Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan sekali seumur hidup bagi Muslim yang mampu. Terdiri dari beberapa rukun seperti ihram, thawaf, wuquf di Arafah, sa'i, dan tahallul. Syaratnya antara lain Islam, baligh, mampu secara jasmani, rohani dan ekonomi.
2. PENGERTIAN HAJI
Menurut bahasa, Haji berasal dari akar kata hajja yang berarti
“menyengaja berziaroh” القصد
للزيارة atau menyengaja secara
umum القصد
مطلقا .
Sedangkan menurut istilah haji adalah menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk
mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya
untuk memenuhi perintah Allah Swt. dan mengharap keridlaan-Nya dalam waktu
yang telah ditentukan.
يارة
مكان
مخصوص
،
في
زمان
مخصوص
،
يفعل
مخصوص
Menyengajaberkunjungke tempat tertentu,pada waktu tertentu,denganaktivitastertentu.
3. Permulaan Syariat Haji Menurut
jumhur (mayoritas) ulama, ibadah
haji diwajibkan pada akhir tahun
ke-9 Hijriyah dengan diturunkannya
Surat Ali ‘Imran: 97.
Akan tetapi, Rasulullah SAW harus
menunda pelaksanaan haji karena
ada uzur, sehingga beliau
melaksanakan haji pada tahun ke-
10 H. Demikian menurut riwayat
Imam Bukhari dan Muslim.
4. DASAR HUKUM
Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dikerjakan oleh umat muslim yang sudah
mampu, sekali dalam seumur hidup. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Baqarah: 196
ۗ ِ ه ِ
ّلِل َةَرْمُعْال َو َّجَحْال واُّمِتَا َو
Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.
ۗ ا
ًْليِبَس ِهْيَلِا َعاَطَتْسا ِنَم ِتْيَبْال ُّج ِح ِ
اسَّنال ىَلَع ِ ه ِ
ّلِل َو
Surat ali Imron : 97
(Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah,
6. Hukum Haji
Menurut ijma para ulama, kewajiban haji ini berlaku sekali seumur hidup. Apabila berhaji lebih dari sekali,
maka statusnya sunah, kecuali ada faktor tertentu yang membuatnya menjadi wajib, semisal nazar haji.
Bagi orang yang
belum
menunaikan
ibadah haji,
padahal sudah
memenuhi
syarat-
syaratnya.
FARDHU ‘AIN FARDHU KIFAYAH
Bagi umat
muslim secara
umum, dalam
rangka
menyemarakkan
Ka’bah setiap
tahun sekali.
SUNAH
Bagi anak-anak
yang masih
belum baligh.
HARAM
Apabila
dilakukan
dengan
menggunakan
ongkos yang
haram,
misalnya hasil
korupsi.
MAKRUH
Apabila
dilakukan
tanpa seizin
orang yang
wajib dimintai
izin.
7. SYARAT-SYARAT WAJIB HAJI
Syarat-syarat wajib haji ada yang bersifat umum, yaitu berlaku bagi kaum
laki-laki maupun wanita dan ada yang bersifat khusus, yaitu berlaku bagi
kaum wanita saja.
Syarat-syarat wajib haji secara umum adalah:
Islam
Mukallaf (baligh dan berakal sehat)
Mempunyai kebebasan dan kemerdekaan penuh
8. Lanjutan ...
Mampu (istitha’ah).
Pengertian mampu dipilah lagi menjadi beberapa bagian:
● Mampu dari segi Jasmani: Sehat dan kuat, agar tidak sulit melaksanakan ibadah haji.
● Mampu dari segi Rohani: (a) Mengetahui dan memahami manasik haji; (b) Berakal sehat dan
memiliki kesiapan mental untuk melaksanakan ibadah haji dengan perjalanan yang jauh.
● Mampu dari segi Ekonomi: (a) Mampu membayar Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
(BPIH) yang ditentukan oleh pemerintah yang berasal dari usaha/harta yang halal; (b) BPIH
bukan berasal dari satu-satunya sumber kehidupan yang apabila dijual menyebabkan
kemudaratan bagi diri dan keluarganya; (c) Memiliki biaya hidup bagi keluarga yang
ditinggalkan.
● Mampu dari segi Keamanan: (a) Aman dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji; (b)
Aman bagi keluarga dan harta benda serta tugas dan tanggung jawab yang ditinggalkan; (c)
Tidak terhalang seperti pencekalan/mendapat kesempatan atau izin perjalanan haji termasuk
mendapatkan kuota tahun berjalan.
9. Syarat-syarat wajib haji secara khusus hanya untuk
perempuan adalah:
1. Bersama dengan suami atau mahramnya. Apabila
tidak ada, maka wanita tidak wajib menunaikan haji.
2. Tidak sedang menjalani ‘iddah, baik karena faktor
cerai maupun ditinggal wafat oleh suaminya
11. IHRAM
Ihram. Yaitu berniat memulai mengerjakan haji dari miqat zamani (batas
waktu) dan miqat makani (batas tempat) yang sudah ditentukan. Orang
yang berihram harus memakai pakaian ihram.
12. MIQAT
Miqat Zamani adalah waktu sahnya
diselenggarakan ibadah haji.
Miqat Zamani Miqat Makani
Miqat Makani adalah tempat
memulai ihram bagi orang-orang
yang hendak mengerjakan haji
dan umrah.
Miqat zamani bermula dari awal bulan
Syawal sampai terbit fajar hari raya haji
(tanggal 10 Dzulhijjah) yaitu selama dua
bulan sembilan setengah hari.
13. Rumah
01.
Bagi orang yang tinggal di
makkah
Dzul Hulaifah
02.
(450 km sebelah Utara Makkah),
miqat bagi penduduk Madinah dan
negeri-negeri yang sejajar dengan
Madinah.
Rabigh
03.
(240 km barat laut Makkah) dekat
Juhfah. Rabigh juga miqat orang
Mesir, Maghribi, dan negeri-negeri
sekitarnya.
Qarnul Manzil
04.
(94 km dari Makkah) sebuah
bukit yang menjorok ke Arafah
terletak di sebelah timur
Makkah miqat penduduk Nejd
dan negeri sekitarnya.
Yalamlam
05.
(54 km sebelah selatan Makkah)
miqat penduduk Yaman, India,
Indonesia, dan negeri-negeri yang
sejajar dengan negeri-negeri
tersebut.
Dzatu Irqin
06.
(94 km sebelah timur laut
Makkah) miqat penduduk Iraq
dan negeri-negeri yang sejajar
dengan itu.
MIQAT MAKANI
14.
15. Wukuf di Arafah
Yaitu Hadir di Padang Arafah pada
waktu Zhuhur tanggal 9 Dzulhijjah
hingga terbit fajar tanggal 10
Dzulhijjah.
“Haji itu (intinya) di ‘Arafah. Barangsiapa
datang pada malam sepuluh (10 Dzulhijjah)
sebelum terbit fajar, maka sungguh dia telah
dinilai menyempurnakan haji”
(H.R. al-Tirmidzi).
16. Thawaf
Yaitu bentuk ibadah dengan
berjalan mengelilingi Ka’bah tujuh
kali (arahnya berlawanan dengan
jarum jam atau Ka’bah berada di
sebelah kiri kita) sambil berdoa.
Thawaf diawali dan diakhiri di
Hajar Aswad. dilakukan pada hari
raya nahr sampai berakhir hari
tasyriq
17. Thawaf Qudum
01.
thawaf ketika baru sampai
di Mekah
Thawaf Ifadhah
02.
thawaf rukun haji
Thawaf Tahallul
03.
(menghalalkan sesuatu yang
sebelumnya diharamkan sebab ihram)
ketika tidak bisa melakukan rukun haji
seperti wukuf.
Thawaf Nazar
04.
(thawaf yang dinazarkan).
Thawaf Sunah
05.
Thawaf Wada’
06.
(thawaf ketika akan
meninggalkan Mekah).
Macam-macam Thawaf
18. SA’I
Sa’i, yakni berlari-lari kecil di
antara dua bukit Shafa dan
Marwah tujuh kali. Garis ‘start’
dari bukit Shafa dan garis
‘finish’ di bukit Marwah.
Syarat-syarat melakukan sa’i adalah :
• Dilakukan setelah thawaf ifadhah ataupun
thawaf qudum,
• Dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di
bukit Marwah,
• Dilakukan tujuh kali perjalanan, dari Shafa
ke Marwah dihitung sekali dan dari Marwah
ke Shafa dihitung sekali perjalanan pula.