1. “Ketidakpastian” melalui kacamata spiritual
Apa yang ada dalam pikiran teman-teman saat mendengar apa itu
ketidakpastian?. Apakah ada yang bisa memprediksi krisis financial dunia.
Untung ga berhembus ke akhirat. Banyak dari orang per orang saat ini
mengalami kesukaran serius mencari makna eksistensi pribadi. Dalam majalah
time yang berjudul “who’s afraid of the big bad bang?” , Dennis Overbye
menulis secara dahsyat mengenai upaya-upaya ilmu pengetahuan memahami
dunia baik secara ilmiah dan non ilmiah. Demikian ia menulis, “dalam hidup ini,
kita mengenal fakta ketidakpastian kuantum. Oleh karena itu, tidak ada alasan
untuk berkata bahwa kita telah mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang benar
apalagi jawaban-jawaban yang lengkap.” Oleh karena itu mengapa banyak
orang kecil hati dengan pencarian-pencarian di dunia karena mereka sudah tahu
fakta ini sejak lama. Lanjut Overbye : Dewasa ini, ilmu pengetahuan bukanlah
kebenaran, melainkan keraguan. Hal ini terlihat bahwa gagasan yang banyak
dipercayai akan awal penciptaan dan akhir alam raya berasal dari teologis,
bukanya dari astronomi.
Manusia hanya dapat menebak-nebak apakah beberapa hukum dari
hukum-hukum akan dibukakan bagi kita suatu hari di penghujung proses ilmiah
yang berbasiskan trial and error tersebut. Tetapi jika teori segala sesuatu itu
eksis, teori itu juga tidak dapat berpretensi sanggup mengisahkan semua yang
paling ingin diketahui manusia. Teori itu tidak dapat mengungkapkan kenapa
alam raya itu harus ada, mengapa harus ada sesuatu bukanya kosong yang
terlihat seperti planet-planet lain. Dan juga tidak dapat mengatakan bahwa
hidup ini mengandung makna bahwa Tuhan mencintai umat manusia.
Berkat kasih Tuhan , ilmu pengetahuan juga merupakan kasih yang
Tuhan yang diberikan sebagai angin pembebasan. Apakah para ahli fisika dapat
membuktikan ataupun menyangkal bahwa Yesus mengubah air menjadi anggur
hanya karena transformasi fisika. Dan hal ini tidak mungkin menurut hukum-
hukum alam yang dikenal saat ini. Dengan ilmu pengetahuan yang ada saat ini
manusia bebas mengkonstruksi berbagai bangunan moralnya berhadapan
dengan hukum rimba atau berdasarkan teori evolusi dan hukum interdepensi
segenap makhluk. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat merefleksikan hal yang
manusia putuskan harus dipatuhi dan dihormati setiap individu.
Dari cuplikan tulisan Overbye ini sangat menggambarkan suatu
keindahan sehingga ada kosmos meditatif yang bisa menguasai diri. Tulisan
tersebut dapat mengundang dan menghadirkan sukma yang menggelora.
Sehingga dapat membuat manusia untuk menilai nilai-nilai mana yang telah
dipilih atau disucikan manusia.
Barry posner dan Warren Schmidt merevisi riset mereka mengenai “nilai-
nilai personal” dalam sebuah laporan berjudul value of American managers.
Padahal riset ini sudah dilakukan selama sepuluh tahun. Perubahan tujuan-
tujuan organisasi adalah kualitas dan pelayanan pelanggan dan setahun
2. kemudian berganti efektifitas organisasi dan produktifitas. Wow, perubahan ini
dianggap sebagai perubahan nyata. Jika dilihat pada penghujung tahun 2008
sekarang ini para marketer mulai masuk dalam tahap dunia kreativitas yang
lebih diunggulkan. Adakah yang menyangka akan lahirnya perkembangan
teknologi baru sekarang ini, semuanya serba berubah tidak ada yang tetap.
Mungkin, perubahan ini ingin mengatakan bahwa banyak para manager sudah
bergerak jauh sebelum para pemusik memainkan musiknya. Terkadang, manajer
tersebut berbuat mendahului jaman.
Cerita ini saya akhiri dengan sebuah cerita dari seorang religius yang
memiliki dua pilihan. Dia berfikir hendak pergi ke gereja atau hendak pergi
memancing, dia bertanya-tanya mana yang akan dilihat Tuhan sebagai tindakan
puja yang paling asli : berada di gereja atau melalui memancing?. Jika dilihat
dari kedua kegiatan tersebut menunjukan sebuah perbedaan tetapi hakekatnya
sama. Dalam kegiatan tersebut terdapat keheningan, jika keheningan di gereja
dapat merasa damai dan keheningan dalam memancing akan mendapatkan
ikan. Menurut prof. Dr. Rachel Naomi Remen dari Universitas California dalam
majalah vision bahwa, agama merupakan jembatan menuju ke yang spiritual,
tetapi spiritualitas terletak di luar agama. Apakah kita mungkin saja lebih terikat
pada jembatan itu daripada berupaya menyeberanginya atau kita hendak
menyeberang ke seberang jembatan itu!
Palembang, 20 desember 2008
Always Peace with love,
Noersekha Aji Tomo
Tak ku tahu kan hari esok. Namun langkahku tetap
Bukan surya ku harapkan, karna Surya kan lenyap
Oh tidak kah ku gelisah akan masa menjelang
Ku berjalan serta Tuhan maka hatiku tenang
Banyak hal tak kupahami dalam masa menjelang
Tapi terang bagiku kini tangan Tuhan yang pegang