1. Onomatope pada komik Max und Moritz karya Wilhelm Busch
Lutfy Azhary Nahrian
Jurusan Sastra Jerman FIB Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
Email : lutfyazhari@gmail.com
Abstrak
Onomatope merupakan tiruan bunyi dari berbagai macam bentuk bunyi yang memiliki kemiripan antara tulisan dan bunyi
yang ditandakan maka onomatope bersifat arbitrer dan dikategorikan sebagai simbol. Onomatope dapat ditemukan di
berbagai macam karya sastra termasuk komik, salah satunya ditemukan dalam pionir komik Max und Moritz karya Wilhelm
Busch. Skripsi ini menggunakan komik tersebut sebagai data penelitian dan memiliki judul “Onomatope pada komik Max
und Moritz karya Wilhelm Busch”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui klasifikasi bentuk onomatope dan makna
onomatope yang terdapat pada komik Max und Moritz. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan kajian pustaka
semantik-semiotik dan menggunakan teori pengklasifikasian onomatope dari Michael Gross (1988)untuk mengetahui
klasifikasi bentuk onomatope, dan Wilhelm von Humboldt (1836) tentang penandaan makna untuk mengetahui makna
onomatope sebagai teori utama dan menggunakan teori struktur komik Nöth (2000) sebagai teori pendukung pemaknaan
onomatope. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komik Max und Moritz memiliki klasifikasi bentuk onomatope yang
mecakup onomatope murni, interjeksi dan bentuk kata tak utuh dan memiliki penandaan makna yang termasuk pada
penandaan makna langsung meniru dan penandaan makna kemiripan bunyi.
Kata Kunci : Onomatope, Komik, Semantik
Abstract
Onomatopoeia is an imitation of the sound from various sound which has similar between words and sounds that signified
the onomatopoeic are arbitrary and are categorized as a symbol. Onomatopoeia can be found in a wide variety of literary
works including comics, one of which is found in the pioneering work of comic book Max und Moritz Wilhelm Busch. This
thesis uses the comic as research data and has the title of "onomatopoeia in comics Max und Moritz works of Wilhelm
Busch". The study is to determine the classification and meaning of onomatopoeic forms contained in the comics Max und
Moritz. The methodology of this thesis used qualitative method by semantic-semiotic theory and classification of
onomatopoeic from Michael Gross (1988) to determine the classification of onomatopoeic forms, and Wilhelm von
Humboldt (1836) about the meaning of tagging to determine the meaning of onomatopoeic as the main theory and using the
theory of the structure of the comic Nöth (2000) as a supporter of the theory of meaning onomatopoeic. These results show
that the comics Max und Moritz has a classification the pure onomatopoeic , interjection and imperfect tenses and has a
meaning that includes on the duplicate directly marking and labeling of meaning directly the similarity of meaning.
Keyword : Onomatopoeia, Comic, Semantic
1. Pendahuluan
Dalam berinteraksi sosial, manusia menggunakan
bahasa yang terdiri atas tanda-tanda. Seorang
peletak dasar linguistik modern berkebangsaan
Swiss, Ferdinand de Saussure mengemukakan
bahwa tanda itu sendiri terdiri atas konsep makna
dan citra bunyimengistilahkan konsep makna
dengan signified ‘petanda’ dan citra bunyi dengan
signifier ‘penanda’.
Tidak ada diantara keduanya yang merupakan
tanda, karena tanda merupakan kesatuan
diantaranya yang tidak dapat dipisahkan, karena
tidak mungkin ada penanda tanpa petanda
begitupun sebaliknya, yang mana konsep makna
dan citra bunyi merupakan tanda linguistik pada
bahasa, yang menjadikan bahasa sebagai suatu
sistem tanda yang diucapkan dengan citra bunyi.
Onomatope merupakan pembentukan kata
berdasarkan peniruan pada bunyi yang dihasilkan,
ketika mendengar seperti wek-wek, aum, tok-tok,
manusia langsung mengetahui bahwa bunyi wek-
wek tersebut berasal dari bunyi bebek, aum berasal
dari bunyi harimau dan tok-tok berasal dari bunyi
ketukan pintu, onomatope disini berperan untuk
mengeskpresikan situasi yang sedang berlangsung
maupun sebagai estetika dalam berinteraksi.
Onomatope sering ditemukan pada komik yang
berkembang saat ini, untuk membantu
penggambaran suatu benda, gerakan maupun situasi
yang terjadi dalam gambar menjadi lebih hidup.
Peranan onomatope sangat membantu dalam
pengilustrasian cerita sehingga pembaca komik
dapat lebih dekat dengan alur cerita dan merasakan
situasi yang terjadi dalam komik.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
komik karya Wilhelm Busch Max und Moritz
2. sebagai korpus, karena Wilhelm Busch dianggap
sebagai pionir dalam perkembangan komik saat ini.
Struktur komik pada Max und Moritz dibangun
dengan struktur gambar yang dilengkapi dengan
cerita yang bersifat naratif dan dilengkapi dengan
dialog para pemeran, namun tidak seperti hal nya
komik di masa modern dimana di setiap gambar
para pemeran berdialog dalam balon dialog, pada
Max und Moritz dialog ditemukan dalam rangkaian
narasi dan diapit oleh tanda “>>….<<” sebagai
pengganti balon dialog.
Dalam menentukan bentuk onomatope, penulis
mengumpukan data yang terdapat dalam korpus,
lalu mengkategorikannya sesuai dengan kategori
tiruan bunyi dalam komik menurut Sornig
(1986:43). Untuk pemaknaan, komik yang berupa
cerita-cerita bergambar yang mengandung ide,
gagasan yang disampaikan dalam bentuk bahasa
tertulis maupun bahasa visual yang berupa gambar-
gambar dan simbol-simbol sebagai penunjang
pemaknaan,maka penulis akan menggunakan
elemen-elemen kode visual pada komik, apakah
onomatope yang terdapat pada korpus merujuk
pada gambar yang terdapat dalam komik, dimana
onomatope bersifat arbitrer, karena menurut Sornig
(1986:43) tidak semua onomatope, meniru bunyi
secara murni, melainkan terdapat beberapa
onomatope yang memiliki bentuk dan makna secara
khusus dalam komik, yang tidak meniru bunyi
dalam arti sempit, misal: wieher‘ringkikan’ dan zirp
‘mendengus’, maka penulis tertarik untuk
meneliti,bentuk onomatope dan makna pada komik
Max und Moritz karya Wilhelm Busch.
2. Metodologi
2.1 komik strip
Komik strip merupakan suatu bentuk cerita
bergambar yang dimuat dalam Koran harian
maupun mingguan, seperti halnya komik, komik
strip memilki dua unsur didalamnya, yakni unsur
informasi yang bersifat tertulis dan unsur informasi
yang berupa gambar. Keduanya saling berhubungan
untuk memahami cerita yang terkandung pada
komik.struktur pada komik dibagi atas visuelle
Kode ‘kode visual’ dan verballen Elemente ‘elemen
bahasa’ Kode visual dalam komik dibedakan
menjadi dua yakni kode ikonis dan kode
komunikasi non-verbal. Elemen bahasa merupakan
kekhususan bahasa dalam komik berasal dari
bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan pada
komik, didominasi oleh pengekspresian bahasa dan
emosi dalam komik melalui aspek penulisan yang
divisualkan oleh tulisan tersebut.. Kode ikonis,
elemen grafis merupakan elemen yang berupa garis.
Elemen grafis yang terdapat pada komik berfungsi
sebagai alat representasi gerakan para tokoh atau
yang bisa disebut dengan speed-lines atau action-
lines. Warna di dalam komik bukan hanya sebagai
tanda ikonis, warna juga berperan sebagai
penggambaran objek dalam panel, yang
melambangkan emosi atau situasi. Panel dalam
komik berbeda dengan Film, dimana panel/bingkai
gambar pada komik dapat bervariasi bentuk dan
ukuran perubahan ukuran dan bingkai panel pada
komik ini disesuaikan dengan kebutuhan jalannya
cerita, dan perubahan ukuran dan bingkai panel
dalam komik merepresentasikan kejadian dinamik
yang berganti-ganti dari berbagai kejadian yang
terjadi pada cerita dalam komik. Metafora visual
genuin menekankan pada penampilan emosi tokoh
dalam komik ke dalam bentuk gambar, metafora
yang divisualkan lebih menekankan pada
penjelasan, apa yang dilakukan tokoh dalam komik.
Kode komunikasi non-verbal dalam komik meliputi
pembentukan representasi dari gestik dan mimik,
perilaku, bahasa tubuh, dan bentuk komunikasi
modalitas
2.2. Onomatope
Onomatope atau yang disebut sebagai tiruan bunyi
dari berbagai macam bentuk bunyi yang memiliki
kemiripan antara tulisan bunyi yang ditandakan
(Busch, 2008:28) maka onomatope bersifat arbitrer
dimana antara petanda dan penanda nya memiliki
kemiripan dan non-ikonis (Robins, 1990:19) pada
semiotik, dimana semiotik didalam penelitian ini
digunakan sebagai penunjang penelitian, tanda
bahasa yang bersifat arbitrer dikategorikan sebagai
simbol, maka onomatope yang bersifat arbitrer
dapat dikategorikan sebagai simbol. Onomatope
merupakan tiruan bunyi asli yang mengalami
integrasi ke dalam sarana atau inventor bunyi
bahasa yang digunakan, sehingga menjadi sangat
mungkin onomatope di tiap bahasa akan berbeda
sesuai dengan inventor bunyi bahasa yang
digunakan
2.3 BentukTiruan Bunyi Dalam Komik
Bentuk tiruan bunyi pada komik menurut
Sornig (1986: 43-48) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Geräus
chwört
er
Tiersi
gnale
Gefüh
ls-
wörte
r
1 onomatopoetisc
h bzw.
lautsym-bolisch
gestützte
Exponenten
RATAT
AT;
RUMS;
KLATS
CH
WAU
WAU
;
MUH
;
MIA
U
PAH;
JUC
HU
2 Geräuschsignale ROARR ARF; SGR
3. , die aus
anderen
Sprachen (meist
dem Englischen)
mit keinen oder
wenigen
graphemischen
oder
phonologischen)
Änderungen
übernommen
sind
;
SCHLU
RP;
SLURP
HAR,
HAR
OMP
F
3 lexikalisierte
deskriptive
Muster
GÄHN;
GLITS
CH;
DRÖH
N
WIE
HER;
SCH
NAU
B;
ZIRP
STÖ
HN;
KNIR
SCH
Tabel 1.1:klasifikasi tiruan bunyi pada komik
menurut Sornig (1986: 43-48)
Kata-kata
yang
mewakili
bunyi
bising
Sinyal
Hewan
Kata-kata
yang
mewakili
Perasaan
1 Onomato
pe atau
symbol
bunyi
yang
didasari
secara
eksponen
RATATA
T;
RUMS;
KLATSC
H
WAUWA
U;
MUH;
MIAU
PAH;
JUCHU
2 Sinyal
bunyi
yang
berasal
dari
bahasa
asing
(biasanya
bahasa
Inggris)
diambil
tanpa
merubah
atau
sedikit
perubaha
n pada
aspek
grafemis
atau
phonolog
is
ROARR;
SCHLUR
P;
SLURP
ARF;
HAR,
HAR
SGROM
PF
3 Pola
leksikal
deskriptiv
GÄHN;
GLITSC
H;
DRÖHN
WIEHER;
SCHNAU
B;
ZIRP
STÖHN;
KNIRSC
H
Tabel 1.1: klasifikasi tiruan bunyi pada komik
menurut Sornig (1986: 43-48)
Pada tabel 1.1 dapat dilihat pengelompokan
sumber bunyi pada tiruan bunyi dibagi atas
Geräuschwörter ‘kata-kata yang mewakili bunyi
bising’ Tiersignale ‘sinyal hewan’ dan
Gefühlswörter‘ kata-kata yang mewakili perasaan’.
Geräuschwörter terdiri dari bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh alam maupun bunyi-bunyian yang
dihasilkan oleh aktifitas manusia. Tiersignale,
bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh hewan.
Gefühlswörter merepresentasikan bunyi-bunyian
yang mengungkapkan perasaan manusia
(Schuppener, 2009:114-115).Pada tabel 1.1, Sornig
membedakan klasifikasi bentuk tiruan bunyi pada
komik menjadi tiga bentuk: Tipe 1, onomatope
yang juga termasuk interjeksi didalamnya, yang
secara grafemis dan fonetis sesuai dengan kaidah
bahasa Jerman. Tipe 2, sinyal bunyi yang diadaptasi
dari tiruan bunyi bahasa asing dimana dalam
prosesnya tiruan bahasa asing tersebut tidak sesuai
aturan bahasa Jerman, sehingga tiruan bunyi dari
bahasa asing diambil dengan tidak mengubah atau
mengubah sedikit pada aspek grafemis dan
fonologisnya. Tipe 3, tiruan bunyi dalam bentuk
pola leksikal deskriptif, memiliki fungsi
lautimplizierend ‘bunyi implikatif’ sehingga pada
tipe ini disebut juga sebagai kelompok khusus
dalam onomatope (Sornig, 1986: 43-48). Tipe 1,
tipe 2 dan tipe 3 dapat dilihat pula pada penjelasan
pengkategorian Onomatope dalam komik menurut
Gross. Tipe 1 dan 2, menurut Gross (1988: 243)
termasuk sebagai bentuk onomatope murni
(eigentliche Onomatopoetika) dan
Interjektion‘interjeksi’ dan tipe 3 (1988:193)
sebagai verstümmelte Wortformen ‘bentuk kata tak
utuh’, dan menjelaskan onomatope dapat terletak
dalam balon dialog maupun di luar balon dialog.
Dalam penelitian ini balon dialog digantikan
dengan tanda ‘>>…<<’ yang terdapat dalam komik
Max und Moritz. Eigentliche Onomatopoetikon
‘onomatope murni’ Dalam komik, rangkaian bunyi
ini hanya merepresentasikan ausschliesslich auf ein
Geräusch‘secara khusus pada bunyi bising’.(Gross:
1988:243) Onomatope murni disebut juga oleh
Gross sebagai onomatope. Interjektion ‘interjeksi’
Interjeksi adalah bunyi bahasa atau, lebih tepatnya,
bunyi dalam komik yang merujuk pada emosi,
keadaan emosi, dan ungkapan emosi.(Gross:
1988:78). Verstümmelte Wortformen ‘Bentuk kata
tak utuh’ bentuk kata tak utuh dalam komik terdiri
dari kata kerja dengan membuang suffiks –n atau –
en rangkaian bunyi yang dibentuk dari kelas kata
verba dalam bahasa Inggris pada bahasa Jerman
4. dibentuk menjadi rangkaian infinitif dengan
menghilangkan suffiks –n atau –en
2.4. Makna Kata
Penandaan langsung meniru merupakan
penandaan yang berupa non-artikulasi dan oleh
manusia berusaha langsung meniruapa yang
didengar semirip mungkin dan sesuai dengan
inventor bunyi bahasa yang digunakan sesuai
dengan perkataan Humboldt (1836:77) Pada
penandaan langsung meniru, manusia langsung
meniru apa yang manusia dengar melalui telinganya
lalu mereproduksinya menjadi sebuah satuan
bahasa yang diucapkan (artikulasi) yang
menandakan apa yang didengarnya
Penandaan secara tidak langsung merupakan
penandaan makna yang tidak meniru bunyi dari
lingkungan atau dari apa yang manusia dengar,
melainkan bunyi suatu kata yang memiliki
kemiripan bunyi dengan kata lain dan memiliki
kesan makna yang sama.Misalnya, kata-kata dalam
bahasa Jerman einfach, leicht. Dua-duanya
memiliki makna yang sama, yaitu mudah dan
sederhana, dan keduanya memiliki bunyi dominan
sama yaitu [aɪ̯]. Penandaan melalui kemiripan
bunyi yakni kemiripan bunyi antara bunyi yang
ditiru langsung oleh manusia dan memiliki
kemiripan bunyi dengan kata lain.Penandaan
melalui kemiripan bunyi ini, Kata-kata yang
memiliki arti yang berdekatan memiliki bunyi yang
mirip pula. Kata yang dihasilkan mirip seperti
bunyi yang ditiru dan memiliki kata-kata padanan
yang memiliki bunyi yang sama dan memiliki
makna yang mirip.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pengklasifikasian bentuk Onomatope
Komik Max und Moritz memiliki struktur gambar
yang sederhana yang terdiri dari gambar tokoh
ataupun tokoh pendukung disertai arsiran tipis dan
warna yang sederhana dan atmosfir lingkungan
disekitar tokoh yang sederhana pula, begitupun
dengan elemen bahasa tidak ada perubahan bentuk
penulisan pada kata atau kalimat tertentu seperti
penebalan, atau perubahan bentuk grafis.
Tiruan bunyi yang terdapat pada komik Max und
Moritz, telah penulis telaah berdasarkan segi
pemaknaan menurut kamus der Kleine Wahrig
Wörterbuch der deutschen Sprache (1978),
Langenscheidt KG (2010) dan kamus daring
http://www.duden.de demi mendukung hasil
penelitian hasil analisis dari segi kode visual,
elemen bahasa dan teori penandaan makna. Pada
akhir setiap analisis tiruan bunyi akan digolongkan
menurut kategori jenis tiruan bunyi pada komik dan
makna yang terkandung pada tiruan bunyi dalam
komik Max und Moritz.
Dari analisis didapat pengklasifikasian bentuk
onomatope seerti berikut:
Tiruan
bunyi
hewan
Tiruan bunyi
bising
Tiruan
bunyi
perasaa
n
manusia
Onomatop
e murni
Kikeriki,
Kikikerikih
, Tak,
Rawau
Schnupdiwu
p, Kratze,
Schwapp,
Ruff,
Knasper,
Rabs,
Rickeracke,
Ritzeratze,
Puff, Kracks
__
Interjeksi __ __ Ach,
Bau,
Autsch,
Oh
Bentuk
kata tak
utuh
__ Plumps,
Stopf, Rums,
Kritze,
Ratsch,
Knacks,
Knusper
Meck,
Ket: ----; tidak ada
3.2 pemaknaan onomatope
Penandaan makna langsung meniru didominasi oleh
bentuk onomatope murni terkecuali tiruan bunyi
kikikerikih, yang merupakan penandaan makna
kemiripan bunyi dengan tiruan bunyi kikeriki dan
tiruan bunyi knasper yang pada korpus terdapat
kemiripan bunyi dengan tiruan bunyi knusper.
Seluruh interjeksi pada korpus termasuk pada
peniruan langsung meniru karena tidak memiliki
kesamaan bunyi dengan tiruan bunyi lain dalam
korpus. Penandaan makna langsung meniru
memiliki makna yang sama dengan bunyi sumber
non akustik yang ditiru.
Penandaan makna tidak langsung meniru tidak
terdapat dalam korpus, karena penandaan makna
tidak langsung meniru merupakan penandaan
makna yang bukan berasal dari sumber bunyi non
akustik melainkan dari kata akustik yang bukan
hasil tiruan, memiliki bunyi yang mirip dengan kata
lain.
Penandaan makna kemiripan bunyi pada korpus
didominasi oleh onomatope bentuk kata tak utuh,
karena bentuk kata tak utuh merupakan
pemenggalan dari verba infitif sehingga memiliki
kemiripan bunyi dengan verba infitif tersebut,
terkecuali tiruan bunyi kikikerikih dan knasper
yang memiliki kemiripan bunyi dengan tiruan bunyi
lain dalam korpus yakni kemiripan bunyi dengan
tiruan bunyi kikeriki dan tiruan bunyi knusper.
5. 4. Kesimpulan
1. Onomatope murni pada tiruan bunyi hewan
terdapat 4 onomatope yakni kikeriki,
kikikerikih, tak dan rawau. Tiruan bunyi
bising terdapat 8 onomatope yakni
Schnupdiwup, Kratze, Schwapp, Ruff,
Knasper, Rabs, Rickeracke dan Ritzeratze.
Tiruan bunyi perasaan manusia tidak terdapat
pada korpus.
2. Interjeksi pada tiruan bunyi hewan tidak
terdapat dalam korpus, begitupun dengan
tiruan bunyi bising. Interjeksi terdapat pada
tiruan bunyi perasaan manusia yang berjumlah
4 onomatope dalam korpus yakni oh, ach,
autsch dan bau.
3. Bentuk kata tak utuh pada tiruan bunyi hewan
tidak terdapat dalam korpus. Tiruan bunyi
bising terdapat 8 onomatope yakni Kracks.
4. Penandaan makna langsung meniru
didominasi oleh bentuk onomatope murni
terkecuali tiruan bunyi kikikerikih, dan tiruan
bunyi knasper. Penandaan makna langsung
meniru memiliki makna yang sama dengan
bunyi sumber non akustik yang ditiru,
Penandaan makna tidak langsung meniru tidak
terdapat dalam korpus. Penandaan makna
kemiripan bunyi pada korpus didominasi oleh
onomatope bentuk kata tak utuh, karena
bentuk kata tak utuh merupakan pemenggalan
dari verba infitif sehingga memiliki kemiripan
bunyi dengan verba infitif tersebut
Daftar Acuan
Literatur Primer
Max und Moritz karya Wilhelm Busch
Literatur Sekunder
Bergerová, Hana. Marek Schmidt& Georg
Schuppener. 2009. Aussiger Beiträge 3.
Praesens Verlag
Busch, Albert & Oliver Stenschke. 2008.
Germanistische Linguistik. Tübingen: Gunter
Narr Verlag.
Groß, Michael. 1988. Zur linguistischen
Problematisierung des Onomatopoetischen.
Hamburg: Buske.
Jonach, Ingrid. 1998. Interkulturelle
Kommunikation. München: Basel. E. Reinhardt
Linke, Angelika. 1991. Studienbuch Linguistik.
Tübingen: Niemeyer.
McCloud, Scot. 1993. Understanding Comics:
The Invisible Art. New York: HarperCollins
Publisher, Inc.
Nöth, Winfried. 2000. Handbuch der Semiotik.
2., vollständig neu bearbeitete Auflage.
Stuttgart/Weimar:verlag J.B. Metzler,
Robins R.H. 1990. A Short History Of
Linguistics. London: Longman.
Tinarbuko, Sumbo. 20008. Semiotika
Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalan Sutra
Von Humboldt, Wilhem. 1836. Über die
Verschiedenheit des menschlichen Sprachbaues:
und ihren Einfluss auf die geistige
Entwickelung des Menschengeschlechts.
Druckerei der Königlichen Akademie der
Wissenschaften
Kamus
Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus
Linguistik. Jakarta: Gramedia.
_______, 1991. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kochan & Partner. 1998. Langenscheidts
Grosswörterbuch Deutsch als Fremdsprache.
Berlin: Langenscheidt KG
Wahrig-Burgfiens,Renate. 2002. Wahrig
Deutsches Wörterbuch. Bertelsmann Lexikon
Institut im Wissen Media Verlag.
Kamus Daring
http://www.leo.org
http://www.duden.de