitis
 
Skabies
SkabiesSkabies
Skabies
 
Askep herpes zoster
Askep herpes zosterAskep herpes zoster
Askep herpes zoster
 
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
 
Kandidiasis AKPER PEMKAB MUNA
Kandidiasis AKPER PEMKAB MUNA Kandidiasis AKPER PEMKAB MUNA
Kandidiasis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
 
Tinea corporis
Tinea corporisTinea corporis
Tinea corporis
 
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tonsilitis dan laringitis
Askep tonsilitis dan laringitisAskep tonsilitis dan laringitis
Askep tonsilitis dan laringitis
 
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
 
SAP dermatitis.pdf
SAP dermatitis.pdfSAP dermatitis.pdf
SAP dermatitis.pdf
 
personal hygiene
personal hygienepersonal hygiene
personal hygiene
 
PresentationAPD.pptx
PresentationAPD.pptxPresentationAPD.pptx
PresentationAPD.pptx
 
Candida
CandidaCandida
Candida
 
Yataba infeksi jamur
Yataba infeksi jamurYataba infeksi jamur
Yataba infeksi jamur
 
Askep pada pasien amputasi AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien amputasi AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien amputasi AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien amputasi AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

ASKEP TINEA

  • 1. ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISITEM INTEGUMEN AKIBAT JAMUR “Tinea Kapitis, Tinea Korporis & Kandidiasis” DISUSUN OLEH : KELOMPOK VI WD. YUYUN ANGGARAINI MUH. ASWIN LA ARE NUR HIDAYAH JAHRATUN AKDEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2011
  • 2. KATA PENGATAR “Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul “ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN AKIBAT JAMUR Tinea Kapitis, Tinea Korporis & Kandidiasia” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya hingga hari kiamat. Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri. Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini. Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”. Raha, 18 September 2011 Penyusun
  • 3. DAFTAR ISI Kata pengantar...................................................................................................................i Daftar isi............................................................................................................................ii Bab I Pendahuluan.............................................................................................................1 A. Latar Belakang.......................................................................................................1 B. Tujuan.....................................................................................................................2 Bab II Pembahasan..............................................................................................................2 A. Pengertian................................................................................................................2 B. Etiologi....................................................................................................................2 C. Patofisiologi............................................................................................................. D. Tanda dan Gejala..................................................................................................... E. Komplikasi................................................................................................................ F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................... G. Penatalaksanaan Medik.............................................................................................. H. Konsep Keperawatan.................................................................................................. Bab III Penutup.................................................................................................................. A. Kesimpulan............................................................................................................... B. Saran.......................................................................................................................... Daftar Pustaka
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tinea merupakan jenis penyakit yang jarang ditemukan pada siapapun tapi pada dasaranya jenis penyakit ini sering ditemukan pada pria. Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea sendiri merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar anus, bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah. Begitu pula dengan kandidiasis yang merupakan penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. Di dalam makalah ini kami akan bahas lebih jelas lagi dan terperinci mengenai jenie-jenis penyakit “tinea” terutama tinea kapitis dan tinea korporis serta kandidiasis. B. TUJUAN Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah : 1. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui penyakit tinea kapitis, tinea korporis dan kandidiasis 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menginterprestasikan suatu tindakan untuk menangani penyakit tinea kapitis, tinea korporis dan kandidiasis ini sendiri C. TINJAUAN PUSTAKA Teknik penulisan makalah ini adalah tinjauan pustaka dengan mengambil literatur – literatur atau teori – teori melalui buku – buku yang berkaitan dan informasi melalui layanan internet.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 1. Tinea Kapitis A. Pengertian Tinea Kapitis (ringwrom of the scalp) adala kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis dan bulu mata. B. Etiologi Tinea kapitis disebabkan oleh beberapa spesies trychopiton dan microsporum di Indonesia terbanyak adalah M. Canis dan tonsurans. C. Patofisiologi Tinea kapitis disebabkan oleh trychopphyt canis T. Tonsurans ditularkan melalui kontak antara anak dengan anak yang dapat menyerang batang rambut yang menyebabkan kerontokkan secara klinis yang akan dijumpai sebuah atau beberapa bercagak yang budar, berwarna kemudian rambut menjadi rapuh dan patah atau didekat sehingga meninggalkan bercak – bercak kebotakan. D. Tanda Dan Gejala Infeksi jamur yang menular pada tangkai rambut sehingga dijumpai pada anak – anak. Bercak – bercak kemerahan dengan pembentukan skuma. Postula atau popula kecil pada bagian tepi lesi. Rambut menjadi rapuh, mudah patah pada permukaan kulit kepala. E. Komplikasi Limfangitis Selulitis F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dalam larutan kalium hidroksida G. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data • Aktifitas / istirahat Tanda : klien tampak gelisah • Integritas ego Gejala : klien mengatakan stres terhadap penyakit Tanda : tampak murung • Hygiene
  • 6. Gejala :  Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya  Kliien mengatakan lukanya memerah dan bau Tanda : kliien nampak kotor dan bau, lesi nampak berisik • Integritas Kulit Gejala : klien mengatakan gatal pada luanya Tanda : Tampak adanya pustule eritema, lesi nampak kasar • Kenyamanan Gejala : klien mengatakan malu dengan kondisi badannya Tanda : nampak sering menutup daerah luukaanya • Pengetahuan / pemahaman Gejala : klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya. b. Pengelompokkan Data • Data Subyektif  Klien mengatakan gatal pada lukannya  Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya  Klien mengatakna lukannya memerah dan bau  Klien mengatakan kurang dalam mmerawat kebersihan dirinya  Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya • Data Obyektif  Klien tampak gelisah  Tampak murung  Klien nampak kotor dan bau  Lesi nampak kasar  Lesi nampak bersisisk  Tampak adanya pustule, erytema, lesi  Tampak sering menutup daerah lukannya c. Analisa Data No Problem Etiologi Symptom 1 Gangguan Integritas kulit M. canis & trychophiton Mentagrohytes Infeksi Lesi Postula Eritema Gangguan integritas kulit DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya DO : Tampak adanya Postila,eritema,lesi 2 Deficit Perawatan diri M.canis & trychophiton Mentagrohytes DS : - Klien mengatakan
  • 7. Infeksi Lesi Postula Kemelasan untuk membersihkan Deficit perawatan diri lukanya memerah dan bau - Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya DO : Nampak kotor 3 Gangguan citra diri M.canis & trychophiton Mentagrohytes Macula eritemaus Merusak jaringan kulit sekitarnya Bersisik ditepinya Gangguan citra tubuh DS : Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya DO : - Lesi tampak kasar - Lesi nampak bersisik - Tampak sering menutup daerah lukanya 4 Ansietas Perubahan status kesehatan Kurang pengetahuan Stres psikologis Ansietas DS : Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya DO : - Nampak gelisah - Nampak murung d. Prioritas Masalah • Gangguan integritas kulit • Devicit perawatan diri • Gangguan citra tubuh • Ansietas 2. Diagnosa Keperawatan  Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan : DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya DO : Tampak adanya pustule, erytema, dan lesi  Devicit perawatan diri berhubungan dengan adanya pustule ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan lukanya memerah dan bau - Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya DO : Nampak kotor dan bau  Gangguan citra tubuh berhuubungan dengan kerusakkan jaringan kulit ditandai dengan : DS : Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
  • 8. DO : - Lesi tampak kasar - Lesi tampak bersisik - Tampak menutup daerah lukanya  Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahusn ditandai dengan : DS : Klien mengatakn kurang mengetahui tentang penyakitnya DO : - Nampak gelisah - Nampak murung 3. Rencana Tindakan No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1 Gangguan integritas Kulit berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan : DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya DO : Tampak adanya pustule, Eritema, dan lesi Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit teratasi Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan ± 3 hari gangguan integritas kulit berangsur-angsur berkurang dengan kriteria : -Klien mengatakan gatal sudah berkurang pada lukanya -Lesi berkurang 1. Observasi klien 2. Kompres air hangat 3. Hindari makanan yang mmengandung tinggi protein 4. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik 1.Untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya 2.Untuk mengurangi adanya rasa gatal yang berlebihan 3.Untuk mengurangi alergi pada kulit 4.Untuk mencegah pertumbuhan jamur dan meningkatkan kesehatan 2 Devicit perawatan diri Berhubungan dengan Adanya pustule ditandai dengan : DS : -Klien mengatakan lukanya memerah dan bau -klien mengatakan kurang dalam melakukan perawatan diri DO : -Nampak kotor -Nampak bau - Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, perawatan terpenuhi. Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan ± 3 hari perawatan diri klien berangsur-angsur baik dengan kriteria : -Klien tidak lagi kotor -Klien tidak lagi bau 1. observasi kondisi kulit 2. Dorongan perawatan diri 3. ajarkan klien mandi terapeutik 4. Berikan pakian yang bersih pada klien 1. Untuk menentukan rencana tindakan 2. Dapat menngkatkan semgngat klien dalam membersihkan diri 3. Untu mencegah perlunya infeksi jamur 4. Untuk mencegah infeksi silang. 3 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kerusakkan jaringan kulit ditandai dengan : DS : Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan klien dapat menerima situasi dirinya : 1. Kaji perubahan pada klien 2. Berikan keyakinan pada diri individu 1. Untuk mnentukan rencana tindakan selanjutnya 2. Meningkatkan kepercaayaan diri
  • 9. Klien mengatakkan malu dengan kondisi badannya DO : -Lesi tampak kasar -Lesi nampak bersisik -Tampak menutup dengan lukanya Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan ± 3 hari klien mulai menerima keadaannya dengan kriteria: -Klien sudah tidak merasa malu -Lesi tidak lagi kasara -Lesi tidak lagi bersisik 3. Dorongan interaksi dengan keluarga pasien Dapat mempertahankan komonikasi dengan mendukung secara terus-menerus pada klien 4 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan berhubungan dengan : DS : Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya DO : -Nampak gelisah -Nampak murung Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan tingkat kecemasan hilang Tupen : Setelah dibarikan tindakan keperawatan ± 3 hari kecemasan berangsur angsur kembali normal dengan kriteria : -Tidak lagi gelisah -Tidak lagi murung 1. Observasi kaji tingkat pengetahuan klien 2. Jelaskan tentang penyakit klien 3. Beri kesempatan kepada kien untuk mendiskusikan tentang penyakitnya 1. Untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya 2. untuk menambah pengetahuan klien tentang penyakitnya 3. Memberi pemahaman yang lebih tentang penyakitnya.
  • 10.
  • 11. 2. Tinea Korporis A. Pengertian Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit berrambut halus (glaborus skin). B. Etiologi Tinea korporis disebabkan oleh jamur M. Chan dan Trycopiton mentaggropites yang berasal dari binatang dan jamur, T. Rubrrum berasal dari manusia. C. Patofisiologi Tinea korporis disebabkan oleh infeksi jamur dari binatang dan manusia. Pada bagian yang terinfeksi akan tampak lesi berbentuk cincin muncul eritema dan pustule seperti cincin dengan sisik ditepinya. D. Tanda Dan Gejala Dimulai dengan macula ertematus yang berlanjut menjadi cincin- cincin papula atau vesikel dengan bagian tengah yang bersih. Lesi ditemukan pada kelompok – kelompok yang dapat meluas kekulit kepala, rambut atau kuku. Terasa gatal (pruiritis), hewan peliharaan yang terinfeksi merupakan sumber penularan. E. Komplikasi Limfangitis Selulitis F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dalam larutan kaliium hidroksida G. Konsep Asuhan Keperawatan 4. Pengkajian e. Pengumpulan Data • Aktifitas / istirahat Tanda : klien tampak gelisah • Integritas ego Gejala : klien mengatakan stres terhadap penyakit Tanda : tampak murung • Hygiene Gejala :  Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya  Kliien mengatakan lukanya memerah dan bau Tanda : kliien nampak kotor dan bau, lesi nampak berisik • Integritas Kulit Gejala : klien mengatakan gatal pada luanya Tanda : Tampak adanya pustule eritema, lesi nampak kasar • Kenyamanan Gejala : klien mengatakan malu dengan kondisi badannya
  • 12. Tanda : nampak sering menutup daerah luukaanya • Pengetahuan / pemahaman Gejala : klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya. f. Pengelompokkan Data • Data Subyektif  Klien mengatakan gatal pada lukannya  Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya  Klien mengatakna lukannya memerah dan bau  Klien mengatakan kurang dalam mmerawat kebersihan dirinya  Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya • Data Obyektif  Klien tampak gelisah  Tampak murung  Klien nampak kotor dan bau  Lesi nampak kasar  Lesi nampak bersisisk  Tampak adanya pustule, erytema, lesi  Tampak sering menutup daerah lukannya g. Analisa Data No Problem Etiologi Symptom 1 Gangguan Integritas kulit M. canis & trychophiton Mentagrohytes Infeksi Lesi Postula Eritema Gangguan integritas kulit DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya DO : Tampak adanya Postila,eritema,lesi 2 Deficit Perawatan diri M.canis & trychophiton Mentagrohytes Infeksi Lesi Postula Kemelasan untuk membersihkan Deficit perawatan diri DS : - Klien mengatakan lukanya memerah dan bau - Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya DO : Nampak kotor
  • 13. 3 Gangguan citra diri M.canis & trychophiton Mentagrohytes Macula eritemaus Merusak jaringan kulit sekitarnya Bersisik ditepinya Gangguan citra tubuh DS : Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya DO : - Lesi tampak kasar - Lesi nampak bersisik - Tampak sering menutup daerah lukanya 4 Ansietas Perubahan status kesehatan Kurang pengetahuan Stres psikologis Ansietas DS : Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya DO : - Nampak gelisah - Nampak murung h. Prioritas Masalah • Gangguan integritas kulit • Devicit perawatan diri • Gangguan citra tubuh • Ansietas 5. Diagnosa Keperawatan  Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan : DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya DO : Tampak adanya pustule, erytema, dan lesi  Devicit perawatan diri berhubungan dengan adanya pustule ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan lukanya memerah dan bau - Klien mengatakan kurang dalam merawat kebersihan dirinya DO : Nampak kotor dan bau  Gangguan citra tubuh berhuubungan dengan kerusakkan jaringan kulit ditandai dengan : DS : Klien mengatakan malu dengan kondisi badannya DO : - Lesi tampak kasar - Lesi tampak bersisik - Tampak menutup daerah lukanya  Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahusn ditandai dengan : DS : Klien mengatakn kurang mengetahui tentang penyakitnya DO : - Nampak gelisah - Nampak murung 6. Rencana Tindakan
  • 14. No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1 Gangguan integritas Kulit berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan : DS : Klien mengatakan gatal pada lukanya DO : Tampak adanya pustule, Eritema, dan lesi Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit teratasi Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan ± 3 hari gangguan integritas kulit berangsur-angsur berkurang dengan kriteria : -Klien mengatakan gatal sudah berkurang pada lukanya -Lesi berkurang 1. Observasi klien 2. Kompres air hangat 3. Hindari makanan yang mmengandung tinggi protein 4. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik 1.Untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya 2.Untuk mengurangi adanya rasa gatal yang berlebihan 3.Untuk mengurangi alergi pada kulit 4.Untuk mencegah pertumbuhan jamur dan meningkatkan kesehatan 2 Devicit perawatan diri Berhubungan dengan Adanya pustule ditandai dengan : DS : -Klien mengatakan lukanya memerah dan bau -klien mengatakan kurang dalam melakukan perawatan diri DO : -Nampak kotor -Nampak bau - Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, perawatan terpenuhi. Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan ± 3 hari perawatan diri klien berangsur-angsur baik dengan kriteria : -Klien tidak lagi kotor -Klien tidak lagi bau 1. observasi kondisi kulit 2. Dorongan perawatan diri 3. ajarkan klien mandi terapeutik 4. Berikan pakian yang bersih pada klien 1. Untuk menentukan rencana tindakan 2. Dapat menngkatkan semgngat klien dalam membersihkan diri 3. Untu mencegah perlunya infeksi jamur 4. Untuk mencegah infeksi silang. 3 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kerusakkan jaringan kulit ditandai dengan : DS : Klien mengatakkan malu dengan kondisi badannya DO : -Lesi tampak kasar -Lesi nampak bersisik -Tampak menutup dengan lukanya Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan klien dapat menerima situasi dirinya : Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan ± 3 hari klien mulai menerima keadaannya dengan kriteria: -Klien sudah tidak merasa malu -Lesi tidak lagi kasara 1. Kaji perubahan pada klien 2. Berikan keyakinan pada diri individu 3. Dorongan interaksi dengan keluarga 1. Untuk mnentukan rencana tindakan selanjutnya 2. Meningkatkan kepercaayaan diri pasien Dapat mempertahankan komonikasi dengan mendukung secara terus-menerus pada klien
  • 15. -Lesi tidak lagi bersisik 4 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan berhubungan dengan : DS : Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya DO : -Nampak gelisah -Nampak murung Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan tingkat kecemasan hilang Tupen : Setelah dibarikan tindakan keperawatan ± 3 hari kecemasan berangsur angsur kembali normal dengan kriteria : -Tidak lagi gelisah -Tidak lagi murung 1. Observasi kaji tingkat pengetahuan klien 2. Jelaskan tentang penyakit klien 3. Beri kesempatan kepada kien untuk mendiskusikan tentang penyakitnya 1. Untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya 2. untuk menambah pengetahuan klien tentang penyakitnya 3. Memberi pemahaman yang lebih tentang penyakitnya.
  • 16. 3. Kandidiasis A. Pengertian Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. B. Etiologi Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik. C. PATOFISIOLOGI Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik. D. Tanda dan Gejala Gejalanya tergantung kepada bagian tubuh yang terkena infeksi: • Infeksi pada mulut (thrush) merupakan bercak keputihan yang terasa sakit. Bila bercak timbul di kerongkongan akan menimbulkan gangguan mengunyah atau gangguan makan. • Infeksi pada katup jantung menimbulkan demam, murmur dan pembesaran limpa. • Infeksi pada retina bisa menyebabkan kebutaan. • Kandidemia dan infeksi pada ginjal bisa menyebabkan demam, penurunan tekanan darah (syok) dan berkurangnya pembentukan air kemih.
  • 17. E. Pemerikasaan Penunjang Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya pemeriksaan penunjang, antara lain : • Pemeriksaan langsung Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu • Pemeriksaan biakan Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar. F. Penatalaksanaan Medik Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain : 1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi, 2. Topikal Obat topical untuk kandidiasis meliputi: a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari, b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi, c. Amfoterisin B, d. Grup azol antara lain: 1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak 2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim 3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol 4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim 5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas. 1,10 3. Sistemik a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus. b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal. d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari. 4. Khusus: a. Kandidiasis intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
  • 18. b. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol. c. Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau terbinafin d. Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit. e. Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport. f. Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur. G. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Pemeriksaan fisik Keadaan umum Kesadaran, status gizi, personal hygine, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi b. Pemeriksaan sistemik Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah(inspeksi). c. Pemeriksaan penunjang - Pemeriksaan laboratorium (dermatologi) 2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi a. Kerusakan imegritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan respon paradangan Tujuan: Tidak terjadi kerusakan imegritas kulit dan peradangan pada klien Kriteria:  Kerusakan imegritas kulit berkurang  Tanda-tanda peradangan hilang
  • 19.  Keluhan klien berkurang Intervensi:  Kaji riwayat imegritas kulit  Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi kerusakan imegritas kulit dan jelaskan tentang teknik mengurangi respon peradangan  Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)  Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan b. Risiko hambatan interaksi sosial ybd keadaan yang memalukan Tujuan : klien bisa berinteraksi Kriteria:  Klien terbuka tentang keadaannya  Klien tidak mengisolasi diri  Klien dapat istirahat dengan tenang Intervensi:  Berikan penjelasan tentang penyakit yang diderita  Menciptakan lingkungan yang nyaman  Mendorong klien berinteraksi dengan orang lain  Anjurkan agar klien tidak perlu merasa malu dengan keadaannya  Lakukan personal hyigne pada klien c. Harga diri rendah ybd penampilan dan respon orang lain Tujuan : Klien percaya diri dengan keadaannya Kriteria:  Klien merasa rileks  Berinteraksi denga orang-orang disekitarnya  Klien dapat menerima dirinya apa adanya Intervensi:  Observasi interaksi klien dengan orang lain  Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan faktor risiko  Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan  Ajarkan penggunaan relaksasi Beritahu tentang penyakit klien bahwa penyakit klien tidak berbahaya
  • 20.
  • 21. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tinea kapitis (ringworm of the scalp) adala kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis dan bulu mata .Sedangkan tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit berrambut halus (glaborus skin)Yang menjadi masalah perawatan dari penyakit tinea kapitis ini adalah : • Gangguan integritas kulit • Devicit perawtan diri • Gangguan citra tubuh • Ansietas Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. B. Saran Tinea kapitis,tinea korporis dan kandidiasis merupakan penyakit yang jarang ditemukan namun penting untuk diketahui oleh seorang perawat. Oleh karena itu, kita sebagai mahasisiwa Akademi Keperawatan harus mengetahui cara menangani dan memberikan asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit tersebut. Sehungga jika kita menemukan kasus dilapangan, setidaknya kita sudah mengenal penyakit ini.