SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Oleh : Chatarina Pantja W.
Majalah HIDUP
Edisi 39, 23 September 2012
Andai aku bisa memilih tanggal, bulan, dan tahun kelahiranku, aku akan
memilih lahir di tahun keberuntungan itu. Pamanku yang hidupnya
paling berhasil di antara saudara-saudaranya yang lain, lahir pada tahun
keberuntungan. Karirnya cemerlang dan kekayaan materinya berlimpah-
limpah.
Dan hampir sama seperti pamanku, kehidupan adikku berkelimpahan
harta. Adikku lahir pada tahun kelipatan dua belas dari tahun
keberuntungan itu. Lalu aku membandingkan dengan nasib ibuku yang
sebelum dan sesudah menikah dengan ayahku hidupnya penuh
pengorbanan dan penderitaan, tak jauh beda dengan hidupku yang
dihujani kesulitan hidup dan penderitaan. Nasib kami hampir sama
karena aku lahir pada tahun kelipatan dua belas dari tahun lahir ibuku.
Mungkin kau berpikir aku mengada-ada, tapi itu sungguh nyata, bahkan
aku telah dapat meramalkan nasib keponakanku, anak kedua dari adikku,
yang lahir pada tahun kelipatan dua belas dari tahun keberuntungan itu,
dan ramalan itu tidak salah, sejak kelahiran keponakanku, rejeki yang
mengalir begitu deras dan tiada henti, seperti air yang mengalir dari mata
air pegunungan.
Apakah kau masih tidak percaya tentang garis keberuntungan itu. Dan
aku tidak memilikinya. Kau tahu kenapa aku yang pintar, berpendidikan
tinggi, dan penuh dedikasi tapi selalu gagal menapaki karir, semua itu
karena garis tangan yang tak bisa kulawan. Apakah ini yang disebut
keadilan hidup, aku diberi kemampuan dan kelebihan tapi orang lain
yang mendapat keberuntungan.
“Itulah hal yang tidak kusukai darimu, kau suka berpikir dan
menganalisa, lalu mengambil kesimpulan yang salah tentang
hidup.” katamu, menghentikan bicaraku yang menurutmu
berlebihan.
“Kau tahu kenapa kau tidak menjadi apa-apa meski memiliki
potensi untuk sukses? Karena puluhan tahun kau mempercayai
omong kosong itu. Aku heran orang berpendidikan tinggi
sepertimu masih mempercayai hal-hal seperti itu.”
“Yang kau katakan memang benar, aku tidak bisa berhasil sepertimu atau
seperti adikku karena aku terkurung oleh pikiran-pikiranku sendiri. Aku
begitu rapuh di dalam, tidak sekuat dirimu.Kau adalah pribadi yang keras
pada diri sendiri, dan itu membuatmu mampu menjadi pribadi yang
tangguh dan dapat diandalkan. Itulah yang membedakan aku denganmu,
kau mampu mengontrol diri dan lebih banyak menggunakan nalar dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan hidup, sementara aku menggunakan
perasaan. Kau begitu hebat dan dihargai karena daya pikir dan daya kelola
diri yang tinggi. Sementara aku seperti tak pernah ada, benar-benar tidak
berharga karena tidak memiliki apa yang kau miliki. Yang aku miliki hanya
kebaikan hati dan welas asih, yang tidak diperlukan untuk menjadi pribadi
yang melesat dalam pekerjaan dan kehidupan yang mapan. Kebaikan hati
yang menurutmu adalah kelemahanku karena banyak orang yang
memanfaatkan kebaikan hatiku itu untuk kepentingan mereka. Dan aku
tidak mendapat apa-apa. Aku tenggelam oleh kebaikan hatiku dan mereka
bersinar dan terlihat oleh semua orang karena mereka berdiri di atas
pundak kebaikanku.”
“Kau harus mendobrak pikiranmu, jika kau ingin menjadi sukses,
berkelimpahan harta dan tidak dipandang sebelah mata,” katamu.
“Mulai hari ini berhentilah berdoa untuk mereka, mulailah
berdoa untuk diri sendiri.” Kalimat terakhir darimu itu terus
kuingat. Ya, aku harus berhenti berdoa untuk orang lain, aku
harus berdoa untuk diri sendiri. Aku harus bisa menghancurkan
segala penghalang, semua tembok yang menutupi jalanku menuju
kesuksesan hidup.
“Tuhan, berilah aku keberuntungan hidup seperti yang Kau
berikan kepada adikku, temanku dan orang-orang lain di dunia
ini. Tuhan Yang Maha Pemurah, berilah aku kemurahan-Mu,
belas kasih-Mu, berilah berkat hidup yang berlimpah bagiku.
Tuhan, kabulkanlah doaku. ”
Segala permohonanku itu kuucap berulang-ulang seperti mantra.
Aku merasa kini saatnya aku memikirkan diri sendiri, meminta
berkat untuk diri sendiri, setelah belasan tahun berdoa untuk
orang lain. Aku memutuskan untuk menolak orang-orang yang
meminta bantuan doa, karena aku ingin energi besar dari doa-
doaku kali ini hanya untuk diriku sendiri. Hari demi hari bergulir
dalam penantian yang mendebarkan. Ya, aku sedang menunggu
jawaban Tuhan, menunggu berkat apa yang akan aku dapatkan
dari Tuhan.
Tengah malam aku dikejutkan oleh suara gembok pintu pagar dipukul
dan dibenturkan pada batang besi. Aku segera mengintip ke luar,
kulihat keponakanku datang.
“Kenapa tante tidak mengangkat telepon dari mama, mengapa tidak
membalas sms mama?” tanyanya sementara tanganku membuka kunci
gembok. Aku belum sempat menjawab ketika tangisnya meledak.
“Kakak opname sejak tadi pagi, sesak nafas parah, mama minta tolong
supaya tante bantu doa, tolong jangan matikan handphone.”
Berita itu seperti pukulan keras ke dadaku.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit air mataku jatuh.
Sungguh aku menyesal telah menjadi manusia yang begitu egois,
hanya berdoa untuk diri sendiri sementara keponakanku
berjuang untuk bisa bernafas dan bertahan hidup. Sampai di
rumah sakit, aku melihat Kakak menangis menahan sakit, aku
melihat perjuangannya yang begitu berat untuk setiap tarikan
nafasnya. Dokter sudah memberikan tindakan medis beberapa
jam sebelumnya tapi belum ada tanda-tanda membaik. Mama-
papanya menangis sesenggukan, berdoa sambil memegang
tangan Kakak. Dan aku menangis melihat semua itu.
“Kakak, ini tante, sayang. Biar tante ambil rasa sakit Kakak. Berikan rasa
sakit itu pada tante, Nak.” Bisikku di telinganya. Kami berlima menangis,
aku, Kakak, Adik dan mama-papanya.
‘Tuhan, berikanlah rasa sakit dan penderitaan itu kepadaku.
Ijinkanlah aku menanggungnya, memikul penderitaan itu.
Bebaskanlah Kakak dari rasa sakit, ya Tuhan.’ Kuucap doa itu
berulang-ulang di dalam hati sepanjang malam hingga
menjelang pagi. Dan semua itu sungguh terjadi, semua rasa sakit
dan penderitaan Kakak berpindah ke tubuhku.
“Aku kuat, aku bisa atasi semua ini,” kataku sebelum pamit meninggalkan
rumah sakit dengan menyembunyikan rasa sakit di dada dan sesak nafas
yang kualami. Dengan sisa kekuatan aku pulang ke rumah. Aku jatuh
tersungkur ketika telah sampai di rumah, di kamarku. Seharian aku
tergeletak tak berdaya dalam penderitaan yang luar biasa. Tapi aku tahu
Tuhan akan menolongku, dan Tuhan memang sungguh-sungguh
menolongku, menyembuhkanku dengan cara-Nya yang ajaib. Kau
tersenyum sinis mendengar ceritaku.
“Bagaimana kau tahu, keponakanmu sembuh karena doa-doa itu. Mungkin
saja itu efek dari obat yang diberikan dokter. Atau Tuhan sendiri yang
menyembuhkan meski kau tidak berdoa sekali pun. Dan semua rasa sakit
yang kau alami hanya karena sugesti,” katamu, seperti biasa tak pernah
menghargai apa pun yang kulakukan.
Bagimu tak ada yang hebat kecuali menghasilkan banyak uang. Dan aku
tak pernah mendapatkan apa-apa setelah berdoa dan menolong orang.
Tapi mungkin kau benar, mungkin aku memang tidak melakukan apa-
apa, mungkin Tuhan sendiri yang menolong tanpa kita minta, karena
Tuhan Maha Penolong dan Maha Berkehendak. Tapi aku tak pernah
menyesal meski aku keliru, meski segala hal baik yang terjadi adalah
kehendak Tuhan meski tanpa doa permohonan yang kupanjatkan.
Satu-satunya penyesalanku adalah mengikuti nasehatmu agar aku
berhenti berdoa untuk orang lain dan hanya berdoa untuk diri sendiri,
yang membuat aku hampir kehilangan keponakanku. Kau tahu aku tidak
akan pernah memaafkan diriku sendiri seumur hidupku jika hal itu
terjadi.
***
Surabaya, 2012

More Related Content

What's hot (20)

Yuk saudaraku...
Yuk saudaraku...Yuk saudaraku...
Yuk saudaraku...
 
Tidak Lebih Dulu Ke Surga
Tidak Lebih Dulu Ke SurgaTidak Lebih Dulu Ke Surga
Tidak Lebih Dulu Ke Surga
 
Aku & surga
Aku & surgaAku & surga
Aku & surga
 
Aku Dan Surga(Renungan)
Aku Dan Surga(Renungan)Aku Dan Surga(Renungan)
Aku Dan Surga(Renungan)
 
Aku dan surga
Aku dan surgaAku dan surga
Aku dan surga
 
Aku dan surga
Aku dan surgaAku dan surga
Aku dan surga
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Motivasiku
MotivasikuMotivasiku
Motivasiku
 
Wanita, Ciptaan Favorit Tuhan
Wanita, Ciptaan Favorit TuhanWanita, Ciptaan Favorit Tuhan
Wanita, Ciptaan Favorit Tuhan
 
Wanita
WanitaWanita
Wanita
 
Mother Teresa Translation 1
Mother Teresa  Translation  1Mother Teresa  Translation  1
Mother Teresa Translation 1
 
Wanita
WanitaWanita
Wanita
 
Wanita
WanitaWanita
Wanita
 
Wanita
WanitaWanita
Wanita
 
Wanita
WanitaWanita
Wanita
 
Wanita-Women
Wanita-WomenWanita-Women
Wanita-Women
 
Wanita
WanitaWanita
Wanita
 
Wanita
WanitaWanita
Wanita
 
Renungan untuk wanita
Renungan untuk wanitaRenungan untuk wanita
Renungan untuk wanita
 
Filosofi wanita
Filosofi wanitaFilosofi wanita
Filosofi wanita
 

Similar to Memilih antara keberuntungan dan kebaikan hati

Testimoni buku energy never dies
Testimoni buku energy never diesTestimoni buku energy never dies
Testimoni buku energy never diesIndra Maulani
 
Dongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
Dongeng sebelum tidur oleh Tami PrastowoDongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
Dongeng sebelum tidur oleh Tami PrastowoServer Bobo
 
Dongeng Sebelum Tidur
Dongeng Sebelum Tidur Dongeng Sebelum Tidur
Dongeng Sebelum Tidur tammi prastowo
 
Bagaimana SAYA bisa lebih sukses?
Bagaimana SAYA bisa lebih sukses?Bagaimana SAYA bisa lebih sukses?
Bagaimana SAYA bisa lebih sukses?Gede Pardianto
 
Surat Ustadz Yusuf Mansur Kepada Mitra Bisnis PayTren
Surat Ustadz Yusuf Mansur Kepada Mitra Bisnis PayTrenSurat Ustadz Yusuf Mansur Kepada Mitra Bisnis PayTren
Surat Ustadz Yusuf Mansur Kepada Mitra Bisnis PayTrenInfo PayTren
 
Dibayar lunas dengan segelas susu
Dibayar lunas dengan segelas susuDibayar lunas dengan segelas susu
Dibayar lunas dengan segelas susuheri baskoro
 
Majalah kekuatan-sugesti
Majalah kekuatan-sugestiMajalah kekuatan-sugesti
Majalah kekuatan-sugestiFirman Pratama
 
Mari Bersyukur (be Thankful), part 1
Mari Bersyukur (be Thankful), part 1Mari Bersyukur (be Thankful), part 1
Mari Bersyukur (be Thankful), part 1Tri Widodo W. UTOMO
 
Pudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona CleopatraPudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona CleopatraRobby Angryawan
 
Pudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatraPudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatraIit Suryani
 

Similar to Memilih antara keberuntungan dan kebaikan hati (20)

Testimoni buku energy never dies
Testimoni buku energy never diesTestimoni buku energy never dies
Testimoni buku energy never dies
 
Keajaiban rezeki
Keajaiban rezeki Keajaiban rezeki
Keajaiban rezeki
 
Dongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
Dongeng sebelum tidur oleh Tami PrastowoDongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
Dongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
 
Dongeng Sebelum Tidur
Dongeng Sebelum Tidur Dongeng Sebelum Tidur
Dongeng Sebelum Tidur
 
Bagaimana SAYA bisa lebih sukses?
Bagaimana SAYA bisa lebih sukses?Bagaimana SAYA bisa lebih sukses?
Bagaimana SAYA bisa lebih sukses?
 
Cerpen "Rahasia ayah"
 Cerpen "Rahasia ayah" Cerpen "Rahasia ayah"
Cerpen "Rahasia ayah"
 
Surat Ustadz Yusuf Mansur Kepada Mitra Bisnis PayTren
Surat Ustadz Yusuf Mansur Kepada Mitra Bisnis PayTrenSurat Ustadz Yusuf Mansur Kepada Mitra Bisnis PayTren
Surat Ustadz Yusuf Mansur Kepada Mitra Bisnis PayTren
 
0
00
0
 
Inspirasi Bunda Teresa
Inspirasi Bunda TeresaInspirasi Bunda Teresa
Inspirasi Bunda Teresa
 
Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen "Meraih Mimpi"Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen "Meraih Mimpi"
 
Cerpen "Meraih Mimipi"
Cerpen "Meraih Mimipi"Cerpen "Meraih Mimipi"
Cerpen "Meraih Mimipi"
 
Ibunda
IbundaIbunda
Ibunda
 
Dibayar lunas dengan segelas susu
Dibayar lunas dengan segelas susuDibayar lunas dengan segelas susu
Dibayar lunas dengan segelas susu
 
3 langkah doa
3 langkah doa3 langkah doa
3 langkah doa
 
Kelompok borobudur
Kelompok  borobudurKelompok  borobudur
Kelompok borobudur
 
Termotifasi
TermotifasiTermotifasi
Termotifasi
 
Majalah kekuatan-sugesti
Majalah kekuatan-sugestiMajalah kekuatan-sugesti
Majalah kekuatan-sugesti
 
Mari Bersyukur (be Thankful), part 1
Mari Bersyukur (be Thankful), part 1Mari Bersyukur (be Thankful), part 1
Mari Bersyukur (be Thankful), part 1
 
Pudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona CleopatraPudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona Cleopatra
 
Pudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatraPudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatra
 

More from Chatarina Pantja W (13)

Iman Yang Menyelamatkan.pptx
Iman Yang Menyelamatkan.pptxIman Yang Menyelamatkan.pptx
Iman Yang Menyelamatkan.pptx
 
Janji-janji Doa
Janji-janji DoaJanji-janji Doa
Janji-janji Doa
 
Kerajaan dan Keselamatan
Kerajaan dan KeselamatanKerajaan dan Keselamatan
Kerajaan dan Keselamatan
 
Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP)
Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP)Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP)
Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP)
 
Lectio Divina
Lectio DivinaLectio Divina
Lectio Divina
 
4 Kebenaran Pokok Injil
4 Kebenaran Pokok Injil4 Kebenaran Pokok Injil
4 Kebenaran Pokok Injil
 
Cerpen Pencuri Cahaya
Cerpen Pencuri CahayaCerpen Pencuri Cahaya
Cerpen Pencuri Cahaya
 
Misi Evangelisasi, Introduksi
Misi Evangelisasi, Introduksi Misi Evangelisasi, Introduksi
Misi Evangelisasi, Introduksi
 
Hati Penuh Syukur, Jiwa dan Semangat Ekaristi
Hati Penuh Syukur, Jiwa dan Semangat EkaristiHati Penuh Syukur, Jiwa dan Semangat Ekaristi
Hati Penuh Syukur, Jiwa dan Semangat Ekaristi
 
Bertumbuh seperti biji sesawi
Bertumbuh seperti biji sesawiBertumbuh seperti biji sesawi
Bertumbuh seperti biji sesawi
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Kimia
KimiaKimia
Kimia
 
Adorasi
AdorasiAdorasi
Adorasi
 

Recently uploaded

PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxAfifahNuri
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxSaeful Malik
 

Recently uploaded (6)

PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
 

Memilih antara keberuntungan dan kebaikan hati

  • 1. Oleh : Chatarina Pantja W.
  • 2. Majalah HIDUP Edisi 39, 23 September 2012
  • 3. Andai aku bisa memilih tanggal, bulan, dan tahun kelahiranku, aku akan memilih lahir di tahun keberuntungan itu. Pamanku yang hidupnya paling berhasil di antara saudara-saudaranya yang lain, lahir pada tahun keberuntungan. Karirnya cemerlang dan kekayaan materinya berlimpah- limpah. Dan hampir sama seperti pamanku, kehidupan adikku berkelimpahan harta. Adikku lahir pada tahun kelipatan dua belas dari tahun keberuntungan itu. Lalu aku membandingkan dengan nasib ibuku yang sebelum dan sesudah menikah dengan ayahku hidupnya penuh pengorbanan dan penderitaan, tak jauh beda dengan hidupku yang dihujani kesulitan hidup dan penderitaan. Nasib kami hampir sama karena aku lahir pada tahun kelipatan dua belas dari tahun lahir ibuku.
  • 4. Mungkin kau berpikir aku mengada-ada, tapi itu sungguh nyata, bahkan aku telah dapat meramalkan nasib keponakanku, anak kedua dari adikku, yang lahir pada tahun kelipatan dua belas dari tahun keberuntungan itu, dan ramalan itu tidak salah, sejak kelahiran keponakanku, rejeki yang mengalir begitu deras dan tiada henti, seperti air yang mengalir dari mata air pegunungan. Apakah kau masih tidak percaya tentang garis keberuntungan itu. Dan aku tidak memilikinya. Kau tahu kenapa aku yang pintar, berpendidikan tinggi, dan penuh dedikasi tapi selalu gagal menapaki karir, semua itu karena garis tangan yang tak bisa kulawan. Apakah ini yang disebut keadilan hidup, aku diberi kemampuan dan kelebihan tapi orang lain yang mendapat keberuntungan.
  • 5. “Itulah hal yang tidak kusukai darimu, kau suka berpikir dan menganalisa, lalu mengambil kesimpulan yang salah tentang hidup.” katamu, menghentikan bicaraku yang menurutmu berlebihan. “Kau tahu kenapa kau tidak menjadi apa-apa meski memiliki potensi untuk sukses? Karena puluhan tahun kau mempercayai omong kosong itu. Aku heran orang berpendidikan tinggi sepertimu masih mempercayai hal-hal seperti itu.”
  • 6. “Yang kau katakan memang benar, aku tidak bisa berhasil sepertimu atau seperti adikku karena aku terkurung oleh pikiran-pikiranku sendiri. Aku begitu rapuh di dalam, tidak sekuat dirimu.Kau adalah pribadi yang keras pada diri sendiri, dan itu membuatmu mampu menjadi pribadi yang tangguh dan dapat diandalkan. Itulah yang membedakan aku denganmu, kau mampu mengontrol diri dan lebih banyak menggunakan nalar dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup, sementara aku menggunakan perasaan. Kau begitu hebat dan dihargai karena daya pikir dan daya kelola diri yang tinggi. Sementara aku seperti tak pernah ada, benar-benar tidak berharga karena tidak memiliki apa yang kau miliki. Yang aku miliki hanya kebaikan hati dan welas asih, yang tidak diperlukan untuk menjadi pribadi yang melesat dalam pekerjaan dan kehidupan yang mapan. Kebaikan hati yang menurutmu adalah kelemahanku karena banyak orang yang memanfaatkan kebaikan hatiku itu untuk kepentingan mereka. Dan aku tidak mendapat apa-apa. Aku tenggelam oleh kebaikan hatiku dan mereka bersinar dan terlihat oleh semua orang karena mereka berdiri di atas pundak kebaikanku.”
  • 7. “Kau harus mendobrak pikiranmu, jika kau ingin menjadi sukses, berkelimpahan harta dan tidak dipandang sebelah mata,” katamu. “Mulai hari ini berhentilah berdoa untuk mereka, mulailah berdoa untuk diri sendiri.” Kalimat terakhir darimu itu terus kuingat. Ya, aku harus berhenti berdoa untuk orang lain, aku harus berdoa untuk diri sendiri. Aku harus bisa menghancurkan segala penghalang, semua tembok yang menutupi jalanku menuju kesuksesan hidup. “Tuhan, berilah aku keberuntungan hidup seperti yang Kau berikan kepada adikku, temanku dan orang-orang lain di dunia ini. Tuhan Yang Maha Pemurah, berilah aku kemurahan-Mu, belas kasih-Mu, berilah berkat hidup yang berlimpah bagiku. Tuhan, kabulkanlah doaku. ”
  • 8. Segala permohonanku itu kuucap berulang-ulang seperti mantra. Aku merasa kini saatnya aku memikirkan diri sendiri, meminta berkat untuk diri sendiri, setelah belasan tahun berdoa untuk orang lain. Aku memutuskan untuk menolak orang-orang yang meminta bantuan doa, karena aku ingin energi besar dari doa- doaku kali ini hanya untuk diriku sendiri. Hari demi hari bergulir dalam penantian yang mendebarkan. Ya, aku sedang menunggu jawaban Tuhan, menunggu berkat apa yang akan aku dapatkan dari Tuhan.
  • 9. Tengah malam aku dikejutkan oleh suara gembok pintu pagar dipukul dan dibenturkan pada batang besi. Aku segera mengintip ke luar, kulihat keponakanku datang. “Kenapa tante tidak mengangkat telepon dari mama, mengapa tidak membalas sms mama?” tanyanya sementara tanganku membuka kunci gembok. Aku belum sempat menjawab ketika tangisnya meledak. “Kakak opname sejak tadi pagi, sesak nafas parah, mama minta tolong supaya tante bantu doa, tolong jangan matikan handphone.” Berita itu seperti pukulan keras ke dadaku.
  • 10. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit air mataku jatuh. Sungguh aku menyesal telah menjadi manusia yang begitu egois, hanya berdoa untuk diri sendiri sementara keponakanku berjuang untuk bisa bernafas dan bertahan hidup. Sampai di rumah sakit, aku melihat Kakak menangis menahan sakit, aku melihat perjuangannya yang begitu berat untuk setiap tarikan nafasnya. Dokter sudah memberikan tindakan medis beberapa jam sebelumnya tapi belum ada tanda-tanda membaik. Mama- papanya menangis sesenggukan, berdoa sambil memegang tangan Kakak. Dan aku menangis melihat semua itu.
  • 11. “Kakak, ini tante, sayang. Biar tante ambil rasa sakit Kakak. Berikan rasa sakit itu pada tante, Nak.” Bisikku di telinganya. Kami berlima menangis, aku, Kakak, Adik dan mama-papanya. ‘Tuhan, berikanlah rasa sakit dan penderitaan itu kepadaku. Ijinkanlah aku menanggungnya, memikul penderitaan itu. Bebaskanlah Kakak dari rasa sakit, ya Tuhan.’ Kuucap doa itu berulang-ulang di dalam hati sepanjang malam hingga menjelang pagi. Dan semua itu sungguh terjadi, semua rasa sakit dan penderitaan Kakak berpindah ke tubuhku.
  • 12. “Aku kuat, aku bisa atasi semua ini,” kataku sebelum pamit meninggalkan rumah sakit dengan menyembunyikan rasa sakit di dada dan sesak nafas yang kualami. Dengan sisa kekuatan aku pulang ke rumah. Aku jatuh tersungkur ketika telah sampai di rumah, di kamarku. Seharian aku tergeletak tak berdaya dalam penderitaan yang luar biasa. Tapi aku tahu Tuhan akan menolongku, dan Tuhan memang sungguh-sungguh menolongku, menyembuhkanku dengan cara-Nya yang ajaib. Kau tersenyum sinis mendengar ceritaku. “Bagaimana kau tahu, keponakanmu sembuh karena doa-doa itu. Mungkin saja itu efek dari obat yang diberikan dokter. Atau Tuhan sendiri yang menyembuhkan meski kau tidak berdoa sekali pun. Dan semua rasa sakit yang kau alami hanya karena sugesti,” katamu, seperti biasa tak pernah menghargai apa pun yang kulakukan.
  • 13. Bagimu tak ada yang hebat kecuali menghasilkan banyak uang. Dan aku tak pernah mendapatkan apa-apa setelah berdoa dan menolong orang. Tapi mungkin kau benar, mungkin aku memang tidak melakukan apa- apa, mungkin Tuhan sendiri yang menolong tanpa kita minta, karena Tuhan Maha Penolong dan Maha Berkehendak. Tapi aku tak pernah menyesal meski aku keliru, meski segala hal baik yang terjadi adalah kehendak Tuhan meski tanpa doa permohonan yang kupanjatkan. Satu-satunya penyesalanku adalah mengikuti nasehatmu agar aku berhenti berdoa untuk orang lain dan hanya berdoa untuk diri sendiri, yang membuat aku hampir kehilangan keponakanku. Kau tahu aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri seumur hidupku jika hal itu terjadi. *** Surabaya, 2012