SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
1
www.sang-aktor.blogspot.com
SANG AKTOR DAN SANG EMANSIPATOR
YANG PROFESIONAL
Karya Tulis
Oleh:
Nurjaya, S. Pd
(www.sang-aktor.blogspot.com)
Guru SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin
Dibuat sebagai persyaratan seleksi guru berprestasi
Kota Banjarmasin tahun 2013
SD ISLAM SABILAL MUHTADIN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA BANJARMASIN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
MEI 2013
2
www.sang-aktor.blogspot.com
KATA PENGANTAR
Asslamu alaikum wr. wb.
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah tersebut.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Peranan
Guru, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di
susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Peranan Guru saat menjadi Aktor atau
Emansipator dan Profesional” yang akan menjadi acuan untuk menjadi guru
profesional.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.
Akhirul kalam, Wabillahi taufiq warrahma, wassalamu alaikum wr. wb.
Banjarmasin, Mei 2013
Hormat kami,
Penulis
3
www.sang-aktor.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk
investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil
akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta tidak
menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling
maju mengakui bahwa pendidik/guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur
pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda-
beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya
peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih
menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang
sering menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya.
Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika
menyaksikan anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan
kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar, guru-
guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka
miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil
yaitu sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran
proses seluruh kegiatan pendidikan terutama disekolah, sepenuhnya berada dalam
tanggung jawab para guru. Guru adalah seorang pemimpin yang harus mengatur,
mengawasi dan mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang
menjadi lingkup tanggung jawabnya.
Dalam menghadapi tuntunan situasi perkembangan zaman dan pembangunan
nasional, sistem pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna dan
hasil guna dalam berbagai aspek dimensi, jenjang dan tingkat pendidikan. Keadaan
semacam itu pada gilirannya akan menuntut para pelaksana dalam bidang pendidikan
diberbagai jenjang untuk mampu menjawab tuntutan tersebut melalui fungsi-fungsinya
sebagai guru.
4
www.sang-aktor.blogspot.com
Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya
membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka
pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini
bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain,
terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multibudaya, kehadiran
teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup kompleks dan unik.
Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara
berkesinambungan mereka dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Profesional artinya dilaksanakan
secara sungguh-sungguh dan didukung oleh para petugas secara profesional. Petugas
yang profesional adalah petugas yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa
kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yanng kuat. Untuk menguji kompetensi
tersebut, pemerintah menerapkan sertifikasi bagi guru khususnya guru dalam jabatan.
Penilaian sertifikasi dilakukan secara portofolio.
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang profesional merupakan
salah satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang profesional akan sangat
membantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang
dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan
profesionalisme guru menjadi sangat penting untuk dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan penulis dalam menyusun makalah ini, maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana peran guru sebagai Aktor?
2. Bagaimana peran guru sebagai Emansipator?
3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru?
4. Bagaimana peran guru profesional dalam proses pembelajaran?
5. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru?
6. Apa saja syarat-syarat menjadi guru profesionalisme?
7. Bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru?
5
www.sang-aktor.blogspot.com
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan guru sebagai Aktor.
2. Untuk mengetahui peranan guru sebagai Emansipator.
3. Untuk menjelaskan profesionalisme guru.
4. Untuk mengetahui peran guru profesional dalam proses pembelajaran.
5. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru.
6. Untuk mengetahui syarat-syarat menjadi guru profesionalisme.
7. Menjelaskan upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru.
6
www.sang-aktor.blogspot.com
BAB II
PEMBAHASAN
A. Guru Sebagai Penulis Naskah, Sutradara dan Sekaligus Aktor
Menjadi guru memang tidaklah gampang, karena guru dalam membelajarkan
siswa sangat dituntut profesionalismenya dalam membuka sekaligus mengembangkan
potensi serta motivasi belajar siswa. Ibarat sebuah sinetron maka guru dalam
pementasan sebuah adegan dalam setiap episode pembelajaran berperan sebagai penulis
naskah ( skenario ), sutradara dan sekaligus pemain bersama dengan siswa.
1. Guru Sebagai Penulis Naskah
Dalam perannya sebagai penulis naskah sebelum pelaksanaan pembelajaran guru
harus mempersiapkan materi (bahan ajar) pembelajaran yang akan mendukung dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar tersebut harus memuat ketercapaian
kompetensi Dasar yang dituangkan dalam bentuk indikator-indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran. Disamping itu bahan ajar dalam
pengembangannya harus menganut prinsip sebagai berikut :
a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret
untuk memahami yang abstrak;
b. Pengulangan untuk memperkuat pemahaman;
c. Umpan balik positif untuk memberikan penguatan terhadap pemahaman
peserta didik;
d. Motivasi belajar yang tinggi sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar;
e. Untuk mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya
akan mencapai ketinggian tertentu;
f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk
terus mencapai tujuan.
2. Guru Sebagai Sutradara
7
www.sang-aktor.blogspot.com
Dalam perannya sebagai sutradara, guru lebih awal harus memperoleh informasi
sekaligus mengumpulkan data tentang kondisi awal siswa yang akan diajar kemudian
mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang kan dipakai setelah action dikelas. Hal
ini dimaksudkan supaya dalam menyusun rancangan pembelajaran (skenario) yang
sekarang lebih dikenal dengan nama Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) guru
dapat memilih materi, metode, strategi dan penilaian pembelajaran yang tepat. Dalam
RPP yang dibuat guru sedapat mungkin dapat komunikatif artinya dapat menuntun
jalannya adegan-adegan di dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari kegiatan persiapan ,
kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup. Bila perlu dan demi lancarnya kegiatan
pembelajaran guru masih diharapkan dapat memberi penjelasan-penjelasan yang terkait
lakon yang harus dilakukan siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisien.
Khususnya dengan metode dan strategi pembelajaran pada dasarnya tidak ada
satupun metode atau strategi yang paling bagus, kecuali jika digunakan pada situasi dan
kondisi yang tepat. Salah menggunakan metode atau strategi maka sudah barang tentu
tujuan pembelajaran yang akan dicapai tidak akan maksimal.
(http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai-penulis-naskah
sutradara.html di unggah pada 3 April 2013)
3. Guru Sebagai Aktor
Dalam perannya sebagai aktor ( pemain ), setelah naskah ( materi ) ada, skenario
lengkap, sutradara sudah bekerja dengan baik maka selanjutnya guru masih harus
berperan sebagai pemain langsung dalam setiap episode pembelajaran. Walaupun dalam
filosofi pembelajaran yang dikembangkan sekarang peran dan fungsi guru bukan lagi
sebagai pengajar melainkan lebih kepada sebagai fasilitator. Dalam perannya sebagai
fasilitator tidak berarti bahwa guru sudah terlepas dari tugas sebagai pengajar, akan
tetapi bentuk mengajarnya guru lebih besifat kepada bentuk pembimbingan dan bahkan
sekali-kali menjadi model dalam setiap episode pembelajaran. Guru senantiasa harus
mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan baik
dilakukan dalam bentuk layanan individu maupun dalam bentuk layanan kelompok.
Berikut ini hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam setiap episode
pembelajaran:
8
www.sang-aktor.blogspot.com
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran. Artinya guru harus berusaha melibatkan emosional siswa
pada materi yang akan dipelajari misalkan dengan menghubungkan materi
dengan kondisi keseharian siswa serta meenyampaikan manfaat atau
kegunaan materi tersebut dipelajari;
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran. Ini dimaksudkan agar supaya siswa
punya batasan atau sasaran dalam mengeksplorasi serta mengelaborasi
pengetahuannya;
c. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.Kegiatan pembelajaran menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pela jaran yang
meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi;
d. Melakukan pembimbingan baik secara individu maupun secara kelompok;
e. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
f. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
g. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik;
h. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya;
Tak terbantahkan lagi, guru menjadi figur sentral dalam kegiatan pembelajaran
di kelas. Begitu pintu kelas ditutup, puluhan pasang akan mengalihkan perhatiannya
kepada sosok yang berdiri di depan kelas. Mulai ujung rambut hingga ujung kaki akan
“ditelanjangi” oleh peserta didik. Tak berlebihan kalau ada yang bilang, figur seorang
guru akan menjadi “rujukan” para siswa dalam bersikap dan bertingkah laku. Itu juga
yang makna yang melekat pada akronim “Digugu dan Ditiru” (dipercaya dan
9
www.sang-aktor.blogspot.com
diteladani). Sawali. (http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan-
kelas/ diunggah pada 02 April 2013)
Mengingat demikian pentingnya peran seorang guru di depan kelas, tak perlu
heran juga kalau ada yang mengibaratkan guru bagaikan aktor. Hidup-matinya sebuah
kelas akan sangat ditentukan peran seorang guru dalam mendesain dan mengelola kelas.
Ia (baca: guru) juga diibaratkan seperti konduktor yang akan mengatur irama dan
orkestra kelas. Semakin kreatif seorang guru dalam mendesain situasi kelas, semakin
hidup pula permainan orkestrasi kelas yang dikendalikannya.
Nah, seiring dengan dinamika pembelajaran yang terus berkembang seiring
dengan perkembangan zaman dan peradaban, guru memang bukan menjadi satu-satunya
sumber belajar. Di tengah kemajuan teknologi pada abad gelombang informasi seperti
saat ini, anak-anak bisa memperoleh asupan ilmu dari berbagai sarana dan media. Kini,
anak-anak dengan mudah mengakses berbagai informasi mutakhir yang terkait dengan
dunia keilmuan di jagad maya. Hanya dengan berhadapan dengan layar monitor yang
terhubung secara online dengan jaringan internet, peserta didik dapat menjelajahi lautan
informasi keilmuan (nyaris) tanpa batas.
Dalam konteks demikian, guru pun diharapkan juga tak ketinggalan informasi
dengan murid-muridnya. Sungguh celaka apabila guru yang menjadi salah satu sumber
belajar bagi siswa didik, penguasaan informasinya justru “disalip” oleh murid-
muridnya. Ini artinya, dalam situasi dan kondisi apa pun, guru jelas masih sangat
membutuhkan kewibawaan masih melekat ke dalam “darah” ke-resi-annya. Salah satu
cara yang paling tepat untuk menegakkan wibawa guru adalah penguasaan substansi
materi keilmuan sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
Sebagai seorang aktor, guru haru melakukan apa yang ada di dalam naskah yang
telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada
penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengkibatkan para penonton
tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh
penanmpilan sang aktor. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan naskah, dia harus
menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri, persiapannya, memperbaiki
kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek baru dari setiap penampilan,
mempergunakan pakaian, tata rias sebagaimana diminta, dan kondisinya sendiriuntuk
10
www.sang-aktor.blogspot.com
menghadapi ketegangan emosinya dari malam ke malam serta mekanisme fisik yang
baru ditampilkan. (Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. VII Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2008), hal. 59
Sang aktor harus siap mental terhadap pernyataan senang dan tidak senang dari
para penonton dan kritik yang diberikan oleh media massa. Emosi harus dikuasai karena
kalau seseorang telah mencintai atau membenci sesuatu akan berlaku tidak objektif,
perilakunya menjadi distorsi dan tak terkontrol. Ringkasnya, untuk menjadi aktor yang
mampu membuat para penonton bisa menikmati penampilannya serta memahami pesan
yang ingin disampaikan, diperlukan persiapan, baik pikiran, perasaan maupun latihan
fisik.
Setiap individu memiliki banyak peran untuk dimainkan dalam kehidupan sehari-
hari, tetapi kebanyakan menolak anggapan bahwa gagasan dan pengalaman, serta harus
menyadari bahwa orang lainpun berkesempatan untuk memilikinya. Untuk dapat
mentransfer gagasan, ia harus mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan
serta mengembangkan kemapuan mengkomunikasikan pengetahuan itu. Kemempuan
berkomunikasi merupakan suatu seni atau keterampilan yang dikenal dengan mengajar.
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang
harus ditransferkan, melainkan juga juga tentang keperibadian manusia sehingga
mampu memahami respon-respon pendengarannya, dan merencanakan kembali
pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Untuk melakukan hal ini ia mempelajari semua
hal yang berhubungan dengan tugasnya, sehingga dapat bekerja secara efektif.
Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdiandan inspirasi yang dalam
yang akan mengarahkkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor berusaha
mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
Demikianlah, guru memiliki kemampuan menunjukkan keterampilannya di depan kelas.
Guru harus menguasai materi standard dalam bidang studi yang menjadi tanggung
jawabnya, memperbaiki keterampilan, dan mengembangkanuntuk mentransfer bidang
studi itu. Ia mempelajari peserta didik, alat-alat yang dapat dipergunakan untuk menarik
minat, dan tentu saja mempelajari bagaimana menggunakan alat-alat secara efektif dan
efesien. (Mulyasa, Ibid, Hal. 59)
Bidang studi yang harus diajarkan telah diseleksi sebagai bagian dari kurikulum.
Guru harus mempelajarinya dengan seksama, termasuk urutan penyajiannya. Berbagai
11
www.sang-aktor.blogspot.com
usaha untuk meningkatkan minat dan mempermudah pencapaian tujuan haruslah
dilaksanakan, misalnya alat peraga, warna dinding dan pengaturan cahaya atau fenilasi
kelas.
Untuk menghibur orang-orang yang merasa bahwa guru bukanlah seorang aktor
atau harus tidak bertindak sebagai aktor, sebaiknya dilihat proses bagaimana dia
menjadi seorang aktor yang nyata. Ia memilih mengajar sebagai karier, mengabdi
melalui bidang studi tertentu, yang memerlukan waktu, uang, tenaga dan harus
menguasai bidangnya, serta belajar mengajarkannya kepada orang lain.
Guru harus mampu tampil prima di depan kelas menyampaikan materi pelajaran
dengan memikat sehingga siswa antusias dan bersemangat. Problemnya, seringkali guru
„kurang cara‟ untuk tampil memikat jadinya situasi belajar-mengajar (KBM)
membosankan.
Tersirat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa
guru yang profesional harus mempu menciptakan situasi belajar-mengajar (KBM) yang
kondusif. Tujuannya agar siswa bersemangat dan terinspirasi untuk terus belajar. Guru
pun harus selalu mengeksplorasi metode serta setrategi pembelajaran agar siswa
antusias menyimak materi pelajaran. Begitulah, tugas guru ternyata tidak sekedar
menyampaikan materi yang diamanatkan kurikulum. (MPR RI, UUD RI 1945 dan
Ketetapan MPR RI, (Cet. X, Jakarta: Sekjen MPR RI, 2011), hal. 197)
Menafsirkan makna „tampil prima‟ dan „menarik di depan siswa‟ saya sedikit
memiliki pemikiran nyleneh tentang penampilan guru. Saya membayangkan guru
adalah seorang aktor yang „bermain‟ di depan kelas dengan „naskah‟ materi pelajaran
serta siswa adalah „penonton‟ yang aktif. Dalam konsep teater modern, penonton yang
aktif adalah penonton yang terlibat dalam permainan (baca; ikut bermain). Guru adalah
aktor!
“Persoalan yang sempat saya simpulkan dari pertemuan dengan guru dari berbagai
sekolah di Jombang, Mojokerto, serta sejumlah wilayah lain menunjukkan jika sikap
kurang percaya diri menjadi masalah utama. Justru bukan kepada penguasaan materi
ajar, tetapi lebih pada aspek psikologi individual. Ini berarti alternatif solusinya adalah
dengan „mengasosiasikan‟ diri sebagai aktor di „panggung‟ kelas”. Cucuk Suparno.
Cucuk, (http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah-aktor/, diunggah pada
02 April 2013)
12
www.sang-aktor.blogspot.com
Seorang aktor mampu mengatasi rasa kurang percaya diri dengan berbagai latihan
dan tindak pengkondisian psikis. Nah! Guru tidak ada salahnya melakukan tindak
pengkondisian psikis. Menjadi aktor tunggal di depan kelas harus mampu „berakting‟
yang total agar „pertunjukkan‟ menarik. Implikasinya, guru harus selalu mengeksplorasi
materi ajar yang di-create menjadi mentode pengajaran yang memikat.
Ambil contoh, materi sastra yang oleh banyak guru dikeluhkan sebagai materi
paling sulit diajarkan. Karena siswa menganggap sastra itu berbelit, membosankan, dan
diharuskan menghafal banyak tokoh serta karya sastra. Jangan salah! Sastra justru
menjadi pelajaran yang menarik apabila kita memiliki setrategi mengajar yang jitu.
Siswa tidak tertarik, dipastikan kelas menjadi ramai dan sulit dikendalikan.
Coba saja, misalnya guru masuk kelas membawa boneka. Dengan gaya tertentu
ajak boneka seolah itu adalah „seseorang‟ yang sedih karena selalu tidak di dengar.
Nah! Akting pun dimulai. Eksplorasi boneka sehingga siswa pun merasa empati
terhadap tokoh rekaan tersebut. Ketika siswa empati, kelas pun jadi mudah
dikendalikan. Selanjutnya, gunakan boneka itu sebagai media pembelajaran. Sedikit
akting akan menggiring siswa tanpa disadari oleh siswa itu sendiri.
Sampai di sini, saya berkesimpulan masalah utama justru ada dalam diri guru itu
sendiri. Rasa kurang percaya diri muncul karena „malu‟ untuk mengeksplorasi metode
yang kurang lazim. Kenapa saya sebut kurang lazim? Sebab siswa akan jenuh cepat
bosan jika menghadapi guru yang normatif dan tidak memiliki „kejutan-kejutan‟ baru
dalam menyampaikan materi pelajaran.
Dalam ilmu keaktoran, kejutan-kejutan ini ibarat suspen in act. Diperlukan
keliaran imajinasi untuk memunculkan kejutan baru itu. Guru pun harus memiliki
keliaran metode sehingga apapun pelajarannya tetap menarik. Patut diingat bahwa tidak
ada eksplorasi yang salah selalu berdasar rencana pengajaran. Jadi kenapa mesti malu
berekspresi ? Karena guru adalah aktor! (Cucuk, Ibid, Pada 02 April 2012)
B. Guru sebagai Emansipator
Emansipasi (Emansipator) adalah pembebasan kaum budak menjadi kaum yang
merdeka. Dengan kata lain emansipasi adalah persamaan hak. Sebagai kaum pendidik,
guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung unsur keadilan,
penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan generasi masa
13
www.sang-aktor.blogspot.com
depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, guru
hendaknya menyadari bahwa kebanyakan manusia merupakan budak stagnasi
kebudayaan. (Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. V Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2005), hal. 56
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak”
stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada
peserta didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan
pengalaman, pengakuan, dan dorongan. Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan dan
dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak
menyenangkan , kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini,
guru harus mempu melihat sesuatu yang tersirat di samping yang tersurat, serta mencari
kemungkinan pengembangannya. (Mulyasa, Ibid, hal. 60)
Untuk memiliki kemampuan yang tersirat, perlu memanfaatkan pengalaman
selama bekerja, kesabaran dan tentu saja kemampuan menganalisis fakta yang
dilihatnya, sehingga guru mampu mengubah kemampuan peserta didik dari status
“terbuang” menjadi “dipertimbangkan” oleh masyarakat. Guru telah melaksanakan
fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai
pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu diuji dengan
sebagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibandingkan kembali menjadi pribadi
yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan,
keuletan dan seni termotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit lagi
harapannya.
Guru sadar bahwa informasi tertentu telah dimiliki peserta didik sebelum mereka
masuk kelas, ia juga sudah sadar bahwa apa yang diketahui orang bisa jadi fakta yang
belum diorganisir menjadi hubungan yang bermakna. Salah satu tanda bahwa peserta
didik telah memahami hubungan yang bermakna adalah mampu menjelaskan apa yang
diketahuinya. Karena itu, guru harus membina kemampuan peserta didik untuk
menginformasikan apa yang ada dalam pikirannya. Jika kemampuan tersebut telah
dimiliki, maka perasaan rendah diri tadi berangsur-angsur hilang, dan bebaslah peserta
didik dari keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini, guru telah melakukan
emansipasi.
14
www.sang-aktor.blogspot.com
Guru sering melihat potensi ketika air kreativitas telah nampak mengalir, ia
melihat sekelompok peserta didik yang terisolasi dari aliran air yang lain, dan mengisi
sumur itu dengan ide-ide, pengetahuan, dan harapan. Hal ini akan membantu peserta
didik meraih hubungan dengan budaya yang disekitarnya dan hidup lebih berisi, lebih
kaya, walaupun seringkali mendapatkan hambatan, itulah kehidupan.( Mulyasa, Ibid,
hal. 61)
Bagaikan seorang penasehat, guru melihat potensi yang terdapat pada benda
(bahan) yang dikerjakannya. Dia menerima itu sebagaimana adanya, dan dengan penuh
kesungguhan bahan itu “dijadikan”. Demikianlah guru menerima peserta didik yang
datang dengan berbagai latar belakang budaya di sekelilingnya.
Karena benda yang digarap bukan benda mati sebagaimana yang digarap oleh
pemahat, maka guru berkewajiban mengembangkan potensi peserta didik sedemikian
rupa sehingga menjadi pribadi yang kreatif. Untuk itu dia memberikan kesempatan
kepada peserta didik mengajukan pertanyaan, memberikan balikan, memberikan kritik
dan sebagainya, sehingga mereka merasa memperoleh kebebasan yang wajar.
Dalam komunitas makhluk hidup pada umumnya dan komunitas siswa
khususnya pasti ada kelompok pandai, sedang dan kurang pandai, kelompok aktif,
sedang dan kurang aktif, kelompok rajin,sedang dan kurang rajin, dan lain-lain yang
ujungnya secara psikologis mereka itu membuat kelompok-kelompok yang anggotanya
dianggap setara.
Kelompok yang terakhir yakni kelompok kurang mampu, kurang pandai,kurang
rajin, kurang aktif, kurang cerdas sering mengalami minder, kurang percaya diri, tidak
termotivasi untuk mengembangkan diri dan paling parah timbulnya perasaan putus asa.
Menghadapi kelompok yang demikian ini , guru hendaknya segera bertindak
sesuai perannya sebagai emansipator. Mengembalikan kelompok ini menjadi bangkit,
termotivasi, percaya diri dan tidak putus asa adalah peran guru sebagai emansipator.
(Marijan, (http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap-guru-
berkualitas/) diunggah pada 04 April 2012).
C. Pengertian profesionalisme guru
15
www.sang-aktor.blogspot.com
Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.
Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan ) yang
berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih
berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai
mata pencaharian.(Mc. Leod,1989)
Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut ”
Mu‟alim”, dalam bahasa inggris ”teacher” memiliki arti sederhana yakni ” A person
whose occuption is teaching others” ( Mc. Leod,1989) artinya seseorang yang
pekerjaannya mengajar orang lain.
Undang – undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yakni sebagaimana
tercantum dalam bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1 sebagai berikut guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar
dan menegah.
Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2
menjelaskan:
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
Profesionalisme guru merupakan kondisi,arah, nilai,tujuan, dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang
profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten, dan guru yang
dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses
belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
16
www.sang-aktor.blogspot.com
Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh
pekerjaan yang lainnya.
Profesionalisme yang berdasarkan keterbukaan dan kebijakan terhadap ide-ide
pembaharuan itulah yang akan mampu melestarikan eksistensi madrasah atau sekolah
kita, sebagaimana dalam hadits nabi Muhammad SAW bersabda:
”Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan profesinya (ahlinya)
maka tunggulah kehancurannya.” (H.R. Bukhari)
Juga Firman Allah SWT dalam Q.S Al-An‟am ayat 135 yang berbunyi





Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya
akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah yang akan memperoleh
hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan
mendapatkan keberuntungan.
D. Peran Guru Profesionalisme Dalam Proses Belajar Mengajar
Proses merupakan serangkaian aktivitas dalam memberlangsungkan sesuatu dari
awal sampai akhir, maka suatu proses merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisah
dari fungsi dan proses manajemen.
Proses dari pada administrasi dan manajemen,menurut Luther Gullick yang
terkenal dengan akronim ( Suwarno, 24 ) adalah :
17
www.sang-aktor.blogspot.com
1. Perencanaan ( planing ) adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan
pelaksanaan dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan maksud atau
tujuan badan usaha itu.
2. Pengorganisasian adalah menetapkan struktur formal dari pada kewenangan
dimana pekerjaan di bagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Penyusunan pegawai adalah keseluruhan fungsi dari pada kepegawaian sebagai
usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang
menyenangkan.
4. Pembina kerja (directing) merupakan tugas yang terus menerus didalam
pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus atau umum dan
intruksi intruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha atau
organisasi.
5. Pengkoordinasiaan (coordinating) merupakan jewajiban yang penting untuk
menghubungkan berbagai kegiatan dari pada pekerjaan.
6. Pelaporan (reporting) yaitu pimpinan yang bertanggung jawab harus mengetahui
apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannya
melalui catatan,penelitian, maupun inpeksi
7. Anggaran (budgeting) yaitu semua anggaran akan berjalan dengan baik bila
disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran dan
pengawasan anggaran.
Dengan pandangan diatas maka guru yang profesional dituntut harus mampu
berperan selaku manajer yang baik yang didalamnya harus mampu melangsungkan
seluruh tahap-tahap aktivitas dan proses pembelajaran dengan manajerial yang baik
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat diraih dengan hasil yang
memuaskan.
Peran guru profesional atau tenaga kependidikan adalah :
a. Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga kependidikan
yang harus memiliki kesetabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersifat
realistas, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan,terutama
inovasi pendidikan.
18
www.sang-aktor.blogspot.com
b. Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat,untuk itu harus menguasai
psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan
sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok,
keterampilan bekerja sama.
c. Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu
kepemimpinan menguasai prinsif hubungan manusia, tekhnik berkomunikasi
serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah.
d. Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni tenaga
kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar dan
harus mampu menguasai situasi belajar mengajar didalam kelas maupun di luar
kelas.
E. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Guru Professional
Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru profesional antara
lain sebagai berikut:
a. Status Akademik
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana
pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka
yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya. Untuk
menciptakan tenaga –tenaga profesional tersebut pada dasarnya disekolah dibina dan
dikembangkan dari sebagai segi diantaranya:
1. Segi toritis yaitu dilembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang membina dan
menciftakan tenaga-tenaga profesional ini diberikan ilmu-ilmu pengetahuan
selain ilmu pengetahuan yang harus disampaikan kepada anak didik,juga
diberikan ilmu –ilmu pengetahuan khusus unuk menunjang kepropfesionalannya
sebagai guru yang berupa ilmu mendidik, ilmu jiwa , didaktik metodik
administrasi pendidikan dan sebagainya.
19
www.sang-aktor.blogspot.com
2. Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan praktek
adalah cara melakukan apayang tersebut dalam teori ( W.J.S. Porwadarminta
1999:99 )
b. Pengalaman belajar
Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir mereka,
dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai guru yang
mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan dan menggairahkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu
untuk menguasai dan menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar yang
berlangsung.
c. Mencintai profesi sebagai guru
Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan mendorong
individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan pengorbanan. Seseorang yang
melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa cinta biasanya orang yang keadaannya
dalam paksaan orang lain, maka dalam melaksanakan hak nya itu dengan merasa
terpaksa. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil apabila disertai dengan adanya
rasa mencintai terhadap apa yang dilakukannya itu.
d. Berkepribadian
Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat- sifat yang merupakan
watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar kepribadian seorang guru ikut serta
menentukan watak kepada siswanya. Dalam proses belajar mengajar kepribadian
seorang guru sangat menentukan terhadap pembentukan kepribadian siswa untuk
menanamkan akhlak yang baik sebagai umat manusia. Mendidik adalah prilaku yang
universal artinya pada dasarnya semua orang dapat melakukannya, orang tua mendidik
anaknya, pemimpin mendidik bawahannya , pelatih mendidik anak asuhnya dan sudah
barang tentu guru mendidik muridnya. Tetapi bagaimana cara mendidik yang lebih
efektif dibanding dengan cara mendidik yang biasa.
20
www.sang-aktor.blogspot.com
Dihadapan anak, guru dianggap sebagai orang yanng mempunyai kelebihan
dibanding dengan orang – orang yanng dikenal oleh mereka. Oleh sebab itu guru harus
mampu bertindak sesuai dengan kedudukannya seperti yang dinyatakan oleh Kent
Wiliam yaitu:
 Sebagai hakim
 Sebagai wakil masyarakat
 Sebagai narasumber
 Sebagai wasit
 Sebagai penolong siswa
 Seabagai objek identifikasi
 Sebagai pereda ketegangan atau kecemasan
 Sebagai pengganti orang tua
 Sebagai objek penumpahan masalah dan kekecewaan
Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar mengajar sangat
tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya
dengan efektif dan efisien, maka guru perlu memiliki kompetensi yang dapat
menunjang tugasnya. Kompetensi tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Kompetensi pribadi
 Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama
 Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi
 Memlki pengetahuan tentanng demokrasi
 Memiliki pengetahuan tentang estetika
 Setia terhadap harkat dan martabat manusia
Sedangkan kompetensi lebih khusus pribadi adalah bersikap simpati, empati,
terbuka, berwibawa , bertanggunng jawab, dan mampu menilai diri sendiri
2. Kompetensi profesional,mencakup kemampuan dalam hal :
21
www.sang-aktor.blogspot.com
 Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis dan
psikologis
 Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan perilaku peserta didik
 Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan
kepadanya
 Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai
 Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas yang
lain
 Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran
 Mampu melaksanakan evaluasi belajar
 Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik
3. Kompetensi social
Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau
kemampuan tenaga kependidikan untuk memperiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang baik serta kemapuan untuk mendidik, membimbing
masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang akan datang.
Tenaga kependidikan harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat, mampu
bergaul dan melayani masyarakat dengan baik , mampu mendorong dan menunjang
kreatifitas masyarakat, dan menjaga emosi dan perilaku yang tidak baik.
G. Syarat - syarat menjadi guru professional
Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, tenaga kependidikan ternyata
bahwa untuk menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa
persyaratan. Menurut Muhammad Ali ( 1985 : 35 ) sebagai berikut :
1. Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
22
www.sang-aktor.blogspot.com
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya
Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk
memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa im-service training ( diklat/penataran )
maupun pre service training (pendidikan keguruan secara formal ).
Secara khusus, sebagai sebuah profesi keguruan, ada beberapa kriteria seorang
guru. Menurut versi National Education Association (NEA), guru berarti jabatan yang
melibatkan kegiatan intelektual, menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus,
memerlukan persiapan profesional yang lama, memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan, menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen,
menentukan standarnya sendiri, lebih mementingkan layanan di atas keuntungan
pribadi, mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Tidak mudah menjadi guru, perlu persiapan, latihan, pembiasaan dan pendidikan
yang cukup. Itulah sebabnya, salah satu kompetensi guru profesional itu harus ada
ijazah guru. Ijazah bukan semata-mata karena alasan formalitas.
Selain itu sebagaimana dikemukakan oleh tim pembina kuliah Didaktik metodik
kurikulum UPI ( 1989 : 9 ) persyaratan guru adalah :
1. Persyaratan Fisik yaitu kesehatan jasmani
2. Persyaratan psikis yaitu sehat rohaninya serta diharapkan memiliki bakat dan minat
keguruan
3. Persyaratan mental yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi keguruan
mencintai dan mengabdi dedikasi pada tugas jabatannya.
4. Persyaratan moral yaitu sifat susila dan budi pekeri yang luhur
23
www.sang-aktor.blogspot.com
5. Persyaratan intelektual atau akademis yaitu mengenal pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan guru yang memberi bekal untuk
menunaikan tugas sebagai pendidik formal di sekolah
6. Berdasarkan PP nomor 19 tahun 2007 tentang standar nasional pendidikan, standar
tenaga pendidik ditetapkan, pendidik pada usia dini SD / MI, SMP / MTs, SMA /
MA atau bentuk lain yang sederajat memiliki kualifikasi akademik pendidikan
minimum Diploma IV atau sarjana S1, latar belakang pendidikan tinggi dibidang
pendidikan anak usia dini , SD/ MI, SMP/MTs, SMA atau yang sederajat dan
kependidikan lain atau psikologi dan sertifikasi profesi guru.
Guru yang memenuhi persyaratan atau yang profesional tentunya akan dapat
menumbuhkan perhatian siswa dalam belajar, sehingga dapat mewujudkan situasi
belajar mengajar yang baik. Sebagaimana Nana Sudjana ( 2000 : 16 ) menyatakan :
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntunan dan
panggilan untuk selalu mencintai, menghargai , menjaga , dan meningkatkan tugas dan
tanggung jawab terhadap profesi. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung
jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri.
Berkenaan dengan hal tersbut diatas sehingga dalam kegiatan belajar mengajar,
guru dituntut dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan penuh rasa tanggung
jawab disertai dengan kasih sayang kepada siswa sehingga dapat menarik
perhatiansiswa, minat serta keaktifan dalam belajar mengajar dengan baik dan optimal.
G. Upaya-Upaya Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan
dunia pendidikan. banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara lain:
1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu
"membangun"manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki
kesejahteraan yang cukup Gaji yang memadai. Perlu ditata ulang sistem penggajian
guru agar gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup
24
www.sang-aktor.blogspot.com
dirinya dan keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang
mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar
jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi pada profesinya, tanpa harus
mengkhawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatirakan pendidikan putra-
putrinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untukmempersiapkan diri tampil
prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat meningkatkan profesinya
dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk
mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini
dapat lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status
sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak
didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan
pendidikan pasti akan lebih berhasil.
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang guru,
dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan harga mati)
lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijadikan
sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu guru-guru pemula
untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.
3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan
profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan.
Beri kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa beban biaya atau
melengkapi sarana dan kesempatan agar guru dapat banyak membaca buku-buku
materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk memperdalam pengetahuannya.
4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal
abad ke-20 dan penelitian penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan
bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada berbagai
wilayah kehidupan ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku
kerja.
5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang (leisure time) sudah lama menjadi sebuah
bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi)
adalah menjadikan manusia makin menjadi "penganggur terhormat", dalam arti
25
www.sang-aktor.blogspot.com
semakin memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas (mind)
dan kepribadian (personal).
6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada, Upaya memahami tuntutan standar
profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai
prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini
didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan global
sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara. Kedua, sebagai
profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara
global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan vang lebih baik. Cara
satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belaiar secara terus
menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat
perkembangan baru di bidangnya.
7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Kemudian upaya
mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah
pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang
memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang
dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-
service tarining dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi
8. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi
profesi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat
dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus
berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.
9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada konstituen, Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau
budaya kerja yang mengutamakan pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen
merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk
memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada
konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi
pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik vang didanai. diadakan,
dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
26
www.sang-aktor.blogspot.com
10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan
dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media
dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer
(hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi
pendidikan (soft technologies). Upaya-upaya guru untuk meningkatkan
profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari
semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus
memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI,
pemerintah dan juga masyarakat.
27
www.sang-aktor.blogspot.com
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Dalam ilmu keaktoran, kejutan-kejutan ini ibarat suspen in act. Diperlukan
keliaran imajinasi untuk memunculkan kejutan baru itu. Guru pun harus memiliki
keliaran metode sehingga apapun pelajarannya tetap menarik. Patut diingat bahwa
tidak ada eksplorasi yang salah selalu berdasar rencana pengajaran. Jadi kenapa
mesti malu berekspresi? Karena guru adalah aktor.
Emansipasi (Emansipator) adalah pembebasan kaum budak menjadi kaum
yang merdeka. Dengan kata lain emansipasi adalah persamaan hak. Sebagai kaum
pendidik, guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung unsur
keadilan, penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan
generasi masa depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan, guru hendaknya menyadari bahwa kebanyakan
manusia merupakan budak stagnasi kebudayaan.
Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan)
yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih
berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai
mata pencaharian.(Mc. Leod,1989) Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah,
nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi,
dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar
siswa yang lebih baik.
Peran guru profesionalalisme dalam proses dari pada administrasi dan
manajemen proses belajar mengajar : perencanaan, pengorganisasian, penyusunan ,
pembinaan kerja, pengkoordinasian , pelaporan, anggaran.
28
www.sang-aktor.blogspot.com
Faktor- faktor yang mempengaruhi guru profesional : status akademik,
pengalaman belajar, mencintai profesi sebagai guru, berkepribadian.
Syarat- syarat menjadi guru profesional :
 Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam
 Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya
 Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai
 Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya
 Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya
Upaya-upaya meningkatkan profesionalisme guru :
1. Peningkatan kesejahteraan
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana
4. Pembinaan perilaku kerja
5. Penciptaan waktu luang.
6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada
7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan
8. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi
profesi.
9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada konstituen
10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi
komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran.
B. Saran
Sebaiknya pembaca dapat mengumpulkan informasi dari sumber lain atau
referensi lainnya mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini guna menambah
29
www.sang-aktor.blogspot.com
wawasan mengenai peran guru dalam proses pembelajaran terkhusus guru sebagai
pembaharu, model dan teladan, serta guru sebagai pribadi.
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka
dari itu penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah
profesionalisme guru ,setelah membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih
lengkap. Marilah kita belajar untuk menjadi calon guru yang profesional.
30
www.sang-aktor.blogspot.com
DAFTAR REFERENSI
Cucuk, Suparno. 2010. http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah-
aktor/.
Marijan. 2010. http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap-
guru-berkualitas/.
MPR RI. 2011. UUD RI 1945 dan Ketetapan MPR RI. Jakarta: Sekjen MPR RI.
Muhadi, Umar. 2010. http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai-
penulis-naskah-sutradara.html.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesonal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesonal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset .
Sawali. 2010. http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan-
kelas/ .
[1] Muhadi, (http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai-penulis-
naskah-sutradara.html di unggah pada 3 April 2013)
[2] Muhadi, Ibid. 3 April 2013
[3] Sawali. (http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan-
kelas/ diunggah pada 02 April 2013)
[4] Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. VII Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2008), hal. 59
[5] Mulyasa, Ibid, Hal. 59
[6] MPR RI, UUD RI 1945 dan Ketetapan MPR RI, (Cet. X, Jakarta: Sekjen
MPR RI, 2011), hal. 197
[7] Cucuk, (http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah-aktor/,
diunggah pada 02 April 2013)
[8] Cucuk, Ibid, Pada 02 April 2013
31
www.sang-aktor.blogspot.com
[9] Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. V Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2005), hal. 56
[10] Mulyasa, Ibid, hal. 60
[11] Mulyasa, Ibid, hal. 61
[12] Marijan, (http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap-
guru-berkualitas/) diunggah pada 04 April 2013.
Al- Qur‟an dan terjemahannya , CV Dipenogoro Bandung. 2004
Aqib Zainal. Profesionalisme guru dalam pembelajaran. Insan Cendikia Surabaya.2002
Handayaninngrat, soewarno.Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan manajemen
Gunung Agung.Jakarta. 1996
Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar tenaga pendidik
Rusyan Tabrani.
Profesionalisme tenaga kependidikan.Nine Karya Jaya Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. 1999
Surya M.Kapaita selekta Kependidikan Universitas Terbuka. Jakarta. 2007
Suara Daerah Edisi Oktober 2007
UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003

More Related Content

What's hot

Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidikGuru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidik
Nur Arifaizal Basri
 
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahanPendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
endha96
 
Makalah tugas guru
Makalah tugas guruMakalah tugas guru
Makalah tugas guru
iskawia
 
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikanProfesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Noldy Lasmana
 
Makalah Profesi Kependidikan
Makalah Profesi KependidikanMakalah Profesi Kependidikan
Makalah Profesi Kependidikan
Mustika K
 
Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidikGuru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik
ayu Naoman
 
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswaPeran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Suyandi Sinaga
 

What's hot (19)

Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidikGuru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidik
 
Guru profesional
Guru profesionalGuru profesional
Guru profesional
 
Makalah guru profesional
Makalah guru profesionalMakalah guru profesional
Makalah guru profesional
 
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahanPendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
 
Upaya Meningkatkan Profesionalitas Guru
Upaya Meningkatkan Profesionalitas GuruUpaya Meningkatkan Profesionalitas Guru
Upaya Meningkatkan Profesionalitas Guru
 
KINERJA GURU
KINERJA GURUKINERJA GURU
KINERJA GURU
 
Makalah tugas guru
Makalah tugas guruMakalah tugas guru
Makalah tugas guru
 
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikanProfesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
 
Peran guru sebagai pendidik
Peran guru sebagai pendidikPeran guru sebagai pendidik
Peran guru sebagai pendidik
 
Makalah Profesi Kependidikan
Makalah Profesi KependidikanMakalah Profesi Kependidikan
Makalah Profesi Kependidikan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidikGuru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik
 
Buku pedoman guru (1)
Buku pedoman guru (1)Buku pedoman guru (1)
Buku pedoman guru (1)
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
 
Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1
 
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswaPeran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
 
Kompetensi mengajar
Kompetensi mengajarKompetensi mengajar
Kompetensi mengajar
 
Bab I_Tesis
Bab I_TesisBab I_Tesis
Bab I_Tesis
 
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAMHAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 

Viewers also liked (6)

La comunidad
La comunidadLa comunidad
La comunidad
 
El Concepto de Comunidad
El Concepto de ComunidadEl Concepto de Comunidad
El Concepto de Comunidad
 
Informe de la practica terminado
Informe de la practica terminadoInforme de la practica terminado
Informe de la practica terminado
 
Enfermería y Comunidad
Enfermería y ComunidadEnfermería y Comunidad
Enfermería y Comunidad
 
Tipos, características y funciones de las comunidades
Tipos, características y funciones de las comunidadesTipos, características y funciones de las comunidades
Tipos, características y funciones de las comunidades
 
Enfermeria comunitaria Funciones e Intervenciones
Enfermeria comunitaria Funciones e IntervencionesEnfermeria comunitaria Funciones e Intervenciones
Enfermeria comunitaria Funciones e Intervenciones
 

Similar to Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

Peran guru dalam administrasi sekolah menengah
Peran guru dalam administrasi sekolah menengahPeran guru dalam administrasi sekolah menengah
Peran guru dalam administrasi sekolah menengah
Ig Fandy Jayanto
 
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Moezzt Licha
 
Mkalah citra guru
Mkalah citra guruMkalah citra guru
Mkalah citra guru
aanteen
 
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah lakuAsimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Pensil Dan Pemadam
 
makalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanmakalah profesi keguruan
makalah profesi keguruan
Santi Susanti
 

Similar to Sang aktor dan sang emansipator yang profesional (20)

Profesionalisme
ProfesionalismeProfesionalisme
Profesionalisme
 
PERAN_GURU_PPT.pptx
PERAN_GURU_PPT.pptxPERAN_GURU_PPT.pptx
PERAN_GURU_PPT.pptx
 
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen PembelajaranGuru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
 
Makalah kompetensi guru
Makalah kompetensi guruMakalah kompetensi guru
Makalah kompetensi guru
 
Makalah kompetensi guru
Makalah kompetensi guruMakalah kompetensi guru
Makalah kompetensi guru
 
Makalah Keterampilan Dasar Mengajar
Makalah Keterampilan Dasar MengajarMakalah Keterampilan Dasar Mengajar
Makalah Keterampilan Dasar Mengajar
 
Makalah tik (1)
Makalah tik (1)Makalah tik (1)
Makalah tik (1)
 
PERAN_GURU_PPT.pptx
PERAN_GURU_PPT.pptxPERAN_GURU_PPT.pptx
PERAN_GURU_PPT.pptx
 
Ujung tombak smk
Ujung tombak smkUjung tombak smk
Ujung tombak smk
 
012. PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM.pptx
012. PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM.pptx012. PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM.pptx
012. PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM.pptx
 
Menjadi Guru Profesional
Menjadi Guru ProfesionalMenjadi Guru Profesional
Menjadi Guru Profesional
 
Peran guru dalam administrasi sekolah menengah
Peran guru dalam administrasi sekolah menengahPeran guru dalam administrasi sekolah menengah
Peran guru dalam administrasi sekolah menengah
 
Ulasan guru efektif
Ulasan guru efektifUlasan guru efektif
Ulasan guru efektif
 
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
 
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
 
Cbr profesi
Cbr profesiCbr profesi
Cbr profesi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Mkalah citra guru
Mkalah citra guruMkalah citra guru
Mkalah citra guru
 
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah lakuAsimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
 
makalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanmakalah profesi keguruan
makalah profesi keguruan
 

More from Nur Jaya

Apsb 2013 by nurjaya
Apsb 2013 by nurjayaApsb 2013 by nurjaya
Apsb 2013 by nurjaya
Nur Jaya
 
Soal agama kelas iii uts mid semester ii 09-10
Soal agama kelas iii   uts mid semester ii 09-10Soal agama kelas iii   uts mid semester ii 09-10
Soal agama kelas iii uts mid semester ii 09-10
Nur Jaya
 
Soal soal kelas iii - uts mid semester ii
Soal soal kelas iii - uts mid semester iiSoal soal kelas iii - uts mid semester ii
Soal soal kelas iii - uts mid semester ii
Nur Jaya
 
Uts pkn 345 s1 2012
Uts pkn 345 s1 2012Uts pkn 345 s1 2012
Uts pkn 345 s1 2012
Nur Jaya
 
Photo album sdism
Photo album sdismPhoto album sdism
Photo album sdism
Nur Jaya
 

More from Nur Jaya (6)

Model pembelajaran utk_kkgku
Model pembelajaran utk_kkgkuModel pembelajaran utk_kkgku
Model pembelajaran utk_kkgku
 
Apsb 2013 by nurjaya
Apsb 2013 by nurjayaApsb 2013 by nurjaya
Apsb 2013 by nurjaya
 
Soal agama kelas iii uts mid semester ii 09-10
Soal agama kelas iii   uts mid semester ii 09-10Soal agama kelas iii   uts mid semester ii 09-10
Soal agama kelas iii uts mid semester ii 09-10
 
Soal soal kelas iii - uts mid semester ii
Soal soal kelas iii - uts mid semester iiSoal soal kelas iii - uts mid semester ii
Soal soal kelas iii - uts mid semester ii
 
Uts pkn 345 s1 2012
Uts pkn 345 s1 2012Uts pkn 345 s1 2012
Uts pkn 345 s1 2012
 
Photo album sdism
Photo album sdismPhoto album sdism
Photo album sdism
 

Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

  • 1. 1 www.sang-aktor.blogspot.com SANG AKTOR DAN SANG EMANSIPATOR YANG PROFESIONAL Karya Tulis Oleh: Nurjaya, S. Pd (www.sang-aktor.blogspot.com) Guru SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin Dibuat sebagai persyaratan seleksi guru berprestasi Kota Banjarmasin tahun 2013 SD ISLAM SABILAL MUHTADIN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA BANJARMASIN DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL MEI 2013
  • 2. 2 www.sang-aktor.blogspot.com KATA PENGANTAR Asslamu alaikum wr. wb. Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah tersebut. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Peranan Guru, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Peranan Guru saat menjadi Aktor atau Emansipator dan Profesional” yang akan menjadi acuan untuk menjadi guru profesional. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih. Akhirul kalam, Wabillahi taufiq warrahma, wassalamu alaikum wr. wb. Banjarmasin, Mei 2013 Hormat kami, Penulis
  • 3. 3 www.sang-aktor.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa pendidik/guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda- beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya. Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika menyaksikan anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar, guru- guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik. Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan pendidikan terutama disekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab para guru. Guru adalah seorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi lingkup tanggung jawabnya. Dalam menghadapi tuntunan situasi perkembangan zaman dan pembangunan nasional, sistem pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna dalam berbagai aspek dimensi, jenjang dan tingkat pendidikan. Keadaan semacam itu pada gilirannya akan menuntut para pelaksana dalam bidang pendidikan diberbagai jenjang untuk mampu menjawab tuntutan tersebut melalui fungsi-fungsinya sebagai guru.
  • 4. 4 www.sang-aktor.blogspot.com Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multibudaya, kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup kompleks dan unik. Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara berkesinambungan mereka dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Profesional artinya dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan didukung oleh para petugas secara profesional. Petugas yang profesional adalah petugas yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yanng kuat. Untuk menguji kompetensi tersebut, pemerintah menerapkan sertifikasi bagi guru khususnya guru dalam jabatan. Penilaian sertifikasi dilakukan secara portofolio. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang profesional merupakan salah satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang profesional akan sangat membantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan profesionalisme guru menjadi sangat penting untuk dilakukan. B. Rumusan Masalah Untuk memudahkan penulis dalam menyusun makalah ini, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana peran guru sebagai Aktor? 2. Bagaimana peran guru sebagai Emansipator? 3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru? 4. Bagaimana peran guru profesional dalam proses pembelajaran? 5. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru? 6. Apa saja syarat-syarat menjadi guru profesionalisme? 7. Bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru?
  • 5. 5 www.sang-aktor.blogspot.com C. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui peranan guru sebagai Aktor. 2. Untuk mengetahui peranan guru sebagai Emansipator. 3. Untuk menjelaskan profesionalisme guru. 4. Untuk mengetahui peran guru profesional dalam proses pembelajaran. 5. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru. 6. Untuk mengetahui syarat-syarat menjadi guru profesionalisme. 7. Menjelaskan upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru.
  • 6. 6 www.sang-aktor.blogspot.com BAB II PEMBAHASAN A. Guru Sebagai Penulis Naskah, Sutradara dan Sekaligus Aktor Menjadi guru memang tidaklah gampang, karena guru dalam membelajarkan siswa sangat dituntut profesionalismenya dalam membuka sekaligus mengembangkan potensi serta motivasi belajar siswa. Ibarat sebuah sinetron maka guru dalam pementasan sebuah adegan dalam setiap episode pembelajaran berperan sebagai penulis naskah ( skenario ), sutradara dan sekaligus pemain bersama dengan siswa. 1. Guru Sebagai Penulis Naskah Dalam perannya sebagai penulis naskah sebelum pelaksanaan pembelajaran guru harus mempersiapkan materi (bahan ajar) pembelajaran yang akan mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar tersebut harus memuat ketercapaian kompetensi Dasar yang dituangkan dalam bentuk indikator-indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Disamping itu bahan ajar dalam pengembangannya harus menganut prinsip sebagai berikut : a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak; b. Pengulangan untuk memperkuat pemahaman; c. Umpan balik positif untuk memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik; d. Motivasi belajar yang tinggi sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan belajar; e. Untuk mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu; f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan. 2. Guru Sebagai Sutradara
  • 7. 7 www.sang-aktor.blogspot.com Dalam perannya sebagai sutradara, guru lebih awal harus memperoleh informasi sekaligus mengumpulkan data tentang kondisi awal siswa yang akan diajar kemudian mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang kan dipakai setelah action dikelas. Hal ini dimaksudkan supaya dalam menyusun rancangan pembelajaran (skenario) yang sekarang lebih dikenal dengan nama Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) guru dapat memilih materi, metode, strategi dan penilaian pembelajaran yang tepat. Dalam RPP yang dibuat guru sedapat mungkin dapat komunikatif artinya dapat menuntun jalannya adegan-adegan di dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari kegiatan persiapan , kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup. Bila perlu dan demi lancarnya kegiatan pembelajaran guru masih diharapkan dapat memberi penjelasan-penjelasan yang terkait lakon yang harus dilakukan siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Khususnya dengan metode dan strategi pembelajaran pada dasarnya tidak ada satupun metode atau strategi yang paling bagus, kecuali jika digunakan pada situasi dan kondisi yang tepat. Salah menggunakan metode atau strategi maka sudah barang tentu tujuan pembelajaran yang akan dicapai tidak akan maksimal. (http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai-penulis-naskah sutradara.html di unggah pada 3 April 2013) 3. Guru Sebagai Aktor Dalam perannya sebagai aktor ( pemain ), setelah naskah ( materi ) ada, skenario lengkap, sutradara sudah bekerja dengan baik maka selanjutnya guru masih harus berperan sebagai pemain langsung dalam setiap episode pembelajaran. Walaupun dalam filosofi pembelajaran yang dikembangkan sekarang peran dan fungsi guru bukan lagi sebagai pengajar melainkan lebih kepada sebagai fasilitator. Dalam perannya sebagai fasilitator tidak berarti bahwa guru sudah terlepas dari tugas sebagai pengajar, akan tetapi bentuk mengajarnya guru lebih besifat kepada bentuk pembimbingan dan bahkan sekali-kali menjadi model dalam setiap episode pembelajaran. Guru senantiasa harus mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan baik dilakukan dalam bentuk layanan individu maupun dalam bentuk layanan kelompok. Berikut ini hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam setiap episode pembelajaran:
  • 8. 8 www.sang-aktor.blogspot.com a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Artinya guru harus berusaha melibatkan emosional siswa pada materi yang akan dipelajari misalkan dengan menghubungkan materi dengan kondisi keseharian siswa serta meenyampaikan manfaat atau kegunaan materi tersebut dipelajari; b. Menjelaskan tujuan pembelajaran. Ini dimaksudkan agar supaya siswa punya batasan atau sasaran dalam mengeksplorasi serta mengelaborasi pengetahuannya; c. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.Kegiatan pembelajaran menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pela jaran yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi; d. Melakukan pembimbingan baik secara individu maupun secara kelompok; e. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; f. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; g. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; h. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya; Tak terbantahkan lagi, guru menjadi figur sentral dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Begitu pintu kelas ditutup, puluhan pasang akan mengalihkan perhatiannya kepada sosok yang berdiri di depan kelas. Mulai ujung rambut hingga ujung kaki akan “ditelanjangi” oleh peserta didik. Tak berlebihan kalau ada yang bilang, figur seorang guru akan menjadi “rujukan” para siswa dalam bersikap dan bertingkah laku. Itu juga yang makna yang melekat pada akronim “Digugu dan Ditiru” (dipercaya dan
  • 9. 9 www.sang-aktor.blogspot.com diteladani). Sawali. (http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan- kelas/ diunggah pada 02 April 2013) Mengingat demikian pentingnya peran seorang guru di depan kelas, tak perlu heran juga kalau ada yang mengibaratkan guru bagaikan aktor. Hidup-matinya sebuah kelas akan sangat ditentukan peran seorang guru dalam mendesain dan mengelola kelas. Ia (baca: guru) juga diibaratkan seperti konduktor yang akan mengatur irama dan orkestra kelas. Semakin kreatif seorang guru dalam mendesain situasi kelas, semakin hidup pula permainan orkestrasi kelas yang dikendalikannya. Nah, seiring dengan dinamika pembelajaran yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban, guru memang bukan menjadi satu-satunya sumber belajar. Di tengah kemajuan teknologi pada abad gelombang informasi seperti saat ini, anak-anak bisa memperoleh asupan ilmu dari berbagai sarana dan media. Kini, anak-anak dengan mudah mengakses berbagai informasi mutakhir yang terkait dengan dunia keilmuan di jagad maya. Hanya dengan berhadapan dengan layar monitor yang terhubung secara online dengan jaringan internet, peserta didik dapat menjelajahi lautan informasi keilmuan (nyaris) tanpa batas. Dalam konteks demikian, guru pun diharapkan juga tak ketinggalan informasi dengan murid-muridnya. Sungguh celaka apabila guru yang menjadi salah satu sumber belajar bagi siswa didik, penguasaan informasinya justru “disalip” oleh murid- muridnya. Ini artinya, dalam situasi dan kondisi apa pun, guru jelas masih sangat membutuhkan kewibawaan masih melekat ke dalam “darah” ke-resi-annya. Salah satu cara yang paling tepat untuk menegakkan wibawa guru adalah penguasaan substansi materi keilmuan sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagai seorang aktor, guru haru melakukan apa yang ada di dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengkibatkan para penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh penanmpilan sang aktor. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan naskah, dia harus menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri, persiapannya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek baru dari setiap penampilan, mempergunakan pakaian, tata rias sebagaimana diminta, dan kondisinya sendiriuntuk
  • 10. 10 www.sang-aktor.blogspot.com menghadapi ketegangan emosinya dari malam ke malam serta mekanisme fisik yang baru ditampilkan. (Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. VII Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008), hal. 59 Sang aktor harus siap mental terhadap pernyataan senang dan tidak senang dari para penonton dan kritik yang diberikan oleh media massa. Emosi harus dikuasai karena kalau seseorang telah mencintai atau membenci sesuatu akan berlaku tidak objektif, perilakunya menjadi distorsi dan tak terkontrol. Ringkasnya, untuk menjadi aktor yang mampu membuat para penonton bisa menikmati penampilannya serta memahami pesan yang ingin disampaikan, diperlukan persiapan, baik pikiran, perasaan maupun latihan fisik. Setiap individu memiliki banyak peran untuk dimainkan dalam kehidupan sehari- hari, tetapi kebanyakan menolak anggapan bahwa gagasan dan pengalaman, serta harus menyadari bahwa orang lainpun berkesempatan untuk memilikinya. Untuk dapat mentransfer gagasan, ia harus mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan serta mengembangkan kemapuan mengkomunikasikan pengetahuan itu. Kemempuan berkomunikasi merupakan suatu seni atau keterampilan yang dikenal dengan mengajar. Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga juga tentang keperibadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarannya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Untuk melakukan hal ini ia mempelajari semua hal yang berhubungan dengan tugasnya, sehingga dapat bekerja secara efektif. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdiandan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar. Demikianlah, guru memiliki kemampuan menunjukkan keterampilannya di depan kelas. Guru harus menguasai materi standard dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki keterampilan, dan mengembangkanuntuk mentransfer bidang studi itu. Ia mempelajari peserta didik, alat-alat yang dapat dipergunakan untuk menarik minat, dan tentu saja mempelajari bagaimana menggunakan alat-alat secara efektif dan efesien. (Mulyasa, Ibid, Hal. 59) Bidang studi yang harus diajarkan telah diseleksi sebagai bagian dari kurikulum. Guru harus mempelajarinya dengan seksama, termasuk urutan penyajiannya. Berbagai
  • 11. 11 www.sang-aktor.blogspot.com usaha untuk meningkatkan minat dan mempermudah pencapaian tujuan haruslah dilaksanakan, misalnya alat peraga, warna dinding dan pengaturan cahaya atau fenilasi kelas. Untuk menghibur orang-orang yang merasa bahwa guru bukanlah seorang aktor atau harus tidak bertindak sebagai aktor, sebaiknya dilihat proses bagaimana dia menjadi seorang aktor yang nyata. Ia memilih mengajar sebagai karier, mengabdi melalui bidang studi tertentu, yang memerlukan waktu, uang, tenaga dan harus menguasai bidangnya, serta belajar mengajarkannya kepada orang lain. Guru harus mampu tampil prima di depan kelas menyampaikan materi pelajaran dengan memikat sehingga siswa antusias dan bersemangat. Problemnya, seringkali guru „kurang cara‟ untuk tampil memikat jadinya situasi belajar-mengajar (KBM) membosankan. Tersirat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa guru yang profesional harus mempu menciptakan situasi belajar-mengajar (KBM) yang kondusif. Tujuannya agar siswa bersemangat dan terinspirasi untuk terus belajar. Guru pun harus selalu mengeksplorasi metode serta setrategi pembelajaran agar siswa antusias menyimak materi pelajaran. Begitulah, tugas guru ternyata tidak sekedar menyampaikan materi yang diamanatkan kurikulum. (MPR RI, UUD RI 1945 dan Ketetapan MPR RI, (Cet. X, Jakarta: Sekjen MPR RI, 2011), hal. 197) Menafsirkan makna „tampil prima‟ dan „menarik di depan siswa‟ saya sedikit memiliki pemikiran nyleneh tentang penampilan guru. Saya membayangkan guru adalah seorang aktor yang „bermain‟ di depan kelas dengan „naskah‟ materi pelajaran serta siswa adalah „penonton‟ yang aktif. Dalam konsep teater modern, penonton yang aktif adalah penonton yang terlibat dalam permainan (baca; ikut bermain). Guru adalah aktor! “Persoalan yang sempat saya simpulkan dari pertemuan dengan guru dari berbagai sekolah di Jombang, Mojokerto, serta sejumlah wilayah lain menunjukkan jika sikap kurang percaya diri menjadi masalah utama. Justru bukan kepada penguasaan materi ajar, tetapi lebih pada aspek psikologi individual. Ini berarti alternatif solusinya adalah dengan „mengasosiasikan‟ diri sebagai aktor di „panggung‟ kelas”. Cucuk Suparno. Cucuk, (http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah-aktor/, diunggah pada 02 April 2013)
  • 12. 12 www.sang-aktor.blogspot.com Seorang aktor mampu mengatasi rasa kurang percaya diri dengan berbagai latihan dan tindak pengkondisian psikis. Nah! Guru tidak ada salahnya melakukan tindak pengkondisian psikis. Menjadi aktor tunggal di depan kelas harus mampu „berakting‟ yang total agar „pertunjukkan‟ menarik. Implikasinya, guru harus selalu mengeksplorasi materi ajar yang di-create menjadi mentode pengajaran yang memikat. Ambil contoh, materi sastra yang oleh banyak guru dikeluhkan sebagai materi paling sulit diajarkan. Karena siswa menganggap sastra itu berbelit, membosankan, dan diharuskan menghafal banyak tokoh serta karya sastra. Jangan salah! Sastra justru menjadi pelajaran yang menarik apabila kita memiliki setrategi mengajar yang jitu. Siswa tidak tertarik, dipastikan kelas menjadi ramai dan sulit dikendalikan. Coba saja, misalnya guru masuk kelas membawa boneka. Dengan gaya tertentu ajak boneka seolah itu adalah „seseorang‟ yang sedih karena selalu tidak di dengar. Nah! Akting pun dimulai. Eksplorasi boneka sehingga siswa pun merasa empati terhadap tokoh rekaan tersebut. Ketika siswa empati, kelas pun jadi mudah dikendalikan. Selanjutnya, gunakan boneka itu sebagai media pembelajaran. Sedikit akting akan menggiring siswa tanpa disadari oleh siswa itu sendiri. Sampai di sini, saya berkesimpulan masalah utama justru ada dalam diri guru itu sendiri. Rasa kurang percaya diri muncul karena „malu‟ untuk mengeksplorasi metode yang kurang lazim. Kenapa saya sebut kurang lazim? Sebab siswa akan jenuh cepat bosan jika menghadapi guru yang normatif dan tidak memiliki „kejutan-kejutan‟ baru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam ilmu keaktoran, kejutan-kejutan ini ibarat suspen in act. Diperlukan keliaran imajinasi untuk memunculkan kejutan baru itu. Guru pun harus memiliki keliaran metode sehingga apapun pelajarannya tetap menarik. Patut diingat bahwa tidak ada eksplorasi yang salah selalu berdasar rencana pengajaran. Jadi kenapa mesti malu berekspresi ? Karena guru adalah aktor! (Cucuk, Ibid, Pada 02 April 2012) B. Guru sebagai Emansipator Emansipasi (Emansipator) adalah pembebasan kaum budak menjadi kaum yang merdeka. Dengan kata lain emansipasi adalah persamaan hak. Sebagai kaum pendidik, guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung unsur keadilan, penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan generasi masa
  • 13. 13 www.sang-aktor.blogspot.com depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, guru hendaknya menyadari bahwa kebanyakan manusia merupakan budak stagnasi kebudayaan. (Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. V Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hal. 56 Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada peserta didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman, pengakuan, dan dorongan. Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan , kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini, guru harus mempu melihat sesuatu yang tersirat di samping yang tersurat, serta mencari kemungkinan pengembangannya. (Mulyasa, Ibid, hal. 60) Untuk memiliki kemampuan yang tersirat, perlu memanfaatkan pengalaman selama bekerja, kesabaran dan tentu saja kemampuan menganalisis fakta yang dilihatnya, sehingga guru mampu mengubah kemampuan peserta didik dari status “terbuang” menjadi “dipertimbangkan” oleh masyarakat. Guru telah melaksanakan fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu diuji dengan sebagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibandingkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan, keuletan dan seni termotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit lagi harapannya. Guru sadar bahwa informasi tertentu telah dimiliki peserta didik sebelum mereka masuk kelas, ia juga sudah sadar bahwa apa yang diketahui orang bisa jadi fakta yang belum diorganisir menjadi hubungan yang bermakna. Salah satu tanda bahwa peserta didik telah memahami hubungan yang bermakna adalah mampu menjelaskan apa yang diketahuinya. Karena itu, guru harus membina kemampuan peserta didik untuk menginformasikan apa yang ada dalam pikirannya. Jika kemampuan tersebut telah dimiliki, maka perasaan rendah diri tadi berangsur-angsur hilang, dan bebaslah peserta didik dari keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini, guru telah melakukan emansipasi.
  • 14. 14 www.sang-aktor.blogspot.com Guru sering melihat potensi ketika air kreativitas telah nampak mengalir, ia melihat sekelompok peserta didik yang terisolasi dari aliran air yang lain, dan mengisi sumur itu dengan ide-ide, pengetahuan, dan harapan. Hal ini akan membantu peserta didik meraih hubungan dengan budaya yang disekitarnya dan hidup lebih berisi, lebih kaya, walaupun seringkali mendapatkan hambatan, itulah kehidupan.( Mulyasa, Ibid, hal. 61) Bagaikan seorang penasehat, guru melihat potensi yang terdapat pada benda (bahan) yang dikerjakannya. Dia menerima itu sebagaimana adanya, dan dengan penuh kesungguhan bahan itu “dijadikan”. Demikianlah guru menerima peserta didik yang datang dengan berbagai latar belakang budaya di sekelilingnya. Karena benda yang digarap bukan benda mati sebagaimana yang digarap oleh pemahat, maka guru berkewajiban mengembangkan potensi peserta didik sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi yang kreatif. Untuk itu dia memberikan kesempatan kepada peserta didik mengajukan pertanyaan, memberikan balikan, memberikan kritik dan sebagainya, sehingga mereka merasa memperoleh kebebasan yang wajar. Dalam komunitas makhluk hidup pada umumnya dan komunitas siswa khususnya pasti ada kelompok pandai, sedang dan kurang pandai, kelompok aktif, sedang dan kurang aktif, kelompok rajin,sedang dan kurang rajin, dan lain-lain yang ujungnya secara psikologis mereka itu membuat kelompok-kelompok yang anggotanya dianggap setara. Kelompok yang terakhir yakni kelompok kurang mampu, kurang pandai,kurang rajin, kurang aktif, kurang cerdas sering mengalami minder, kurang percaya diri, tidak termotivasi untuk mengembangkan diri dan paling parah timbulnya perasaan putus asa. Menghadapi kelompok yang demikian ini , guru hendaknya segera bertindak sesuai perannya sebagai emansipator. Mengembalikan kelompok ini menjadi bangkit, termotivasi, percaya diri dan tidak putus asa adalah peran guru sebagai emansipator. (Marijan, (http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap-guru- berkualitas/) diunggah pada 04 April 2012). C. Pengertian profesionalisme guru
  • 15. 15 www.sang-aktor.blogspot.com Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan ) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata pencaharian.(Mc. Leod,1989) Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut ” Mu‟alim”, dalam bahasa inggris ”teacher” memiliki arti sederhana yakni ” A person whose occuption is teaching others” ( Mc. Leod,1989) artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Undang – undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1 sebagai berikut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menegah. Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2 menjelaskan: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Profesionalisme guru merupakan kondisi,arah, nilai,tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
  • 16. 16 www.sang-aktor.blogspot.com Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan yang lainnya. Profesionalisme yang berdasarkan keterbukaan dan kebijakan terhadap ide-ide pembaharuan itulah yang akan mampu melestarikan eksistensi madrasah atau sekolah kita, sebagaimana dalam hadits nabi Muhammad SAW bersabda: ”Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan profesinya (ahlinya) maka tunggulah kehancurannya.” (H.R. Bukhari) Juga Firman Allah SWT dalam Q.S Al-An‟am ayat 135 yang berbunyi      Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. D. Peran Guru Profesionalisme Dalam Proses Belajar Mengajar Proses merupakan serangkaian aktivitas dalam memberlangsungkan sesuatu dari awal sampai akhir, maka suatu proses merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisah dari fungsi dan proses manajemen. Proses dari pada administrasi dan manajemen,menurut Luther Gullick yang terkenal dengan akronim ( Suwarno, 24 ) adalah :
  • 17. 17 www.sang-aktor.blogspot.com 1. Perencanaan ( planing ) adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan pelaksanaan dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan maksud atau tujuan badan usaha itu. 2. Pengorganisasian adalah menetapkan struktur formal dari pada kewenangan dimana pekerjaan di bagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Penyusunan pegawai adalah keseluruhan fungsi dari pada kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan. 4. Pembina kerja (directing) merupakan tugas yang terus menerus didalam pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus atau umum dan intruksi intruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha atau organisasi. 5. Pengkoordinasiaan (coordinating) merupakan jewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan dari pada pekerjaan. 6. Pelaporan (reporting) yaitu pimpinan yang bertanggung jawab harus mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannya melalui catatan,penelitian, maupun inpeksi 7. Anggaran (budgeting) yaitu semua anggaran akan berjalan dengan baik bila disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran dan pengawasan anggaran. Dengan pandangan diatas maka guru yang profesional dituntut harus mampu berperan selaku manajer yang baik yang didalamnya harus mampu melangsungkan seluruh tahap-tahap aktivitas dan proses pembelajaran dengan manajerial yang baik sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat diraih dengan hasil yang memuaskan. Peran guru profesional atau tenaga kependidikan adalah : a. Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga kependidikan yang harus memiliki kesetabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersifat realistas, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan,terutama inovasi pendidikan.
  • 18. 18 www.sang-aktor.blogspot.com b. Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat,untuk itu harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerja sama. c. Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu kepemimpinan menguasai prinsif hubungan manusia, tekhnik berkomunikasi serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah. d. Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni tenaga kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar dan harus mampu menguasai situasi belajar mengajar didalam kelas maupun di luar kelas. E. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Guru Professional Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru profesional antara lain sebagai berikut: a. Status Akademik Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya. Untuk menciptakan tenaga –tenaga profesional tersebut pada dasarnya disekolah dibina dan dikembangkan dari sebagai segi diantaranya: 1. Segi toritis yaitu dilembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang membina dan menciftakan tenaga-tenaga profesional ini diberikan ilmu-ilmu pengetahuan selain ilmu pengetahuan yang harus disampaikan kepada anak didik,juga diberikan ilmu –ilmu pengetahuan khusus unuk menunjang kepropfesionalannya sebagai guru yang berupa ilmu mendidik, ilmu jiwa , didaktik metodik administrasi pendidikan dan sebagainya.
  • 19. 19 www.sang-aktor.blogspot.com 2. Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan praktek adalah cara melakukan apayang tersebut dalam teori ( W.J.S. Porwadarminta 1999:99 ) b. Pengalaman belajar Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir mereka, dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai guru yang mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu untuk menguasai dan menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung. c. Mencintai profesi sebagai guru Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan mendorong individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan pengorbanan. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa cinta biasanya orang yang keadaannya dalam paksaan orang lain, maka dalam melaksanakan hak nya itu dengan merasa terpaksa. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil apabila disertai dengan adanya rasa mencintai terhadap apa yang dilakukannya itu. d. Berkepribadian Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat- sifat yang merupakan watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar kepribadian seorang guru ikut serta menentukan watak kepada siswanya. Dalam proses belajar mengajar kepribadian seorang guru sangat menentukan terhadap pembentukan kepribadian siswa untuk menanamkan akhlak yang baik sebagai umat manusia. Mendidik adalah prilaku yang universal artinya pada dasarnya semua orang dapat melakukannya, orang tua mendidik anaknya, pemimpin mendidik bawahannya , pelatih mendidik anak asuhnya dan sudah barang tentu guru mendidik muridnya. Tetapi bagaimana cara mendidik yang lebih efektif dibanding dengan cara mendidik yang biasa.
  • 20. 20 www.sang-aktor.blogspot.com Dihadapan anak, guru dianggap sebagai orang yanng mempunyai kelebihan dibanding dengan orang – orang yanng dikenal oleh mereka. Oleh sebab itu guru harus mampu bertindak sesuai dengan kedudukannya seperti yang dinyatakan oleh Kent Wiliam yaitu:  Sebagai hakim  Sebagai wakil masyarakat  Sebagai narasumber  Sebagai wasit  Sebagai penolong siswa  Seabagai objek identifikasi  Sebagai pereda ketegangan atau kecemasan  Sebagai pengganti orang tua  Sebagai objek penumpahan masalah dan kekecewaan Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar mengajar sangat tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien, maka guru perlu memiliki kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Kompetensi tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Kompetensi pribadi  Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama  Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi  Memlki pengetahuan tentanng demokrasi  Memiliki pengetahuan tentang estetika  Setia terhadap harkat dan martabat manusia Sedangkan kompetensi lebih khusus pribadi adalah bersikap simpati, empati, terbuka, berwibawa , bertanggunng jawab, dan mampu menilai diri sendiri 2. Kompetensi profesional,mencakup kemampuan dalam hal :
  • 21. 21 www.sang-aktor.blogspot.com  Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis dan psikologis  Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik  Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya  Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai  Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas yang lain  Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran  Mampu melaksanakan evaluasi belajar  Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik 3. Kompetensi social Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau kemampuan tenaga kependidikan untuk memperiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemapuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang akan datang. Tenaga kependidikan harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat, mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik , mampu mendorong dan menunjang kreatifitas masyarakat, dan menjaga emosi dan perilaku yang tidak baik. G. Syarat - syarat menjadi guru professional Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, tenaga kependidikan ternyata bahwa untuk menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa persyaratan. Menurut Muhammad Ali ( 1985 : 35 ) sebagai berikut : 1. Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
  • 22. 22 www.sang-aktor.blogspot.com 2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya 3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai 4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya 5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa im-service training ( diklat/penataran ) maupun pre service training (pendidikan keguruan secara formal ). Secara khusus, sebagai sebuah profesi keguruan, ada beberapa kriteria seorang guru. Menurut versi National Education Association (NEA), guru berarti jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan profesional yang lama, memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan standarnya sendiri, lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi, mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Tidak mudah menjadi guru, perlu persiapan, latihan, pembiasaan dan pendidikan yang cukup. Itulah sebabnya, salah satu kompetensi guru profesional itu harus ada ijazah guru. Ijazah bukan semata-mata karena alasan formalitas. Selain itu sebagaimana dikemukakan oleh tim pembina kuliah Didaktik metodik kurikulum UPI ( 1989 : 9 ) persyaratan guru adalah : 1. Persyaratan Fisik yaitu kesehatan jasmani 2. Persyaratan psikis yaitu sehat rohaninya serta diharapkan memiliki bakat dan minat keguruan 3. Persyaratan mental yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi keguruan mencintai dan mengabdi dedikasi pada tugas jabatannya. 4. Persyaratan moral yaitu sifat susila dan budi pekeri yang luhur
  • 23. 23 www.sang-aktor.blogspot.com 5. Persyaratan intelektual atau akademis yaitu mengenal pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan guru yang memberi bekal untuk menunaikan tugas sebagai pendidik formal di sekolah 6. Berdasarkan PP nomor 19 tahun 2007 tentang standar nasional pendidikan, standar tenaga pendidik ditetapkan, pendidik pada usia dini SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA atau bentuk lain yang sederajat memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma IV atau sarjana S1, latar belakang pendidikan tinggi dibidang pendidikan anak usia dini , SD/ MI, SMP/MTs, SMA atau yang sederajat dan kependidikan lain atau psikologi dan sertifikasi profesi guru. Guru yang memenuhi persyaratan atau yang profesional tentunya akan dapat menumbuhkan perhatian siswa dalam belajar, sehingga dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang baik. Sebagaimana Nana Sudjana ( 2000 : 16 ) menyatakan : Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntunan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai , menjaga , dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab terhadap profesi. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri. Berkenaan dengan hal tersbut diatas sehingga dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan penuh rasa tanggung jawab disertai dengan kasih sayang kepada siswa sehingga dapat menarik perhatiansiswa, minat serta keaktifan dalam belajar mengajar dengan baik dan optimal. G. Upaya-Upaya Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan dunia pendidikan. banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara lain: 1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu "membangun"manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki kesejahteraan yang cukup Gaji yang memadai. Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup
  • 24. 24 www.sang-aktor.blogspot.com dirinya dan keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi pada profesinya, tanpa harus mengkhawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatirakan pendidikan putra- putrinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untukmempersiapkan diri tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat meningkatkan profesinya dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini dapat lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan pendidikan pasti akan lebih berhasil. 2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu. Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu guru-guru pemula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru. 3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan. Beri kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru dapat banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk memperdalam pengetahuannya. 4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penelitian penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. 5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang (leisure time) sudah lama menjadi sebuah bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi "penganggur terhormat", dalam arti
  • 25. 25 www.sang-aktor.blogspot.com semakin memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas (mind) dan kepribadian (personal). 6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada, Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara. Kedua, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan vang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belaiar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya. 7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Kemudian upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in- service tarining dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi 8. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. 9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik vang didanai. diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
  • 26. 26 www.sang-aktor.blogspot.com 10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies). Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.
  • 27. 27 www.sang-aktor.blogspot.com BAB III PENUTUP A. kesimpulan Dalam ilmu keaktoran, kejutan-kejutan ini ibarat suspen in act. Diperlukan keliaran imajinasi untuk memunculkan kejutan baru itu. Guru pun harus memiliki keliaran metode sehingga apapun pelajarannya tetap menarik. Patut diingat bahwa tidak ada eksplorasi yang salah selalu berdasar rencana pengajaran. Jadi kenapa mesti malu berekspresi? Karena guru adalah aktor. Emansipasi (Emansipator) adalah pembebasan kaum budak menjadi kaum yang merdeka. Dengan kata lain emansipasi adalah persamaan hak. Sebagai kaum pendidik, guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung unsur keadilan, penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan generasi masa depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, guru hendaknya menyadari bahwa kebanyakan manusia merupakan budak stagnasi kebudayaan. Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata pencaharian.(Mc. Leod,1989) Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Peran guru profesionalalisme dalam proses dari pada administrasi dan manajemen proses belajar mengajar : perencanaan, pengorganisasian, penyusunan , pembinaan kerja, pengkoordinasian , pelaporan, anggaran.
  • 28. 28 www.sang-aktor.blogspot.com Faktor- faktor yang mempengaruhi guru profesional : status akademik, pengalaman belajar, mencintai profesi sebagai guru, berkepribadian. Syarat- syarat menjadi guru profesional :  Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam  Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya  Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai  Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya  Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya Upaya-upaya meningkatkan profesionalisme guru : 1. Peningkatan kesejahteraan 2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu. 3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana 4. Pembinaan perilaku kerja 5. Penciptaan waktu luang. 6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada 7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan 8. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi. 9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen 10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. B. Saran Sebaiknya pembaca dapat mengumpulkan informasi dari sumber lain atau referensi lainnya mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini guna menambah
  • 29. 29 www.sang-aktor.blogspot.com wawasan mengenai peran guru dalam proses pembelajaran terkhusus guru sebagai pembaharu, model dan teladan, serta guru sebagai pribadi. Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah profesionalisme guru ,setelah membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Marilah kita belajar untuk menjadi calon guru yang profesional.
  • 30. 30 www.sang-aktor.blogspot.com DAFTAR REFERENSI Cucuk, Suparno. 2010. http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah- aktor/. Marijan. 2010. http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap- guru-berkualitas/. MPR RI. 2011. UUD RI 1945 dan Ketetapan MPR RI. Jakarta: Sekjen MPR RI. Muhadi, Umar. 2010. http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai- penulis-naskah-sutradara.html. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesonal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesonal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset . Sawali. 2010. http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan- kelas/ . [1] Muhadi, (http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai-penulis- naskah-sutradara.html di unggah pada 3 April 2013) [2] Muhadi, Ibid. 3 April 2013 [3] Sawali. (http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan- kelas/ diunggah pada 02 April 2013) [4] Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. VII Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008), hal. 59 [5] Mulyasa, Ibid, Hal. 59 [6] MPR RI, UUD RI 1945 dan Ketetapan MPR RI, (Cet. X, Jakarta: Sekjen MPR RI, 2011), hal. 197 [7] Cucuk, (http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah-aktor/, diunggah pada 02 April 2013) [8] Cucuk, Ibid, Pada 02 April 2013
  • 31. 31 www.sang-aktor.blogspot.com [9] Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. V Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hal. 56 [10] Mulyasa, Ibid, hal. 60 [11] Mulyasa, Ibid, hal. 61 [12] Marijan, (http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap- guru-berkualitas/) diunggah pada 04 April 2013. Al- Qur‟an dan terjemahannya , CV Dipenogoro Bandung. 2004 Aqib Zainal. Profesionalisme guru dalam pembelajaran. Insan Cendikia Surabaya.2002 Handayaninngrat, soewarno.Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan manajemen Gunung Agung.Jakarta. 1996 Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar tenaga pendidik Rusyan Tabrani. Profesionalisme tenaga kependidikan.Nine Karya Jaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999 Surya M.Kapaita selekta Kependidikan Universitas Terbuka. Jakarta. 2007 Suara Daerah Edisi Oktober 2007 UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003