SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak
merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat
dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia
dan kedokteran umum.
Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat
pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.
Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan
tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan
suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang
disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari
perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak
sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan
oleh gen yang diturunkan.
Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang
maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional
discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity. Perilaku abnormal merupakan
suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena
masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya
pemikiran pada mahzab perilaku (behaviorisme).
Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang, dan tampilan luar atau
tampilan atas kedua-duanya. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik, phobia,
atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal juga
merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan
gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi
(peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup
seseorang.
Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis
yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok status
tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan “individualitas,
ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang,
pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya di
ii
pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen.”
(Mike Featherstone, 63 : 2005).

Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan
masyarakat,

perilaku

di

depan

,

dan

upaya

membedakan

statusnya

dari

orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style. Penyebab perilaku
abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya.
Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat khususnya
pada gaya hidup seseorang.

Dari permasalah tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup seseorang dapat
menyebabkan tingkah laku abnormal, dan untuk itu penulis tertarik untuk lebih lanjut menulis
hal tersebut dalam makalah ini.

B Rumusan masalah
1. Pengertian Perilaku Abnormal
2. Model Perilaku Abnormal
3. Kriteria Perilaku Abnormal
4. Penyebab Perilaku Abnormal

C. Tujuan dan Kegunaan
a. Untuk mengetahui lebih luas tentang dampak perilaku abnormal pada diri
b. Untuk memperoleh informasi tentang perilaku Abnormal
c. Untuk mengetahui ciri-ciri tanda dan gejala Abnormal

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Abnormal Pada Diri Sendiri
Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang baik penampilan dari
dalam maupun penampilan dari luar. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik,
phobia, atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal
juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis
dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi
(peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup
seseorang.
Gaya hidup merupakan pola atau budaya konsumtif manusia masa kini yang
mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu, tubuh, busana,
bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan
pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta
rasa gaya dari pemilik atau konsumen.
Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan
masyarakat,

perilaku

di

depan,

dan

upaya

membedakan

statusnya

dari

orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style merupakan salah satu
penyebab perilaku abnormal yang dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan
pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial
masyarakat khususnya pada gaya hidup seseorang.

B. Pengertian Gaya Hidup
Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis
yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok
status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan
individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan
saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan
seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik
atau konsumen (Featherstone, 2005 : 124).
Weber mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan melalui persamaan gaya hidup.
Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat
dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan,
menurut Weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan
monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Kelompok status di bedabedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi.

ii
Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung adat, yang
menciptakan dan melestarikan semua adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat (dalam
Sunarto Kamanto, 2000 : 67). Monopoli suatu kelompok status antara lain terwujud dalam
gaya berbusana. Kita melihat setiap kelompok status yang ada di masyarakat mempunyai
gaya hidup yang khas. Masing-masing kelompok mempunyai selera yang khas dalam
pakaian, hiburan, perlengkapan rumah tangga, makanan, minuman, bacaan, selera seni dan
musik.

Gaya hidup menurut Weber, berarti persamaan status kehormatan yang di tandai dengan
konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama. Estetika realitas melatarbelakangi
arti penting gaya yang juga di dorong oleh dinamika pasar modern dengan pencarian yang
konstan akan adanya model baru, gaya baru, sensasi dan pengalaman baru. Gaya hidup yang
ditawarkan berbagai media pada saat sekarang ini adalah ajakan bagi khalayaknya untuk
memasuki apa yang disebut budaya konsumer. (dalam Sunarto Kamanto, 2000 : 67)
Menurut Lury, budaya konsumer diartikan sebagai bentuk budaya materi yakni budaya
pemanfaatan benda-benda dalam masyarakat Eropa-Amerika kontemporer. Kini, apa yang
dinikmati oleh masyarakat Eropa-Amerika kontemporer tersebut “yang notabene adalah
negara kaya” di tiru oleh masyarakat dunia lain termasuk negara Indonesia. Budaya
consumer dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (lifestyle). Justru, menurut Lury, proses
pembentukan gaya hidup-lah yang merupakan hal terbaik yang mendefenisikan budaya
konsumer.
Dalam budaya konsumer kontemporer, istilah itu bermakna individualitas, pernyataan diri
dan kesadaran diri. Dalam hal ini, tubuh, pakaian, waktu luang, pilihan makanan dan
minuman, rumah, mobil, pilihan liburan dan lain-lain menjadi indikator cita rasa
individualitas dan gaya hidup seseorang.
Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental = dikenal
sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat,
konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu
itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan
supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia
dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang
muncul adalah bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan
serbuan/invasi dari roh-roh jahat.
Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination--menciptakan sebuah
jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.
Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada
akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh
roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat
ii
atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah
pedalaman. Kita pernah saksikan tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu
dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu
didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya.
Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad
pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal.
Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat
dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada
dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara,
misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan
membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal,
maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu.
Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu
pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18.
Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk
menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku
abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis,
psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan
singkatnya
a. Perspektif biologis
Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku
abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman
lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang
psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan
penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini
bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka
mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan
dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom
dari gangguan yang mendasarinya.
b. Perspektif psikologis
Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku
abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar.
Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan model psikologis utama
yang pertama membahas mengenai perilaku abnormal.
c. Perspektif sosiokultural
Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang
lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal.
Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada
ii
kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial
masyarakat,

seperti

kemiskinan,

perpecahan

sosial,

diskriminasi

ras,

gender,gayahidup,dansebagainya.
d. Perspektif biopsikososial
Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami
hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku
abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai
macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.

yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain :
 Statistical infrequency
 Unexpectedness
 Violation of norms
 Personal distress (M. Fakhrurrozi, 2012 : 2)

C. Kriteria Menentukan Perilaku Abnormal
Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan
perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut :
a.

Kriteria Statistik

Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku
yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve
distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku
berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan
baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
1. Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan
diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng.
Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas
ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.
2. Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah,
tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
3. Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah
kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi
jenius.
4. Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang
mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan
informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.

ii
b. Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang
benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan
dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan
lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap
aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma
masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual
merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.
Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan.
Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku
normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas
adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

D. Dampak Penyebab Perilaku Abnormal
Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan
sebagai berikut :
a.

Menurut Tahap Berfungsinya

1) Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.
Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu
sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau
berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa
infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
2) Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan
tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak
oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup
sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang
lebih baik
3) Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan
gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami
kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya
yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.

ii
4) Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang
sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit”
justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan
menunda kesembuhannya.
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal.
Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat
sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber
penyebab sebagai abnormalitas. Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk
mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya
senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak
memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya
– foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.

b. Menurut Sumber Asalnya
Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya
menjadi tiga yaitu :
1) Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan
ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi,
penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap
stress.
2) Faktor – faktor psikososial
a) Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan
harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya.
Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa
sampai ke masa dewasa.

b) Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa
kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa
kemungkinan sebab misalnya:
3) Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan,
4) Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.

ii
c) Hubungan orang tua – anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang
tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.

d) Struktur keluarga yang patogenik
Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para
anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan
selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur
keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:

e) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.
Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau
karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .

5) Keluarga yang antisosial
Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas
6) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah
7) Keluarga yang tidak utuh
Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau
sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.

f)

Stress berat

Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
8) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri
9) Konflik nilai
10) Tekanan kehidupan modern
3) Faktor – faktor Sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat
berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk
gangguan seperti:
a) Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b)

Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti

menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c)

Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti

berdasarkan agama, ras, suku dll.

ii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
berikut beberapa dampak penyebab perilaku abnormal pada diri :
a.

Menurut Tahap Berfungsinya
1. Penyebab Primer ( Primary Cause )
2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )

b. Menurut Sumber Asalnya
1.

Faktor Biologis

2.

Faktor – faktor psikososial

a) Trauma Di Masa Kanak – Kanak
b) Deprivasi Parental
c) Hubungan orang tua – anak yang patogenik
d) Struktur keluarga yang patogenik
e) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.
f)

Stress berat

3.

Faktor – faktor Sosiokultural
a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti
menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu
seperti berdasarkan agama, ras, suku dll.

B. Saran-saran
 Diharapkan kepada pendidik dan orang tua dalam memberikan arahan tentang gaya hidup
yang sehat bagi anak dan siswa di sekolah.
 Untuk dapat contoh tentang gaya hidup yang sehat dan baik, maka orang tua atau
pendidik diupayakan memahami dan mengerti tentang bagaiman perkembangan gaya
hidup yang berkembang di masyarakat.
 Sebaiknya orang tua memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang baik dan serta
pemahaman agama yang kuat agar anak tidak terjerat kedalam gaya hidup yang salah.

ii
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.syifa.wordpress.com 2007. Gaul vs Konsumtif. Diakses 26 Oktober 2012
 http://dhesny-hon.blogspot.com/perilaku-abnormal.html diakses tanggal 16 November
2012
 Dyah Kusbiantari dalam http://kusbiantari.blogspot.com/2012 diakses tanggal 16
November 2012.
 Emil Kraepelin, 2007. Psychiatric Mental Health Nursing (Terjemahan). Philadelphia
: J. B. Lippincot Company.
 Featherstone, Mike (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). 2005. Posmodernisme dan
Budaya Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
 Fakhrurrozi. M. 2012, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya
 Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Hal 93. Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Universitas Sumatera
Utara .

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan limpahan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, dalam mata
kuliah“PSIKOLOGI”. Dengan judul “DAMPAK PERILAKU ABNORMAL PADA DIRI”.
Dalam penulisan makalah ini saya susun berdasarkan sumber-sumber yang ada di
internet. Makalah ini juga, kami susun guna memberikan pengalaman bagi mahasiswi agar
mampuh menerapkan pengetahuannya dengan lebih luas. Oleh karena itu, mahasiswi perlu
lebih meningkatkan pemahaman, wawasan, dan memperluas pola pikir. Yang tentunya sangat
bermanfaat bagi tumbuh kembang wawasan kedepan bagi mahasiswi. Dan pastinya dapat
menjadi bekal bagi mahasiswi untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan dunia luas
dengan keahlian, pengetahuan, wawasan sesuai dengan keterampilan dan profesinya masingmasing.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan/perbaikan penulisan makalah ini dikemudian hari.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Raha,

Desember 2013

Penulis

ii
MAKALAH
PSIKOLOGI
DAMPAK PERILAKU
ABNORMAL PADA DIRI

DISUSUN OLEH :
NAMA

: FEBI FATMAWATI S.

NIM

: 13.13.1098

TINGKAT

: I. B

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2013
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
A. Pengertian Perilaku Abnormal Pada Diri Sendiri............................................... 3
B. Pengertian Gaya Hidup................................................................................... 3
C. Kriteria Menentukan Perilaku Abnormal........................................................... 6

D. Dampak Penyebab Perilaku Abnormal..........................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................

7

10

A. Kesimpulan.................................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 11

ii

More Related Content

Viewers also liked (14)

у світі казки
у світі казкиу світі казки
у світі казки
 
Castrum Take away
Castrum Take away Castrum Take away
Castrum Take away
 
Risk Assessment (2)
Risk Assessment (2)Risk Assessment (2)
Risk Assessment (2)
 
How we do it
How we do itHow we do it
How we do it
 
Murni psikologi 2
Murni psikologi 2Murni psikologi 2
Murni psikologi 2
 
Statistical dissemination control in large machine to-machine communication n...
Statistical dissemination control in large machine to-machine communication n...Statistical dissemination control in large machine to-machine communication n...
Statistical dissemination control in large machine to-machine communication n...
 
Social Networks
Social NetworksSocial Networks
Social Networks
 
Snack S51-2015
Snack S51-2015Snack S51-2015
Snack S51-2015
 
meier_Master-Urkunde
meier_Master-Urkundemeier_Master-Urkunde
meier_Master-Urkunde
 
Presentacion inspección general vano y creacion de aviso SAP
Presentacion inspección general vano  y creacion de aviso  SAPPresentacion inspección general vano  y creacion de aviso  SAP
Presentacion inspección general vano y creacion de aviso SAP
 
Risk Assessment (3)
Risk Assessment (3)Risk Assessment (3)
Risk Assessment (3)
 
Srs profile
Srs profileSrs profile
Srs profile
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 
Artying05
Artying05Artying05
Artying05
 

Similar to Perilaku ab

Etnopsikiatri
EtnopsikiatriEtnopsikiatri
Etnopsikiatri
ridhar
 
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUMPENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
FitriAmaliyah
 
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriBagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Raffy Mundung
 
Kepribadian (Sosiolog)
Kepribadian (Sosiolog)Kepribadian (Sosiolog)
Kepribadian (Sosiolog)
Nadia Tsalisa
 
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka Nur Fitriyani
 
Masalah Adat Istiadat, Norma, dan Hukum Masyarakat
Masalah Adat Istiadat, Norma, dan Hukum MasyarakatMasalah Adat Istiadat, Norma, dan Hukum Masyarakat
Masalah Adat Istiadat, Norma, dan Hukum Masyarakat
suher lambang
 
Sosiologi - Kebudayaan dan kepribadian
Sosiologi - Kebudayaan dan kepribadianSosiologi - Kebudayaan dan kepribadian
Sosiologi - Kebudayaan dan kepribadian
Athia Nabila Faqiha
 

Similar to Perilaku ab (20)

Gaya hidup abnormal
Gaya hidup abnormalGaya hidup abnormal
Gaya hidup abnormal
 
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )
 
Etnopsikiatri
EtnopsikiatriEtnopsikiatri
Etnopsikiatri
 
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUMPENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
 
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriBagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
 
Masalah sosial
Masalah sosialMasalah sosial
Masalah sosial
 
Kepribadian (Sosiolog)
Kepribadian (Sosiolog)Kepribadian (Sosiolog)
Kepribadian (Sosiolog)
 
Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan KebudayaanManusia dan Kebudayaan
Manusia dan Kebudayaan
 
Bab 3 Kepribadian
Bab 3 KepribadianBab 3 Kepribadian
Bab 3 Kepribadian
 
Modul sosbud 1 kb 2
Modul sosbud 1 kb 2Modul sosbud 1 kb 2
Modul sosbud 1 kb 2
 
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
Eka nur fitriyani x.2 (penyimpangan sosial dan anti sosial)
 
Ips sosiologi
Ips sosiologiIps sosiologi
Ips sosiologi
 
Antropologi,Kebudayaan dan Kesehatan
Antropologi,Kebudayaan dan KesehatanAntropologi,Kebudayaan dan Kesehatan
Antropologi,Kebudayaan dan Kesehatan
 
Rainbow
RainbowRainbow
Rainbow
 
Wawasan sosial budaya
Wawasan sosial budayaWawasan sosial budaya
Wawasan sosial budaya
 
Masalah Adat Istiadat, Norma, dan Hukum Masyarakat
Masalah Adat Istiadat, Norma, dan Hukum MasyarakatMasalah Adat Istiadat, Norma, dan Hukum Masyarakat
Masalah Adat Istiadat, Norma, dan Hukum Masyarakat
 
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptx
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptxPATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptx
PATOLOGI SOSIAL DAN TEORINYA.pptx
 
Ilmu Budaya Dasar Ke 4
Ilmu Budaya Dasar Ke 4Ilmu Budaya Dasar Ke 4
Ilmu Budaya Dasar Ke 4
 
ppt mengidentifikasi modal manusia dan budaya.ppt
ppt mengidentifikasi modal manusia dan budaya.pptppt mengidentifikasi modal manusia dan budaya.ppt
ppt mengidentifikasi modal manusia dan budaya.ppt
 
Sosiologi - Kebudayaan dan kepribadian
Sosiologi - Kebudayaan dan kepribadianSosiologi - Kebudayaan dan kepribadian
Sosiologi - Kebudayaan dan kepribadian
 

More from Operator Warnet Vast Raha

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Perilaku ab

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum. Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku. Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan. Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity. Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya pemikiran pada mahzab perilaku (behaviorisme). Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang, dan tampilan luar atau tampilan atas kedua-duanya. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik, phobia, atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi (peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup seseorang. Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan “individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya di ii
  • 2. pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen.” (Mike Featherstone, 63 : 2005). Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan , dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat khususnya pada gaya hidup seseorang. Dari permasalah tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup seseorang dapat menyebabkan tingkah laku abnormal, dan untuk itu penulis tertarik untuk lebih lanjut menulis hal tersebut dalam makalah ini. B Rumusan masalah 1. Pengertian Perilaku Abnormal 2. Model Perilaku Abnormal 3. Kriteria Perilaku Abnormal 4. Penyebab Perilaku Abnormal C. Tujuan dan Kegunaan a. Untuk mengetahui lebih luas tentang dampak perilaku abnormal pada diri b. Untuk memperoleh informasi tentang perilaku Abnormal c. Untuk mengetahui ciri-ciri tanda dan gejala Abnormal ii
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perilaku Abnormal Pada Diri Sendiri Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang baik penampilan dari dalam maupun penampilan dari luar. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik, phobia, atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi (peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup seseorang. Gaya hidup merupakan pola atau budaya konsumtif manusia masa kini yang mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu, tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style merupakan salah satu penyebab perilaku abnormal yang dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat khususnya pada gaya hidup seseorang. B. Pengertian Gaya Hidup Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen (Featherstone, 2005 : 124). Weber mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut Weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Kelompok status di bedabedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi. ii
  • 4. Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung adat, yang menciptakan dan melestarikan semua adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat (dalam Sunarto Kamanto, 2000 : 67). Monopoli suatu kelompok status antara lain terwujud dalam gaya berbusana. Kita melihat setiap kelompok status yang ada di masyarakat mempunyai gaya hidup yang khas. Masing-masing kelompok mempunyai selera yang khas dalam pakaian, hiburan, perlengkapan rumah tangga, makanan, minuman, bacaan, selera seni dan musik. Gaya hidup menurut Weber, berarti persamaan status kehormatan yang di tandai dengan konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama. Estetika realitas melatarbelakangi arti penting gaya yang juga di dorong oleh dinamika pasar modern dengan pencarian yang konstan akan adanya model baru, gaya baru, sensasi dan pengalaman baru. Gaya hidup yang ditawarkan berbagai media pada saat sekarang ini adalah ajakan bagi khalayaknya untuk memasuki apa yang disebut budaya konsumer. (dalam Sunarto Kamanto, 2000 : 67) Menurut Lury, budaya konsumer diartikan sebagai bentuk budaya materi yakni budaya pemanfaatan benda-benda dalam masyarakat Eropa-Amerika kontemporer. Kini, apa yang dinikmati oleh masyarakat Eropa-Amerika kontemporer tersebut “yang notabene adalah negara kaya” di tiru oleh masyarakat dunia lain termasuk negara Indonesia. Budaya consumer dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (lifestyle). Justru, menurut Lury, proses pembentukan gaya hidup-lah yang merupakan hal terbaik yang mendefenisikan budaya konsumer. Dalam budaya konsumer kontemporer, istilah itu bermakna individualitas, pernyataan diri dan kesadaran diri. Dalam hal ini, tubuh, pakaian, waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, mobil, pilihan liburan dan lain-lain menjadi indikator cita rasa individualitas dan gaya hidup seseorang. Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental = dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari roh-roh jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination--menciptakan sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu. Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat ii
  • 5. atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah pedalaman. Kita pernah saksikan tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya. Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal. Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu. Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18. Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya a. Perspektif biologis Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya. b. Perspektif psikologis Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku abnormal. c. Perspektif sosiokultural Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada ii
  • 6. kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gayahidup,dansebagainya. d. Perspektif biopsikososial Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural. yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain :  Statistical infrequency  Unexpectedness  Violation of norms  Personal distress (M. Fakhrurrozi, 2012 : 2) C. Kriteria Menentukan Perilaku Abnormal Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut : a. Kriteria Statistik Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal. 1. Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva. 2. Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb. 3. Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius. 4. Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal. ii
  • 7. b. Kriteria Norma Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal. Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal. Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu. D. Dampak Penyebab Perilaku Abnormal Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut : a. Menurut Tahap Berfungsinya 1) Penyebab Primer ( Primary Cause ) Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang. 2) Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause ) Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik 3) Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause ) Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut. ii
  • 8. 4) Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause ) Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya. Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas. Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat. b. Menurut Sumber Asalnya Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu : 1) Faktor Biologis Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress. 2) Faktor – faktor psikososial a) Trauma Di Masa Kanak – Kanak Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa. b) Deprivasi Parental Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya: 3) Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan, 4) Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah. ii
  • 9. c) Hubungan orang tua – anak yang patogenik Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak. d) Struktur keluarga yang patogenik Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya: e) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya . 5) Keluarga yang antisosial Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas 6) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah 7) Keluarga yang tidak utuh Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll. f) Stress berat Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti : 8) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri 9) Konflik nilai 10) Tekanan kehidupan modern 3) Faktor – faktor Sosiokultural Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti: a) Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan, b) Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh. c) Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll. ii
  • 10. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan berikut beberapa dampak penyebab perilaku abnormal pada diri : a. Menurut Tahap Berfungsinya 1. Penyebab Primer ( Primary Cause ) 2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause ) 3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause ) 4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause ) b. Menurut Sumber Asalnya 1. Faktor Biologis 2. Faktor – faktor psikososial a) Trauma Di Masa Kanak – Kanak b) Deprivasi Parental c) Hubungan orang tua – anak yang patogenik d) Struktur keluarga yang patogenik e) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. f) Stress berat 3. Faktor – faktor Sosiokultural a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan, b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh. c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll. B. Saran-saran  Diharapkan kepada pendidik dan orang tua dalam memberikan arahan tentang gaya hidup yang sehat bagi anak dan siswa di sekolah.  Untuk dapat contoh tentang gaya hidup yang sehat dan baik, maka orang tua atau pendidik diupayakan memahami dan mengerti tentang bagaiman perkembangan gaya hidup yang berkembang di masyarakat.  Sebaiknya orang tua memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang baik dan serta pemahaman agama yang kuat agar anak tidak terjerat kedalam gaya hidup yang salah. ii
  • 11. DAFTAR PUSTAKA  http://www.syifa.wordpress.com 2007. Gaul vs Konsumtif. Diakses 26 Oktober 2012  http://dhesny-hon.blogspot.com/perilaku-abnormal.html diakses tanggal 16 November 2012  Dyah Kusbiantari dalam http://kusbiantari.blogspot.com/2012 diakses tanggal 16 November 2012.  Emil Kraepelin, 2007. Psychiatric Mental Health Nursing (Terjemahan). Philadelphia : J. B. Lippincot Company.  Featherstone, Mike (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.  Fakhrurrozi. M. 2012, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya  Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Hal 93. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Universitas Sumatera Utara . ii
  • 12. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, dalam mata kuliah“PSIKOLOGI”. Dengan judul “DAMPAK PERILAKU ABNORMAL PADA DIRI”. Dalam penulisan makalah ini saya susun berdasarkan sumber-sumber yang ada di internet. Makalah ini juga, kami susun guna memberikan pengalaman bagi mahasiswi agar mampuh menerapkan pengetahuannya dengan lebih luas. Oleh karena itu, mahasiswi perlu lebih meningkatkan pemahaman, wawasan, dan memperluas pola pikir. Yang tentunya sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang wawasan kedepan bagi mahasiswi. Dan pastinya dapat menjadi bekal bagi mahasiswi untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan dunia luas dengan keahlian, pengetahuan, wawasan sesuai dengan keterampilan dan profesinya masingmasing. Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan/perbaikan penulisan makalah ini dikemudian hari. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Raha, Desember 2013 Penulis ii
  • 13. MAKALAH PSIKOLOGI DAMPAK PERILAKU ABNORMAL PADA DIRI DISUSUN OLEH : NAMA : FEBI FATMAWATI S. NIM : 13.13.1098 TINGKAT : I. B AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2013 ii
  • 14. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2 C. Tujuan dan Manfaat................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3 A. Pengertian Perilaku Abnormal Pada Diri Sendiri............................................... 3 B. Pengertian Gaya Hidup................................................................................... 3 C. Kriteria Menentukan Perilaku Abnormal........................................................... 6 D. Dampak Penyebab Perilaku Abnormal.......................................................... BAB III PENUTUP................................................................................................ 7 10 A. Kesimpulan.................................................................................................. 10 B. Saran........................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 11 ii