2. Penulisan Kata
A. Penulisan Kata Turunan
Unsur-unsur imbuhan pada kata turunan,yaitu awalan
(prefiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks),
sisipan (infiks), ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Kalau yang mendapat imbuhan merupakan gabungan kata,
berupa awalan atau akhiran maka ditulis serangkai dengan
kata yang berhubungan langsung saja.Gabungan kata yang
sekaligus mendapat awalan dan akhiran penulisannya
dirangkaikan tanpa tanda hubung.
3. B. Penulisan Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung bukan dengan angka
dua (2).
Ada juga bentuk pengulangan yang berasal dari
bentukdasar kata gabung atau lazim disebut kata
majemuk.Pada pengulangan bentuk seperti ini,
yang diulang hanya bagian yang pertama
sedangkan bagian yang kedua tidak diulang.
4. C. Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah bagian-
bagiannya.Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri dan hanya
muncul dalam bentuk kombinasi,penulisannya harus dirangkaikan.
Bentuk kata dasar seperti,daya beli, rumah bersalin, ditulis terpisah bagian-
bagiannya,sedangkan panca-, tuna-, dan antar-, yang tidak dapat berdiri sendiri
sebagai kata lepas ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.Sejalan
dengan penjelasan di atas, mahakuasa, mahamulia, ditulis serangkai karena
maha-
Sebagai unsur terikat diikuti oleh bentuk dasar (kecuali bentuk Maha Esa).
Kalau yang mengikutinya bukan bentuk dasar, melainkan bentuk turunan maka
penulisannya dipisahkan.
Gabungan kata yang sudah dianggap padu, ditulis serangkai,seperti;
manakala,matahari, sekaligus,daripada,hulubalang, dan bumiputera.Gabungan
kata yang dapat menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan
menggunakan tanda hubung di antara bentuk yang menjadi
unsurnya.Pemberian tanda hubung pada kata tersebut diletakkan dibelakang
unsur yang menjadi inti kata gabung tersebut.
5. D. Kata Ganti -ku, kau-, -mu, dan –nya
Kata ganti -ku, kau-, -mu dan –nya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya. Sedangkan kata aku, kamu, engkau dan dia,
ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
E. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya.
Awalan di,, yang penulisannya dirangkaikan selalu berhubungan
dengan kata kerja dan mempunyai pasangan yang bisa
dipertukarkan dengan awalan me-. Misalnya, awalan dibeli dapat
dipertukarkan dengan awalan membeli. Adapun kata depan di, ke
selalu berhubungan dengan arah dan tempat dan cara
penulisannya dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
6. F. Partikel -lah, -kah, pun dan per
Partikel -lah, -kah, ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Adapun partikel pun, ditulis terpisah dengan
kata yang mengikutinya.Kecuali pada kata adapun,
meskipun, walaupun, dan sejenisnyayang sudah dianggap
padu benar. Partikel pun ditulis terpisah karena bentuknya
hampir sama dengan bentuk kata lepas. Bentuk pun seperti
itu mempunyai makna juga sehingga penulisannya
dipisahkan.
Partikel per ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya
karena bentuknya sama dengan kata yang berarti; mulai,
demi, dan setiap.
7. G. Pemakaian Angka Bilangan
Kalau menggunakan angka Romawi, penulisannya tidak
menggunakan awalan ke-. Kalau menggunakan angka biasa atau
angka Arab maka menggunakan awalan ke-.Di samping kedua
cara di atas, masih ada cara lain yang dapat digunakan yaitu
semua bilangan tingkat itu ditulis dengan huruf (kata).
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa
lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian atau pemaparan. Jadi, kalau dalam kalimat itu terdapat
suatu bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
angka dan tidak berurutan, bilangan tersebut harus ditulis dengan
kata, bukan dengan angka.
8. Penulisan Unsur Serapan
Kata serapan adalah kata yang diambil dari bahasa
lain dalam rangka memperkaya kosakata bahasa
yang dituju. Dalam bahasa Indonesia, kata serapan
ada yang disesuaikan dengan kaidah bahasa
indonesia. Berikut ini akan dijelaskan secara
singkat hal-hal yang berhubungan dengan kaidah
penyerapan.
9. A. Penyerapan Secara Alamiah
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
yang lazim dieja dan di lafalkan dalam bahasa Indonesia
tidak mengalami perubahan.Penyerapan seperti ini
dikategorikan sebagai penyerapan secara alamiah.
B. Penyerapan Seperti Bentuk Asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam
bahasa Indonaesia dapat dipakai dalam bahasa Indonesia
dengan jalan masih mempertahankan lafal bahasa asalnya
(asing).Jadi,pengucapan kata tersebut masih seperti bentuk
asalnya.Penyerapan seperti ini tidak terlalu banyak
ditemukan dalam bahasa Indonesia.
10. C. Penyerapan dengan Terjemahan
Penyerapan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia dapat dilakukan melalui penerjemahan kata-kata
asing tersebut.Penerjemahan ini dilakukan dengan cara
memilih kata-kata asing tertentu kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia.Penyerapan ini dapat berupa
satu kata asing dipadankan dengan satu kata atau lebih
dalam bahasa Indonesia.
D. Penyerapan dengan Perubahan
Dalam penyerapan ini,perlu di usahakan agar ejaan dan
lafal asing yang diserap hanya diubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya.
11. E. Penyerapan Akhiran Asing
Akhiran asing itu ada yang diserap sebagai bagian
kata yang utuh,seperti kata standarisasi disamping
kata standar,kata implementasi disamping kata
implemen,kata objektif disamping kata
objek.Akhiran asing itu antara lain –is,-isme,-al,-
wan,-wati,-tas.