Teks tersebut membahas tentang pengelolaan laboratorium agama. Laboratorium agama didefinisikan sebagai tempat yang memungkinkan untuk menjadi media belajar materi keagamaan bagi siswa, seperti masjid, mushola, dan tempat lainnya. Laboratorium agama berfungsi untuk kegiatan belajar mengajar, ibadah, dan kegiatan siswa lainnya. Teks tersebut juga membahas konsep pengelolaan, prosedur penggunaan, kelebihan
1. PENGELOLAAN LABORATORIUM AGAMA
Tugas disusun untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Pengembangan Media PAI
Dosen Pengampu: Dr. Sukiman M.Pd.
Penyusun:
Minan Zuhri (13410225)
M Faruq Amna (13410227)
Endar Riyanti (13410228)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
2. I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam dijadikan salah satu materi pelajaran pokok di semua
jenjang pendidikan di Indonesia karena agama islam merupakan agama
mayoritas yang di peluk oleh sebagian besar masyarakat nusantara. Dengan di
ajarkannya Pendidikan Agama Islam di semua jenjang pendidikan diharapkan
dapat memberikan pedoman pada siswa supaya dapat berperilaku sesuai
dengan syari’at Islam dan membentuk kepribadian siswa, supaya menjadi
siswa yang berbudi pekerti luhur. Untuk itu, dalam pembelajaran agama Islam
disekolah tidak hanya mendengarkan guru berceramah tanpa melibatkan
aktifitas siswa dalam setiap materi yang diajarkan. Untuk menunjang
keefektifan siswa dalam belajar Agama Islam, oleh karena itu diharapkan
setiap guru PAI dapat menggunakan laboratorium Agama Islam, supaya siswa
dapat lebih memahami dan praktik ibadah langsung, sehingga hal ini dapat
membiasakan siswa beribadah diluar jam pelajaran dan melaksanakan apa
yang dianjurkan oleh Islam. Secara tidak langsung, hal ini dapat memberikan
kesadaran bahwa mengelola laboratorium sangat penting. Pengelolaan masjid
harus dilakukan dengan manajemen modern dan professional, jika masjid
hanya dikelola secara tradisional maka masjid tidak akan mengalami
kemajuan dan akan tertinggal. Untuk itu perlu adanya manajemen masjid.
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Laboratorium Agama?
2. Apa sajakah konsep yang digunakan dalam Pengelolaan Laboratorium
Agama?
3. Bagaimanakah prosedur dalam penggunaan Laboratorium Agama?
4. Apa fungsi dan tujuan dengan di sediakannya Laboratorium Agama
dalam pendidikan?
5. Adakah kelelmahan dan kelebihan dengan adanya Laboratorium
Agama?
6. Seperti apakah pemanfaatan masjid sebagai Laboratorium Agama?
c. Tujuan Penulisan
3. 1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengembangan Media
dan Sumber Belajar PAI
2. Untuk mengetahui konsep pengelolaan laboratorium agama.
3. Untuk mengetahui pengertian laboratorium agama.
4. Untuk mengetahui prodesur penggunaan laboratorium agama sebagai
media pendidikan.
5. Untuk mengetahui fungsi laboratorium agama.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan penggunaan laboratorium
agama sebagai media pendidikan.
7. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dari masjid sebagai
Laboratorium Agama dalam pendidikan.
II. Pembahasan
a. Pengertian Laboratorium Agama
Sebelum kita mengetahui lebih jauh tentang apa itu laboratorium
agama hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu media pendidikan dalam
agama, karena seperti kita tahu bahwa laboratorium agama adalah salah satu
dari media dalam pembelajaran agama di dunia pendidikan. Media pendidikan
agama sendiri merupakan semua aktivitas yang ada hubungannya dengan
materi pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat dipragakan
maupun teknik atau metode yang secara efektif dapat digunakan oleh guru
agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan
agama Islam. 1Dengan demikian media pendidikan agama merupakan segala
sesuatu, baik berupa benda ataupun tempat dimana benda atau tempat tersebut
dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang ada kaitannya dengan
pendidikan agama, selain itu juga sebagai usaha yang ditujukan untuk
memudahkan siswa dalam mempelajari pengajaran agama.. Misalnya: papan
tulis, buku pelajaran, radio pendidikan, karyawisata, masjid, dan lain
sebagainya.
1 Basyiruddin Usman, Media Pendidikan Agama, (Jakarta: CiputatPers, 2002),hal.117
4. 2Laboratorium Agama merupakan segala macam tempat yang dapat
memungkinkan untuk menjadi media belajar materi-materi keagamaan untuk
siswa. Tempat yang dimaksud bukan terbatas hanya ruang kelas saja, namun
dapat di masjid, musholla, dan tempat-tempat lainnya. Dalam tingkat sekolah
dan perguruan tinggi laboraturium agama ini biasanya berbentuk mushola
ataupun masjid yang digunakan untuk tempat ibadah, untuk pendidikan lebih
mengenai keagamaan. Untuk tingkat Perguruan Tinggi terutama di Jurusan
Tarbiyah laboratorium ini sangat berfungsi untuk menunjang kegiatan-
kegiatan dalam pengajaran. Terdiri dari peralatan Micro Teaching dan kelas
untuk praktek mengajar. Selain itu juga menjadi media untuk melakukan
eksperimen teori serta program-program yang ditemukan oleh para dosen.
Laboratorium ini dikelola oleh seorang dosen dan asistennya.
b. Konsep dalam Pengelolaan Laboratorum Agama
Ada 3 bidang pembinaan yang harus dilaksanakan diantaranya3 :
1. Pembinaan bidang Idarah (manajemen)
Dengan luasnya fungsi masjid, pengelolaan masjid harus dilakukan dengan
manajemen modern dan professional, jika masjid hanya dikelola secara
tradisional maka masjid tidak akan mengalami kemajuan dan akan
tertinggal. Untuk itu perlu adanya manajemen masjid atau Idarah dengan
meningkatkan kualitas dalam pengorganisasian kepengurusan masjid dan
pengadministrasian yang rapi, transparan, mendorong partisipasi sehingga
tidak terjadi penyalahgunaan wewenang di dalam kepengurusan.
2. Pembinaan bidang Imarah (memakmurkan masjid)
Memakmurkan masjid menjadi kewajiban setiap muslim yang
mengharapkan untuk memperoleh bimbingan dan petunjuk Allah SWT.
3. Pembinaan bidang Riayah (pemeliharaan masjid)
2 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran: penggunaan dan pembuatannya, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo,2009), hal.214
3 http://arienurdiansyah.wordpress.com/2012/01/03/4/.Di unduh pada tanggal 10 Desember 2014,pukul
11.00 WIB
5. Dengan adanya pembinaan bidang riayah, masjid akan tampak bersih,
indah dan mulia sehingga dapat memberikan daya tarik rasa nyaman dan
menyenangkan bagi siapa saja yang memandang, memasuki dan beribadah
didalamnya.
c. Prosedur dalam Penggunaan Laboratorium Agama
Langkah persiapan
Tanpa perencanaan yang matang, kegiatan belajar siswa bisa menjadi tak
terkendali, sehingga tujuan pengajaran tidak tercapai dan siswa tidak
melakukan kegiatan kegiatan belajar yang diharapkan
1. Guru dan siswa menentukan tujuan belajar yang diharapkan diperoleh
para siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai media
dan sumber belajar.
2. Tentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi. Penentuan objek
harus dipertimbangkan atas relevansinya terhadap tujuan belajar, akses
mudah, tersedia sumber- sumber belajar, keamanan bagi siwa dalam
mempelajarinya, menungkinkan untuk dikunjungi dan dipelajari siswa.
3. Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. Misal:
mencatat, observasi
4. Mempersiapkan perizinan bila diperlukan
5. Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar
Langkah pelaksanaan
melakukan kegiatan belajar di tempat yang telah di tentukan sesuai dengan
rencana yang telah dipersiapkan.
Tindak lanjut
kegiatan belajar dikelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari
lingkungan.
d. Fungsi Laboratorium Agama
Secara umum fungsi semua laboratorium adalah antara lain :
1. Sebagai tempat dilakukannya percobaan
6. Alat-alat laboratorium dan bahan-bahan praktikum tidak mungkin
semuanya diletakkan dalam kelas, oleh karena itu percobaan dilakukan
di dalam laboratorium. Sebagai tempat penunjang kegiatan kelas.
Dengan adanya kegiatan pembalajaran di laboratorium, siswa dapat
mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam percobaan secara langsung
dan tidak hanya belajar menurut teori-teori yang ada.
2. Sebagai tempat display / pameran
Laboratorium juga dapat digunakan sebagai tempat pameran atau
display dari hasil-hasil percobaan atau penelitian yang telah dilakukan,
agar memberi gambaran lebih dan dapat memotivasi untuk penelitian
atau percobaan yang lebih baik.
3. Sebagai tempat koleksi sejumlah species langka
Dengan adanya koleksi sejumlah species memudahkan siswa
mengamati secara langsung spesies yang mungkin sulit untuk
menemukannya.
4. Sebagai museum kecil
Hasil-hasil penelitian dan sejumlah species langka di kumpulkan dan
diklasifikasikan, sehingga laboratorium dapat digunakan sebagai
museum kecil.
Adapun tujuan dengan adanya laboratorium agama bagi siswa maupun
mahasiswa yaitu :
1. Digunakan untuk tempat ibadah
2. Untuk memberikan pemahaman lebih dalam keagamaan
3. Untuk kegiatan para siswa seperti pengajian
4. Untuk kegiatan Rohis
5. Memberi keterampilan dan pelatihan mengajar pada mahasiswa
6. Membuat media pembelajaran agama
7. Mengevaluasi proses belajar mengajar di PAI dan mengembangkannya
Untuk kegiatan di laboratorium agama dalam tingkat SD, SMP dan SMA
masih sebatas dengan sholat berjamaah, pendalaman ilmu tentang agama,
pengajian dan juga untuk kegiatan anak-anak. Sedangkan untuk jenjang
Perguruan Tinggi kegiatannya adalah:
7. 1. Mengatur kegiatan beberapa perkuliahan di Micro Teaching.
2. Mengatur dan melaksanakan kegiatan pembekalan PPL.
3. Mengadakan pelatihan dan penyeliaan pengajaran bagi dosen PAI.
4. Mengadakan eksperimen dan diskusi-diskusi tentang teori-teori
pengajaran dan pendidikan agama.
5. Membuat modul dan media pengajaran agama Islam.
e. Kelebihan dan Kekurangan Laboratorium Agama dalam Pembelajaran
Pengunaan laboratorium agama sebagai media pendidikan
dilaksanakan pada saat jam pelajaran berlangsung atau di luar jam pelajaran,
atau sebagai penugasan. Namun penggunaan laboratorium agama ini memiliki
beberapa kelemahan dan kelebihan, diantaranya adalah:
Kelebihan
Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam
proses belajar-mengajar:
1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di
kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.
2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan
situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kayak serta lebih faktual
sehingga kebenarannya lebih akurat.
4. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya, atau
wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta,
dan lain-lain.
5. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat
dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan
alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.
6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang
ada di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak
asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta
lingkungan.4
4 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran: penggunaan dan…hal.209
8. Kelemahan
Sedangkan kelemahannya biasanya bekisar pada pengaturan waktu dan
kegiatan, misalnya:
1. Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan
pada waktu siwa dibawa ke tujuan tidak melakukan kegiatan belajar
yang diharapkan, sehingga ada kesan main-main.
2. Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari
lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga
menghabiskan waktu untuk belajar di kelas.
3. Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar mengajar hanya
terjadi di dalam kelas. Tugas belajar siswa dapat dilakukan di luar jam
kelas atau pelajaran baik secara individual maupun kelompok dan satu
di antaranya dapat dilakukan dengan mempelajari keadaan
lingkungannya.
f. Masjid Sebagai Media Pembelajaran Agama (Laboratorium)
Media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam
proses belajar dan mengajar. Media adalah segala sesuatu yang digunakan
sebagai tempat penerima dan memberi pesan. Dengan adanya media
pembelajaran maka dapat memudahkan guru mengajar dan siswa belajar.
Sebagai alternatif fungsi edukasi, masjid memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi
religi, fungsi sosial, dan fungsi pendidikan. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk memakmurkan dan mengembalikan masjid kepada fungsinya
sebagai pusat pemberdayaan dan pengembangan kaum muslim, antara lain :
1. Mengintensifkan Kajian-kajian Keislaman (Majelis Ta’lim)
Dewasa ini, masyarakat melihat bahwa keberadaan majelis ta’lim
merupakan salah satu alternatif bagi pembinaan mental keagamaan,
sesuatu yang selama ini kurang dapat diberikan oleh lembaga
pendidikan formal melalui kurikulum yang bersifat intrakurikuler.
Pada saat lembaga-lembaga pendidikan formal, baik umum maupun
agama, yang dilaksanakan pemerintah maupun swasta mulai dirasa
kurang mampu membina mental keagamaan dan penguasaan terhadap
9. tuntutan praktis dan ajaran agama secara memuaskan. Lembaga-
lembaga pendidikan umum dan agama, sulit menghasilkan lulusan
yang betul-betul memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
agama dengan baik. Mereka tidak dapat membaca ayat-ayat al-Quran
dengan baik, melaksanakan ibadah shalat dengan baik, kurang giat
melakukan ibadah ritual, kurang dapat menjiwai ajaran dan nilai-nilai
ajaran agama serta mulai merosot akhlaknya.
Munculnya fenomena tersebut telah banyak dicarikan akar
penyebabnya. Di antaranya, kurangnya jam pelajaran agama,
kurangnya perhatian dan waktu pembinaan yang dilakukan orang tua
di rumah, tidak sebandingnya bekal agama yang dimiliki para peserta
didik dengan tantangan arus budaya global yang berdampak negatif,
lingkungan yang kurang sehat, dan bergesernya konsep pendidikan
menjadi konsep pengajaran yang lebih menekankan pada pengisian
otak si anak dengan berbagai pengetahuan.
Sejumlah alasan tersebut memberikan peluang sangat luas dan
terbuka bagi majelis taklim untuk menampilkan keberadaannya
sebagai wahana dan metode pembelajaran agama yang dinamis dan
demokratis, di tengah-tengah keformalan dan keterbatasan metode
pembelajaran agama secara klasikal dan konvensional di sekolah
sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya
2. Melibatkan para pemuda
Tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang
sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan
masyarakat kaum muslimin secara khusus, karena jika mereka pemuda
yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang
akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi
nakhoda umat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan
dunia dan akhirat. Hal ini dikarenakan Allah telah memberikan kepada
mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat
melaksanakan semua hal tersebut.
Masjid dalam hal ini tentu saja juga memiliki peran dan posisi
yang strategis guna mengawal golongan generasi muda tersebut
melewati masa peralihannya yang penuh gejolak itu dengan baik, yaitu
10. utamanya dalam wadah organisasi remaja masjid. Tercatat, saat ini
telah mulai banyak berdiri organisasi remaja masjid di banyak masjid
dan menjadi bagian resmi dari struktur organisasi kepengurusan
masjid. Di dalam organisasi ini, para anggota remaja Islam dibina dan
dibentuk karakter kepribadian dan kecerdasannya sehingga kelak
mampu menjalani kehidupan yang lebih Islami. Caranya, lewat
berbagai macam metode dan kegiatan, di mana minat, bakat, dan
kemampuan positif yang dimiliki para remaja tetap dapat diakomodasi
dan disalurkan.
Bagi masjid sendiri, keberadaan organisasi remaja masjid
sejatinya juga penting dalam mendukung tercapainya kemakmuran
masjid yang dicita-citakan. Pasalnya, kendati tanpa remaja kegiatan
masjid tetap bisa berjalan, namun secara jangka panjang tidak ada
jaminan hal tersebut akan terus berlangsung, bahkan menjadi lebih
baik dan bermutu. Bagaimanapun, keadaan masjid pada sepuluh, dua
puluh, atau tiga puluh tahun mendatang, salah satu tolok ukurnya
adalah bagaimana kondisi remajanya pada masa sekarang. Bila tidak
ada pembinaan dan proses pengkaderan yang terstruktur, berjenjang,
dan berkesinambungan sejak dini, bisa dipastikan masa depan masjid
bersangkutan akan suram.
Hal demikian kiranya yang masih kurang dipahami oleh
sementara kalangan pemimpin masjid. Tidak heran, kalaupun terdapat
organisasi remaja masjid, proses awal pembentukkannya tidak
melibatkan kalangan remaja secara aktif dan luas. Sementara, dalam
praktiknya pun organisasi ini hanya ditempatkan sekadar “pelengkap
penderita”, yang sewaktu-waktu dapat dimobilisasi atau digerakkan
oleh kalangan tua untuk membantu merealisasikan aneka kegiatan
masjid. Semisal, yang kerap terjadi, dalam penyelenggaraan PHBI
(Peringatan Hari Besar Islam) dan kerja bakti di masjid
3. Membangun perpustakaan masjid[1]
Salah satu faktor penyebab mundurnya peradaban dan umat
Islam adalah jauhnya umat Islam dari ilmu pengetahuan (baca: buku).
Pembinaan umat yang selama ini berjalan cenderung hanya
menggunakan pendekatan komunikasi lisan satu arah yang justru
11. membuat para jamaah terbiasa dengan budaya dengar. Pembinaan
terpusat pada dai, ustadz, atau juru dakwah semata. Alhasil, jamaah
tidak termotivasi, tidak mandiri, dan menjadi pasif dalam mendalami
ajaran Islam.
Membaca merupakan bagian paling penting dari proses
menuntut ilmu. Dengan membaca kita jadi tahu apa yang selama ini
tidak kita ketahui. Dengan membaca inilah ilmu kita dapatkan, amal
bisa kita tegakkan, dan dakwah bisa kita suarakan, Perpustakaan
masjid sebagai perpustakaan komunitas bisa menjadi sebuah alternatif
yang sangat bagus jika dikelola dengan baik. Bayangkan, jika setiap
masjid di kampung dan desa mempunyai perpustakaan, tentu akan
semakin mudah bagi masyarakat untuk mengakses bahan-bahan
bacaan, Perpustakaan masjid akan menjadi sumber bacaan yang lebih
merakyat karena tidak membutuhkan birokrasi yang rumit. Namun
kenyataannya, praktek di lapangan sering berbeda dengan kondisi ideal
yang diinginkan.
12. III. Kesimpulan
Laboratorium Agma merupakan salah satu media dalam pembelajaran di dunia
pendidikan yaitu merupakan segala macam tempat yang dapat memungkinkan
untuk menjadi media belajar materi-materi keagamaan untuk siswa. Tempat yang
dimaksud bukan terbatas hanya ruang kelas saja, namun dapat di masjid,
musholla, dan tempat-tempat lainnya.
Ada tiga bidang pembinaan yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan
laboratorium agama diantaranya: Pembinaan bidang Idarah (manajemen),
Pembinaan bidang Imarah (memakmurkan masjid), Pembinaan bidang Riayah
(pemeliharaan masjid). Prosedur penggunaannya terbagi menjadi tahap persiapan,
langkah pelaksanaan dan tindak lanjut.
Kegunaan dari laboratorium agama sendiri yaitu: Mengatur kegiatan beberapa
perkuliahan di Micro Teaching., Mengatur dan melaksanakan kegiatan
pembekalan PPL, Mengadakan pelatihan dan penyeliaan pengajaran bagi dosen
PAI., Mengadakan eksperimen dan diskusi-diskusi tentang teori-teori pengajaran
dan pendidikan agama, Membuat modul dan media pengajaran agama Islam.
Dalam laboratorium agama ada kekurangan dan kelebihannya, cara
pengelolaannya sendiri bisa dilakukan dengan cara mengintensifkan kajian-kajian
keIslaman (Majelis Ta’lim), Melibatkan para pemuda dan Membangun
perpustakaan masjid
13. DAFTAR PUSTAKA
Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pendidikan Agama. Jakarta: Ciputat Pers.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran: Penggunaan dan Pembuatannya.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nurcholish madjid, Kaki langit Peradaban Islam, 2009. Paramadina : Jakarta.
http://arienurdiansyah.wordpress.com/2012/01/03/4/. Di unduh pada tanggal 10 Desember
2014, pukul 11.00 WIB
https://alwiimawanblog.wordpress.com/2013/01/09. Di unduh pada tanggal 10 Desember
2014, pukul 11.15 WIB