1. Dokumen ini membahas tentang hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan keterampilan melakukan hisap lendir pada pasien di ruang ICU rumah sakit.
2. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melakukan hisap lendir, namun peneliti ingin mengetahui faktor lain yang mempengaruhi keterampilan tersebut.
3. Penelitian ini bertuju
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Bab i bamss
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini tuntutan masyarakat terhadap rumah sakit untuk lebih
meningkatkan kualitas dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat sudah
menjadi tren. Pelayanan kesehatan ini meliputi pelayanan di unit rawat jalan, unit
rawat inap, unit gawat darurat, maupun di unit perawatan intensif. Ruang intensif
sebagai salah satu unit pelayanan tersebut di mana pasien-pasien yang dirawat di
sini adalah pasien-pasien berpenyakit kritis dan membutuhkan pelayanan
kesehatan secara intensif. Perawat merupakan tenaga yang berhubungan langsung
dengan pasien selama 24 jam, harus dapat mengaktualisasikan diri secara fisik,
emosional, dan spiritual untuk merawat orang yang mengalami penyakit kritis.
Apabila mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pelanggan
dibawah standar, akan mempengaruhi citra rumah sakit. Salah satu intervensi
yang dilakukan oleh perawat di ruang Intensif adalah pelaksanaan hisap lendir
saluran pernafasan terutama pada pasien yang terpasang alat bantu nafas
(ventilator). Menurut Timby (2009), Suctioning atau penghisapan merupakan
tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya
proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien
yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Dari pengamatan peneliti, hampir semua pasien yang dirawat di ruang Intensif
Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang terpasang ventilator.Ventilator akan
dihubungkan dengan endotrakeal tube (ETT) yang dimasukkan ke trachea karena
mereka mengalami permasalahan dengan pernafasan. Dengan terpasangnya ETT
dan ventilator tubuh pasien akan berespon untuk mengeluarkan benda asing
dengan mengeluarkan sekret sehingga perlu dibantu untuk mengeluarkan sekret
agar tidak menghalangi jalan nafas dengan tindakan hisap lendir.
Perawat di ruang Intensif RSI Faisal Makassar sangat bervariasi dilihat dari
sisi jenjang pendidikan yang ditempuh serta lama kerja, bahkan ada perawat yang
2. 2
belum bersertifikasi. Dan dari pengamatan peneliti masih ditemukan perawat
dalam melakukan tindakan hisap lendir pada pasien yang terpasang ventilator
terjadi trauma pada jalan nafas seperti ada sedikit darah yang ikut tersedot pada
catheter suction atau desaturasi karena penghisapan yang terlalu lama durasinya
atau diulang sebelum pasien diberi kesempatan untuk bernafas lebih dari 3-7
siklus pernafasan pada sekali tindakan, bahkan kadang lupa prinsip septik dan
aseptik. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatkan risiko kejadian infeksi
nosokomial.
Data kejadian di RSI Faisal Makassar tahun 2013 didapatkan angka kejadian
infeksi nosokomial pada ruang ICU berkisar antara 13–42 % dan pada ruang
intensif 40%. Masuknya bakteri-bakteri tersebut melalui tindakan-tindakan invasif
seperti pemasangan kateter, infus, nasogastriktube, ETT serta tindakan hisap
lendir. Tindakan hisap lendir dibutuhkan untuk menjaga kepatenan jalan nafas.
Oleh karena itu perawat yang bertugas harus tahu dan terampil dalam
melakukan hisap lendir sesuai prosedur agar tidak menimbulkan masalah atau
komplikasi.
Menurut penelitian Prayitno (2008) menjelaskan bahwa ada hubungan antara
tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam melakukan tindakan
hisap lendir sesuai prosedur. Menurut penelitian Paryanti, dkk. (2007)
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat
dengan keterampilan melaksanakan prosedur tetap isap lendir/suction di Ruang
ICU RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian di atas peneliti ingin mengetahui
selain faktor tingkat pengetahuan adakah faktor lain yang mempengaruhi
keterampilan dari perawat dalam melakukan tindakan suction pada pasien di
Ruang ICU RSI. Faisal Makassar.
3. 3
B. RUMUSAN MASALAH.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan
perawat tentang penanganan pasien pasca-operasi sangat penting untuk perawat
sehingga dirumuskan masalah penelitian: “ Apakah ada hubungan tingkat
pengetahuan perawat dengan keterampilan melaksanakan prosedur tetap isap
lendir/suction di ruang ICU Rumah Sakit Islam Faisal Makassar?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan
perawat dengan keterampilan melaksanakan prosedur tetap isap lendir/suction di
ruang ICU Rumah Sakit Islam Faisal Makassar?
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden di ruang ICU RSI Faisal Makassar
b. mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang isap lendir/suction di
Ruang ICU RSI Faisal Makassar.
c. mengidentifikasi Keterampilan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap
isap lendir/suction di Ruang ICU RSI Faisal Makassar.
d. mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan
keterampilan melaksanakan prosedur tetap isap lendir/suction di Ruang ICU
RSI Faisal Makassar.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi keperawatan
Peneliti berharap hasil penelitian ini nantinya dapat memotivasi tenaga
keperawatan untuk meningkatkan ketrampilan agar dapat memberikan
pelayanan yang terbaik untuk pasien.
4. 4
2. Bagi institusi rumah sakit
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
menfasilitasi peningkatan ketrampilan perawat sebagai sumber daya yang
handal sebagai pemberi pelayanan keperawatan.
3. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman baru dalam melakukan penelitian serta memenuhi
syarat kelulusan program pendidikan yang sedang ditempuh.