SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Sintren adalan kesenian tari tradisional
masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon.
Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa
Barat dan Jawa Tengah, antara lain di
Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang,
Brebes, Pemalang, Banyumas, dan Pekalongan.
Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama
lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian
dengan aroma mistis/magis yang bersumber
dari cerita cinta kasih Sulasih dengan
Sulandono.
Dari segi asal usul bahasa (etimologi)
Sintren merupakan gabungan dua suku kata
"Si" dan "tren". Si dalam bahasa Jawa berarti
"ia" atau "dia" dan "tren" berarti "tri" atau
panggilan dari kata "putri" . Sehingga Sintren
adalah " Si putri" yang menjadi pemeran
utama dalam kesenian tradisional Sintren.
Kesenian     sintren   diawali   dari    cerita
rakyat/legenda yang dipercaya oleh masyarakat dan
memiliki dua versi.

   Versi pertama, berdasar pada legenda cerita
percintaan Sulasih dan R. Sulandono seorang putra
Bupati di Mataram Joko Bahu atau dikenal dengan
nama Bahurekso dan Rr. Rantamsari. Percintaan
Sulasih dan R. Sulandono tidak direstui oleh orang tua
R. Sulandono. Sehingga R. Sulandono diperintahkan
ibundanya untuk bertapa dan diberikan selembar
kain ("sapu tangan") sebagai sarana kelak untuk
bertemu dengan Sulasih setelah masa bertapanya
selesai. Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk
menjadi penari pada setiap acara bersih desa
diadakan sebagai syarat dapat bertemu R. Sulandono.
Tepat pada saat bulan purnama diadakan upacara
bersih desa diadakan berbagai pertunjukan rakyat,
pada saat itulah Sulasih menari sebagai bagian
pertunjukan, dan R. Sulandono turun dari
pertapaannya secara sembunyi-sembunyi dengan
membawa sapu tangan pemberian ibunya. Sulasih
yang menari kemudian dimasuki kekuatan spirit Rr.
Rantamsari sehingga mengalami "trance" dan saat itu
pula R. Sulandono melemparkan sapu tangannya
sehingga     Sulasih     pingsan.   Saat    sulasih
"trance/kemasukan roh halus/kesurupan" ini yang
disebut "Sintren", dan pada saat R. Sulandono
melempar sapu tangannya disebut sebagai
"balangan". Dengan ilmu yang dimiliki R. Sulandono
maka Sulasih akhirnya dapat dibawa kabur dan
keduanya dapat mewujudkan cita-citanya untuk
bersatu dalam mahligai perkawinan.
Versi kedua, sintren dilatar belakangi kisah
percintaan Ki Joko Bahu (Bahurekso) dengan
Rantamsari, yang tidak disetujui oleh Sultan
Agung Raja Mataram. Untuk memisahkan cinta
keduanya, Sultan Agung memerintahkan
Bahurekso menyerang VOC di Batavia.
Bahurekso melaksanakan titah Raja berangkat
ke VOC dengan menggunakan perahu Kaladita
(Kala-Adi-Duta). Saat berpisah dengan
Rantamsari itulah, Bahurekso memberikan
sapu tangan sebagai tanda cinta.
Tak lama terbetik kabar bahwa Bahurekso
gugur dalam medan peperangan, sehingga
Rantamsari begitu sedihnya mendengar orang
yang dicintai dan dikasihi sudah mati.
Terdorong rasa cintanya yang begitu besar dan
tulus, maka Rantamsari berusaha melacak
jejak gugurnya Bahurekso. Melalui perjalan
sepanjang wilayah pantai utara Rantamsari
menyamar menjadi seorang penari sintren
dengan nama Dewi Sulasih. Dengan bantuan
sapu tangan pemberian Ki Bahurekso akhirnya
Dewi Rantamsari dapat bertemu Ki Bahurekso
yang sebenarnya masih hidup.
Karena kegagalan Bahurekso menyerang
Batavia dan pasukannya banyak yang gugur,
maka Bahurekso tidak berani kembali ke
Mataram, melainkan pulang ke Pekalongan
bersama Dewi Rantamsari dengan maksud
melanjutkan pertapaannya untuk menambah
kesaktian dan kekuatannya guna menyerang
Batavia lain waktu. Sejak itu Dewi Rantamsari
dapat hidup bersama dengan Ki Bahurekso
hingga akhir hayatnya.
 pra pertunjukan, adalah saat dimulainya
  tabuhan gamelan sebagai tanda akan dimulainya
  pertunjukan kesenian sintren dan dimaksudkan
  untuk mengumpulkan massa atau penonton.
 Dupan, yaitu acara berdoa bersama-sama
  diiringi membakar kemenyan dengan tujuan
  memohon perlindungan kepada Tuhan Yang
  Maha Esa agar selama pertunjukan terhindar
  dari mara bahaya.
   Membentuk           (menjadikan)          sintren.
    Tahapan menjadikan sintren dilakukan oleh
    Pawang yang dengan membawa calon penari
    sintren bersama dengan 4 (empat) orang pemain.
    Dayang sebagai lambang bidadari (Jawa: Widodari
    patang puluh) sebagai cantriknya Sintren.
    Kemudian Sintren didudukkan oleh Pawang dalam
    keadaan berpakain biasa dan didampingi para
    dayang/cantrik. Pawang segera menjadikan penari
    sintren secara bertahap, melalui tiga tahapan.
    Kesenian sintren disajikan secara komunikatif
    antara seniman dan seniwati dengan penonton
    menyatu     dalam    satu   arena    pertunjukan.
    Dalam pertunjukan kesenian sintren dibagi menjadi
    urutan-urutan sebagai berikut :
 Tahapan menjadikan sintren dilakukan oleh
  Pawang dengan membawa calon penari
  sintren bersama dengan 4 (empat) orang
  pemain. Dayang sebagai lambang bidadari
  (Jawa: Widodari patang puluh) sebagai
  cantriknya    Sintren.    Kemudian   Sintren
  didudukkan oleh Pawang dalam keadaan
  berpakain biasa dan didampingi para
  dayang/cantrik.
 Pawang segera menjadikan penari sintren
  secara bertahap, melalui tiga tahap:
 Tahap Pertama, pawang memegang kedua
  tangan calon penari sintren, kemudian
  diletakkan di atas asap kemenyan sambil
  mengucapkan mantra, selanjutnya calon
  penari sintren dengan tali melilit ke seluruh
  tubuh.
 Tahap Kedua, calon penari sintren dimasukkan
  ke dalam sangkar (kurungan) ayam bersama
  busana sintren dan perlengkapan merias
  wajah. Beberapa saat kemudian kurungan
  dibuka, sintren sudah berdandan dalam
  keadaan terikat tali, lalu sintren ditutup
  kurungan kembali.
   Tahap Ketiga, setelah ada tanda-tdana sintren
    sudah jadi (biasanya ditandai kurungan
    bergetar/bergoyang) kurungan dibuka,
    sintren sudah lepas dari ikatan tali dan siap
    menari. Selain menari adakalanya sintren
    melakukan akrobatik diantaranya ada yang
    berdiri diatas kurungan sambil menari.
    Selama pertunjukan sintren berlangsung,
    pembakaran kemenyan tidak boleh berhenti.
   Balangan dan Temohan

    Balangan yaitu pada saat penari sintren sedang menari maka
    dari arah penonton ada yang melempar sesuatu ke arah
    penari sintren
   Paripurna
    Tahap pertama, penari sintren dimasukkan ke dalam
    kurungan bersama pakain biasa (pakaian sehari-hari).
    Tahap kedua, pawang membawa anglo berisi bakaran
    kemenyan mengelilingi kurungan sambil membaca mantra
    sampai dengan busana sintren dikeluarkan.
    Tahap ketiga, kurungan dibuka, penari sintren sudah
    berpakain bisasa dalam keadaan tidak sadar. Selanjutnya
    pawang memegang kedua tangan penari sintren dan
    meletakkan di atas asap kemenyan sambil membaca mantra
    sampai sintren sadar kembali.
   TEMPAT PENYAJIAN SINTREN

    Tempat yang digunakan untuk pertunjukan kesenian sintren
    adalah arena terbuka. Maksudnya berupa arena pertunjukan
    yang tidak terlihat batas antara penonton dengan penari
    sintren maupun pendukungnya
   WAKTU PENYAJIAN

    Pegelaran sintren semula disajikan pada waktu sunyi dalam
    malam bulan purnama dan menurut kepercayaan
    masyarakat lebih utama lagi kalau dipentaskan pada malam
    kliwon, karena dikandung maksud bahwa sintren sangat
    berkaitan dengan kepercayaan adanya roh halus yang
    menjelma menyatu dengan penari sintren. Namun demikian
    pada saat sekarang ini pertunjukan sintren dapat
    dilaksanakan kapan saja baik siang atau malam hari tidak
    tergantung pada malam
    bulan purnama.
   BUSANA SINTREN

  Busana yang digunakan penari sintren dulunya
  berupa pakaian kebaya (untuk atasan) sekarang
  ini menggunakan busana golek. Busana kebaya ini
  lebih banyak dipakai oleh wanita yang hidup di
  desa-desa sebagai busana keseharian.
 ALAT MUSIK DAN TEMBANG PENGIRING

    Pada awal munculnya kesenian sintren, alat musik
    yang digunakan untuk mengiringi adalah alat
    musik tetekan sebagai ritme dan
    melodi, bumbung besar (bambu dipotong)
    sebagai gong dan kendang.
   Menurut fungsinya tembang pengiring sintren digolongkan
    menjadi 5 (lima) bagian yaitu:
    1. Iringan proses pembentukan sintren
         Tembang turun sintren digunkan sebagai doa pembuka agar
    roh Sulasih masuk ke dalam raga calon penari sintren. Saat
    tembang dilantunkan maka penari sintren akan ganti pakain dari
    pakain biasa dengan pakain sintren dalam keadaan badan terikat
    tali dan dalam kurungan.

    2. Iringan penyajian hiburan
    Tembang dolanan khas sintren dan tembang yang sesuai keadaan
    saat ini misalnya lagu-lagu campursari.
    3. Iringan permohonan dan puji rahayu (pengruwatan)
    Lagu kembang orok-orok atau kembang lombok untuk
    permohonan sintren ganti busana misalnya dari pakain kebaya
    menjadi rok.
    Tembang kawula gusti, untuk permohonan maaf kepada sintren
    yang pingsan karena marah atau tidak berkenan hatinya.
    Tembang kembang mawar, dilantunkan untuk mengiringi
    permintaan temohan kepada penonton.
4. Iringan penyajian acrobat
Tembang dayung untuk atraksi permainan piring dan lilin.
Tembang ayam walik untuk permainan naik diatas kurungan.
Tembang hertu gelang untuk permainan duduk diatas pucuk keris.
5. Iringan Penutup
Tembang turun sintren, untuk pertanda bahwa permainan sintren
akan usai. Tembang piring kedawung, untuk melepas roh Dewi
Sulasih dan sintren berganti busana keseharian.

SENIMAN SINTREN
Terdiri dari 1 orang pawang boleh laki-laki atau
perempuan, penari sintren 1 orang seorang remaja putri yang
masih gadis (lajang), dayang cantrik biasanya berjumlah 4 orang
seniwati dan maksimal 10 orang, dan pengiring musik / tembang
terdiri dari 3 orang seniwati sebagai penggerong (vokalis) dan 1
group pengrawit (penabuh gamelan) yang biasanya berjumlah
lebih kurang 10 orang.
1. Sebagai sarana hiburan masyarakat.
2. Apresiasi seni dan nilai-nilai estetik masyarakat.
3. Digunakan untuk keperluan upacara-upacara
   ritual seperti : bersih desa, sedekah laut,upacara
   tolak bala, nadzar, ruwatan dan pernikahan.
4. Untuk memeriahkan peringatan hari-hari
   besar, seperti hari ulang tahun kemerdekaan, hari
      jadi.
Tarian Sintren
Tarian Sintren
Tarian Sintren
Tarian Sintren
Tarian Sintren
Tarian Sintren

More Related Content

What's hot

Materi musikalisasi puisi power point
Materi musikalisasi puisi power pointMateri musikalisasi puisi power point
Materi musikalisasi puisi power pointPonorogo Hits
 
Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"
Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"
Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"SHS 3 Surakarta
 
Sejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaSejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaAlvinDwi
 
Lirik lagu mengheningkan cipta
Lirik lagu mengheningkan ciptaLirik lagu mengheningkan cipta
Lirik lagu mengheningkan ciptaArifah Bachmid
 
Akulturasi Budaya Islam di Nusantara
Akulturasi Budaya Islam di NusantaraAkulturasi Budaya Islam di Nusantara
Akulturasi Budaya Islam di NusantaraFanny Fayu Laksono
 
Laporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Laporan Kunjungan Museum RonggowarsitoLaporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Laporan Kunjungan Museum RonggowarsitoDiah Dwi Ammarwati
 
Laporan kegiatan-pencegahan-perundungan
Laporan kegiatan-pencegahan-perundunganLaporan kegiatan-pencegahan-perundungan
Laporan kegiatan-pencegahan-perundunganDaly Indra
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerIis Nurul Fitriyani
 
Contoh surat permohonan latihan gabungan pramuka
Contoh surat permohonan latihan gabungan pramukaContoh surat permohonan latihan gabungan pramuka
Contoh surat permohonan latihan gabungan pramukaSDN Cimanggu Warungkondang
 
Masa Pemerintahan Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet WilopoMasa Pemerintahan Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet WilopoDavid Adi Nugroho
 
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARARAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARANamaku Merah
 

What's hot (20)

Ppt sejarah bab 4 sma x wajib
Ppt sejarah bab 4 sma x wajibPpt sejarah bab 4 sma x wajib
Ppt sejarah bab 4 sma x wajib
 
Baju adat
Baju adatBaju adat
Baju adat
 
Materi musikalisasi puisi power point
Materi musikalisasi puisi power pointMateri musikalisasi puisi power point
Materi musikalisasi puisi power point
 
Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"
Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"
Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"
 
surat izin berkemah.doc
surat izin berkemah.docsurat izin berkemah.doc
surat izin berkemah.doc
 
Sejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaSejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesia
 
Lirik lagu mengheningkan cipta
Lirik lagu mengheningkan ciptaLirik lagu mengheningkan cipta
Lirik lagu mengheningkan cipta
 
Akulturasi Budaya Islam di Nusantara
Akulturasi Budaya Islam di NusantaraAkulturasi Budaya Islam di Nusantara
Akulturasi Budaya Islam di Nusantara
 
PPT ANTI BULLYING
PPT ANTI BULLYINGPPT ANTI BULLYING
PPT ANTI BULLYING
 
Laporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Laporan Kunjungan Museum RonggowarsitoLaporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Laporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
 
Ppt pkn bab 2 norma
Ppt pkn bab 2 normaPpt pkn bab 2 norma
Ppt pkn bab 2 norma
 
Laporan kegiatan-pencegahan-perundungan
Laporan kegiatan-pencegahan-perundunganLaporan kegiatan-pencegahan-perundungan
Laporan kegiatan-pencegahan-perundungan
 
Ppt. kerajaan hindu budha
Ppt. kerajaan hindu budhaPpt. kerajaan hindu budha
Ppt. kerajaan hindu budha
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
 
Contoh surat permohonan latihan gabungan pramuka
Contoh surat permohonan latihan gabungan pramukaContoh surat permohonan latihan gabungan pramuka
Contoh surat permohonan latihan gabungan pramuka
 
Masa Pemerintahan Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet WilopoMasa Pemerintahan Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet Wilopo
 
Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945
 
Rahmat islam bagi nusantara
Rahmat islam bagi nusantaraRahmat islam bagi nusantara
Rahmat islam bagi nusantara
 
Susunan upacara bendera
Susunan upacara benderaSusunan upacara bendera
Susunan upacara bendera
 
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARARAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
 

Similar to Tarian Sintren

Similar to Tarian Sintren (20)

Praktek Izatul.pptx
Praktek Izatul.pptxPraktek Izatul.pptx
Praktek Izatul.pptx
 
Tari topeng klana
Tari topeng klanaTari topeng klana
Tari topeng klana
 
JENIS-JENIS TARI
JENIS-JENIS TARIJENIS-JENIS TARI
JENIS-JENIS TARI
 
Tugas iman dwi putra seni budaya
Tugas iman dwi putra seni budayaTugas iman dwi putra seni budaya
Tugas iman dwi putra seni budaya
 
Tari Remo Jawa Timur By Wanto Herwanto
Tari Remo Jawa Timur By Wanto HerwantoTari Remo Jawa Timur By Wanto Herwanto
Tari Remo Jawa Timur By Wanto Herwanto
 
Macam tari tradisional indonesia
Macam tari tradisional indonesiaMacam tari tradisional indonesia
Macam tari tradisional indonesia
 
Filosofi tari turangga yaksa
Filosofi tari turangga yaksa Filosofi tari turangga yaksa
Filosofi tari turangga yaksa
 
Tari gandrung
Tari gandrungTari gandrung
Tari gandrung
 
Pengantar Pengetahuan Tari
Pengantar Pengetahuan TariPengantar Pengetahuan Tari
Pengantar Pengetahuan Tari
 
Xi bab 4 semester 2
Xi bab 4 semester 2Xi bab 4 semester 2
Xi bab 4 semester 2
 
Xi bab 4 semester 2
Xi bab 4 semester 2Xi bab 4 semester 2
Xi bab 4 semester 2
 
30 Tarian Adat Tradisiona.docx
30 Tarian Adat Tradisiona.docx30 Tarian Adat Tradisiona.docx
30 Tarian Adat Tradisiona.docx
 
Tari jejer gandrung
Tari jejer gandrungTari jejer gandrung
Tari jejer gandrung
 
Huja
HujaHuja
Huja
 
Kakak adas
Kakak adasKakak adas
Kakak adas
 
Tari kecak
Tari kecakTari kecak
Tari kecak
 
PPT Kritik Tari Ronggeng Kelas X.pdf
PPT Kritik Tari Ronggeng Kelas X.pdfPPT Kritik Tari Ronggeng Kelas X.pdf
PPT Kritik Tari Ronggeng Kelas X.pdf
 
Tugas tik powerpoint lindaaaaa
Tugas tik powerpoint lindaaaaaTugas tik powerpoint lindaaaaa
Tugas tik powerpoint lindaaaaa
 
Seni tari mancanegara
Seni tari mancanegaraSeni tari mancanegara
Seni tari mancanegara
 
Ilmu sosial dasar 1 ia04
Ilmu sosial dasar 1 ia04Ilmu sosial dasar 1 ia04
Ilmu sosial dasar 1 ia04
 

More from Mutia Santika

More from Mutia Santika (10)

Soal dinamikagerak
Soal dinamikagerakSoal dinamikagerak
Soal dinamikagerak
 
Energi alternatif tugas kimia
Energi alternatif tugas kimiaEnergi alternatif tugas kimia
Energi alternatif tugas kimia
 
Makalah virus
Makalah virusMakalah virus
Makalah virus
 
Manusia purba2
Manusia purba2Manusia purba2
Manusia purba2
 
Fisika : Mata
Fisika : MataFisika : Mata
Fisika : Mata
 
Asal usul telaga warna
Asal usul telaga warnaAsal usul telaga warna
Asal usul telaga warna
 
45 butir isi pancasila
45 butir isi pancasila45 butir isi pancasila
45 butir isi pancasila
 
Manusia Purba
Manusia PurbaManusia Purba
Manusia Purba
 
Permintaan,penawaran,harga pasar
Permintaan,penawaran,harga pasarPermintaan,penawaran,harga pasar
Permintaan,penawaran,harga pasar
 
Imperative positive
Imperative positiveImperative positive
Imperative positive
 

Tarian Sintren

  • 1.
  • 2. Sintren adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Banyumas, dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.
  • 3. Dari segi asal usul bahasa (etimologi) Sintren merupakan gabungan dua suku kata "Si" dan "tren". Si dalam bahasa Jawa berarti "ia" atau "dia" dan "tren" berarti "tri" atau panggilan dari kata "putri" . Sehingga Sintren adalah " Si putri" yang menjadi pemeran utama dalam kesenian tradisional Sintren.
  • 4. Kesenian sintren diawali dari cerita rakyat/legenda yang dipercaya oleh masyarakat dan memiliki dua versi. Versi pertama, berdasar pada legenda cerita percintaan Sulasih dan R. Sulandono seorang putra Bupati di Mataram Joko Bahu atau dikenal dengan nama Bahurekso dan Rr. Rantamsari. Percintaan Sulasih dan R. Sulandono tidak direstui oleh orang tua R. Sulandono. Sehingga R. Sulandono diperintahkan ibundanya untuk bertapa dan diberikan selembar kain ("sapu tangan") sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan Sulasih setelah masa bertapanya selesai. Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari pada setiap acara bersih desa diadakan sebagai syarat dapat bertemu R. Sulandono.
  • 5. Tepat pada saat bulan purnama diadakan upacara bersih desa diadakan berbagai pertunjukan rakyat, pada saat itulah Sulasih menari sebagai bagian pertunjukan, dan R. Sulandono turun dari pertapaannya secara sembunyi-sembunyi dengan membawa sapu tangan pemberian ibunya. Sulasih yang menari kemudian dimasuki kekuatan spirit Rr. Rantamsari sehingga mengalami "trance" dan saat itu pula R. Sulandono melemparkan sapu tangannya sehingga Sulasih pingsan. Saat sulasih "trance/kemasukan roh halus/kesurupan" ini yang disebut "Sintren", dan pada saat R. Sulandono melempar sapu tangannya disebut sebagai "balangan". Dengan ilmu yang dimiliki R. Sulandono maka Sulasih akhirnya dapat dibawa kabur dan keduanya dapat mewujudkan cita-citanya untuk bersatu dalam mahligai perkawinan.
  • 6. Versi kedua, sintren dilatar belakangi kisah percintaan Ki Joko Bahu (Bahurekso) dengan Rantamsari, yang tidak disetujui oleh Sultan Agung Raja Mataram. Untuk memisahkan cinta keduanya, Sultan Agung memerintahkan Bahurekso menyerang VOC di Batavia. Bahurekso melaksanakan titah Raja berangkat ke VOC dengan menggunakan perahu Kaladita (Kala-Adi-Duta). Saat berpisah dengan Rantamsari itulah, Bahurekso memberikan sapu tangan sebagai tanda cinta.
  • 7. Tak lama terbetik kabar bahwa Bahurekso gugur dalam medan peperangan, sehingga Rantamsari begitu sedihnya mendengar orang yang dicintai dan dikasihi sudah mati. Terdorong rasa cintanya yang begitu besar dan tulus, maka Rantamsari berusaha melacak jejak gugurnya Bahurekso. Melalui perjalan sepanjang wilayah pantai utara Rantamsari menyamar menjadi seorang penari sintren dengan nama Dewi Sulasih. Dengan bantuan sapu tangan pemberian Ki Bahurekso akhirnya Dewi Rantamsari dapat bertemu Ki Bahurekso yang sebenarnya masih hidup.
  • 8. Karena kegagalan Bahurekso menyerang Batavia dan pasukannya banyak yang gugur, maka Bahurekso tidak berani kembali ke Mataram, melainkan pulang ke Pekalongan bersama Dewi Rantamsari dengan maksud melanjutkan pertapaannya untuk menambah kesaktian dan kekuatannya guna menyerang Batavia lain waktu. Sejak itu Dewi Rantamsari dapat hidup bersama dengan Ki Bahurekso hingga akhir hayatnya.
  • 9.  pra pertunjukan, adalah saat dimulainya tabuhan gamelan sebagai tanda akan dimulainya pertunjukan kesenian sintren dan dimaksudkan untuk mengumpulkan massa atau penonton.  Dupan, yaitu acara berdoa bersama-sama diiringi membakar kemenyan dengan tujuan memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selama pertunjukan terhindar dari mara bahaya.
  • 10. Membentuk (menjadikan) sintren. Tahapan menjadikan sintren dilakukan oleh Pawang yang dengan membawa calon penari sintren bersama dengan 4 (empat) orang pemain. Dayang sebagai lambang bidadari (Jawa: Widodari patang puluh) sebagai cantriknya Sintren. Kemudian Sintren didudukkan oleh Pawang dalam keadaan berpakain biasa dan didampingi para dayang/cantrik. Pawang segera menjadikan penari sintren secara bertahap, melalui tiga tahapan. Kesenian sintren disajikan secara komunikatif antara seniman dan seniwati dengan penonton menyatu dalam satu arena pertunjukan. Dalam pertunjukan kesenian sintren dibagi menjadi urutan-urutan sebagai berikut :
  • 11.  Tahapan menjadikan sintren dilakukan oleh Pawang dengan membawa calon penari sintren bersama dengan 4 (empat) orang pemain. Dayang sebagai lambang bidadari (Jawa: Widodari patang puluh) sebagai cantriknya Sintren. Kemudian Sintren didudukkan oleh Pawang dalam keadaan berpakain biasa dan didampingi para dayang/cantrik.  Pawang segera menjadikan penari sintren secara bertahap, melalui tiga tahap:
  • 12.  Tahap Pertama, pawang memegang kedua tangan calon penari sintren, kemudian diletakkan di atas asap kemenyan sambil mengucapkan mantra, selanjutnya calon penari sintren dengan tali melilit ke seluruh tubuh.  Tahap Kedua, calon penari sintren dimasukkan ke dalam sangkar (kurungan) ayam bersama busana sintren dan perlengkapan merias wajah. Beberapa saat kemudian kurungan dibuka, sintren sudah berdandan dalam keadaan terikat tali, lalu sintren ditutup kurungan kembali.
  • 13. Tahap Ketiga, setelah ada tanda-tdana sintren sudah jadi (biasanya ditandai kurungan bergetar/bergoyang) kurungan dibuka, sintren sudah lepas dari ikatan tali dan siap menari. Selain menari adakalanya sintren melakukan akrobatik diantaranya ada yang berdiri diatas kurungan sambil menari. Selama pertunjukan sintren berlangsung, pembakaran kemenyan tidak boleh berhenti.
  • 14. Balangan dan Temohan Balangan yaitu pada saat penari sintren sedang menari maka dari arah penonton ada yang melempar sesuatu ke arah penari sintren  Paripurna Tahap pertama, penari sintren dimasukkan ke dalam kurungan bersama pakain biasa (pakaian sehari-hari). Tahap kedua, pawang membawa anglo berisi bakaran kemenyan mengelilingi kurungan sambil membaca mantra sampai dengan busana sintren dikeluarkan. Tahap ketiga, kurungan dibuka, penari sintren sudah berpakain bisasa dalam keadaan tidak sadar. Selanjutnya pawang memegang kedua tangan penari sintren dan meletakkan di atas asap kemenyan sambil membaca mantra sampai sintren sadar kembali.
  • 15. TEMPAT PENYAJIAN SINTREN Tempat yang digunakan untuk pertunjukan kesenian sintren adalah arena terbuka. Maksudnya berupa arena pertunjukan yang tidak terlihat batas antara penonton dengan penari sintren maupun pendukungnya  WAKTU PENYAJIAN Pegelaran sintren semula disajikan pada waktu sunyi dalam malam bulan purnama dan menurut kepercayaan masyarakat lebih utama lagi kalau dipentaskan pada malam kliwon, karena dikandung maksud bahwa sintren sangat berkaitan dengan kepercayaan adanya roh halus yang menjelma menyatu dengan penari sintren. Namun demikian pada saat sekarang ini pertunjukan sintren dapat dilaksanakan kapan saja baik siang atau malam hari tidak tergantung pada malam bulan purnama.
  • 16. BUSANA SINTREN Busana yang digunakan penari sintren dulunya berupa pakaian kebaya (untuk atasan) sekarang ini menggunakan busana golek. Busana kebaya ini lebih banyak dipakai oleh wanita yang hidup di desa-desa sebagai busana keseharian.  ALAT MUSIK DAN TEMBANG PENGIRING Pada awal munculnya kesenian sintren, alat musik yang digunakan untuk mengiringi adalah alat musik tetekan sebagai ritme dan melodi, bumbung besar (bambu dipotong) sebagai gong dan kendang.
  • 17. Menurut fungsinya tembang pengiring sintren digolongkan menjadi 5 (lima) bagian yaitu: 1. Iringan proses pembentukan sintren Tembang turun sintren digunkan sebagai doa pembuka agar roh Sulasih masuk ke dalam raga calon penari sintren. Saat tembang dilantunkan maka penari sintren akan ganti pakain dari pakain biasa dengan pakain sintren dalam keadaan badan terikat tali dan dalam kurungan. 2. Iringan penyajian hiburan Tembang dolanan khas sintren dan tembang yang sesuai keadaan saat ini misalnya lagu-lagu campursari. 3. Iringan permohonan dan puji rahayu (pengruwatan) Lagu kembang orok-orok atau kembang lombok untuk permohonan sintren ganti busana misalnya dari pakain kebaya menjadi rok. Tembang kawula gusti, untuk permohonan maaf kepada sintren yang pingsan karena marah atau tidak berkenan hatinya. Tembang kembang mawar, dilantunkan untuk mengiringi permintaan temohan kepada penonton.
  • 18. 4. Iringan penyajian acrobat Tembang dayung untuk atraksi permainan piring dan lilin. Tembang ayam walik untuk permainan naik diatas kurungan. Tembang hertu gelang untuk permainan duduk diatas pucuk keris. 5. Iringan Penutup Tembang turun sintren, untuk pertanda bahwa permainan sintren akan usai. Tembang piring kedawung, untuk melepas roh Dewi Sulasih dan sintren berganti busana keseharian. SENIMAN SINTREN Terdiri dari 1 orang pawang boleh laki-laki atau perempuan, penari sintren 1 orang seorang remaja putri yang masih gadis (lajang), dayang cantrik biasanya berjumlah 4 orang seniwati dan maksimal 10 orang, dan pengiring musik / tembang terdiri dari 3 orang seniwati sebagai penggerong (vokalis) dan 1 group pengrawit (penabuh gamelan) yang biasanya berjumlah lebih kurang 10 orang.
  • 19. 1. Sebagai sarana hiburan masyarakat. 2. Apresiasi seni dan nilai-nilai estetik masyarakat. 3. Digunakan untuk keperluan upacara-upacara ritual seperti : bersih desa, sedekah laut,upacara tolak bala, nadzar, ruwatan dan pernikahan. 4. Untuk memeriahkan peringatan hari-hari besar, seperti hari ulang tahun kemerdekaan, hari jadi.