Dokumen tersebut membahas tentang sistem upah yang meliputi pengertian, tujuan, dan jenis-jenis sistem upah yang diterapkan perusahaan beserta penetapan upah minimum di Indonesia.
1. KELOMPOK 3
• BAGUS PERMADI (04)
• FARHAN N.S. (09)
• KRISMONICA Z.M. (14)
• MEI DITA K. (18)
• NADIA UMI H. (22)
• NUR HAFIDA S. (23)
• SUCI WULANDARI S. (25)
• ZELA CLAUDIA (31)
2. SISTEM UPAH
• Sistem upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan
kompensasi yang diterima pekerja. Kompensasi ini merupakan
bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa
atas hasil kerja mereka. Bagi pekerja, masalah sistem upah
merupakan masalah yang penting karena menyangkut
keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka. Oleh
karenannya tidak heran bila dari buruh hingga direktur, tidak ada
topik yang lebih menarik dan sensitif daripada masalah gaji. Isu –
isu dikriminasi dan kesenjangan sosial bisa muncul karena adanya
perbedaan gaji, buruh seringkali unjuk rasa menuntut kenaikan
upah/gaji atau menuntut bonus belum keluar. Bahkan sering terjadi
karyawan-karyawan dengan potensi baik pindah ke perusahaan lain
karena merasa kurang dihargai secara finansial.
3. • Bagi perusahaan permasalahan upah merupakan
sesuatu yang penting dikarenakan upah bisa mencapai
80% dari biaya operasional perusahaan. Upah yang
terlalu tinggi akan menghasilkan harga produk menjadi
terlalu mahal untuk bersaing secara efektif di pasar,
namun bila gaji yang dikenakan rendah maka akan
membuat pekerja keluar, semangat kerja rendah, dan
produktifitas kerja menurun sehingga tingkat produksi
menjadi tidak efisien.
• Untuk itulah dibentuk suatu sistem upah yang diatur
dengan baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan
pekerja dengan tetap menjaga pengeuaran
perusahaan.
4. Penghitungan Upah
Secara mendasar, pemberian upah memiliki tiga tujuan sebagai
berikut:
• Menarik pekerja-pekerja berbakat agar masuk ke dalam perusahaan
tersebut
• Mempertahankan karyawan terbaik agar tidak pindah ke
perusahaan lain
• Memotivasi karyawan tersebut dalam bekerja
Guna mencapai tujuan – tujuan tersebut, sebuah sistem pengupahan
dapat dikatakan baik jika sistem pengupahan itu:
• Mampu memuaskan kebutuhan dasar pekerja,
• Sebanding dengan perusahaan lain dibidang yang sama,
• Memiliki sifat adil dalam perusahaan,
• Menyadari fakta bahwa kebutuhan setiap orang adalah berbeda.
5. Ada tiga hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan seberapa
banyak upah yang harus diberikan kepada karyawan.
• Tingkat Kebersaingan, perusahaan dalam memberikan gaji kepada
karyawannya harus melihat bagaimana perusahaan serupa atau
sejenis di pasar memberikan gaji kepada karyawannya.
• Struktur Upah, perusahaan harus menentukan tingkat upah bagi
semua posisi di dalam perusahaan. Struktur ini dibangun
berdasarkan evaluasi pekerjaan untuk menentukkan seberapa
penting peerjaan tersebut di dalam oerusahaan.
• Performa Karyawan, dasar pemberian upah berdasarkan hasil kerja
pegawai adalah masalah pertambahan nilai, jika pegawai dapat
meningkatkan kinerjanya sehinggaperusahaan dapat mencapai
target yang ditetapkan maka karyawan tersebut layak diberikan
upah yang lebih baik.
6. Macam Bentuk Kompensasi Pekerja
• Upah merupakan hasil balas jasa yang diterima
oleh pekerja berdasarkan lama waktu yang
habiskan untuk menyelesaikan pekerjaan atau
seberapa banyak hasil produksi yang ia hasilkan.
Upah merupakan balas jasa yang diberikan
kepada para buruh produksi atau pekerja tidak
tetap. Sedangkan Gaji merupakan Kompensasi
pekerja yang dihitung berdasarkan basis tahunan
dan bulanan, atau bahkan mingguan, gaji
biasanya diterima oleh pegawai, pegawai tetap
suatu perusahaan baik swasta maupun negeri.
7. Macam – macam bentuk upah antara lain :
• 1. Sistem upah menurut waktu, yakni pemberian
upah berdasarkan waktu (lama) bekerja dari
pekerja. Misalnya tukang bangunan dibayar per
hari Rp15.000,- bila dia bekerja 10 hari maka
akan dibayar Rp150.000,-.
•
• 2. Sistem upah menurut prestasi, yakni
pemberian upah berdasarkan prestasi (jumlah
barang yang dihasilkan) pekerja. Semakin banyak
jumlah barang yang dihasilkan, semakin besar
upah yang diterima pekerja.
8. • 3. Sistem upah borongan, yakni pemberian upah berdasarkan kesepakatan
pemberian kerja dan pekerja. Misalnya, untuk membuat rumah ukuran 30
m x 10 m disepakati diborongkan dengan upah Rp30.000.000,- sampai
rumah tersebut selesai. Pembuatan rumah selain diborongkan bisa juga
dibayar dengan sistem upah menurut waktu, misalnya harian, dengan
tujuan agar pekerja bekerja lebih bagus dan hati-hati dalam membuat
rumah. Dengan demikian, umumnya jumlah upah harian yang dibayarkan
lebih mahal dibanding upah borongan.
•
• 4. Sistem upah premi, yakni pemberian upah dengan mengombinasikan
sistem upah prestasi yang ditambah dengan premi tertentu. Misalnya bila
pekerja mampu menyelesaikan 50 boneka dalam 1 jam akan dibayar
Rp25.000,- dan kelebihan dari 50 boneka akan diberi premi misal Rp300,-
per boneka. Apabila seorang pekerja mampu membuat 70 boneka dia
akan menerima Rp25.000,- + (Rp300,- x 20) = Rp31.000-,.
9. • 5. Sistem upah partisipasi, yakni pemberian upah khusus
berupa sebagian keuntungan perusahaan pada akhir tahun
buku. Upah ini merupakan bonus/(hadiah). Jadi, selain
menerima upah seperti biasa, pada sistem upah ini, pekerja
akan menerima sejumlah upah lagi setiap akhir tahun buku.
Sistem upah partisipasi disebut juga sistem upah bonus.
•
• 6. Sistem upah mitra usaha (co Partnership), yakni
pemberian upah seperti sistem upah bonus, bedanya upah
tidak diberikan dalam bentuk uang tunai tapi dalam bentuk
saham atau obligasi. Dengan memberikan, saham
diharapkan pekerja lebih giat dan hati-hati dalam bekerja,
karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan
10. • 7. Sistem upah indeks biaya hidup, yakni pemberian upah yang
didasarkan pada besarnya biaya hidup. Semakin naik biaya hidup,
semakin naik pula besarnya upah yang diberikan.
•
• 8. Sistem upah skala berubah (sliding scale), yakni pemberian upah
berdasarkan skala hasil penjualan yang berubah-ubah. Apabila hasil
penjualan bertambah, jumlah upah yang diberikan juga bertambah,
demikian pula sebaliknya.
•
• 9. Sistem upah produksi (production sharing), yakni pemberian
upah berdasarkan naik turunnya jumlah produksi secara
keseluruhan. Bila jumlah produksi naik 5%, upah juga naik 5%,
demikian pula sebaliknya.
•
11. • 10. Sistem upah bagi hasil, yakni pemberian upah
dengan memberikan bagian tertentu kepada
pekerja dari hasil (keuntungan) yang diperoleh.
Sistem ini biasa dipakai di sektor pertanian.
Misalnya petani penggarap mengerjakan sawah
milik orang lain dengan bagi hasil separohan.
Artinya, bila sawah menghasilkan 2 ton beras,
petani penggarap mendapat 1 ton dan pemilik
sawah juga mendapat 1 ton.
•
12. Penetapan Upah Minimum
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 Tangga 29 Mei
1989 Tentang Upah Minimum.
• Didalam Permen tersebut terbagi 3 jenis upah minimum yaitu :
• Upah minimum Regional
• Upah minimum Sektor Regional
• Upah minimum Sub Sektor Regional
• Melalui Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah
Otonomi, mengubah pemberlakuan Upah Minimum Regional
(UMR) menjadi Upah minimum Propinsi (UMP) atau Upah
minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang besarannya ditetapkan
melalui Surat Keputusan Gubernur dalam kurun waktu 1 tahun
sekali.
13. • Upah Minimum Propinsi adalah suatu upah minimum
yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di suatu
propinsi
• Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah suatu upah
minimum yang berlaku di suatu kabupaten/kota
• Sistem upah ini diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2001
• Besarnya upah minimum ini ditiap-tiap daerah tidak sama
hal ini didasrkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi di
tiap daerah, faktor tersebut antara lain: Kebutuhan Hidup
Minimum (KHM), Indeks Harga Konsumen (IHK), serta
kondisi pasar dan tingkat perkembangan ekonomi dan
pendapatan per kapita.
14. Fasilitas dan Tunjangan
• Selain menerima gaji seorang pekerja biasanya
mendapatkan fasilitas-fasilitan dan tunjangan
lain, ini merupakan kompensasi tidak langsung
yang diberikan kepada perusahaan kepada
pekerja. Macam bentuknya beragam sesuai
dengan kebiasaan dan kemampuan
perusahaan.
15. Teori upah menurut David Ricardo, Adam
Smith, dan Ferdinand Lasalle
• Menurut David Ricardo dan Adam Smith yang
mengemukakan tentang teori upah alami atau
sewajarnya, bahwa tinggi rendahnya tingkat upah
ditentukan oleh 2 (dua) faktor, yaitu:
a. Biaya hidup minimum pekerja dengan
keluarganya, upah ini disebut upah alamiah atau
upah kodrat. Menurutnya, tinggi rendahnya biaya
hidup ditentukan oleh tempat, waktu dan adat
istiadat penduduk.
b. Permintaan dan penawaran kerja, ini disebut
upah pasar. Menurutnya tinggi rendahnya upah
pasar akan bergerak di sekitar upah kodrat.
16. • Menurut Ferdinand Lasalle dari mashab
sosialis yang mengemukakan tentang teori
upah besi, ia berpendapat bahwa upah buruh
tidak mengandung harapan apa-apa dan tidak
akan naik di atas biaya hidup minimum. Oleh
karena itu ia menyebutnya upah besi, yang
berarti bahwa upah rata-rata buruh atau
pekerja itu terbatas sama dengan biaya hidup
minimum dengan keluarganya.