Dokumen ini membahas praktik pertanian berkelanjutan berbasis kopi di Indonesia. Pertanian berkelanjutan mencakup aspek ekologi, ekonomi, sosial dan fleksibilitas. Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat di dunia, dengan sentra produksi terbesar di Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu. Praktik pertanian berkelanjutan berbasis kopi di Indonesia meliputi diversifikasi tanaman, integrasi ternak, pengendalian erosi tanah,
2. Pendahuluan
Hutan kopi
Pertanian tdk Keberlanjutan
berlanjut ekonomi
Pertanian Keberlanjutan
berlanjut ekologi
3. Pertanian Berlanjut
• Menyediakan makanan pokok manusia dan kebutuhan serat
dan secara ekonomi dapat meningkatkan kualitas hidup
petani dan masyarakat secara keseluruhan (USDA)
• Batasan pertanian berlanjut
▫ Mantab secara ekologi
▫ Berlanjut secara ekonomi
▫ Adil
▫ Manusiawi
▫ luwes
4. Sentra produksi kopi
No. Provinsi Produksi rata-rata (ton) Share (%)
1 Sumatera Selatan 145.741 22.32
2 Lampung 141.370 21,65
3 Bengkulu 60.145 9,21
4 Sumatera Utara 47.616 7,29
5 Jawa Timur 46.589 7,14
6 NAD 42.074 6,44
7 Provinsi lainnya 169.429 25,95
Indonesia 652.954 100
5. Praktik pertanian berlanjut di
indonesia
1. maksimalisasi diversitas kebun kopi
2. integrasi ternak dalam sistem budidaya kopi
3. pengendalian degradasi tanah
4. optimasi produksi sesuai dengan potensi lahan
5. aplikasi teknologi adaptif yang spesifik lokasi
6. optimasi kualitas hasil produksi
7. perlindungan melalui sertifikasi.
6. Kesimpulan
Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Dari 6
lokasi sentra penghasil kopi di Indonesia, Indonesia menempati
urutan ke-4 dari negara pengekspor kopi menurut USDA. Perkebunan
kopi yang menerapkan pertanian berlanjut sebagian besar adalah
perkebunan rakyat. Bentuk penerapan pertanian berlanjut berbasis
kopi dapat dilakukan melalui upaya-upaya: (1) maksimalisasi
diversitas kebun kopi, (2) integrasi ternak dalam sistem budidaya kopi,
(3) pengendalian degradasi tanah, (4) optimasi produksi sesuai dengan
potensi lahan, (5) aplikasi teknologi adaptif yang spesifik lokasi, (6)
optimasi kualitas hasil produksi, dan (7) perlindungan melalui
sertifikasi.