Tugas akhir ini membahas perbandingan penggunaan modifier AC-solar, AC-minyak tanah dan AC-oli bekas terhadap karakteristik Marshall pada campuran dingin aspal buton yang dihampar panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan modifier tersebut terhadap nilai stabilitas, aliran dan kerapatan campuran berdasarkan uji Marshall.
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
AKBAR_15 630 020_TEKNIK SIPIL.pdf
1. TUGAS AKHIR
PERBANDINGAN MENGGUNAKAN MODIFIER AC-SOLAR,
AC-MINYAK TANAH DAN AC-OLI BEKAS TERHADAP
KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPUR DINGIN
HAMPAR PANAS
Disusun Oleh :
AKBAR
NIM : 15 630 020
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2021
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerusakan jalan di Indonesia pada umunya disebabkan oleh peningkatan
arus kendaraan yang dilewati (repetisi beban), sehingga terjadi pembebanan berlebih
(Overload) yang diakibatkan oleh Physical Damage Factor (PDF) berlebihan,
sehingga jalan harus dirancang sedemikian rupa untuk tetap kuat menahan beban dari
kendaraan yang melintasinya. Berdasarkan banyaknya jenis kerusakan jalan yang
terjadi akibat kualitas perkerasan yang kurang baik, sehingga muncul beberapa
penelitian yang menganti atau menambahkan material lain yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja perkerasan dalam proses mendistribusikan beban.Aspal Buton
(ASBUTON) adalah salah satu contoh dari aspal alam. Asbuton dtemukan oleh
geolog asal Belanda WH Hetzel Asbuton pada Tahun 1924, dan digunakan pertama
kali dalam pengaspalan jalan dua Tahun kemudian.
Aspal merupakan salah satu hal yang paling penting untuk menunjang
kelancaran transportasi. Melihat peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi,
maka diperlukan peningkatan kualitas pembangunan prasarana transpotasi jalan yang
ramah lingkungan, murah dan tahan lama dengan inovasi peremajaan. Maka dari itu
dipilihlah beberapa bahan peremaja seperti solar, minyak tanah dan oli bekas. Selain
memanfaatkan limbah oli bekas, penggunaan solar dan minyak tanah juga dapat
menigkatkan kualitas prasarana yang ramah lingkungan, ekonomis dan ramah tahan
lama.
3. Aspal sebagai bahan pengikat dalam suatu kontruksi jalan merupakan
material penting dalam suatu kontruksi jalan. Berbagai upaya untuk meningkatkan
pemanfaatan Asbuton sebagai bahan pengikat pada perekerasan jalan beraspal
mengacu pada kebutuhan yang berkembang di berbagai daerah. Produk Asbuton
yang umum terdapat pasaran saat ini dapat berupa Buton Granular Aspal (BGA),
Lawele Granular Aspal (LGA), dan Retona Blend 55. Produk Asbuton tersebut dapat
mensubtitusi aspal minyak hanya sebagian dan dapat sebagai pengganti filler yang di
peroleh dari mineral Asbuton. Pemanfaatan BGA sebagai konstruksi cold mix/aspal
dingin.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik dan berkeinginan untuk
mempelajari pemanfaatan BGA dengan pengujian marshall dengan judul skripsi
“Perbandingan Menggunakan Modifier AC-Solar, AC-Minyak Tanah dan AC-
Oli Bekas Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campur Dingin Hampar
Panas” Dimungkinkan dapat memperbaiki kinerja asbuton campur dingin.
B. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini bagaimana pengaruh karakteristik marshall pada
penggunaan BGA campur dingin hampar panas menggunakan modifier AC-Solar,
AC-Minyak Tanah dan AC-Oli bekas sebesar 5% yang dihampar secara panas.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai karakteristik
marshall pada campur dingin hampar panas dengan menggunakan modifier AC-
Solar, AC-Minyak Tanah dan AC-Oli bekas yang dihampar secara panas.
4. D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini memberikan informasi
antara lain :
1. Merupakan salah satu terobosan dibidang perkerasan jalan dalam penggunaan
BGA sebagai bahan pada konstruksi cold mix/aspal dingin.
2. Memperoleh pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang kemampuan aspal
dingin sebagai perkerasan lentur dengan BGA dan dapat memberikan tambahan
pengetahuan dalam menganalisis karakteristik aspal buton.
E. Batasan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan memudahkan dan menganalisa,maka
dibuat batasan masalah sebagai berikut :
1. Agrerat aspal yang di gunakan dalam penelitian ini adalah aspal tipe Kabungka
(BGA).
2. Material atau bahan yang di gunakan adalah material lokal yang terdapat di daerah
setempat, yaitu :
a. Agregat kasar yang digunakan bersumber dari Kecamatan Sorawolio Kota
Baubau hasil produksi PT. Lakina Wolio.
b. Agregat halus yang digunakan bersumber dari Kecamatan Sorawolio Kota
Baubau hasil produksi PT. Lakina Wolio.
c. Bahan aspal digunakan adalah BGA yang bersumber dari PT. Wika Bitumen.
d. AC yang digunakan aspal penetrasi 60/70.
3. Pengujian karakteristik bahan (Agregat, Aspal) berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI).
5. 4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Dayanu Ikhsanuddin.
5. Penentuan komposisi agregat menggunakan cara trial and error.
6. Pengujian Marshall test.
7. Sifat-sifat kimia dari bahan penyusun campuran dan reaksi kimia yang terjadi
tidak diteliti.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini digunakan sistematika penulisan sebagai
berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian awal skripsi yang mengantarkan pembaca untuk
dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa, dan mengapa penelitian
itu dilakukan. Dalam bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,
hipotesis, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika
penelitian serta keaslian penelitian.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini terdiri dari landasan teori, teori-teori yang mendasari tentang studi yang
diperoleh melalui studi literatur yang dimuat pada bagian landasan teori kemudian
selanjutnya pada kerangka konseptual pembahasan mulai diarahkan sesuai dengn
judul penulisan kami, serta pelaksanaan penelitian di laboratorium.
3. Bab III Metodelogi Penelitian
6. Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang tinjauan umum penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, bagan alir penelitian, serta
pelaksanaan penelitian.
4. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang hasil penelitian dan
mengemukakan pembahasan penelitian studi pemanfaatan aspal kabungka dengan
perbandingan menggunakan modifier AC-Solar, AC-Minyak Tanah dan AC-Oli
Bekas terhadap karakteristik marshall pada campur dingin hampar panas
5. Bab V Penutup
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran.
G. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul Penggunaan “Perbandingan Menggunakan Modifier AC-
Solar, AC-Minyak Tanah dan AC-Oli Bekas Terhadap Karakteristik Marshall Pada
Campur Dingin Hampar Panas” ini merupakan penelitian yang pertama kali
dilakukan dan belum pernah dilakukan oleh siapapun, namun ada sedikit kemiripan
dengan judul penelitian lain tapi berbeda.
7. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Campuran Aspal Dingin (Cold Mix Asphalt)
Dalam campuran aspal dingin diperlukan bahan peremaja (modifier) untuk
melunakkan aspal pada laston agar menjadi cair dan didapatkan viskositas yang
rendah sehingga dapat memudahkan pencampuran. Beberapa jenis campuran aspal
dingin antara lain :
1. Campuran Aspal Dingin Cair (Cut Back Asphalt) minyak bumi.
2. Lasbutag (Lapisan Aspal Buton Beragregat) adalah campuran yang terdiri dari
agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan)
yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Pada Lasbutag diperlukan
minyak ringan untuk mengencerkan asbuton dan asmin.
3. Campuran Aspal Buton merupakan pencampuran dari bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk batuan.
B. Aspal Keras/Panas (Asphalt Concrete/AC)
Di Indonesia pada umumnya digunakan AC dengan penetrasi 60/70.
Ketentuan untuk Aspal penetrasi 60/70 dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Ketentuan untuk Aspal Penetrasi 60/70
8. C. BGA (Buton Granular Asphalt)
BGA (Buton Granular Asphalt) adalah hasil pengolahan aspal alam yang
terdapat di pulau Buton, Sulawesi Tenggara. BGA mengandung kurang lebih 20-
25% bitumen dengan bentuk butiran halus yang mempunyai ukuran maksimum 1,2
mm (lolos saringan #16). Mineral pada BGA, sangat halus sehingga mineral yang
lolos saringan 200 dapat berfungsi sebagai filler.
BGA mempunyai kelebihan yaitu penggunaan BGA dalam campuran
beraspal dapat memperbaiki mutu aspal minyak sehingga perkerasan menjadi lebih
tahan terhadap deformasi yang diakibatkan oleh beban lalu lintas. Selain itu BGA
dalam campuran aspal juga dapat meningkatkan titik lembek bitumen sehingga
campuran dapat lebih tahan terhadap temperatur tropis yang tinggi dan dapat dilihat
pada Tabel 2, yang bersumber dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Pekerjaan Umum 2009, sebagain berikut:
Tabel 2. Karakteristik Fisik Asbuton
9. D. Agregat
Ketentuan pengujian agregat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Ketentua Agregat Kasar
Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm)dan
tertahan saringan No. 200 (0,075), menurut saringan ASTM. Ketentuan agregat halus
dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Ketentuan Agregat Halus
10. Berikut Gambar 1 dan 2 grafik spesifikasi agregat kasar dan halus beton aspal
sebagai berikut:
Gambar 1. Contoh Grafik spesifikasi agregat kasar beton aspal
Gambar 2. Contoh Grafik spesifikasi agregat halus beton aspal
0
20
40
60
80
100
120
4 3/8" 1/2" 3/4"
%
Berat
Lolos
No. Saringan
Batas Atas
Batas Tengah
Batas Bawah
0
20
40
60
80
100
120
100 50 16 4 3/8"
%
Berat
Lolos
No. Saringan
Batas Atas
Batas Tengah
Batas Bawah
11. E. Filler
Berikut grafik gradasi bahan filler untuk Aspal yang Bersumber dari
Direktorat Bina Program Jalan, Departemen Pekerjaan Umum dapat dilihat pada
Gambar 3:
Gambar 3. Grafik Gradasi Bahan Pengisi/Filler untuk Beton Aspal
F. Bahan Peremaja (Modifier)
Bahan peremaja (modifier) Bersumber dari Dirjen Bina Marga (2018)
ketentuan modifier dengan jenis pengujian dapat dilihat pada Tabel 5 :
Bahan peremaja yang digunakan dalam penelitian ini adalah oli bekas. Oli bekas
memiliki nilai tambah dalam pemanfaatannya dan mudah untuk didapatkan.
0
20
40
60
80
100
120
200 100 50 30
%
Berat
Lolos
No. Saringan
Batas Atas
Batas Tengah
Batas bawah
12. Kandungan yang terdapat dalam oli bekas adalah sisa hasil pembakaran yang bersifat
asam dan korosif, deposit dan logam berat yang bersifat karsinogenik.
G. Gradasi
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat yang
berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas
(kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran. Gradasi agregat ditentukan
dengan cara analisa saringan, dimana sampel agregat harus melalui satu set saringan
Gradasi dan karakteristik yang digunakan dalam perencanaan aspal beton
yang sesuai dengan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2018 Divisi 6
Perkerasan Aspal adalah seperti Tabel 6 dan Tabel 7 di bawah ini :
Tabel 6. Gradasi AC-WC untuk Campuran Beraspal
13. Tabel 7. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston
H.Uji Marshall
Alat Marshall mempunyai standar unruk menentukan karakteristik
campuran beraspal antara lain stabilitas, kelelehan plastis (flow), kepadatan,
Masrhall Quotient (MQ), rongga dalam campuran (VIM), rongga dalam mineral
agregat (VMA), dan rongga terisi aspal (VFA). Metode uji stabilitas dan pelelahan
campuran beraspal panas mengunakan alat marshall. Pengujian meliputi pengukuran
stabilitas dan pelelahan (flow) suatu campuran beraspal panas, dengan butir agregat
berukuran maksimum 37,5 mm.
1. Stabilitas (Stability)
Pengujian stabilitas merupakan kemampuan benda uji menerima beban sampai
terjadi kelelehan plastis. Besarnya nilai stabilitas dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 1 sebagai berikut :
S= p × q × r (1)
Keterangan :
S = Stabilitas (Kg)
p = Kalibrasi Alat Marshall
14. q = Pembacaan Dial Stabilitas
r = Koreksi Benda Uji
2. Kelelehan Plastis (flow)
Kelelehan plastis adalah besarnya perubahan bentuk plastis dari benda uji atau
campuran akibat adanya beban sampai batas keruntuhan. Nilai kelehan plastis
dapat langsung dibaca pada dial flow dan dinyatakan dalam satuan inch, kemudian
harus dikonversikan lagi dalam satuan milimeter.
3. Kepadatan (Density)
4.
5. Rongga Dalam Campuran (VIM)
Rongga dalam campuran dinyatakan dalam persen terhadap volume beton aspal
padat dan dapat dihitung dengan persamaan 3 dan 4 sebagai berikut :
n=100 -(100 h/i) (3)
Keterangan :
n = Persen rongga (%)
h = Kepadatan atau Density (gr/cm3
)
I = Berat jenis maksimum campuran teoritis
15. I=
100
(100 - %Kadar Aspal)
Bj Eff Agregat +
% Kadar Aspal
Bj Aspal
(4)
6. Rongga Dalam Mineral Agregat (VMA)
Perhitungan nilai rongga antar butir agregat (VMA) terhadap campuran dihitung
dengan Persamaan 5 sebagai berikut:
I =100-j (5)
Keterangan :
I = Rongga didalam mineral agregat (VMA)
J = (100 – b).g/Bj Bulk Agregat
b = Persen aspal terhadap campuran
g = Kepadatan (gr/cm3
)
7. Rongga Terisi Aspal (VFA)
Besarnya nilai rongga terisi aspal dapat dihitung dengan Persamaan 6 sebagai
berikut:
VFA =
VMA
VIM
VMA )
%(
100 −
(6)
8. Marshall Quentiont (MQ)
Marshall Quontient adalah perbandingan nilai stabilitas dan flow. Nilai stabilitas
Marshall yang tinggi dan flow yang rendah menunjukan campuran aspal beton
yang kaku, sehingga bila menerima beban mudah retak, Bukhari (2007)
16. menyebutkan besarnya nilai Marshall quontient dapat diperoleh dengan
Persamaan 7 sebagai berikut :
MQ=
s
flow
(7)
Keterangan :
MQ = Nilai Marshall Quontient (kg/mm)
S = Nilai stabilitas Marshall (kg)
Flow = Pembacaan dial flow (mm)
17. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tinjauan Umum Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode campur dingin hampar
panas. Pencampuran agregat secara dingin melalui proses pemeraman selama 6 hari.
Setelah 6 hari, akan langsung dipadatkan untuk metode penghamparan secara panas.
Titik berat pada penelitian ini menggunakan beberapa modifier yaitu AC-Solar, AC-
Minyak Tanah dan AC-Oli bekas untuk mengetahui karakteristik marshall masing-
masing.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Teknik Sipil Universitas Dayanu
Ikhsanuddin Baubau yang beralamat di Jalan Dayanu Ikhsanuddin Baubau Kelurahan
Lipu Kota Baubau. Penelitian ini di laksanakan pada Bulan Agustus-september 2021.
Tahapan waktu yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini mulai
dari penyusunan proposal, bimbingan proposal, penelitian, bimbingan ujian hasil,
sampai dengan pelaksanaan ujian akhir. Tahapan dan waktu penelitian disusun dalam
jadwal agar penelitian tersusun dengan baik.
C. Pengumpulan Bahan
Pengambilan sampel untuk agregat halus dan agregat kasar dilakukan secara
langsung dilokasi. Hal ini dilakukan agar sampel yang diambil benar-benar langsung
bersumber dari lokasi tersebut. Sampel kemudian dibawa ke Laboratorium Teknik
Sipil Universitas Dayanu Ikhsanuddin untuk dilakukan pemeriksaan data-data
18. karakteristik dan mix design. Lokasi pengambilan material agregat kasar dan agregat
halus di Kecamatan Sorawolio Kota Baubau hasil produksi PT. Lakina Wolio.
Kemudian Kabungka Granular Asphalt diambil dari PT. Wika Bitumen di
pulau Buton yang secara administrasi terletak di Kabupaten Buton Desa Banabungi
Provinsi Sulawesi Tenggara.
D. ProsedurPelaksanan Penelitian
1. Bahan Penelitian
Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Agregat Kasar (Gravel) yang bersumber dari Kecamatan Sorawolio Kota
Baubau hasil produksi PT. Lakina Wolio.
b. Agregat Halus (pasir) yang bersumber dari Kecamatan Sorawolio Kota Baubau
hasil produksi PT. Lakina Wolio.
c. Modifier.
d. BGA produksi PT. Wika Bitumen
2. Alat-Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk pengujian agregat dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 9 adalah sebagai berikut:
Tabel 9.Peralatan Pengujian Agregat di laboratorium
No. Nama Alat Keterangan
1 Digital
Balance
Digunakan untuk menimbang berat agregat
2
Sieve
Analysis
Untuk memperoleh jumlah persentase butiran baik
agregat dengan ukuran saringan yang digunakan
( ¾”, ½”, 3/8”,#4, #8, #16, #30, #50, #100 dan
#200).
3 Talam Sebagai tempat agregat untuk di proses.
4
Oven
Untuk mengeringkan agregat dengan pengatur
temperature
19. 5 Dessicator Untuk mendinginkan benda uji
6
Piknometer
Digunakan pada pengujian berat jenis agregat halus
Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengujian benda
uji dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Peralatan untuk Pembuatan dan Pengujian Benda Uji
No. Nama Alat Keterangan
1
Kompor dan
Kuali
Digunakan sebagai alat membuat briket
(campuran beraspal)
2 Termometer
Untuk mengukur suhu pada pembuatan benda
uji
3 Cetakan Untuk mencetak campuran beraspal
4 Compaction Mold
Untuk memadatkan campuran dengan
temperatur yang digunakan
5 Extruder Alat pengeluar briket hasil pemadatan
6 Waterbath Bak pemanas air untuk merendam briket
7 Marshall Test
Untuk menentukan stabilitas stabilitas dan
nilai flow pada pembebanan maksimum yang
diukur pada arloji stabilitas dan flow
3. Pengujian Material di Laboratorium
Dalam pemilihan bahan agregat diupayakan menjamin tingkat penyerapan
air yang paling rendah dan bahan bersih, keras serta bebas dari lempung. Hal itu
merupakan antisipasi atas hilangnya material aspal yang terserap oleh agregat dan
tetap menjaga mutu atau kualitas bahan.
a. Pemeriksaan Agregat Kasar
Pemeriksaaan Laboratorium dan standar uji agregat kasar dapat dilihat
pada Tabel 11 berikut ini:
20. b. Pemeriksaan Agregat Halus
Pemeriksaaan laboratorium dan standar uji agregat halus dapat dilihat
pada Tabel 12 berikut ini:
c. Pemeriksaan Aspal
Pemeriksaaan laboratorium dan standar uji aspal yang dilaksanakan dapat
dilihat pada Tabel 13 berikut ini:
21. 4. Mix Design Campuran Aspal
Perencanaan Benda Uji
Dalam penelitian ini, perencanaan benda uji dilakukan dengan menentukan
komposisi campuran baik penentuan komposisi agregat maupun penentuan kadar
aspal rencana. Penentuan komposisi agregat dilakukan dengan cara trial and
error,Modifier yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 3% terhadap
berat campuran serta penggunaan BGA dalam campuran sebesar 5%, 5,5%, 6%,
6,5% dan 7%. Dengan rincian BGA Terdiri dari tiga sampel pada campuran aspal
dingin dengan total 15 briket. Kemudian dilakukan penyiapan benda uji untuk tes
Marshall.
5. Pembuatan dan Pengujian Benda Uji dengan Alat Marshall
a. Langkah-Langkah Pembuatan Benda Uji :
1. Menimbang agregat sesuai dengan persentase agregat campuran yang telah
dihitung, kemudian benda uji dibuat sebanyak 3 buah pada masing-masing
kadar BGA.
22. 2. Siapkan dan bersihkan Compaction Mold (cetakan benda uji) yang
berbentuk silinder dengan ukuran diameter 4” (10,16 cm) dan tinggi 3”
(7,5 cm).
3. Untuk pembuatan modifier panaskan AC sampai cair lalu diangkat dari
kompor dan kemudian dicampurkan dengan minyak tanah dengan takaran
yang sudah dihitung.
4. Campuran agregat kasar dan halus yang sudah ditimbang tadi , kemudian
diaduk sampai merata dandi tambahkan modifier yang telah di kerjakan.
5. Masukan material yang telah dicampur kedalam karung/tempat tertutup
dan didiamkan/peram sealama 6 (enam) hari.
6. Setelah material di diamkan sealama 6 (enam) hari kemudian akan
dimasukan kedalam wajan untuk dipanaskan, dalam proses pemanasan
tersebut material di aduk terus hingga suhu material mencapai 150º.
7. Masukkan campuran kedalam cetakan lalu dipadatkan dengan
menggunakan Compaction Mold Holder sebanyak 75 kali tumbukan pada
sisi atas kemudian 75 kali tumbukan pada sisi bawah Mold. Pada saat
melakukan pemadatan posisi Compaction Mold Holder harus dijaga
posisinya agar selalu tegak lurus terhadap benda uji.
8. Proses pemadatan selesai benda uji didiamkan agar suhunya turun, setelah
dingin benda uji dikeluarkan dengan Ejector dan diberi kode dengan
menggunakan tipe-ex.
9. Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dan diukur tinggi
benda uji dengan ketelitian 0,1 mm di keempat sisi benda uji dengan
23. menggunakan jangka sorong dan ditimbang beratnnya untuk mendapatkan
berat benda uji kering.
10. Benda uji direndam dalam air selama 16 s/d 24 jam supaya jenuh.
11. Setelah jenuh benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan berat
benda uji dalam air.
12. Kemudian benda uji dikeluarkan dari bak perendam dan dikeringkan
denga kain lap sehingga kering permukaan dan didapatkan berat benda uji
kering permukaan jenuh (saturated survace dry, SSD) kemudian
ditimbang.
b. Pengujian Benda Uji Dengan Alat Marshall (SNI 06-2489-1991)
Pemeriksaan campuran dengan alat Marshall ini bertujuan untuk
menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) serta
analisis kepadsatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Stabilitas
adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai
terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kg atau pound. Kelelehan
plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu beban sampai batas runtuh yang
dinyatakandalam (mm).
24. E. BaganAlirPenelitian
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
Modifier yang di gunakan adalah AC-Solar, AC-Minyak Tanah,
AC-Oli Bekas dengan perbandingan 60:40 Kadar BGA 15% dan
total Bitumen 5%,6%,7% metode hampar dingin campur panas
Uji Marshall (SNI 06-2489-1991
Pengolahan dan Analisis Data
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Mulai
Studi Pustaka
Perencanaan Benda Uji
Pengujiam Bahan
Pemeriksaan Agrerat
Kasar:
- Abrasi
(SNI 2417 : 2008)
-Analisa Saringan
(SNI ASTM C136 : 2012)
-Berat Jenis & Penyerapan
air (SNI 03-1969-2016)
Pemeriksaan Filler :
- Analisa Saringan
(SNI ASTM C117 :
2012)
- Berat Jenis
(SNI 03-1970-2016)
Pemeriksaan Agrerat
Halus :
- Berat Jenis & Penyerapan
Air (SNI 03-1970-2016)
- Analisa Saringan
(SNI ASTM C136 : 2012)
25. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Karakteristik Bahan
1. Hasil Pengujian Karakteristik Agregat
Hasil pemeriksaan karakteristik agregat berdasarkan hasil analisa data dapat dilihat
pada Tabel 14 sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat
26. 2. Hasil Pengujian Karakteristik Aspal Pen 60/70
Hasil pemeriksaan karakteristik Aspal Pen 60/70 dapat dilihat pada Tabel 15 sebagai
berikut :
Tabel 15. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Aspal Pen 60/70
B. Mix Design Campuran Beraspal
1. Hasil Penggabungan Agregat
Hasil penggabungan agregat dengan menggunakan gradasi menerus berdasarkan
hasil analisa data dapat dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut :
27. Dari Tabel 16, hasil penggabungan agregat di atas dapat ditampilkan dalam bentuk
grafik pada Gambar 4 sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik Gabungan Agregat Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)
2. Penentuan Kadar Aspal Rencana
Penentuan kadar aspal rencana dilakukan dengan menggunakan Persamaan 8 di
bawah ini :
Pb = 0.035 (% CA) + 0.045 (% FA) + 0.018(% Filler) +Konstanta (8)
Pb = 0.035 (51) + 0.045 (44) + 0.18 (5) + 0.75
Pb = 1.785 + 1.98 + 0.9 + 0.75
Pb = 5.415% ≈ 5.5%
Dari hasil perhitungan berdasarkan hasil penggabungan agregat maka diperoleh nilai
Agregat Kasar (CA) = 51%, nilai Agregat Halus (FA) = 44% dan Abu Batu (Filler) =
5%, dengan nilai K = 0.75 maka nilai kadar aspal rencana yang diperoleh adalah
5.5% dengan variasi kadar bitumen dalam campuran sebesar 5.5% dan 6%. Nilai
penggabungan agregat diperoleh dari Lampiran 17.
Pada penelitian ini terdapat 3 modifier yaitu Solar,Minyak Tanah dan juga Oli Bekas
dengan menggunakan dua variasi campuran yaitu 5.5% dan 6.0%
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
3/4" 1/2" 3/8" N O . 4 N O . 8 N O .
1 6
N O .
30
N O .
50
N O .
100
N O .
200
PRESENTASE
LOLOS
(%)
UKURAN SARINGAN (#)
"Gradasi Gabungan" "Batas Atas Spec"
GRAFIK PENGGABUNGGAN
28. C. Hasil Pengujian Marshall
Hasil pengujian dan perhitungan parameter Marshall Laston lapis Aus (AC-WC)
dengan variasi kadar Aspal dengan menggunakan modifier berbeda lengkapnya dapat
dilihat pada tabel Gambar 17 sebagai berikut:
Gambar 5. Tinjauan Nilai Stabilitas
700
800
900
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
5,0 5,5 6,0 6,5
Stability
(Kg.)
Fariasi Kadar Aspal (%)
STABILITAS
29. Dari Gambar 5 menunjukan nilai stabilitas yang menggunakan modifier solar yang
ditandai dengan garis grafik berwarna merah menunjukan nilai stabilitas 1500 kg
pada variasi kadar aspal 5,5% kadar aspalsedangkan nilai stabilitas variasi kadar
aspal 6,0% mengalami kenaikan yakni sebesar 1542 kg pada nilai stabilitas yang
menggunakan modifier Ac-minyak tanah yang ditandai dengan garis grafik berwarna
ungu menunjukan nilai stabilitas 1336 kg pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan
nilai stabilitas variasi kadar aspal 6,0% mengalami penurunan yakni sebesar 1278
dan nilai stabilitas yang menggunakan modifier Ac-Oli bekas yang ditandai dengan
garis grafik berwarna hitam menunjukan nilai stabilitas 1379 kg pada variasi kadar
aspal 5,5% sedangkan nilai stabilitas variasi kadar aspal 6,0% mengalami kenaikan
yakni sebesar 1710 kg. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan nilai
stabilitas yang menggunakan modifier Ac-solar, Ac-Minyak tanah dan Ac-Oli bekas
ketiganya memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Divisi 6 Perkerasan
Aspal yaitu sebesar 800 kg.
1. Tinjauan terhadap Nilai Kelelehan Plastis (Flow)
Tinjauan nilai Kelelehan Plastis (Flow) pada campuran Aspal (AC-WC) dengan
variasi kadar menggunakan modifier dan variasi BGA dapat dilihat pada Gambar 6
berikut:
30. Gambar 6. Tinjauan terhadap Nilai Kelelehan (Flow)
Dari Gambar 6 menunjukan nilai Flow yang menggunakan modifier solar yang
ditandai dengan garis grafik berwarna merah menunjukan nilai Flow 2,75 mm pada
variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai Flow variasi kadar aspal 6,0% mengalami
kenaikan yakni sebesar 2,80 mm pada nilai Flow, yang menggunakan modifier Ac
minyak tanah yang ditandai dengan garis grafik berwarna ungu menunjukan nilai
Flow 2,72 mm pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai Flow variasi kadar
aspal 6,0% mengalami kenaikan yakni sebesar 2,80 mm dan nilai Flow yang
menggunakan modifier Ac-Oli bekas yang ditandai dengan garis grafik berwarna
hitam menunjukan nilai Flow 2,68 mm pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan
nilai Flow 2,78 mm variasi kadar aspal 6,0% mengalami penurunan yakni sebesar
1,75 mm. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan nilai stabilitas yang
menggunakan modifier Ac-solar, Ac-Minyak tanah dan Ac-Oli bekas ketiganya
memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Divisi 6 Perkerasan Aspal
yaitu sebesar 800 kg.
2. Tinjauan terhadap Nilai Marshall Quotient (MQ)
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
5,0 5,5 6,0 6,5
Flow
(mm)
Asphalt Content(%)
KELELEHAN (FLOW)
31. Tinjauan nilai Marshall Quotient pada campuran Aspal (AC-WC) dengan
menggunakan modifier dan variasi BGA dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:
Gambar 7. Tinjauan terhadap Nilai Marshall Quotient (MQ)
Dari Gambar 7 menunjukan nilai Marshall Quotient yang menggunakan modifier
solar yang ditandai dengan garis grafik berwarna merah menunjukan nilai Marshall
Quotient 574,21 kg/mm pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai Marshall
Quotient variasi kadar aspal 6,0% mengalami kenaikan yakni sebesar 583,77 kg/mm,
pada nilai Marshall Quotient yang menggunakan modifier Ac minyak tanah yang
ditandai dengan garis grafik berwarna ungu menunjukan nilai Marshall Quotient
579,23 kg/mm pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai Marshall Quotient
variasi kadar aspal 6,0% mengalami penurunan yakni sebesar 423,32 kg/mm dan
nilai Marshall Quotient yang menggunakan modifier Ac-Oli bekas yang ditandai
dengan garis grafik berwarna hitam menunjukan nilai Marshall Quotient 563,34
kg/mm pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai Marshall Quotient variasi
kadar aspal 6,0% mengalami kenaikan yakni sebesar 1010,14 kg/mm. Dari
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan nilai stabilitas yang menggunakan
modifier Ac-solar, Ac-Minyak tanah dan Ac-Oli bekas ketiganya memenuhi
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
5,0 5,5 6,0 6,5
Hasil
Bagi
Marshall
(kg/mm.)
Asphalt Content (%)
MARSHALL QUOTIENT (MQ)
32. Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Divisi 6 Perkerasan Aspal yaitu sebesar
250 kg.
3. Tinjauan terhadap Nilai Kepadatan (Density)
Tinjauan nilai Kepadatan (Density) pada campuran Laston lapis Aus (AC-WC)
dengan menggunakan modifier dan variasi kadar aspal dapat dilihat pada Gambar 8
berikut :
Gambar 8.Tinjauan terhadap Nilai Density
Dari Gambar 8 menunjukan nilai yang menggunakan modifier solar yang ditandai
dengan garis grafik berwarna merah menunjukan nilai Density 4,32gr/cc pada variasi
kadar aspal 5,5% sedangkan nilai Density variasi kadar aspal 6,0% mengalami
kenaikan yakni sebesar 4,82 gr/cc pada nilai, Density yang menggunakan modifier
Ac minyak tanah yang ditandai dengan garis grafik berwarna ungu menunjukan nilai
Density 4,32 gr/cc pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai Density variasi
kadar aspal 6,0% mengalami kenaikan yakni sebesar 4,82 gr/cc dan nilai Density
yang menggunakan modifier Ac-Oli bekas yang ditandai dengan garis grafik
berwarna hitam menunjukan nilai Density 4,32 gr/cc pada variasi kadar aspal 5,5%
y = 1,0125x - 1,2532
2,00
4,00
6,00
8,00
5,0 5,5 6,0 6,5
Kepadatan
(gr/cc)
Asphalt Content (%)
DENSITY
33. sedangkan nilai Density variasi kadar aspal 6,0% mengalami kenaikan yakni sebesar
4,82 gr/cc.
4. Tinjauan terhadap Nilai Voids in The Mix (VIM)
:
Gambar 9.Tinjauan terhadap Nilai VIM
Dari Gambar 9 menunjukan nilai VIM yang menggunakan modifier solar yang
ditandai dengan garis grafik berwarna merah menunjukan nilai VIM 2,29% pada
variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai VIM variasi kadar aspal 6,0% mengalami
penurunan yakni sebesar 0,06%, pada nilai VIM yang menggunakan modifier Ac-
minyak tanah yang ditandai dengan garis grafik berwarna ungu menunjukan nilai
VIM 7,94% pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai VIM variasi kadar aspal
6,0% mengalami penurunan yakni sebesar -0,76% dan nilai VIM yang menggunakan
modifier Ac-Oli bekas yang ditandai dengan garis grafik berwarna hitam
menunjukan nilai VIM 4,48% pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai VIM
variasi kadar aspal 6,0% mengalami kenaikan yakni sebesar 0,30%. Dari penjelasan
di atas dapat ditarik kesimpulan nilai stabilitas yang menggunakan modifier Ac-solar,
Ac-Minyak tanah dan Ac-Oli bekas ketiganya memenuhi Spesifikasi Umum Bina
Marga Tahun 2018 Divisi 6 Perkerasan Aspal yaitu sebesar 3-4%
y = -8,3512x + 50,41
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5,0 5,5 6,0 6,5
Rongga
Dalam
Campuran
(%)
Asphalt Content(%)
VOIDS IN THE MIX (VIM)
34. 5. Tinjauan terhadap Nilai Voids in Mineral Aggregate (VMA)
Tinjauan nilai rongga dalam mineral agregat (VMA) pada campuran Laston Lapis
Aus (AC-WC) dengan menggunakan modifier dan variasi kadar aspal dapat dilihat
pada Gambar 10 berikut :
Gambar 10. Tinjauan terhadap Nilai VMA
Dari Gambar 10 menunjukan nilai VMA yang menggunakan modifier solar yang
ditandai dengan garis grafik berwarna merah menunjukan nilai VIM 11,40% pada
variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai VMA variasi kadar aspal 6,0% mengalami
penurunan yakni sebesar 10,41 pada nilai VMA yang menggunakan modifier Ac-
minyak tanah yang ditandai dengan garis grafik berwarna ungu menunjukan nilai
VMA 16,52% pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai VMA variasi kadar
aspal 6,0% mengalami penurunan yakni sebesar 9,68% dan nilai VMA yang
menggunakan modifier Ac-Oli bekas yang ditandai dengan garis grafik berwarna
hitam menunjukan nilai VMA 13,39% pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai
VMA variasi kadar aspal 6% mengalami penurunan yakni sebesar 10,63%. Dari
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan nilai stabilitas yang menggunakan
modifier Ac-solar, Ac-Minyak tanah dan Ac-Oli bekas ketiganya tidak memenuhi
5,0
10,0
15,0
20,0
5,0 5,5 6,0 6,5
Rongga
Dalam
Agregat
l
(%)
Asphalt Content(%)
VOIDS IN MINERAL AGREGATE (VMA)
35. Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Divisi 6 Perkerasan Aspal yaitu sebesar
15
6. Tinjauan terhadap Nilai Voids Filled with Asphalt/Bitumen (VFA)
Tinjauan nilai rongga terisi aspal (VFA) pada campuran Laston lapis Aus (AC-WC)
dengan menggunakan modifier dan variasi kadar aspal dapat dilihat pada Gambar 11
berikut :
Gambar 11. Tinjauan terhadap Nilai VFA
Dari Gambar 11 menunjukan nilai VFA yang menggunakan modifier solar yang
ditandai dengan garis grafik berwarna merah menunjukan nilai VFA 81,08% pada
variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai VFA variasi kadar aspal 6,0% mengalami
kenaikan yakni sebesar 100,01% pada nilai VFA yang menggunakan modifier Ac-
minyak tanah yang ditandai dengan garis grafik berwarna ungu menunjukan nilai
VFA 52,02% pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai VFA variasi kadar aspal
6,0% mengalami kenaikan yakni sebesar 107,82% dan nilai VFA yang menggunakan
modifier Ac-Oli bekas yang ditandai dengan garis grafik berwarna hitam
menunjukan nilai VFA 66,74% pada variasi kadar aspal 5,5% sedangkan nilai VFA
variasi kadar aspal 6% mengalami penurunan yakni sebesar 97,25%. Dari penjelasan
y = 61,034x - 268,95
40
50
60
70
80
90
100
110
120
5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0 6,2 6,4
Rongga
Terisi
Aspal
(%)
Asphalt Content(%)
VOIDS FILLED WITH ASPHALT (VFA)
36. di atas dapat ditarik kesimpulan nilai stabilitas yang menggunakan modifier Ac-solar,
Ac-Minyak tanah dan Ac-Oli bekas ketiganya memenuhi Spesifikasi Umum Bina
Marga Tahun 2018 Divisi 6 Perkerasan Aspal yaitu sebesar 65.
37. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan menggunakan modifier yang berbeda dengan metode yang sama
yaitu metode campur dingin hampar panas terdapat perbedaan nilai marshall karena
terjadi peningkatan dan penurunan nilai yang tidak konstan pada setiap variasi. Nilai
tertinggi marshall terdapat padavariasi yang menggunakan modifier AC-Solar.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan modifier yang berbeda
mempengaruhi Nilai Stabilitas, Flow, MQ, Density, VIM, VMA, VFA akan
mencapai nilai maksimalnya ketika agregat di campur dengan takaran yang pas dan
terukur. Variasi dengan nilai stabilitas tertinggi sebesar 583,77 kg/mm ada pada
kadar bitumen dalam campuran 6% dengan modifier AC-Minyak Tanah. Stabilitas
yang diperoleh dari hasil marshall tidak memenuhi syarat.
B. Saran
Sebagai penutup dari tugas akhir ini, maka saya sebagai penyusun ingin
menyampaikan beberapa pesan atau saran sebagai berikut:
1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya lebih diperhatikan dalam pemilihan
penghamparan, karena diketahui dalam penelitian ini penghamparan Panas nilai
stabilitasnya rendah
2. Untuk penelitian selanjutnya jika menggunakan campur dingin hampar panas agar
mencari bahan tambah untuk menaikan stabilitasnya
38. 3. Mengingat pada penelitian ini menggunakan Aspal BGA maka di sarankan pada
penelitian selanjutnya dapat menggunakan Jenis Aspal LGA atau Jenis aspal yang
lain untuk di jadikan perbandingan.